Anda di halaman 1dari 54

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR NORMAL

BY. NY D USIA 1 JAM DI PMB YOHANA TRIANI SEMARANG

Oleh:

LINA ROKHIYYAH (P1337424820182)


DESI ALVIONITA (P1337424820090)
DEWI TRIWI ANGGUN (P1337424820091)
SITI NURHASANAH (P1337424820131)
SRIYATI (P1337424820129)

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN


JURUSAN KEBIDANAN SEMARANG POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
TAHUN 2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Asuhan Kebidanan adalah penerapan fungsi dan kegiatan yang menjadi
tanggungjawab dalam memberikan pelayanan kepada klien yang mempunyai
kebütuhan masalah dalam bidang kesehatan ibu hamil, masa persalinan, masa nifas,
bayi setelah lahir serta keluarga berencana (Depkes RI, 1999).
Asuhan kebidanan pada neonatus, bayi, balita, dan anak pra sekolah adalah
asuhan yang diberikan kepada neonatus, bayi, balita, dan anak pra sekolah yang
memiliki kebutuhan atau masalah tentang kesehatannya. Asuhan yang diberikan
bertujuan untuk memantau perkembangan anak serta deteksi dini apabila ada
gangguan pertumbuhan maupun perkembangan, serta untuk menurunkan angka
kematian bayi dan balita.
Namun pada saat ini, tingginya Angka Kematian Bayi dan Balita di dunia
masih menjadi masalah yang cukup berat. World Health Organization (WHO) Pada
tahun 2012 melaporkan bahwa setiap hari lebih dari 7200 bayi lahir mati, sebagian
besar diantaranya 98% terjadi di negara negara berpendapatan rendah hingga sedang.
Tetapi WHO mencatat negara kaya tidak luput dari kasus ini, dengan catatan satu
bayi mati dari 320 kelahiran. Data dari WHO mengatakan dua pertiga kasus atau 1,8
juta/tahun bayi lahir mati ditemukan pada 10 negara, jumlah tertinggi ditemukan
dikawasan Sub Sahara afrika dan Asia Tenggara. Antara 25 % dan 40 % kasus angka
lahir mati disebabkan karena kelainan kongenital, infeksi, malnutrisi, hidrops non
imun dan isoimunisasi anti-D.
Berdasarkan data dari Survey Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2012,
menunjukkan angka kematian bayi sebesar 32 per 1000 kelahiran hidup, dan angka
kematian balita sebesar 40 per 100 kelahiran hidup. Pada tahun 2011 Angka
Kematian bayi (AKB) di Jawa Tengah sebesar 10,34/1000 KH. AKB tahun 2011
mengalami penurunanan bila dibandingkan tahun sebelumnya, dimana AKB tahun
2010 yaitu 10,62/1000 KH. Dibandingkan dengan target Millenium Development
Goals (MDGs) ke- 4 yaitu menurunkan angka kematian anak, tahun 2015 sebesar
17/1.000 kelahiran hidup maka AKB di Provinsi Jawa Tengah tahun 2011 sudah
cukup baik karena telah melampaui target. Sedangkan target AKB yang harus dicapai
tahun 2015 di Jawa Tengah sendiri yaitu 8,5/1000 KH. Pencapaian target di Jawa

1
tengah belum terpenuhi sehingga perlu dilakukan upaya yang lebih intensif untuk
mempercepat laju penurunannya. Upaya yang paling efektif adalah dengan
melakukan usaha pemeliharaan dan pengawasan antenatal sedini mungkin, persalinan
yang aman, serta perawatan yang baik (Dinkes Jateng, 2013).
Faktor yang menyebabkan peningkatan AKB yaitu diantaranya kurangnya
pemerataan pelayanan kesehatan berikut fasilitasnya. Hal ini disebabkan kematian
bayi sangat dipengaruhi oleh pelayanan kesehatan, khususnya bayi baru lahir dengan
kelainan kongenital. Penatalaksanaan bayi baru lahir dengan kelainan kongenital
harus ditangani secara cepat dan tepat dengan pelayanan kesehatan yang baik dan
fasilitas kesehatan yang memadai. Namun, apabila pelayanan kesehatan dan fasilitas
kesehatan kurang merata akan berdampak pada kegagalan dalam penanganan bayi
baru lahir dengan kelainan kongenital yang dapat menyebabkan cacat seumur hidup
bahkan kematian (Dinkes Kabupaten Semarang, 2011).
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Kebidanan Pada By. Ny. D Usia 1 jam jenis kelamin laki-
laki di PMB Yohana Triani Ratnawati ?
C. Tujuan
a. Tujuan Umum
Dapat melakukan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dalam
memecahkan masalah dengan menggunakan pendekatan masalah atau manajemen
kebidanan dan mendokumentasikan dalam bentuk SOAP.
b. Tujuan Khusus
1) Melakukan pengkajian dengan cara semua data yang dibutuhkan untuk
menilai keadaan bayi baru lahir secara keseluruhan.
2) Menginterpretasikan data untuk mengidentifikasi diagnosis atau masalah.
3) Mengidentifikasi diagnosa dan masalah potensial dan mengantisipasinya.
4) Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, melakukan tindakan
konsultasi, kolaborasi dengan tenaga medis lain dan tim berdasarkan kondisi
klien.
5) Menyusun rencana asuhan secara menyeluruh dengan tepat dan rasional
berdasarkan keputusan yang dibuat pada langkah-langkah sebelumnya.
6) Pelaksanaan langsung asuhan secara efisien dan aman.
7) Mengevaluasi keefektifan asuhan yang diberikan, dan mengulang kembali
asuhan kebidanan yang tidak efektif.

2
8) Mendokumentasikan asuhan kebidanan kedalam SOAP.
D. Manfaat
a. Bagi Institusi Pelayanan
Dapat menigkatkan pengetahuan, keterampilan, serta mengulas kembali
teori-teori tentang penerapan manajemen asuhan kebidanan pada ibu hamil
Trimester II sehingga dapat memberikan asuhan kebidanan yang lebih baik dan
berkualitas sesuai dengan standart kompetensi dan kode etik profesi.
b. Bagi Institusi Pendidikan
Institusi pendidikan dapat lebih mengembangkan kurikulum pendidikan
dan teori-teori yang sesuai dengan evidance based, sehingga dapat meningkatkan
mutu pendidikan dan mutu pelayanan asuhan kebidanan.
c. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat menilai dan menimbang bagaimana kesinambungan
antara teori dengan praktik di lapangan. Sehingga dapat mengembangkan
pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam memilah dan memilih asuhan
mana yang lebih efektif dan efisien untuk diterapkan dalam rangka menjadi bidan
yang profesional.

3
BAB II
TINJAUAN TEORI BAYI BARU LAHIR

A. TINJAUAN TEORI MEDIS


1. Pengertian
Beberapa pengertian dari bayi baru lahir normal menurut (Sondakh, 2013)
adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 27 – 42 minggu dengan berat lahir
antar 2500 – 4000 gram. Bayi lahir normal adalah bayi yang lahir cukup bulan, 38
– 42 minggu dengan berat badan sekitar 2500 – 3000 gram dan panjang badan
sekitar 50 - 55 cm (Prawirohardjo, 2016)
Bayi baru lahir (Neonatus) adalah bayi yang baru mengalami proses
kelahiran, berusia 0-28 hari. BBL memerlukan penyesuaian fisiologis berupa
maturasi, adaptasi (menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin ke kehidupan
ekstrauterine) dan toleransi bagi BBL untuk dapat hidup dengan baik (Marmi and
Raharjo, 2014). Menurut Saifuddin (2009) bayi baru lahir adalah bayi yang baru
lahir selama satu jam pertama kelahiran. Masa sejak lahir sampai dengan 4 minggu
(28 hari) sesudah kelahiran diklasifikasikan sebagai berikut :
1) Neonatus adalah bayi berumur 0 (baru lahir) sampai dengan 1 bulan
sesudah lahir
2) Neonatus dini : usia 0 – 7 hari
3) Neonatus lanjut : 7 – 28 hari
2. Ciri – Ciri Bayi Baru Lahir
Menurut Jamil, Sukma and Hamidah (2017) Bayi baru lahir normal adalah berat
lahir antara 2500-4000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada
kelainan congenital (cacat bawaan) yang berat, dalam (Marmi and Raharjo, 2014).
Berat badan bayi pada saat kelahiran ditimbang dalam waktu satu jam sesudah lahir:
a. Bayi berat lahir cukup: bayi dengan berat lahir>2500 gram
b. Bayi berat lahir rendah (BBLR) atau low birthweight infant: bayi dengan berat
badan lahir kurang dari 1500-2500 gram
c. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) atau Very low birthweight infant: bayi
dengan berat badan lahir 1000-1500 gram
d. Bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR) atau Extremely very low
birthweight infant: bayi lahir hidup dengan berat badan lahir kurang dari1000
gram

