Anda di halaman 1dari 18

BAB II

PEMBAHASAN
KONSEP REMAJA DAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA

A. Pengertian Remaja
Istilah remaja atau adolesence berasal dari kata latin adolescere yang berarti
“tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”. Istilah adolescence (dari bahasa Inggris) yang
dipergunakan saat ini mempunyai arti yang cukup luas mencakup kematangan mental,
emosional, sosial dan fisik (Hurlock,1999). Piaget (dalam Hurlock, 1999) mengatakan
bahwa masa remaja adalah usia dimana individu mulai berintegrasi dengan masyarakat
dewasa. Individu tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan
berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak, integrasi dalam
masyarakat, mempunyai banyak aspek afektif, kurang lebih berhubungan dengan masa
puber, termasuk di dalamnya juga perubahan intelektual yang mencolok, transformasi yang
khas dari cara berpikir remaja memungkinan untuk mencapai integrasi dalam hubungan
sosial orang dewasa.

Selanjutnya, Kartono (1990) mengatakan bahwa masa remaja juga sebagai masa
penghubung atau masa peralihan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada
periode remaja terjadi perubahan-perubahan besar dan esensial mengenai fungsi-fungsi
rohaniah dan jasmaniah. Yang sangat menonjol pada periode ini adalah kesadaran yang
mendalam mengenai diri sendiri dimana remaja mulai meyakini kemampuannya, potensi
dan cita-cita sendiri. Dengan kesadaran tersebut remaja berusaha menemukan jalan
hidupnya dan mulai mencari nilai-nilai tertentu, seperti kebaikan, keluhuran, kebijaksanaan,
dan keindahan. Pada remaja terdapat tugas-tugas perkembangan yang sebaiknya dipenuhi.
Menurut Hurlock (1999) semua tugas perkembangan pada masa remaja dipusatkan pada
penanggulangan sikap dan pola perilaku yang kekanak-kanakan dan mengadakan persiapan
untuk menghadapi masa dewasa. Adapun tugas perkembangan remaja itu adalah :

1. Mencapai peran sosial pria dan wanita


2. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun
wanita
3. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif
4. Mencapai kemadirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya
5. Mempersiapkan karir ekonomi untuk masa yang akan datang
6. Mempersiapkan perkawainan dan keluarga
7. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku dan
mengembangkan ideology.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa masa remaja
merupakan masa penghubung antara masa anak-anak menuju masa dewasa. Pada masa
remaja terdapat berbagai perubahan, di antaranya terjadi perubahan intelektual dan cara
berpikir remaja, terjadinya perubahan fisik yang sangat cepat, terjadinya perubahan sosial,
dimana remaja mulai berintegrasi dengan masyarakat luas serta pada masa remaja mulai
meyakini kemampuannya, potensi serta cita-cita diri. Selanjutnya pada masa remaja terdapat
tugas-tugas perkembangan yang sebaiknya dipenuhi sehingga pada akhirnya remaja bisa
dengan mantap melangkah ke tahapan perkembangan selanjutnya.

Konsep Diri Remaja

Menurut Hurlock (1999) pada masa remaja terdapat 8 kondisi yang mempengaruhi konsep
diri yang dimilikinya, yaitu :

1. Usia kematangan Remaja yang matang lebih awal dan diperlakukan hampir seperti orang
dewasa akan mengembangkan konsep diri yang menyenangkan sehingga dapat
menyesuaikan diri dengan baik. Tetapi apabila remaja matang terlambat dan
diperlakukan seperti anak-anak akan merasa bernasib kurang baik sehingga kurang bisa
menyesuaikan diri.
2. Penampilan diri Penampilan diri yang berbeda bisa membuat remaja merasa rendah diri.
Daya tarik fisik yang dimiliki sangat mempengaruhi dalam pembuatan penilaian tentang
ciri kepribadian seorang remaja.
3. Kepatutan seks Kepatutan seks dalam penampilan diri, minat dan perilaku membantu
remaja mencapai konsep diri yang baik. Ketidak patutan seks membuat remaja sadar dari
dan hal ini memberi akibat buruk pada perilakunya.
4. Nama dan julukan Remaja peka dan merasa malu bila teman-teman sekelompok menilai
namanya buruk atau bila mereka memberi nama dan julukan yang bernada cemoohan.
5. Hubungan keluarga Seorang remaja yang memiliki hubungan yang dekat dengan salah
satu anggota keluarga akan mengidentifikasikan dirinya dengan orang tersebut dan juga
ingin mengembangkan pola kepribadian yang sama.
6. Teman-teman sebaya Teman sebaya mempengaruhi pola kepribadian remaja dalam dua
cara. Pertama, konsep diri remaja merupakan cerminan dari anggapan tentang konsep
teman[1]teman tentang dirinya dan yang kedua, seorang remaja berada dalam tekanan
untuk mengembangkan ciri-ciri kepribadian yang diakui oleh kelompok.
7. Kreativitas Remaja yang semasa kanak-kanak didorong untuk kreatif dalam bermain dan
dalam tugas-tugas akademis, mengembangkan perasaan individualitas dan identitas yang
memberi pengaruh yang baik pada konsep dirinya. Sebaliknya, remaja yang sejak awal
masa kanak-kanak didorong untuk mengikuti pola yang sudah diakui akan kurang
mempunyai perasaan identitas dan individualitas.
8. Cita-cita Bila seorang remaja tidak memiliki cita-cita yang realistik, maka akan
mengalami kegagalan. Hal ini akan menimbulkan perasaan tidak mampu dan reaksi-
reaksi bertahan dimana remaja tersebut akan menyalahkan orang lain atas kegagalannya.
Remaja yang realistis pada kemampuannya akan lebih banyak mengalami keberhasilan
daripada kegagalan. Hal ini akan menimbulkan kepercayaan diri dan kepuasan diri yang
lebih besar yang memberikan konsep diri yang lebih baik. Berdasarkan penjelasan di atas
maka dapat diambil kesimpulan bahwa Konsep diri pada remaja dipengaruhi oleh usia,
kematangan, penampilan diri, kepatutan seks, nama dan julukan, hubungan keluarga,
teman sebaya, kreativitas, cita-cita serta jenis kelamin.

