NIM : F.131.19.0158
KELAS : A ( SORE )
FAKULTAS : PSIKOLOGI
a. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun
wanita
e. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lainnya
h. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku-
mengembangkan ideologi.
a. Perubahan fisik Perubahan fisik berhubungan dengan aspek anotomi dan aspek fisiologis,
sehingga akan terjadi percepatan dalam pertumbuhan anak (Monks, 1999).
b. Perubahan emosional Pola emosi pada masa remaja sama dengan pola emosi pada masa
kanak-kanak. Perbedaan terletak pada rangsangan yang membangkitkan emosi dan
pengendalian dalam mengekspresikan emosi. Remaja umumnya memiliki kondisi emosi yang
labil, namun bila pada akhir masa remaja mampu menahan diri dan mampu memgekspresikan
emosi secara tepat sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan maka remaja akan
memberikan reaksi emosi yang stabil (Hurlock, 1999).
c. Perubahan sosial Terdapat dua bentuk perkembangan remaja yaitu, memisahkan diri dari
orangtua dan menuju kearah teman sebaya. Kondisi ini membuat remaja sangat rentan
terhadap pengaruh teman dalam hal minat, sikap penampilan dan perilaku. Perubahan yang
paling menonjol adalah hubungan heteroseksual. Remaja akan memperlihatkan perubahan
radikal dari tidak menyukai lawan jenis menjadi lebih menyukai. Remaja ingin diterima,
diperhatikan dan dicintai oleh lawan jenis dan kelompoknya (Monks, 1999).
Berdasarkan beberapa perubahan tersebut dapat disimpulkan bahwa pada masa remaja
akan mengalami perubahan pada kondisi fisik, kemampuan emosional, serta perubahan
kemampuan sosial remaja.
Papilia (2008) pada dasarnya ibu akan memberi rasa aman, nyaman terhadap remaja karena
seorang anak menaruh kepercayaan yang besar terhadap ibu. Hal ini tentu saja menimbulkan
bagaimana hubungannya dengan orang lain. Kelekatan (Attachment) pada ibu merupakan
suatu langkah awal dalam proses perkembangan dan sosialisasi, yang akhirnya dialihkan pada
lingkungan sosialnya.
Tugas Perkembangan Remaja Awal atau Usia Pubertas (Usia 10-14 tahun)
Remaja awal (Early Adolescence) Masa remaja awal berada pada rentang usia 10-13 tahun
ditandai dengan adanya peningkatan yang cepat dari pertumbuhan dan pematangan fisik,
sehingga intelektual dan emosional pada masa remaja awal ini sebagian besar pada penilaian
kembali dan restrukturisasi dari jati diri. Pada tahap remaja awal ini penerimaan kelompok
sebaya sangatlah penting (Aryani, 2010).
Pada usia ini tugas perkembangan remaja yang harus dijalani adalah:
Karakteristik seks sekunder mulai tampak, seperti penonjolan payudara pada remaja
perempuan, pembesaran testis pada remaja laki-laki, pertumbuhan rambut ketiak, atau
rambut pubis.
Kemampuan berpikir pada tahap awal remaja mencari-cari nilai dan energi baru serta
membandingkan normalitas dengan teman sebaya yang jenis kelaminnya sama.
Hubungan dengan sebaya remaja pada tahap awal mencari afiliasi dengan teman sebaya
untuk menghadapi ketidakstabilan yang diakibatkan oleh perubahan yang cepat; pertemanan
lebih dekat dengan jenis kelamin yang sama, namun mereka mulai mengeksplorasi
kemampuan untuk menarik lawan jenis. Mereka berjuang untuk mengambil tempat di dalam
kelompok; standar perilaku dibentuk oleh kelompok sebaya sehingga penerimaan oleh
sebaya adalah hal yang sangat penting.