4
Ciri – ciri Bayi Baru lahir Normal :
a. Berat badan 2500 – 4000 gram
b. Panjang badan bayi 48 – 50 cm
c. Lingkar dada 32 – 34 cm
d. Lingkar kepala 33–35 cm
e. Bunyi jantung dalam menit pertama ± 180 kali / menit kemudian turun sampai
140 – 120 kali / menit pada saat bayi berumur 30 menit
f. Pernafasan cepat pada menit – menit pertama kira – kira 80 kali / menit disertai
pernafasan cuping hidung, reaksi suprasternal dan intercostal serta rintihan
hanya berlangsung 10 – 15 menit. Setelah berumur 30 menit berkisar ±40-60
kali/menit
g. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan sub cutan cukup terbentuk
dan dilapisi verniks caseosa
h. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna
i. Kuku agak panjang dan lemas
j. Genetalia, Perempuan: labia mayora sudah menutupi labia minora pada bayi,
Laki – laki testis sudah turun ke skrotum.
k. Reflek hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik
l. Reflek Morrow atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik
m. Reflek graps atau menggenggam sudah baik
n. Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama, mekonium
berwarna hitam kecoklatan (Sondakh, 2013).
3. Adaptasi Fisiologis BBL Terhadap Kehidupan di Luar Uterus
Konsep mengenai adaptasi bayi baru lahir adalah sebagai berikut (Sondakh,2013):
a. Memulai segera pernafasan dan perubahan dalam pola sirkulasi. Konsep ini
merupakan hal yang esensial pada kehidupan ekstra uterin.
b. Dalam 24 jam setelah lahir sistem ginjal, gastrointestinal, hematologi,
metabolik dan sistem neurologic bayi baru lahir harus berfungsi secara
memadai untuk mempertahankan kehidupan ekstrauterin
Setiap bayi baru lahir akan mengalami periode transisi, yaitu ;
a. Periode ini merupakan fase tidak stabil selama 6 -8 jam pertama kehidupan,
yang akan dilalui pleh seluruh bayi dengan mengabaikan usia gestasi atau sifat
persalinan atau melahirkan. Pada periode pertama reaktivitas (segera setelah
lahir) akan terjadi pernafasan cepat (dapat mencaapi 80 kali / menit) dan

5
pernafasan cuping hidung yang berlangsung sementara, retraksi serta suara
seperti mendengkur dapat terjadi. Denyut jantung dapat mencapai 180 kali /
menit selama beberapa menit kehidupan.
b. Setelah respon awal ini bayi akan menjadi tenang, relaks dan tertidur. Tidur
pertama ini (dikenal dengan fase tidur) terjadi dalam 2 jam setelah kelahiran
dan berlangsung beberapa menit sampai beberapa jam.
c. Periode kedua reaktivitas dimulai ketika bayi bangun, ditandai dengan respon
berlebihan terhadap stimulus, perubahan warna kulit dari merah muda menjadi
agak sianosis dan denyut jantung cepat
d. Lendir mulut dapat menjadi amsalah yang bermakna, misalnya tersedak /
aspirasi, tercekik dan batuk
4. Perubahan Fisiologis
a. Perubahan sistem Pernafasan (Respirasi)
Pernapasan normal pada neonatus pertama kali dimulai ketika kurang lebih 30
detik sesudah kelahiran. Pernapasan ini terjadi akibat adanya aktivitas normal
dari susunan syaraf pusat perifer yang dibantu oleh beberapa rangsangan
lainnya.Tekanan pada rongga dada bayi sewaktu melalui jalan lahir pervagina
mengakibatkan kehilangan setengah dari jumlah cairan yang ada di paru-paru
(paru-paru pada bayi yang normal yang cukup bulan mengandung 80-100ml
cairan) sehingga sesudah bayi lahir cairan yang hilang diganti dengan udara,
paru-paru berkembang dan rongga dada kembali pada bentuk semula (Marni
and Rahardjo, 2014).
b. Perubahan peredaran darah neonatus
Penutupan duktus arteriosus terjadi karena adanya penurunan retensi paru-paru
sehingga aliran dari ventrikel kanan ke paru - paru meningkat dan
menyebabkan aliran darah melalui duktus menurun. Penutupan tidak terjadi
segera setelah lahir, pada jam-jam pertama aliran masih ada sedikit namun
aliran tetap dari kiri ke kanan karena tekanan ventrikel kiri lebih besar dari
tekanan jantung kanan. Penutupan duktus arteriosus terjadi tiga minggu setelah
lahir. Penutupan duktus venosus terjadi dalam tiga sampai tujuh hari,
mekanismenya tidak diketahui (Marni and Rahardjo, 2014).
c. Sistem pengaturan suhu
Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuh mereka, sehingga akan
mengalami stress dengan adanya perubahan – perubahan lingkungan, akan

6
tetapi dapat menciptakan suhu tubuhnya dengan cara mengurangi energi
(POGI, 2009). Suhu tubuh bayi baru lahir dapat turun beberapa derajat karena
lingkungan eksternal lebih dingin dari lingkungan pada uterus. Suplai subkutan
yang terbatas dan area permukaan kulit yang besar dibandingkan dengan berat
badan menyebabkan bayi mudah menghantarkan panas pada lingkungan.
Trauma dingin (hipotermi) pada bayi baru lahir dalam hubungannya dengan
asidosis metabolik dapat bersifat mematikan, bahkan pada bayi cukup bulan
yang sehat (POGI, 2009). Kehilangan suhu tubuh pada bayi baru lahir dapat
terjadi mekanisme sebagai berikut :
1) Konduksi
Panas dihantarkan dari tubuh bayi ke tubuh benda di sekitarnya yang
kontak langsung dengan tubuh bayi.
2) Konveksi
Panas hilang dari bayi ke udara sekitarnya yang sedang bergerak (jumlah
panas yang hilang bergantung pada kecepatan dan suhu udara)
3) Radiasi
Panas dipancarkan dari BBL, keluar tubuhnya ke lingkungan dingin
(pemindahan panas antar dua objek yang mempunyai suhu berbeda)
4) Evaporasi
Panas hilang melalui proses penguapan tergantung kepada kecepatan dan
kelembaban udara (pemindahan panas dengan cara merubah cairan menjadi
uap) Dipengaruhi oleh jumlah panas yang diapakai, tingkat kelembaban
udara, aliran udara yang melewati.
Sesaat sesudah bayi lahir, dia akan berada di tempat yang suhunya lebih
rendah dari dalam kandungan dan dalam keadaan basah. Bila bayi dibiarkan
dalam suhu kamar 25 0 C, maka bayi akan kehilangan panas melalui evaporasi,
konveksi, konduksi dan radiasi sebanyak 200 kalori / kg BB / menit. Sementara
pembentukan panas yang dapat diproduksi hanya sepersepuluh dari itu dalam
waktu bersamaan. Hal ini dapat mengakibatkan penurunan suhu tubuh 2 0
C
dalam 15 menit. Suhu lingkungan yang tidak baik akan menyebabkan bayi
menderita hipotermi dan trauma dingin (cold injury). Bayi baru lahir dapat
mempertahankan suhu tubuhnya dengan mengurangi konsumsi energy,
serta ,merawatnya dalam Natural Thermal Environment (NTE), yaitu suhu
lingkungan rata – rata di mana produksi panas, pemakaian oksigen dan