Batasan Usia Remaja

Banyak batasan usia remaja yang diungkapkan oleh para ahli. Diantaranya adalah Monks,
dkk (1999) yaitu masa remaja awal, masa remaja pertengahan dan masa remaja akhir.
Batasan remaja yang diungkapkan oleh Monks, dkk (1999) tidak jauh berbeda dengan
pendapat Kartono (1990) yang membagi masa remaja menjadi masa pra pubertas, masa
pubertas dan masa adolesensi. Monks, dkk (1999) membagi fase-fase masa remaja
menjadi tiga tahap, yaitu :
1. Remaja Awal (12 sampai 15 tahun) Pada rentang usia ini, remaja mengalami
pertumbuhan jasmani yang sangat pesat dan perkembangan intelektual yang sangat
intensif, sehingga minat anak pada dunia luar sangat besar dan pada saat ini remaja tidak
mau dianggap kanak-kanak lagi namun belum bisa meninggalkan pola kekanak-
kanakannya. Selain tu pada masa ini remaja belum tahu apa yang diinginkannya, remaja
sering merasa sunyi, ragu-ragu, tidak stabil, tidak puas, dan merasa kecewa
(Kartono,1990).
2. Remaja Pertengahan (15-18 tahun) Pada rentang usia ini, kepribadian remaja masih
bersifat kekanak-kanakan, namun pada usia remaja sudah timbul unsur baru, yaitu
kesadaran akan kepribadian dan kehidupan badaniah sendiri. Remaja mulai menemukan
nialai-nilai tertentu dan melakukan perenungan terhadap pemikiran filosofis dan etis.
Maka, dari perasaan yang penuh keraguan pada usai remaja awal maka pada rentang usia
ini mulai timbul kemantapan pada diri sendiri yang lebih berbobot. Rasa percaya diri
pada remaja menimbulkan kesanggupan pada dirinya untuk melakukan penilaian
terhadap tingkah laku yang telah dilakukannya. Selain itu pada masa ini remaja mulai
menemukan diri sendiri atau jadi dirinya (Kartono, 1990).
3. Masa Remaja Akhir (18-21 tahun) Pada rentang usia ini, remaja sudah merasa mantap
dan stabil. Remaja sudah mengenal dirinya dan ingin hidup dengan pola hidup yang
digariskan sendiri, dengan itikad baik dan keberanian. Remaja mulai memahami arah
kehidupannya, dan menyadari tujuan hidupnya. Remaja sudah mempunyai pendirian
tertentu berdasarkan satu pola yang jelas yang baru ditemukannya (Kartono,1990).