2) Memberikan penjelasan soal menstruasi bagi anak perempuan serta mimpi basah bagi
anak laki-laki sebelum mereka mengalaminya, dengan begitu anak sudah diberi persiapan
tentang perubahan yang bakal terjadi pada dirinya
5) Tekankan kepada anak bahwa proses kematangan seksual setiap individu itu berbeda-
beda
6) Beri pemahaman kepada remaja bahwa cinta kepada lawan jenis punya batas dan aturan,
dan pada saat yang tepat remaja akan menjalani bagaimana mencurahkan kasih sayang dan
cinta kepada lawan jenis dalam bingkai pernikahan
Remaja Madya (Middle Adolescence) Masa remaja madya berada pada rentang usia 14-16
tahun ditandai dengan hampir lengkapnya pertumbuhan pubertas, dimana timbulnya
keterampilanketerampilan berpikir yang baru, adanya peningkatan terhadap persiapan
datangnya masa dewasa, serta keinginan untuk memaksimalkan emosional dan psikologis
dengan orang tua (Aryani, 2010).
Remaja pada tahap pertengahan mengalami konflik utama terhadap kemandirian dan
kontrol. Pada tahap ini terjadi dorongan besar untuk emansipasi dan pelepasan diri.
Pada tahap akhir, kelompok sebaya mulai berkurang dalam hal kepentingan yang berbentuk
pertemanan individu. Mereka mulai menguji hubungan antara pria dan wanita terhadap
kemungkinan hubungan yang permanen.
Hubungan dengan sebaya remaja pertengahan mencari afiliasi dengan teman sebaya untuk
menghadapi ketidakstabilan yang diakibatkan oleh perubahan yang cepat; pertemanan lebih
dekat dengan jenis kelamin yang sama, namun mereka mulai mengeksplorasi kemampuan
untuk menarik lawan jenis. Mereka berjuang untuk mengambil tempat di dalam kelompok;
standar perilaku dibentuk oleh kelompok sebaya sehingga penerimaan oleh sebaya adalah
hal yang sangat penting.
1) Dukung anak untuk mengambil keputusan sambil memberi informasi berdasarkan apa
seharusnya ia mengambil keputusan itu
2) Diskusikan dengan anak tentang perilaku seks yang tidak sehat dan ilegal
5) Mendapatkan kebebasan emosional dari orang tua dan / atau orang dewasa yang lain
6) Mendapatkan pandangan hidup sendiri, dan merealisasi suatu identitas sendiri dan dapat
mengadakan partisipasi dalam kebudayaan pemuda itu sendiri, dengan tetap kontrol dari
orang tua.
2) Mencapai kemandirian emosional dari orang tua atau figur-figur yang mempunyai otoritas
6) Menperkuat self-control (kemampuan mengendalikan diri) atas dasar skala nilai, dan
prinsip-prinsip atau falsafah hidup
Masa remaja akhir berada pada rentang usia 16-19 tahun. Masa ini merupakan masa
konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai dengan pencapain lima hal, yaitu:
2) Ego lebih mengarah pada mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang lain dalam
mencari pengalaman baru.
3) Terbentuk identitas seksual yang permanen atau tidak akan berubah lagi.
4) Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti dengan
keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain. 12 5) Tumbuh pembatas
yang memisahkan diri pribadinya (Private Self) dengan masyarakat umum (Sarwono, 2012).
Struktur dan pertumbuhan reproduktif hampir komplit dan remaja telah matang secara
fisik. Pada remaja tahap akhir, mereka telah mampu memandang masalah secara
komprehensif dengan identitas intelektual sudah terbentuk.
Perpisahan emosional dan dan fisik dari orangtua dapat dilalui dengan sedikit konflik ketika
remaja akhir.
Sumber :
https://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/Psikoislam/article/download/1493/1091
https://core.ac.uk/download/pdf/234037379.pdf
https://ejournal.upi.edu/index.php/familyedu/article/download/4775/3340
https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/73288af89e84432f35a27ecbcf04f0c2.pdf
http://digilib.uinsby.ac.id/13682/5/Bab%202.pdf