7
kebutuhan nutrisi untuk pertumbuhan adalah minimal agar suhu tubuh menjadi
normal (Sondakh, 2013). Melakukan Inisiasi Menyusu Dini merupakan salah
satu cara menjaga suhu tubuh bayi tetap hangat dengan kontak kulit bayi dan
ibu dalam 1 jam pertama kelahiran (Chaidir, 2017). Menunda memandikan bayi
minimal 6 jam setelah kelahiran juga merupakan upaya untuk mempertahankan
suhu tubuh BBL tetap hangat (Kelly et al., 2018).
d. Metabolisme
Setelah tindakan penjepitan tali pusat dengan klem pada saat lahir, seorang
bayi harus mulai mempertahankan kadar glukosa darahnya sendiri. Pada setiap
BBL glukosa darah akan turun dalam waktu cepat (1-2 jam)
Koreksi penurunan gula darah dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu:
1) Melalui penggunaan ASI (bayi baru lahir sehat harus didorong untuk diberi
ASI secepat mungkin setelah lahir.
2) Melalui penggunaan cadangan glikogen (glikogenesis)
3) Melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak
(glukoneogenesis)
Seorang bayi yang sehat akan menyimpan glukosa sebagai glikogen
terutama dalam hati selama bulan-nulan terakhir kehidupan dalam rahim.
Seorang bayi yang mengalami hipotermia akan menggunakan persediaan
glikogen dalam jam pertama kelahiran. Inilah sebabnya mengapa sangat
penting menjaga aemua bayi dalam keadaan hangat (Marni and Rahardjo,
2014).
e. Perubahan darah
Bayi baru lahir mempunyai nilai 14 – 20 g/dl. Hemoglobin yang mendominasi
periode janin, hemoglobin akan bertahap selama bulan pertama kehidupan
(Rafika, 2018).
f. Sistem pencernaan (Gastrointestinal )
1) Enzim – enzim digestif aktif saat lahir dan dapat menyokong kehidupan
ekstrauterin pada kehamilan 36 – 38 minggu
2) Perkembangan otot dan reflex yang penting untuk menghantarkan makanan
sudah terbentuk saat lahir
3) Pencernaan protein dan karbohidrat sudah tercapai, pencernaan dan
absorpsi lemak kurang baik karena tidak adekuatnya enzim – enzim
pancreas dan lipase

8
4) Kelenjar saliva imatur saat lahir, sedikit saliva diolah sampai bayi berusia 3
bulan.
5) Pengeluaran meconium, yaitu faeses berwarna hitam kehijauan, lengket
dan mengandung darah samar diskskresikan dalam 24 jam pada 90 % bayi
baru lahir normal
6) Variasi besar terjadi di antara bayi baru lahir terhadap minat terhadap
makanan, gejala – gejala lapar dan jumlah makanan yang ditelan pada
setiap kali pemberian
7) Beberapa bayi baru lahir menyusu segera bila diletakkan pada payudara,
sebagian lainnya memerlukan waktu 48 jam untuk menyusu secara efektif
8) Gerakan acak tangan ke mulut dan menghisap jari telah diamati di daalm
uterus. Tindakan ini berkembang baik setelah lahir dan diperkuat dengan
rasa lapar (Sondakh, 2013).
9) Pada hari ke – 10 kapasitas lambung menjadi 100 cc
10) Difesiensi lifase pada pankreas menyebabkan terbatasnya absorpsi lemak
sehingga kemampuan nayi untuk mencerna lemak belum matang, maka
susu formula sebaiknya tidak diberikan pada bayi baru lahir.
11) Kelenjar lidah berfungsi saat lahir tetapi kebanyakan tidak ,mengeluarkan
ludah sampai bayi ±2-3 bulan (Marni and Rahardjo, 2014).
g. Sistem perkemihan
Pada saat lahir fungsi ginjal sebanding dengan 30 – 50% dari kapasitas dewasa
dan belum matur untuk memekatkan urin. Namun demikian, urin terkumpul
dalam kantung kemih dan bayi biasanya berkemih dalam 24 jam.
1) Laju filtrasi glomerulus relative rendah pada saat lahir disebabkan oleh tidak
adekuatnya area permukaan kapiler glomerulus
2) Meskipun keterbatasan ini tidak mengancam bayi baru lahir yang normal,
tetapi menghambat kapasitas bayi untuk berespon terhadap stressor
3) Penurunan kemampuan untuk mengekskresikan obat – obatan dan
kehilangan cairan yang berlebihan mengakibatkan asidosis dan
ketidakseimbangan cairan.
4) Sebagian besar bayi baru lahir berkemih dalam 24 jam pertama setelah lahir
dan 2 – 6 kali sehari pada 1 – 2 hari pertama, setelah itu mereka berkemih 5
– 20 kali dalam 24 jam

9
5) Urin dapat keruh karena lendir dan garam asam urat, noda kemerahan
(seperti debu batu bata) dapat diamati pada popok karena Kristal asam urat
(Sondakh, 2013).
h. Sistem Hati
1) Selama kehidupan janin dan sampai tingkat tertentu setelah lahir hati terus
membantu pembentukan darah
2) Selama periode neonatus hati memproduksi zat yang esensial untuk
pembekuan darah
3) Penyimpanan zat besi ibu cukup memadai bagi bayi sampai usia 5 bulan
kehidupan ekstra uterin. Pada saat ini bayi baru lahir menjadi rentan
terhadap defisiensi zat besi
4) Hati juga mengontrol jumlah bilirubin tak terkonjugasi yang bersirkulasi,
pigmen berasal dari hemoglobin dan dilepaskan bersamaan dengan
pemecahan sel – sel darah merah.
5) Bilirubin tak terkonjugasi dapat meninggalkan sistem vascular dan
menembus jaringan ekstravaskular lainnya (misalnya kulit, sklera dan
membrane mukosa oral) mengakibatkan warna kuning yang disebut ikterus
6) Pada stress dingin yang lama glikolisis anaerobic terjadi dan jika terdapat
defek fungsi pernafasan, asidosis respiratorik dapat terjadi. Asam lemak
yang berlebihan menggeser bilirubin dari tempat – tempat pengikatan
albumin. Peningkatan kadar bilirubin yang bersirkulasi mengakibatkan
peningkatan resiko kern – icterus bahkan pada kadar bilirubin serum 10 mg /
dL atau kurang (Sondakh, 2013).
i. Sistem kekebalan Tubuh (Sistem imun)
Sistem kekebalan tubuh BBL belum matang, sehingga menyebabkan bayi
rentan terhadap berbagai infeksi atau alergi. Sistem imun yang matang akan
memberikan kekebalan alami yang terdiri dari struktur – struktur tubuh yang
memecah / meminimalkan infeksi juga disediakan oleh sel darah yang membantu
bayi baru lahir membunuh mikroorganisme asing. Akan tetapi sel – sel darah ini
belum matang, sehingga belum mampu melokalisasi dan memerangi infeksi
secara efisien.Sementara kekebalan pasif mengandung banyak virus dalam
tubuhnya (Kemenkes RI, 2010).
1) Bayi baru lahir tidak dapat membatasi organisme penyerang di pintu masuk

10
2) Imaturitas jumlah sistem pelindung secara signifikan meningkatkan resiko
infeksi pada periode bayi baru lahir
a) Respon inflamasi berkurang baik secara kualitatif maupun kuantitatif
b) Fagositosis lambat
c) Keasaman lambung dan produksi pepsin dan tripsin belum berkembang
sempurna sampai usia 3 – 4 minggu
d) Imunoglobulin A hilang dari saluran pernafasan dan perkemihan,
kecuali jika bayi tersebut menyusu ASI (Mugadza, Zvinavashe and et,
2016) (Kaban, 2012).
3) Infeksi merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas selama
periode neonatus (Sondakh, 2013).
5. Tanda – Tanda yang Harus Diwaspadai Pada Bayi Baru Lahir
(Kementerian Kesehatan RI, 2010a)
a. Tidak mau minum atau memuntahkan semua atau kejang
b. Bergerak hanya jika dirangsang
c. Pernafasan cepat (> 60 kali / menit )
d. Pernafasan lambat (< 30 kali / menit)
e. Tarikan dinding dada kedalam yang sangat kuat
f. Teraba demam ( suhu aksila > 37,5 0 C)
g. Teraba dingin ( suhu aksila < 36 0 C)
h. Nanah yang banyak di mata
i. Diare
j. Warna kuning (terutama 24 jam pertama) biru, pucat, memar
k. Pemberian makanan hisapan lemah, mengantuk berlebihan, banyak muntah
l. Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk, pernafasan sulit
m. Tinja / kemih, tidak berkemih dalam 24 jam, tinja lembek, sering, warna hijau
tua, ada lendir atau darah pada tinja
n. Aktifitas menggigil atau menangis tidak bisa, sangat mudah tersinggung, lemas,
terlalu mengantuk, lunglai, kejang halus, tidak bisa tenang, dan menangis terus
menerus (Marni and Rahardjo, 2014).
6. Perlindungan Bayi Baru Lahir (Sondakh, 2013) :
a. Perlindungan Termal (Termoregulasi)
1) Pastikan bayi tetap hangat dan terjadi kontak antara kulit bayi dengan kulit
ibu (Chaidir, 2017)