B. Pubertas,Perubahan Fisik dan Psikis Pada Remaja Putri


Pubertas adalah perubahan menjadi dewasa yang ditandai adanya perubahan fisik dan
emosional (psikis). Masa pubertas disebut juga akil balig. Pada masa ini telah tercapai
kematangan seksual yaitu sistem reproduksi telah mampu membuat sel-sel kelamin (gamet).
Hal ini dipengaruhi oleh produksi hormon kelamin dan kelenjar hipofisis. Secara biologis,
kamu telah siap untuk bereproduksi, namun belum tentu demikian bila ditinjau secara segi
psikis, sosial, ekonomi, dan lain-lain. Tingkat perkembangan pada setiap orang berbeda-
beda, yang dipengaruhi oleh faktor keturunan, produksi hormon, konsumsi makanan, dan
penyakit. Gejala pubertas dapat ditinjau secara fisik dan psikis (kejiwaan/emosional)
1. Pubertas secara fisik pada remaja putri
Pubertas secara fisik dapat dilihat dari perubahan tubuh, meliputi perubahan tanda
kelamin primer dan sekunder. Pada remaja putri menghasilkan hormon estrogen dan
progesteron. Ciri Kelamin Primer pada perempuan mulai menghasilkan sel telur di
dalam indung telur (ovarium) dan organ kelamin mulai berfungsi ditandai dengan
mengalami menstruasi yang pertama kali. Sedangkan ciri kelamin sekunder pada remaja
putri adalah Membesarnya payudara dan puting susu mulai timbul, pinggul melebar,
tumbuh rambut diketiak dan disekitar organ kelamin, suara lebih nyaring, kadang-
kadang di ikuti munculnya jerawat didaerah muka.
Pada perubahan proporsi tubuh, tampak dari bertambahnya tinggi badan, berat badan,
panjang kaki dan tangan sehingga ukuran seluruh badan bertambah
2. Pubertas secara Psikis pada remaja putri
Selain terjadi perubahan secara fisik, pada masa pubertas juga terjadi perubahan
hormonal yang mempengaruhi kondisi psikologis dan tingkah laku. Ciri-ciri pubertas
secara psikis adalah :
a. Mencari Identitas Diri
Dalam usaha mencari identitas diri, remaja sering menentang kemapanan karena
dirasa membelenggu kebeebasannya. Meskipun cara berpikir belum dewasa namun
remaja tidak mau dikatakan sebagai anak-anak. Remaja sering melakukan coba-coba
karena rasa ingin tahu yang sangat besar.
b. Mulai tertarik kepada lawan jenis
Masa remaja adalah masa persiapan menuju dewasa, wajar bila remaja mempunyai
ketertarikan dengan lawan jenis. Namun demikian pernikahan pada usia remaja
belum diperbolehkan karena secara mental belum siap. Kehamilan pada usia remaja
dapat berpengaruh negatif baik pada diri remaja maupun bayi yang dikandungnya.
c. Perubahan mood dan emosi
Perubahan hormon dalam tubuh anak juga akan mendorong perubahan mood dan
emosi pada anak. remaja akan terlihat lebih keras dan mereka cenderung ingin
menyendiri. Ini sangat berubah dan anak Anda mungkin tidak senang berbagi dengan
orang tua. Akhirnya anak juga akan mudah tersinggung, mudah marah dan terlalu
emosi. Pada saat tertentu mereka juga akan mempertahankan prinsip dan sulit untuk
diberitahu. Cara mengatasinya: mencoba untuk mendekati anak dan tahu ketika anak
sedang menghadapi masalah. Anda juga perlu mengingatkan anak dengan cara yang
baik sehingga anak tidak mudah marah. Caranya memang sudah lain dengan saat
anak kecil sehingga Anda juga harus tahu semua penyebab anak cepat marah.
d. Krisis identitas diri
Anak ketika sudah remaja mereka mencoba mencari jati diri. Mereka tidak suka
diatur oleh orang tua sehingga terkadang juga ingin melawan orang tua. Anda tidak
perlu khawatir karena anak sedang mengalami krisis identitas diri. Anak Anda akan
menjadi lebih mudah emosi dan mereka tidak mau diarahkan. Anak laki-laki
biasanya mencoba untuk berpetualang sehingga sering merasa ingin pergi sendiri.
Cara mengatasi: cobalah untuk bergabung dengan anak Anda. Anda harus tahu
dengan lingkungan anak. Sesekali anak anak secara pribadi dan lakukan apa yang
disukai oleh anak Anda. Saat itu maka Anda bisa tahu apa yang ingin dicari anak dan
cobalah memberikan bimbingan. Jadi jangan sampai anak Anda seperti kehilangan
identitas.
e. Hubungan orang tua dan anak
Saat anak sudah masuk ke masa puber maka mereka biasanya lebih senang
bergabung dengan teman mereka. Ini juga terjadi pada anak perempuan dan laki-laki
sehingga memang sama. Orang tua juga akan cemburu karena biasanya anak lebih
sering keluar rumah dan mulai meninggalkan acara keluarga. Anda tidak perlu
khawatir karena anak Anda memang lebih senang bersama dengan teman. Mereka
lebih senang bergabung dengan orang yang tahu tentang kesukaan dan masalah
mereka. Cara mengatasi: Anda perlu bergabung dengan anak. Cobalah untuk
mengundang teman anak ke rumah dan bermainlah dengan mereka. Anda juga bisa
mengundang teman anak untuk membuat mereka menjadi lebih bebas di rumah.
Karena Anda sudah melakukan cara melatih anak berbicara sejak kecil tentunya anak
Anda juga akan berbicara dengan cara yang baik.
f. Anak menjadi sensitif
Perubahan psikis biasanya akan lebih rumit untuk anak yang menderita autis sesuai
dengan jenis – jenis autis. Namun untuk anak yang biasa saja juga akan lebih rumit
dan sulit. Mereka menjadi lebih emosi dan sangat mudah tersinggung. Anak
perempuan menjadi sulit ketika akan menyambut masa menstruasi. Dan anak laki-
laki biasanya hanya berubah ketika sedang menghadapi masalah atau hal sulit di
sekolah dan hubungannya dengan teman. Cara mengatasinya : Cobalah membuat
anak menjadi lebih tenang. Saat mereka emosi atau menghadapi masalah maka ajak
anak untuk berbicara. Berikan nasehat dengan cara yang sangat lembut sehingga
anak menjadi lebih senang. Jangan memberi nasehat dengan cara yang tidak nyaman
karena sulit untuk diterima oleh anak. 
g. Anak merasa aneh dan bingung
Ketika anak sudah mengalami masa pubertas maka anak juga bisa merasa tidak
nyaman. Mereka merasa aneh dengan bentuk tubuh dan merasa bingung. Terlebih
jika mereka mengalami masalah seperti bentuk tubuh yang terlalu besar atau gemuk.
Rasa tidak percaya diri karena bentuk tubuh juga mengancam anak dan mereka
merasa tidak sempurna. Namun Anda perlu mendekati anak untuk menerima semua
perubahan itu. Cara mengatasi: katakan pada anak bahwa tidak ada yang salah
dengan bentuk tubuh. Tidak perlu merasa ragu dengan bentuk tubuh. Jika anak
terlalu gemuk atau masalah obesitas pada anak maka cobalah mengatur pola makan
anak. Ajak anak untuk berolahraga secara teratur sehingga mereka merasa lebih
nyaman.
h. Perasaan seksual
Saat anak mengalami perubahan seksual maka dorongan hormon juga akan
mendorong perasaan seksual ini. Perasaan seksual menjadi hal yang sangat rumit
karena anak menjadi sangat penasaran. Namun Anda tidak perlu takut karena anak
Anda hanya penasaran dan mereka ingin mencoba hal-hal baru. Biasanya anak
perempuan mulai menyukai riasan untuk menarik lawan dan meningkatkan rasa
percaya diri. Dan anak laki-laki cenderung ingin menunjukkan apa yang mereka
miliki di depan anak perempuan.