11
2) Gantilah handuk / kain yang basah dan bungkus bayi dengan selimut serta
jangan lupa memastikan bahwa kepala telah terlindung dengan baik untuk
mencegah keluarnya panas tubuh. Pastikan bayi tetap hangat
3) Mempertahankan lingkungan termal netral :
a) Letakkan bayi di bawah alat penghangat pancaran dengan
menggunakan sensor kulit untuk memantau suhu sesuai kebutuhan
b) Tunda memandikan bayi sampai suhu stabil (Behring, Vezeau and
Fink, 2003) (Kelly et al., 2018)
c) Pasang penutup kepala rajutan untuk mencegah kehilangan panas dari
kepala bayi
b. Pemotongan Tali Pusat
Pemotongan dan pengikatan tali pusat merupakan pemisahan fisik terakhir
antara ibu dan bayi. Pemotongan sampai denyut nadi tali pusat berhenti dapat
dialkukan pada bayi normal, sedangkan pada bayi gawat (high risk baby) dapat
dilakukan pemotongan tali pusat secepat mungkin agar dapat dilakukan
resusitasi sebaik – baiknya. Tali pusat dijepit dengan kocher atau klem kira –
kira 3 cm dan sekali lagi 1,5 cm dari pusat. Pemotongan dilakukan antara kedua
klem tersebut. Kemudian bayi diletakkan di atas kain bersih atau steril yang
hangat. Setelah itu dilakukan pengikatan tali pusat dengan alat penjepit plastic
atau pita dari nilon atau dapat juga dari benang katun steril. Untuk menghindari
infeksi tali pusat yang menyebabkan sepsis, meningitis, dll maka di tempat
pemotongan dan pangkal tali pusat serta 2,5 cm sekitar tali pusat dapat diberi
antiseptic, selanjutnya tali pusat dirawat dalam keadaan steril / bersih dan
kering (Sondakh, 2013) (Noorhidayah, Fakhriyah and et al, 2015).
c. Penilaian APGAR
Penilaian keadaan umum bayi dimulai satu menit setelah lahir dengan
menggunakan nilai APGAR seperti tabel di bawah ini. Penilaian berikutnya
dilakukan pada menit kelima dan kesepuluh. Penilaian ini perlu untuk menilai
apakah bayi menderita asfiksia atau tidak (Sondakh, 2013). Setiap variabel
diberi nilai 0, 1 dan 2 sehingga nilai tertinggi adalah 10. Nilai 7 – 10 pada menit
pertama menunjukkan bahwa bayi dalam kondisi baik. Nilai 4 – 6 menunjukkan
adanya depresi sedang dan membutuhkan beberapa jenis tindakan resusitasi.
Bayi dengan nilai 0 – 3 menunjukkan depesi serius dan membutuhkan resusitasi
segera dan mungkin membutuhkan ventilasi.

12
Tabel
Penilaian Keadaan Umum Bayi Berdasarkan Nilai APGAR

0 1 2
Appearance Pucat Badan merah Seluruh
(warna kulit) ekstremitas tubuh
biru kemerahan
Pulse rate Tidak ada Kurang dari Lebih dari
(frekuensi nadi) 100 100
Grimace Tidak ada Sedikit gerakan Batuk /
(reaksi rangsang) mimik bersin
Actifity Tidak ada Ekstremitas Gerakan
(tonus otot) dalam sedikit aktif
fleksi
Respiration Tidak ada Lemah / tidak Baik/
(pernafasan) teratur menangis

Cara mengkaji nilai APGAR adalah sebagai berikut :


1) Observasi tampilan bayi, misalnya apakah seluruh tubuh seluruh tubuh bayi
berwarna merah muda (2), apakah tubuhnya berwarna merah muda, tetapi
ekstremitasnya berwarna biru (10 atau seluruh tubuh bayi pucat atau biru
(0)
2) Hitung frekuensi jantung dengan palpasi umbilicus atau meraba bagian atas
dada bayi di bagian apeks 2 jari. Hitung denyutan selama 6 detik kemudian
dikalikan 10. Tentukan apakah frekuensi jantung > 100 (10 denyut atau
lebih pada periode 6 detik) (2); < 100 (< 10 denyut dalam 6 detik) (1); atau
tidak ada denyut (0). Bayi yang berwarna merah muda, aktif dan bernafas
cenderung memiliki frekuensi jantung > 100.
3) Respon bayi terhadap stimulus juga harus diperiksa, yaitu respons terhadap
rasa haus atau sentuhan. Pada bayi yang sedang diresusitasi dapat berupa
respons terhadap penggunan kateter oksigen atau pengisapan. Tentukan
apakah bayi menangis terhadap adanya stimulus (2); apakah bayi mencoba
untuk menangis tetapi hanya merintih 91); atau tidak ada respon sama
sekali(0).
4) Observasi tonus otot bayi dengan mengobservasi jumlah aktifitas dan
tingkat fleksi ekstremitas. Adakah gerakan aktif yang menggunakan fleksi
ekstremitas yang baik (2); adakah fleksi ekstremitas (1); atau apakah bayi
lemas (0).

13
5) Observasi upaya bernafas yang dilakukan bayi. Apakah baik dan kuat,
biasanya dilihat dari tangisan bayi (2); apakah pernafasan bayi lambat atau
tidak teratur (1); atau tidak ada pernafasan sama sekali (0).
Prosedur penilaian APGAR (Sondakh, 2013) :
1) Pastikan bahwa pencahayaan baik, sehingga visualisasi warna dapat
dilakukan dengan baik dan pastikan adanya akses yang baik ke bayi
2) Catat waktu kelahiran, tunggu 1 menit, kemudian lakukan pengkajian
pertama. Kaji kelima variabel dengan cepat dan simulant kemudian
jumlahkan hasilnya.
3) Lakukan tindakan dengan cepat dan tepat sesuai dengan hasilnya, misalnya
bayi dengan nilai 0 – 3 memerlukan tindakan resusitasi dengan segera
4) Ulang pada menit kelima. Skor harus naik bila nilai sebelumnya 8 atau
kurang
5) Ulangi lagi pada menit kesepuluh
6) Dokumentasikan hasilnya dan lakukan tindakan yang sesuai
7. Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir (Sondakh, 2013) (Kementerian Kesehatan RI,
2010) :
a. Kewaspadaan Umum (Universal Precaution )
Bayi baru lahir (BBL) sangat rentan terhadap infeksi yang disebabkan oleh
paparan atau kontaminasi mikroorganisme selama proses persalinan
berlangsung atau beberapa saat setelah lahir. Beberapa mikroorganisme harus
diwaspadai karena dapat ditularkan lewat percikan darah dan cairan tubuh
misalnya virus HIV, Hepatitis B dan Hepatitis C. Sebelum menangani BBL,
penolong persalinan harus dipastikan telah melakukan upaya pencegahan
infeksi, sebagai berikut :
1) Persiapan Diri
a) Sebelum dan sesudah bersentuhan dengan bayi, cuci tangan dengan
sabun kemudian keringkan
b) Memakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum
dimandikan
2) Persiapan Alat
Pastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan terutama klem,
gunting, alat – alat resusitasi dan benang tali pusat telah didesinfeksi
tingkat tinggi (DTT) atau sterilisasi. Gunakan bola karet penghisap yang

14
baru atau bersih jika akan melakukan pengisapan lendir, jangan
menggunakan bola karet penghisap yang sama untuk lebih dari satu bayi.
Bila akan menggunakan bola karet yang sama pastikan alat tersebut sudah
dalam keadaan bersih dan steril. Pastikan semua pakaian, selimut, handuk
dan kain yang akan digunakan untuk bayi sudah dalam keadaan bersih dan
hangat. Demikian pula halnya dengan timbangan, pita pengukur,
termometer, stetoskop dan benda – benda lain yang akan bersentuhan
dengan bayi. Dekontaminasi dan cuci semua alat setiap kali selesai
digunakan (Kementerian Kesehatan RI, 2010).
3) Persiapan Tempat
Gunakan ruangan yang hangat dan terang, siapkan tempat resusitasi yang
bersih, kering, hangat, datar, rata dan cukup keras, misalnya meja atau
dipan. Letakkan tempat resusitasi dengan pemancar panas dan tidak
berangin, tutup jendela dan pintu. Gunakan lampu pijar 60 watt dengan
jarak 60 cm dari bayi sebagai alternatif jika pemancar panas tidak tersedia.
b. Penilaian Awal
Untuk semua BBL, lakukan penilaian awal dengan menjawab 4 pertanyaan:
1) Sebelum lahir :
a) Apakah kehamilan cukup bulan ?
b) Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium ?
2) Segera setelah lahir
Sambil meletakkan bayi di atas kain bersih dan kering yang telah disiapkan
pada perut bawah ibu, segera lakukan penilaian sebagai berikut :
a) Apakah bayi menangis atau bernafas / tidak megap – megap ?
b) Apakah tonus otot bayi baik / bergerak aktif ?

Di bawah ini adalah Bagan Alur Manajemen BBL yang memuat alur
penatalaksanaan pada BBL.

15
BAGAN ALUR

MANAJEMEN BAYI BARU LAHIR

PERSIAPAN

PENILAIAN :

Sebelum bayi lahir :

1. Apakah kehamilan cukup bulan ?


2. Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium ?

Segera setelah bayi lahir :

3. Apakah bayi menangis atau bernafas /tidak megap – megap?


4. Apakah tonus ototr bayi baik / bayi bergerak aktif ?

 Bayi tidak Cukup Bulan dan


 Bayi Cukup Bulan atau
 Ketuban jernih  Ketuban bercampur
 Bayi menangis atau bernafas mekonium dan atau
 Tonus otot baik/ bayi bergerak  Bayi megap – megap atau
aktif tidak bernafas dan atau
 Tonus otot tidak baik/ bayi
lemas

B
A
Manajemen Bayi Baru lahir
Manajemen Bayi Baru lahir Normal
Dengan Asfiksia

(Kementerian Kesehatan RI, 2010)

16
BAGAN ALUR A
MANAJEMEN BAYI BARU LAHIR NORMAL
PENILAIAN :

Sebelum bayi lahir :

1. Apakah kehamilan cukup bulan ?

2. Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium ?

Segera setelah bayi lahir :

3. Apakah bayi menangis atau bernafas /tidak megap – megap?

4. Apakah tonus ototr bayi baik / bayi bergerak aktif ?

 Bayi Cukup Bulan


 Ketuban jernih
 Bayi menangis atau bernafas
 Tonus otot baik/ bayi bergerak aktif

Asuhan Bayi Baru lahir Normal

1. Jaga bayi tetap hangat


2. Isap lendir dari mulut dan hidung (hanya jika perlu)
3. Keringkan
4. Pemantauan tanda bahaya
5. Klem, potong dan ikat tali pusat tanpa membubuhi apapun, kira – kira
2 menit * setelah lahir
6. Lakukan Inisiasi Menyusu Dini
7. Beri suntikan Vitamin K1 1 mg im, di paha kiri anterolateral setelah
IMD
8. Beri salep mata antibiotika pada kedua mata
9. Pemeriksaan fisik
10. Beri imunisasi Hepatitis B 0,5 ml intramuskular, dim paha kanan
anterilateral, kira – kira 1 -2 jam setelah pemberian vitamin K1

*pemotongan dan pengikatan tali pusat dilakukan sekitar 2 menit setelah lahir
(atau setelah bidan menyuntikkan oksitosin pada ibu ) untuk memberi waktu
tali pusat mengalirkan darah (dengan demikian juga zat besi ) kepada bayi.

17
( Kementerian Kesehatan RI, 2010, Buku Saku Perawatan Neonatus Esensial).
8. Pencegahan Kehilangan Panas
Saat lahir, mekanisme pengaturan suhu tubuh pada BBL belum berfungsi sempurna.
Oleh karena itu jika tidak segera dilakukan upaya pencegahan kehilangan panas
tubuh maka BBL dapat mengalami mhipotermia. Bayi dengan hipotermia beresiko
tinggi untuk mengalami sakit berat atau bahkan kematian. Hipotermia mudah terjadi
pada bayi yang tubuhnya dalam keadaan absah atau tidak segera dikeringkan dan
diselimuti walaupun berada dalam ruangan yang relatif hangat. Walaupun demikian
suhu bayi tiudak boleh menajdi hipertermia (suhu tubuh lebih dari 37,5 0 C).
a. Mekanisme Kehilangan Panas
BBL dapat kehilangan panas tubuhnya melalui cara – cara :
1) Evaporasi adalah kehilangan panas akibat penguapan cairan ketuban pada
permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri. Hal ini merupakan jalan
utama bayi kehilangan panas. Kehilangan panas juga terjadi jika saat lahir
tubuh bayi tidak segera dikeringkan atau terlalu cepat dimandikan dan
tubuhnya tidak segera dikeringkan dan diselimuti.
2) Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara
tubuh bayi dengan permukaan yang dingin. Meja, tempat tidur atau
timbangan yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan
menyerap panas tubuh bayi melalui mekanisme konduksi apabila bayi
diletakkan pada benda – benda tersebut.
3) Konveksi adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar
udara sekitar yang lebih dingin. Bayi yang dilahirkan atau ditempatkan di
dalam ruangan yang dinginakan cepat mengalami kehilangan panas.
Kehilangan panas juga terjadi jika ada aliran udara dingin dari kipas angin,
hembusan udara dingin melalui ventilasi/ pendingin ruangan.
4) Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di
dekat benda – benda yang mempunyai suhu lebih rendah dari suhu tubuh
bayi . Bayi dapat kehilangan panas dengan cara ini karena benda – benda
tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan
secara langsung).
b. Mencegah Kehilangan Panas
Mencegah kehilangan panas melalui upaya sebagai berikut :
1) Ruang bersalin yang hangat

18
Suhu Ruangan minimal 25 0 C. Tutup semua pintu dan jendela
2) Keringkan tubuh bayi tanpa membersihkan verniks
Keringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya
kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Verniks akan
membantu menghangatkan tubuh bayi. Segera ganti handuk basah dengan
handuk atau kain yang kering.
3) Letakkan bayi di dada atau perut ibu agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi
Setelah tali pusat dipotong, letakkan bayi tengkurap di dada atau perut ibu.
Luruskan dan usahakan kedua bahu bayi menempel di dada atau perut ibu.
Usahakan kepala bayi berada di antara kedua payudara ibu dengan posisi
sedikit lebih rendah dari puting payudara ibu.
4) Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
IMD dilakukan minimal dalam 1 jam pertama sejak lahir
5) Gunakan pakaian yang sesuai untuk mencegah kehilangan panas
Selimuti tubuh ibu dan bayi dengan kain hangat yang sama dan pasang topi
di kepala bayi. Bagian kepala bayi memiliki permukaan yang relatif luas
dan bayi akan dengan cepat kehilangan panas jika bagian tersebut tidak
tertutup.
6) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir
Lakukan penimbangan satu jam setelah kontak kulit ibu ke kulit bayi dan
bayi selesai menyusu. Karena BBL cepat dan mudah kehilangan panas
tubuhnya (terutama jika tidak berpakaian), sebelum melakukan
penimbangan, terlebih dahulu selimuti bayi dengan kain atau selimut bersih
dan kering. Berat bayi dapat diniali dari selisih berat bayi pada saat
berpakaian atau diselimuti dikurangi dengan berat pakaian atau selimut.
Bayi sebaiknya dimandikan pada waktu yang tepat yaitu tidak kurang
dari 6 jam setelah lahir atau setelah suhu stabil. Memandikan bayi
dalam beberapa jam pertama setelah lahir dapat menyebabkan hipotermia
yang sangat membahayakan kesehatan BBL.
7) Rawat Gabung
Ibu dan bayi harus tidur dalam satu ruangan dalam 24 jam. Idealnya BBL
ditempatkan di tempat tidur yang sama dengan ibunya. Ini adalah cara yang
paling mudah untuk menjaga agar bayi tetap hangat, mendorong ibu segera
menyusui bayinya dan mencegah paparan infeksi pada bayi.