C. Kesehatan Reproduksi Remaja


Reproduksi secara sederhana dapat diartikan sebagai kemampun untuk “membuat
kembali”. Dalam kaitannya dengan kesehatan,reproduksi diartikan sebagai kemampuan
seseorang memperoleh keturunan (beranak) (Baso, 1999). Menurut WHO dan ICPD
(International conference on Population and Development) 1994 yang diselenggarakan di
Kairo kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat yang menyeluru, meliputi aspek fisik,
mental dan sosial dan bukan sekedar tidak adanya penyakit atau gangguan segala hal yang
berkaitan dengan sistem reproduksi, fungsinya maupun proses reproduksi itu sendiri.
Menurut Mariana Amiruddin, definisi kesehatan reproduksi adalah sekumpulan metode,
teknik, dan pelayanan yang mendukung kesehatan dan kesejahteraan reproduksi melalui
pencegahan dan penyelesaian masalah kesehatan reproduksi yang mencakup kesehatan
seksual, status kehidupan dan hubungan perorangan, bukan semata konsultasi dan perawatan
yang berkaitan dengan reproduksi dan penyakit yang ditularkan melalui hubungan seks
(Mahfina, 2009)
Masa remaja sebagai titik awal proses reproduksi menunjukkan persiapan strategi
interfrensi perlu dimulai jauh sebelum masa usia subur. Nilai anak perempuan dan laki-laki
dalam keluarga dan masyarakat, dan bagaimana perlakuan yang mereka terima merupakan
faktor penting yang turut menentukan keshatan reproduksi mereka dimasa datang. Bagi
masa remaja awal, adanya kematangan jasmani (seksual) itu umumnya digunakan dan
dianggap sebagai ciri-ciri primer akan datangnya masa remaja. Perkembangan fisik
termasuk organ seksual serta peningkatan kadar hormone reproduksi atau hormon seks baik
pada anak laki-laki maupun pada anak perempuan akan menyebabkan perubahan perilaku
seksual remaja secara keseluruhan.
Kesehatan Reproduksi menurut WHO adalah suatu keadaan fisik, mental, dan sosial
yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang
berhubungan dengan sistem reproduksi.Fungsi atau prosesnya atau suatu keadaan dimana
manusia dapat menikmati kehidupan seksual serta mampu menjalankan fungsi dan proses
reproduksinya secara sehat dan aman. Secara garis besar dapat di kelompokkan 4 golongan
faktor yang dapat berdampak buruk bagi kesehatan reproduksi, yaitu :
1. Faktor Sosial ekonomi dan demografi
Terutama kemiskinan, tingkat pendidikan yang rendah dan ketidaktahuan tentang
perkembangan seksual dan proses reproduksi, serta lokasi tempat tinggal yang terpencil.
2. Faktor Budaya dan lingkungan
Misalnya praktik tradisional yang berdampak buruk pada kesehatan reproduksi,
kepercayaan anak banyak anak banyak rezeki, informasi tentang fungsi reproduksi yang
membingungkan anak dan remaja karena saling berlawanan satu dengan yang lainnya.
3. Faktor psikologis
Dampak pada keretakan orang tua pada remaja, defresi karena ketidakseimbangan
hormonal, rasa tidak berharga wanita pada pria yang membeli kebebasan secara materi.
4. Faktor Biologis
Cacat sejak lahir, cacat pada saluran reproduksi pasca penyakit menular seksual.
Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi
dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja, pengertian sehat disini tidak semata-mata
berarti bebas penyakit atau bebas dari kecacaatan namun juga sehat secara mental serta
sosial kultural. Remaja perlu mengetahui kesehatan reproduksi agar memiliki informasi
yang benar mengenai proses reproduksi serta berbagai faktor yang disekitarnya. Dengan
informasi yang benar diharapkan remaja memiliki sikap dan tingkah laku yang bertanggung
jawab mengenai proses reproduksi.
Pengetahuan dasar yang perlu diberikan kepada remaja agar mereka mempunyai
kesehatan reproduksi yang baik, antara lain :
1. Pengenalan mengenai sistem, proses dan fungsi alat reproduksi ( asfek tumbuh kembang
remaja)
2. Remaja perlu mendewasakan usia kawin serta baimana merencanakan kehamilan agar
sesuai dengan keinginannya dan pasangannya’
3. Penyakit menular seksual dan HIV/AIDS serta dampaknya terhadap kondisi kesehatan
reproduksi.
4. Bahaya narkoba dan miras pada kesehatan reproduksi
5. Pengaruh Sosial dan media terhadap perilaku seksual
6. Kekerasan seksual dan bagaimana menghindarinya
7. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi termasuk memperkuat kepercayaan diri
agar mampu menangkal hal-hal yang bersifat negatif
8. Hak-hak reproduksi