19
8) Resusitasi dalam lingkungan yang hangat
Apabila bayi baru lahir memerlukan resusitasi harus dilakukan dalam
lingkungan yang hangat.
9) Transportasi hangat
Bayi yang perlu dirujuk harus dijaga agar tetap hangat selama dalam
perjalanan.
10) Pelatihan untuk petugas kesehatan dan konseling untuk keluarga
Meningkatkan pengetahuan petugas kesehatan dan keluarga tentang
hipotermia meliputi tanda – tanda dan bahayanya.
c. Pemotongan dan Perawatan Tali Pusat
1) Memotong dan Mengikat Tali Pusat
a) Klem, potong dan ikat tali pusat dua menit pasca bayi lahir.
Penyuntikan oksitosin pada ibu dilakukan sebelum tali pusat dipotong
b) Lakukan penjepitan ke-1 tali pusat dengan klem logam DTT 3 cm dari
dinding perut (pangkal pusat ) bayi. Dari titik jepitan, tekan tali pusat
dengan dua jari kemudian dorong isi tali pusat ke arah ibu (agar darah
tidak terpancar pada saat dilakukan pemotongan tali pusat ). Lakukan
penjepitan ke -2 dengan jarak 2 cm dari tempat jepitan ke – 1 ke arah
ibu.
c) Pegang tali pusat di antara kedua klem tersebut, satu tangan menjadi
landasan tali pusat sambil melindungi bayi, tangan yang lain
memotong tali pusat di antara kedua klem tersebut dengan
menggunakan gunting DTT atau steril.
d) Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian
melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan
simpul kunci pada sisi lainnya.
e) Lepaskan klem logam penjepit tali pusat dan masukkan ke dalam
larutan chlorin 0,5 %.
2) Merawat Tali Pusat
Mengajari keluarga dalam merawat tali pusat :
a) Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan tali pusat
b) Jangan membungkus puntung tali pusat atau mengoleskan cairan atau
bahan apapun ke puntung tali pusat.

20
c) Mengoleskan alkohol atau povidon yodium masih diperkenankan
apabila terdapat tanda infeksi, tetapi tidak dikompreskan karena
menyebabkan tali pusat basah atau lembab.
d) Konseling pada ibu dan keluarga sebelum meninggalkan bayi :
(1) Lipat popok di bawah puntung tali pusat
(2) Luka tali pusat harus dijaga tetap kering dan bersih, sampai sisa
tali pusat mengering dan terlepas sendiri
(3) Jika puntung tali pusat kotor, bersihkan (hati – hati) dengan air
DTT dan sabun dan segera keringkan secara seksama dengan
menggunakan kain bersih
(4) Perhatikan tanda – tanda infeksi tali pusat : kemerahan pada kulit
sekitar tali pusat, tampak nanah atau berbau. Jika terdapat tanda
infeksi, segera membawa bayi ke fasilitas kesehatan.
3) Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Prinsip pemberian ASI adalah dimulai sedini mungkin, eksklusif selama 6
bulan diteruskan sampai 2 tahun dengan makanan pendamping ASI sejak
usia 6 bulan. Pemberian ASI juga meningkatkan ikatan kasih sayang
(asih), memberikan nutrisi terbaik (asuh), dan melatih refleks dan motorik
bayi (asah). Langkah – langkah Inisiasi Menyusu Dini dalam Asuhan Bayi
Baru Lahir :
a) Langkah 1 : Lahirkan, lakukan penilaian pada bayi, keringkan :
(1) Saat bayi lahir, catat waktu kelahiran
(2) Sambil meletakkan bayi di perut bawah ibu lakukan penilaian
apakah bayi memerlukan resusitasi atau tidak
(3) Jika bayi stabil tidak memerlukan resusitasi keringkan tubuh bayi
mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya dengan lembut
tanpa menghilangkan verniks. Verniks akan membantu
menyamankan dan menghangatkan bayi. Setelah dikeringkan,
selimuti bayi dengan kain kering untuk menunggu 2 menit
sebelum tali pusat diklem.
(4) Hindari mengeringkan punggung tangan bayi. Bau cairan amnion
pada tangan bayi membantu bayi mencari puting ibunya yang
berbau sama

21
(5) Periksa uterus untuk memastikann tidak ada lagi bayi dalam uterus
(hamil tunggal) kemudian suntikan oksitosin 10 UI intramuskular
pada ibu.
b) Langkah 2 : Lakukan kontak kulit ibu dengan kulit bayi selama paling
sedikit 1 jam :
(1) Setelah tali pusat dipotong dan diikat, letakkan bayi tengkurap di
dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di dada ibu.
Kepala bayi harus berada di antara payudara ibu tapi lebih rendah
dari puting.
(2) Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala
bayi.
(3) Lakukan kontak kulit bayi ke kulit ibu di dada ibu paling sedikit 1
jam. Mintalah ibu untuk memeluk dan membelai bayinya. Jika perlu
letakkan bantal di bawah kepala ibu untuk mempermudah kontak
visual antara ibu dan bayi. Hindari membersihkan payudara ibu.
(4) Selama kontak kulit bayi ke kulit ibu tersebut, lakukan manajemen
Aktif Kala Tiga Persalinan.
c) Langkah 3 : Biarkan bayi mencari dan menemukan puting ibu dan mulai
menyusu :
(1) Biarkan bayi mencari, menemukan puting dan mulai menyusu
(2) Anjurkan ibu dan orang lain untuk tidak menginterupsi menyusu
misalnya memindahkan bayi dari satu payudara ke payudara yang
lainnya. Menyusu pertama biasanya berlangsung sekitar 10 – 15
menit. Bayi cukup menyusu dari satu payudar. Sebagian besar bayi
akan berhasil menemukan puting ibu dalam waktu 30 – 60 menit
tapi tetap biarkan kontak kulit bayi dan ibu setidaknya 1 jam
walaupun bayi sudah menemukan puting kurang dari 1 jam.
(3) Menunda semua asuhan bayi baru lahir normal lainnya hingga bayi
selesai menyusu setidaknya 1 jam atau lebih bila bayi baru
menemukan puting setelah 1 jam
(4) Bila bayi harus dipindah dari kamar bersalin sebelum 1 jam atau
sebelum bayi menyusu, usahakan ibu dan bayi dipindah bersama
dengan mempertahankan kontak kulit ibu dan bayi.

22
(5) Jika bayi belum menemukan puting ibu (IMD) dalam waktu 2 jam,
pindahkan ibu ke ruang pemulihan dengan bayi tetap di dada ibu.
Lanjutkan asuhan perawatan neonatal esensial lainnya (menimbang,
pemberian Vitamin K1, salep mata) dan kemudian kembalikan bayi
pada ibu untuk menyusu.
(6) Kenakan pakaian bayi atau tetap diselimuti untuk menjaga
kehangatannya. Tetap tutupi kepala bayi dengan topi selama
beberapa hari pertama. Bila suatu saat kaki bayi terasa dingin saat
disentuh, buka pakaiannya kemudian telungkupkan kembali di dada
ibu dan selimuti keduanya sampai bayi hangat kembali.
(7) Tempatkan ibu dan bayi di ruangan yang sama. Bayi harus selalu
dalam jangkauan ibu selama 24 jam dalam sehari sehingga bayi bisa
menyusu sesering keinginannya.

LIMA URUTAN PERILAKU BAYI SAAT MENYUSU PERTAMA

Langkah Perilaku yang Teramati Perkiraan Waktu


1 Bayi beristirahat dan melihat 30 – 40 menit
pertama
2 Bayi mulai mendecakkan bibir dan 40 – 60 menit setelah
membawa jarinya ke mulut lahir dengan kontak
3 Bayi mengeluarkan air liur kulit dengan kulit
4 Bayi menendang, menggerakkan terus menerus tanpa
kaki, bahu, lengan dan badannya ke terputus
arah dada ibu dengan
mengandalkan indera
penciumannya
5 Bayi meletakkan mulutnya ke
puting ibu

23
PEDOMAN MENYUSUI

(WHO/UNICEF, Breast Feeding Promotion and support, 2005)

dalam Buku perawatan Neonatal Esensial (Kementerian Kesehatan, 2010)

1. Mulai menyusu segera setelah lahir (dalam waktu satu jam )


2. Jangan berikan makanan atau minuman lain kepada bayi (misalnya air,
madu, larutan air gula atau pengganti susu ibu) kecuali diintruksikan oleh
dokter atas alasan – alasan medis, sangat jarang ibu tidak memiliki air susu
yang cukup sehingga memerlukan susu tambahan (Enkin, et al, 2000)
3. Berikan ASI Eksklusif selama 6 bulan pertama hidupnya dan baru
dianjurkan untuk memulai pemberian makanan pendamping ASI setelah
periode eksklusif tersebut
4. Berikan ASI pada bayi sesuai dorongan alamiahnya baik siang maupun
malam ( 8-10 kali atau lebih, dalam 24 jam) selama bayi menginginkannya.

d. Pencegahan Perdarahan
Semua bayi beresiko untuk mengalami perdarahan karena sistem pembekuan
darah pada bayi baru lahir belum sempurna. Perdarahan tidak tergantung
apakah bayi mendapat ASI atau susu formula, atau usia kehamilan dan berat
badan pada saat lahir. Perdarahan bisa ringan atau menjadi sangat berat berupa
perdarahan pada kejadian ikutan pasca imunisasi ataupun perdarahan
intrakranial.
Untuk mencegah kejadian di atas, maka pada semua bayi baru lahir, apalagi
Bayi Berat Lahir Rendah diberikan suntikan vitamin K1 (Phytomenadione)
sebanyak 1 mg dosis tunggal, intramuskular pada antero lateral paha kiri.
Suntikan Vitamin K1 dilakukan setelah proses IMD dan sebelum pemberian
imunisaSI Hepatitis B. Perlu diperhatikan dalam penggunaan sediaan Vitamin
K1 yaitu ampul yang sudah dibuka tidak boleh disimpan untuk dipergunakan
kembali.
e. Pencegahan Infeksi Mata
Salep atau tetes mata untuk pencegahan infeksi mata diberikan segera setelah
proses IMD dan bayi selesai menyusu, sebaiknya 1 jam setelah lahir.

24
Pencegahan infeksi mata dianjurkan menggunakan salep mata antibiotika
tetrasiklin 1 %.
Cara pemberian salep mata antibiotika :
1) Cuci tangan (gunakan sabun dan air mengalir) kemudian keringkan
2) Jelaskan pada keluarga apa yang akan dilakukan dan tujuan pemberian obat
tersebut
3) Tarik kelopak mata bagian bawah ke arah bawah
4) Berikan salep mata dalam satu garis lurus mulai dari bagian mata yang
paling dekat dengan hidung menuju ke bagian luar mata atau tetes mata
5) Ujung tabung salep mata atau pipet tetes amta tidak boleh menyentuh mata
bayi
6) Jangan menghapus salep mata dari mata bayi dan anjurkan keluarga untuk
tidak menghapus obat – obat tersebut.
f. Pemberian Imunisasi
Imunisasi Hepatitis B pertama (Hb 0 ) diberikan 1 -2 jam setelah pemberian
Vitamin K1 secara intra muskular. Imunisasi Hepatitis B bermanfaat untuk
mencegah infeksi Hepatitis B terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu -
bayi.
Penularan Hepatitis pada bayi baru lahir dapat terjadi secara vertikal (penularan
ibu ke bayinya pada waktu persalinan) dan horisontal (penularan dari orang
lain). Dengan demikian untuk mencegah terjadinya infeksi vertikal, bayi harus
diimunisasi Hepatitis B sedini mungkin.
Penderita Hepatitis B ada yang sudah sembuh dan ada yang tetap membawa
virus hepatitis B di dalam tubuhnya sebagai carrier (pembawa) hepatitis.
Resiko penderita Hepatitis B untuk menjadi carrier tergantung umur pada
waktu terinfeksi. Jika terinfeksi pada bayi baru lahir, maka resiko menjadi
carrier 90 %, sedangkan yang terinfeksi pada umur dewasa resiko menjadi
carrier 5 – 10 %.
Imunisasi Hepatitis B (HB 0) harus diberikan pada bayi umur 0 – 7 hari karena:
1) Sebagian ibu hamil merupakan carrier Hepatitis B
2) Hampir semua bayi dapat tertular Hepatitis B pada saat lahir dari ibu
pembawa virus

25
3) Penularan pada saat lahir hampir seluruhnya berlanjut menjadi Hepatitis
menahun, yang kemudian dapat berlanjut menajdi sirosis hati dan kanker
hati primer.
4) Imunisasi Hepatitis B sedini mungkin akan melindungi sekitar 75 % bayi
dari penularan Hepatitis B
Lakukan pencatatan dan anjurkan ibu untuk kembali mendapatkan
imunisasi berikutnya sesuai jadwal pemberian imunisasi.
g. Pemberian Identitas
Semua bayi baru alhir di fasilitas kesehatan harus segera mendapatkan tanda
pengenal berupa gelang yang dikenakan pada bayi dan ibunya untuk
menghindari tertukarnya bayi, sebaiknya segera dilakukan setel;ah IMD.
Gelang pengenal berisi identitas nama ibu dan ayah, tanggal, jam lahir dan jenis
kelamin. Apabila fasilitas memungkinkan juga dilakukan cap telapak kaki bayi
pada rekam medis kelahiran.
Undang – undang No 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak menyatakan
bahwa setiap anak berhak atas identitas diri. Tenaga kesehatan sebagai
penolong persalinan menuliskan nketerangan lahir untuk digunakan orang tua
dalam memperoleh akte kelahiran bayi, lembar keterangan lahir terdapat di
dalam Buku KIA.
9. Pemeriksaan Kesehatan Bayi
Pemeriksaan BBL bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin jika terdapat
kelainan pada bayi. Resiko mterbesar kematian BBL terjadi pada 24 jam pertama
kehidupan, sehingga jika bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat dianjurkan untuk
tetap tinggal di fasilitas kesehatan selama 24 jam pertama.
Di bawah ini pemeriksaan fisik yang harus dilakukan dan keadaan normal
Pemeriksaan fisis yang dilakukan Keadaan normal

1 Lihat postur, tonus dan aktivitas  Posisi tungkai dan lengan


fleksi
 Bayi sehat akan bergerak
aktif
2 Lihat kulit  Wajah, bibir dan selaput
lendir, dada harus berwarna
merah muda, tanpa adanya
kemerahan atau bisul

26
3 Hitung pernapasan dan lihat  Frekuensi nafas normal 40 –
tarikan dinding dada kedalam 60 kali per menit
ketika bayi sedang tidak menangis.  Tidak ada tarikan dinding
dada ke dalam yang kuat
4 Hitung denyut jantung dengan  Frekuensi denyut jantung
meletakkan stetoskop di dada kiri normal 120 – 160 kali per
setinggi apeks kordis. menit
5 Lakukan pengukuran suhu ketiak  Suhu normal adalah 36,5 –
dengan termometer. 37,5 0 C
6 Lihat dan raba bagian kepala  Bentuk kepala terkadang
asimetris karena
penyesuaian pada saat
proses persalinan, umumnya
hilang dalam 48 jam
 Ubun – ubun besar rata atau
tidak menonjol, dapat
sedikit menonjol pada saat
bayi menangis
7 Lihat mata Tidak ada kotoran / sekret

8 Lihat bagian dalam mulut.  Bibir,gusi, langit – langit


- Masukkan satu jari yang utuh, tidak ada bagian yang
menggunakan sarung terbelah
tangan ke dalam mulut,  Nilai kekuatan isap bayi
raba langit-langit.  Bayi akan mengisap kuat
jari pemeriksa
9 Lihat dan raba perut.  Perut bayi datar, teraba
Lihat tali pusat lemas
 Tidak ada perdarahan,
pembengkakan, nanah, bau
yang tidak enak pada tali
pusat atau kemerahan sekitar
tali pusat
1 Lihat punggung dan raba tulang Kulit terlihat utuh, tidak

27
0 belakang. terdapat lubang dan
benjolan pada tulang
belakang
1 Lihat ekstremitas  Hitung jumlah jari tangan
1 dan kaki
 Lihat apakah kaki posisinya
baik atau posisinya bengkok
ke dalam atau keluar
 Lihat gerakan ekstremitas
simetris atau tidak
1 Lihat lubang anus.  Terlihat lubang anus dan
2 - Hindari memasukkan alat periksa apakah mekonium
atau jari dalam memeriksa sudah keluar
anus  Biasanya mekonium keluar
- Tanyakan pada ibu apakah 24 jam setelah lahir
bayi sudah buang air besar
1 Lihat dan raba alat kelamin luar.  Bayi perempuan kadang
3 - Tanyakan pada ibu apakah terlihat cairan vagina
bayi sudah buang air kecil berwarna putih atau
kemerahan
 Bayi laki – laki terdapat
lubang uretra pada ujung
penis
 Pastikan bayi sudah buang
air kecil dalam 24 jam
setelah lahir.
1 Timbang bayi.  Berat lahir 2,5 – 4 kg
4 - Timbang bayi dengan  Dalam minggu pertama
menggunakan selimut, berat bayi mungkin turun
hasil dikurangi selimut dahulu baru kemudian
dalam usia 2 minggu
kembali mencapai berat
lahirnya. Penurunan berat
badan maksimal untuk bayi