D. Gizi Seimbang Pada Remaja

Masa remaja bermula pada perubahan fisik yang yang cepat, pertambahan berat
dan tinggi badan yang dramatis, perubahan bentuk tubuh, dan perkembangan
karakteristik seksual seperti pembesaran buah dada, perkembangan pinggang dan kumis,
dan dalamnya suara. Pada perkembangan ini, pencapaian kemandirian dan identitas sangat
menonjol dan lebih suka menghabiskan waktu diluar waktu berkumpul bersama
keluarga. Perubahan-perubahan fisik ini akan mempengaruhi status kesehatan dan
gizinya. Ketidakseimbangan antara asupan kebutuhan atau kecukupan akan
menimbulkan masalah gizi, baik masalah kekurangan gizi atau kelebihan gizi. Masalah
gizi pada remaja akan menimbulkan dampak negatif pada tingkat kesehatan
masyarakat, misalnya penurunan konsentrasi belajar, penurunan kesegaran
jasmani.Banyak penelitian telah membuktikan banyak sekali remaja yang
mengalami masalah gizi, masalah tersebut antara lain Anemia (berkisar 40%) dan
IMT kurang dari batas normal atau kurus (berkisar 30%). Banyak faktor yang bisa
menyebabkan hal ini terjadi,tetapi dengan mengetahui faktor-faktor penyebab yang
mempengaruhi hal ini dapat membantu upaya penanggulangannya.
Masalah gizi yang sering dialami pada remaja :

1. Gizi kurang terjadi karena jumlah konsumsi energi dan zatzat gizi lain tidak memenuhi
kebutuhan tubuh. Akan tetapi para remaja putri, gizi kurang umumnya terjadi karena
keterbatasan diet atau membatasi sendiri intik makannya.
2. Gizi lebih remaja disebabkan kebiasaan makan yang kurang baik sehingga jumlah
masukan energi (energy intake) berlebih .
3. Anemia pada remaja karena intik zat besi yang rendah. Remaja putri lebih beresiko
terkena anemia selain karena keterbatasan intik pangan hewani juga karena menstruasi
dan meningkatnya kebutuhan zat besi selama growth spurt
Kebutuhan Gizi Anak Remaja
1. Energi
a. Faktor yang perlu diperhatikan untuk menentukan kebutuhan energi remaja adalah
aktivitas fisik, seperti olahraga yang diikuti baik dalam kegiatan di sekolah maupun
di luar sekolah. Remaja yang aktif dan banyak melakukan olahraga memerlukan
asupan energi yang lebih besar dibandingkan yang kurang aktif.
b. Angka kecukupan gizi (AKG) energi untuk remaja dan dewasa muda perempuan
2000 - 2200 kkal, sedangkan untuk laki-laki antara 2400- 2800 Kkal setiap hari.
AKG energi ini dianjurkan sekitar 60% berasal dari sumber karbohidrat. Makanan
sumber karbohidrat adalah: beras, terigu dan hasil olahannya (mie, spagetti,
macaroni), umbi-umbian (ubi jalar, singkong), jagung, gula, dan lain-lain.
2. Protein
a. Kebutuhan protein meningkat pada masa remaja, karena proses pertumbuhan yang
sedang terjadi dengan cepat. Pada awal masa remaja, kebutuhan protein remaja
perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki, karena memasuki masa pertumbuhan
cepat lebih dulu.
b. Pada akhir masa remaja, kebutuhan protein laki-laki lebih tinggi dibandingkan
perempuan karena perbedaan komposisi tubuh. Kecukupan protein bagi remaja 1,5 -
2,0 gr/kg BB/hari. AKG protein remaja dan dewasa muda adalah 48- 62 gr per hari
untuk perempuan dan 55-66 gr per hari untuk laki-laki

3. Kalsium
a. Kebutuhan kalsium pada masa remaja relatif tinggi karena akselerasi muscular,
skeletal/kerangka dan perkembangan endokrin lebih besar dibandingkan masa anak
dan dewasa. Lebih dari 20 persen pertumbuhan tinggi badan dan sekitar 50 persen
massa tulang dewasa dicapai pada masa remaja.
b. AKG kalsium untuk remaja dan dewasa muda adalah 600-700 mg per hari untuk
perempuan dan 500-700 mg untuk laki-laki. Sumber kalsium yang paling baik
adalah susu dan hasil olahannya. Sumber kalsium lainnya ikan, kacang-kacangan,
sayuran hijau, dan lain-lain.
4. Zat Besi
a. Kebutuhan zat besi pada remaja meningkat karena terjadinya pertumbuhan cepat.
Kebutuhan besi pada remaja laki-laki meningkat karena ekspansi volume darah
dan peningkatan konsentrasi haemoglobin (Hb). Setelah dewasa, kebutuhan besi
menurun.
b. Pada perempuan, kebutuhan yang tinggi akan besi terutama disebabkan kehilangan
zat besi selama menstruasi. Hal ini mengakibatkan perempuan lebih rawan
terhadap anemia besi dibandingkan laki-laki.
c. Perempuan dengan konsumsi besi yang kurang atau mereka dengan kehilangan
besi yang meningkat, akan mengalami anemi gizi besi. Sebaliknya defisiensi besi
mungkin merupakan limiting factor untuk pertumbuhan pada masa remaja,
mengakibatkan tingginya kebutuhan mereka akan zat besi.
5. Seng ( Zinc )
Seng diperlukan untuk pertumbuhan serta kematangan seksual remaja, terutama untuk
remaja laki-laki. AKG seng adalah 15 mg per hari untuk remaja dan dewasa muda
perempuan dan laki-laki
6. Vitamin
Kebutuhan vitamin juga meningkat selama masa remaja karena pertumbuhan dan
perkembangan cepat yang terjadi. Karena kebutuhan energi meningkat, maka
kebutuhan beberapa vitamin pun meningkat, antara lain yang berperan dalam
metabolisme karbohidrat menjadi energi seperti vitamin B1, B2 dan Niacin. Untuk
sintesa DNA dan RNA diperlukan vitamin B6, asam folat dan vitamin B12, sedangkan
untuk pertumbuhan tulang diperlukan vitamin D yang cukup. Dan vitamin A, C dan E
untuk pembentukan dan penggantian sel.

Remaja putri rentan mengalami kurang gizi pada periode puncak tumbuh kembang
yang kedua kurang asupan zat gizi karena pola makan yang salah, pengaruh dari lingkungan
pergaulan (ingin langsing). Remaja putri yang kurang gizi tidak dapat mencapai status gizi
yang optimal (kurus, pendek dan pertumbuhan tulang tidak proporsional). Kurang zat besi
dan gizi lain yang penting untuk tumbuh kembang (zinc), sering sakit-sakitan. Dari kedua
masalah status gizi remaja putri tersebut, diperlukan upaya peningkatan status gizinya,
karena remaja putri membutuhkan zat gizi untuk tumbuh kembang yang optimal dan remaja
putri perlu suplementasi gizi guna meningkatkan status gizi dan kesehatannya.
Kurus merupakan masalah gizi yang umumnya lebih banyak ditemukan pada remaja
perempuan. Body image kurus itu indah dan cantik, merupakan salah satu penyebab
anorexia nervosa dan bulimia (keduanya merupakan keadaan buruk akibat ingin kurus,
sehingga menolak makan atau memuntahkan kembali makanan yang telah dimakan),
khususnya remaja perempuan. Masa remaja merupakan masa yang sangat rentan.
Peningkatan kadar hormon estrogen dan progesterone pada remaja serta hormon testosteron
pada remaja pria terjadi dengan pesat pada masa ini. Jika tidak diimbangi dengan perawatan
tubuh yang baik, terutama kebersihan badan dan asupan nutrisi yang baik, peningkatan kadar
hormon tersebut bisa mengakibatkan munculnya jerawat yang sering kali mengganggu
penampilan. Hal ini terjadi akibat kurangnya mengkonsumsi Vitamin A, C, dan E yang
banyak terdapat pada bit, sayur-sayuran, buah-buahan.Dan sering makan makanan gula dan
makanan kaya akan asam lemak seperti susu, mentega, minyak nabati. Disarankan untuk
mengkonsumsi makanan yang kaya serat.
Remaja yang tak memperoleh cukup gizi yang biasa didapati pada buah-buahan dan
ikan lebih rentan terhadap kondisi paru-paru yang dibawah normal, sakit asma, batuk dan
sesak nafas. Remaja dengan asupan dan terutama vitamin C paling rendah memiliki paru-
paru yang lebih lemah dibandingkan dengan yang lain. Remaja yang kurang mengkonsumsi
vitamin E, yang terdapat pada minyak nabati dan kacang, lebih mungkin untuk terserang
asma. Remaja yang mengkonsumsi kurang banyak buah dan lebih sedikit asam lemak
omega-3 lebih mungkin untuk terserang asma dan gangguan pernafasan seperti tersengal-
sengal. Salah satu masalah gizi remaja yang berkaitan langsung dengan AKI adalah anemia
gizi. Anemia, dipengaruhi secara langsung oleh konsumsi makanan sehari-hari yang kurang
mengandung zat besi, selain faktor infeksi sebagai pemicunya. Anemia, terjadi pula karena
peningkatan kebutuhan pada tubuh seseorang seperti pada saat menstruasi, kehamilan,
melahirkan, sementara zat besi yang masuk sedikit.

E. Anemia Pada Remaja Putri


Masalah yang paling umum dijumpai pada usia remaja terutama pada perempuan adalah
anemia karena kekurangan zat besi yang diperlukan untuk membentuk sel-sel darah merah,
yang kemudian dikonversi menjadi hemoglobin, dan diedarkan keseluruh jaringan tubuh
yang fungsinya sebagai pembawa oksigen. Remaja perempuan lebih membutuhkan banyak
zat besi dibandingkan remaja laki-laki, karena pada saat perempuan mengalami menstruasi,
hemoglobin ikut terbuang. Absorbsi zat besi akan lebih optimal maka diperlukan makanan
dengan kualitas tinggi seperti 14 daging, hati, ikan, ayam, telur dan makanan yang
mengandung tinggi vitamin C untuk membantu penyerapan zat besi (Susilowati, 2016).
Berkaitan dengan masih tingginya angka kematian ibu melahirkan di Indonesia menunjukan
bahwa masalah anemia pada remaja perlu mendapat perhatian khusus. Selain mengkonsumsi
makanan yang berkualitas, remaja yang anemia juga perlu mengkonsumsi suplemen zat besi.
Menurunya daya tahan tubuh yang disebabkan oleh anemia akan menimbulkan masalah baru
seperti penyakit infeksi. Selain itu daya konsentrasi juga akan menjadi berkurang dan tingkat
kebugaran akan menurun sehingga akan merasa cepat lelah saat beraktifitas (Susilowati,
2016).

Apa saja tanda dan gejala anemia pada remaja putri


Sebagian orang yang mengalami anemia tidak memperlihatkan gejala atau tanda apa pun.
Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan remaja putri dapat mengalami gejala anemia
seperti di bawah ini :
 Merasa mudah marah.
 Merasa lemah atau lelah lebih sering dari biasanya.
 Sakit kepala
 Sulit berkonsentrasi atau berpikir.
Namun, kondisi ini bisa semakin parah apabila tidak kunjung ditangani. Jika semakin
memburuk, gejala kurang darah yang muncul bisa lebih berat, seperti :
 Ada warna putih pada bagian dalam kelopak mata bawah.
 Kuku jari kaki dan tangan rapuh.
 Punya keinginan makan yang disebut sebagai pica, yaitu seperti makan es batu atau
tanah.
 Merasa pusing saat berdiri.
 Warna kulit pucat.
 Sesak napas
 Pusing disertai sakit kepala.
 Mengalami sindrom kaki gelisah.
Apa saja penyebab anemia, Penyebab anemia adalah kurangnya produksi sel darah merah.
Faktor-faktor ini akan meningkatkan risiko Anda mengalami penyakit anemia :
 Pola makan kurang vitamin atau kadar nutrisi tertentu, seperti zat besi atau vitamin B-
12.
 Gangguan usus, seperti penyakit Celiac dan penyakit Crohn.
 Menstruasi
 Kehamilan
 Punya penyakit kronis, seperti kanker, ginjal atau gagal hati.
 Riwayat keluarga
 Faktor-faktor lain, seperti pernah mengalami infeksi tertentu, penyakit darah, gangguan
autoimun, alkoholisme, paparan bahan kimia beracun, juga dapat menurunkan produksi
sel darah merah.
Bagaimana cara sederhana mengatasi dan mencegah anemia
Sering kali kita dapat mengatasi anemia dan mencegah kondisi kekurangan sel darah merah
tanpa perlu perawatan medis khusus, akan tetapi ada beberapa kondisi anemia memang tidak
dapat dicegah. Namun, terdapat beberapa hal yang bisa Anda lakukan untuk mencegah
anemia defisiensi zat besi dan vitamin dengan cara memilih diet yang mencakup berbagai
vitamin dan nutrisi, seperti :
 Konsumsi zat besi.
 Konsumsi folat
 Konsumsi vitamin B-12.
 Banyak konsumsi vitamin C.
Bagi remaja putri diharapkan dapat memperbaiki pola gizi sebagai pengganti zat besi
sehingga dapat mencegah kejadian anemia lebih dini dan bagi institusi pendidikan
diharapkan dapat melakukan kerjasama dengan pihak puskesmas setempat atau tenaga
kesehatan untuk dilakukan bimbingan atau penyuluhan mengenai pemenuhan nutrisi pada
remaja putri dalam upaya pencegahan anemia.

F. HIV/AIDS dan Infeksi menular seksual


Kasus PMS dan HIV/AIDS cukup banyak terjadi di kalangan remaja. Berbagai jenis PMS
serta HIV/AIDS sangat berpengaruh pada tingkat kesehatan seseorang pada umumnya dan
kondisi kesehatan reproduksi pada khususnya karena pada umumnya berbagai penyakit PMS
dan HIV/AIDS berkaitan langsung dengan sistem reproduksi manusia. Bahkan HIV/AIDS
dapat berdampak pada kematian. Kasus HIV/AIDS bagaikan gunung es; yang nampak
hanyalah permukaan belaka namun kasus yang sesungguhnya jauh lebih besar daripada
kasus yang nampak. Penyakit ini merupakan penyakit yang mematikan karena sampai saat
ini belum ditemukan obat penyembuhannya. Namun demikian sebenarnya pencegahan
terhadap penyakit ini relatif mudah asalkan kita mengetahui caranya.
Menurut United Nations Development Economic and Social Affairs (UNDESA) 2010
dalam situasi kesehatan reproduksi remaja menyebutkan Indonesia merupakan Negara ke-37
dengan persentase yang tinggi pernikahan usia muda dan tertinggi kedua di ASEAN setelah
Kamboja. Pada tahun 2010, terdapat 158 negara dengan usia legal minimum perempuan
menikah adalah 18 tahun, namun sangat disayangkan di Indonesia usia minimal perempuan
menikah masih 16 tahun. Berdasarkan SKDI 2012, 12,6% remaja usia 15-19 tahun sudah
berstatus menikah. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 menyebutkan proporsi
kehamilan remaja usia 15-19 tahun di perkotaan sebesar 1,28% di perkotaan dan 2,71% di
pedesaan. Kehamilan pada remaja usia di bawah 15 tahun juga masih terjadi meskipun
dalam persentase yang kecil sebesar 0,02%.
Seiring tekanan sosial dan ekonomi dalam perubahan menuju dewasa, remaja mulai
aktif secara seksual, menikah dan hamil di usia dini yang meningkatkan permasalahan
kesehatan di kalangan remaja yang diperparah dengan terbatasnya layanan kesehatan untuk
remaja. Hal ini perlu mendapatkan perhatian khusus tidak hanya bagi pemerintah namun
juga bagi masyarakat dan terutama orang tua, terutama karena masih kurangnya informasi
dan pengetahuan bagi remaja mengenai resiko yang mungkin akan mereka hadapi sebagai
dampak dari perilaku tersebut. Masa remaja merupakan masa eksplorasi seksual, oleh karena
itu akses informasi dan layanan kesehatan seksual dan reproduksi menjadi bagian penting di
masa ini. Penguasaan hak-hak reproduksi, kematangan dan tanggung jawab individu,
memberikan hak-hak individu untuk memperoleh pengetahuan dari layanan kesehatan
menjadi aspek mendasar yang perlu dipahami oleh remaja.

Pendidikan kesehatan reproduksi remaja melalui sekolah sebenarnya dinilai sebagai


salah satu strategi pencegahan yang baik dalam meningkatkan pemahaman remaja dan
menurunkan perilaku beresiko di kalangan remaja. Pemerintah sudah mendorong upaya dan
gerakan untuk memfasilitasi pendidikan kesehatan reproduksi remaja hanya saja hal ini
belum dilakukan secara komprehensif dan meluas. Masih terdapat penolakan baik dari pihak
sekolah ataupun masyarakat terkait pemberian pendidikan kesehatan reproduksi ataupun
informasi yang membahas isu seksualitas karena dirasa sebagai suatu hal yang tabu.
Pemikiran bahwa pemberian pendidikan seks dan pemahaman mengenai kondom
mendorong para remaja menjadi aktif secara seksual dan meningkatkan angka kehamilan
masih dijadikan alasan penolakan tersebut. Mitos-mitos ini haruslah mulai dan segera
direduksi. Kesadaran masyarakat mengenai pentingnya pendidikan kesehatan seksual
harus mulai ditingkatkan sebagai langkah awal memberikan akses informasi yang
akurat bagi remaja. Model pendidikan kesehatan reproduksi yang dibawakan dengan
kesan “menakut-nakuti” remaja untuk menghindari seks juga harus mulai bergeser dan
diarahkan ke pendidikan kesehatan reproduksi yang positif (dengan tetap memaparkan
resiko dan konsekuensi secara objektif) sehingga semua informasi dapat disampaikan
secara komprehensif dan tidak dibatasi karena dianggap sebagai sesuatu yang tabu.
Perlu diperhatikan bahwa pembahasan mengenai kesehatan reproduksi remaja
bukanlah sekedar isu kesehatan semata, namun juga sangat terkait dengan isu sosial
dan budaya yang mana masih sangat membatasi remaja untuk dapat memperoleh
informasi dan pelayanan yang komprehensif.

G. Narkotika, Psikotroika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA)


Masalah penggunaa Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif ( NAPZA ) atau istilah
yang populer di masyarakat sebagai NARKOBA merupakan masalah yang sangat kompleks,
yang memerlukan penanganan secara komprehensif dengan melibatkan kerja sama
multidisipliner, multisektor, dan peran serta masyarakat secara aktif yang dilaksanakan
berkesinambungan, konsekuen dan konsisten. Meskipun dalam kedokteran sebagian besar
golongan narkotika, psikotropika dan Zat Adiktif lainnya masih bermanfaat bagi
pengobatan, namun bila disalah gunakan atau digunakan tidak menurut indikasi medis atau
standar pengobatan terlebih lagi jika disertai peredaran di jalur ilegal akan sangat merugikan
bagi individu maupun masyarakat luas khususnya generasi muda.
Kebanyakan penyalahgunaan NAPZA dimulai atau terdapat pada masa remaja, sebab
remaja yang sedang mengalami perubahan biologi, psikologi maupun sosial yang pesat
merupakan individu yang rentan untuk menyalahgunakan NAPZA. Anak atau remaja
dengan ciri-ciri tertentu mempunyai risiko lebih besar untuk menjadi penyalahgunaan
NAPZA. Faktor lingkungan meliputi faktor keluarga dan lingkungan pergaulan baik
disekitar rumah, sekolah, teman sebaya maupun masyarakat. Faktor keluarga terutama faktor
orang tua yang ikut menjadi penyebab seorang anak atau remaja menjadi penyalahguna
NAPZA antara lain adalah : komunikasi orang tua, anak kurang baik/efektif, hubungan
dalam keluarga kurang harmonis/disfungsi dalam keluarga, orang tua bercerai, berselingkuh
atau kawin lagi, orang tua terlalu sibuk atau tiadak acuh, orang tua otoriter atau serba
melarang, orang tua yang serba membolehkan ( permisif ), kurangnya orang yang dapat
dijadikan model atau teladan, orang tua kurang peduli dan tidak tahu dengan masalah
NAPZA, tata tertib atau disiplin yang selalu berubah ( kurang konsisten ), kurangnya
kehidupan beragama atau menjalankan ibadah dalam keluarga. Dan Dalam llinngkuungan
sekolah siantaranya sekolah yang kurang disiplin, sekolah yang terletak dekat hiburan dan
penjual NAPZA, sekolah yang kurang memberi kesempatan pada siswa untuk
mengembangkan diri secara kreatif dan positif, adanya siswa pengguna NAPZA, lingkungan
teman sebaya diantaranya berteman dengan penyalahguna dan tekanan atau ancaman teman
kelompok atau pengedar. Lingkungan masyarakat/sosial diantaranya lemahnya penegakan
hukum dan situasi politik, sosial dan ekonomi yang kurang mendukung. Dan faktor NAPZA
itu sendiri yaitu mudahnya NAPZA didapatk dimana-mana dengan harga terjangkau.
Upaya yang harus dilakukan untuk mencegah pengguna NAPZA lebih banyak lagi
yang pertama harus mengenali remaja resiko tinggi penyalahgunaan NAPZA dan melakukan
intervensi. Upaya pencegahan ini dilakukan sejak anak berusia dini, agar faktor yang didapat
menghambat proses tumbuh kembang anak dapat diatasi dengan baik. Mengobati dan
intervensi agar tidak lagi menggunakan NAPZA dan pencegahan ini dilakukan dengan cara
merehabilitasi penyalahgunaan NAPZA.

Anda mungkin juga menyukai