28
cukup bulan adalah 10 %
dan pada bayi kurang bulan
maksimal 15 %
1 Mengukur panjang dan lingkar  Panjang lahir normal 48 –
5 kepala bayi 52 cm
 Lingkar kepala normal 33 –
37 cm

1 Menilai cara menyusui, minta ibu  Kepala dan badan dalam


6 untuk menyusui bayinya garis lurus, wajah bayi
mengahdap apyudara ibu,
ibu mendekatkan bayi ke
tubuhnya
 Bibir bawah melengkung
keluar, sebagian areola
berada di dalam mulut bayi
 Menghisap dalam dan pelan
kadang disertai berhenti
sesaat

Semua hasil pemeriksaan dicatat di buku KIA atau formulir pencatatan bayi baru
lahir.
B. TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN
I. PENGKAJIAN
Tanggal :
Waktu :
Tempat :
II. IDENTITAS
1. Biodata
a. Bayi
1) Nama

29
Identitas dimulai dengan nama pasien, yang harus jelas dan lengkap: nama
depan, nama tengah (bila ada) nama keluarga, dan nama panggilan
akrabnya (Sondakh, 2013).
2) Tanggal / jam lahir
Waktu kelahiran sempurna adalah segera ketika bayi terpisah dengan
ibunya.Tali pusat dan placenta tidak berhubungan dengan tubuh bayi,
sehingga posisinya tidak mempengaruhi waktu persalinan (Sondakh, 2013).
3) Umur
Umur pasien sebaiknya didapat dari tanggal lahir, yang dapat ditanyakan
ataupun dilihat dari Kartu Menuju Sehat atau kartu pemeriksaan kesehatan
lainnya. Apabila tanggal lahir tidak diketahui dengan pasti, maka ia dapat
diperkirakan dengan menghubungkannya dengan suatu peristiwa yang
umum diketahui misalnya hari raya (idul Fitri, natal, hari proklamasi, dsb.).
Kecuali untuk kepentingan identitas, umur perlu diketahui mengingat
periode usia anak (periode neonatus, bayi, prasekolah, balita, sekolah, akil
balik) mempunyai kekhasannya sendiri dalam morbiditas dan mortalitas.
Usia anak juga diperlukan untuk menginterpretasi apakah data pemeriksaan
klinis anak tersebut normal sesuai dengan umurnya (Sondakh, 2013).
4) Jenis kelamin
Jenis kelamin pasien sangat diperlukan, selain untuk identitas juga untuk
penilaian data pemeriksaan klinis, misalnya nilai-nilai baku, insiden seks,
penyakit-penyakit terangakai seks (sex-linked) (Sondakh, 2013).
5) Tempat lahir
Tempat lahir perlu dikaji untuk mengetahui tempat persalinan, data-data
yang dibutuhkan.
b. Biodata orang tua
1) Nama orangtua
Nama ayah, ibu atau wali pasien harus dituliskan dengan jelas agar tidak
keliru dengan orang lain, mengingat banyak sekali nama yang sama. Bila
ada, titel yang bersangkutan harus disertakan.
2) Umur, pendidikan, dan pekrjaan orangtua
Selain sebagaui tambahan identitas, informasi tentang pendidikan dan
pekerjaan dan pekerjaan orangtua baik ayah maupun ibu, dapat
menggambarkan keakuratan data yang akan diperoleh serta dapat

30
ditentukan pola pendekatan dalam anamnesis. Tingkat pendidikan orangtua
jauga berperan dalam pendekatan selanjutnya, misalnya dalam pemerksaan
penunjang dan penentuan tata laksana pasien selanjutnya.
3) Agama dan suku Bangsa
Data tentang agama dan suku bangsa juga memantapkan identitas;
disamping itu perilaku seseorang tentang kesehatan dan penyakit sering
berhubungan dengan agama dan suku bangsa, kebiasaan, kepercayaan, dan
tradisi dapat menunjang namun tidak jarang dapat menghambat perilaku
hidup sehat ( Ilmiah, 2015).
4) Alamat
Tempat tinggal pasien harus dituliskan dengan jelas dan lengkap dengan
nomer rumah, nama jalan, RT, RW, kelurahan dan kecamatannya, serta
bila ada nomor telephonnya. Kejelasan alamat keluarga ini amat diperlukan
agar sewaktu-waktu dapat dihubungkan bila pasien menjadi sangat gawat,
atau perlu tindakan opersai segera, atau perlu pembelian obat atau alat yang
tidak tersdia di rumah sakit dan sebagainya ( Ilmiah, 2015).
III. DATA SUBYEKTIF
1. Alasan Datang
Untuk mengetahui alasan kunjungan
2. Keluhan utama
Anamnesis tentang penyakit pasien diawalai dengan keluhan utama, yaitu
keluhan atau gejala yang menyebabakan pasien dibawa berobat. Perlu
diperhatikan bahwa kleuhan utama tidak selalu merupakan kleuhan yang
pertama yang disampaikan oleh orang tua pasien; hal ini terutama pada
orangtua pendidikannya rendah yang kurang dapat mengemukakan esensi
masalah ( Ilmiah, 2015).
3. Riwayat kesehatan ibu dan keluarga
Dalam keluarga pasien perlu diketahui dengan akurat untuk memperoleh
gambaran keadaan kesehatan keluarga pasien. Berbagai jenis penyakit bawaan
dan penyakit keturunan juga mempunyai latar belakang sosial-budaya.
Terdapatnya perkawinan dengan keluarga dekat antara ayah dan ibu terdapatnya
penyakit tertentu pada keluarga (stigmata alergi, penyakit kardiovaskuler,
diabetes mellitus, atau penyakit keganasan, epilepsi dan lain-lain) perlu

31
ditanyakan, sebab mungkin berhubungan dengan masalah kesehatan yang
dihadapi sekarang (Sondakh, 2013).
4. Riwayat kesehatan anak
Riwayat yang pernah diderita anak sebelumnya perlu diketahui, karena mungkin
ada hubungannya dengan penyakit sekarang, atau setidak-tidaknya memberikan
informasi untuk membantu pembuatan diagnosis dan tata laksana penyakitnya
sekarang (Saifuddin, 2009).
5. Status Perkawinan Orang Tua
A. Kawin atau tidak
B. Berapa kali kawin
C. Berapa lama kawin
Kalau orang hamil sesudah lama kawin, nilai anak tentu besar sekali
6. Riwayat kehamilan
Hal pertama yang perlu ditanyakan adalah keadaan kesehatan ibu selama hamil,
ada atau tidaknya penyakit, serta upaya yang dilakukan untuk mengatasi penyakit
tersebut. Dirinci pula beberapa kali ibu melakukan kunjungan Antenatal dan
kepada siapa kunjungan antenatal dilakukan (dukun, perawat, bidan, dokter
umum, dokter spesialis) (Saifuddin, 2009).
7. Riwayat persalinan
Riwayat kelahiran pasien harus ditanyakan dengan teliti, termasuk tanggal, dan
tempat kelahiran, siapa yang menolong, cara kelahiran (spontan, ekstrasi cunam,
ekstrasi vacum, bedah caisar), adanya kehamilan ganda, keadaan segera setelah
lahir, dan morbiditas pada hari-hari pertama setelah lahir. Berat dan panjang
badan lahir selalu ditanyakan. Maka dapat diketahui apakah bayi saat lahir sesui,
kecil, atau besar untuk masa kehamilannya (Saifuddin, 2009).
8. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Menurut Marmi (2014), tumbuh kembang, kesehatan, penyebab kesakitan dan
kematian anak sangat erat berhubungan dengan corak reproduksi ibu, yaitu umur
ibu pada saat hamil, jarak kelahiran, dan jumlah paritas. Ibu dengan corak
reproduksi yang kurang baik (misalnya melahirkan di luar kurun usia optimal
untuk melahirkan, jarak kelahiran uang terlalu dekat, atau jumlah kelhiran yang
terlalu banyak) akan kurang baik kesehatannya dan kurang mampu menciptakan
suasanan pengasuhan anak yang baik. Jarak kelahiran yang dekat serta paritas

32
yang tinggi sering berhubungan dengan malnutrisi energi protein, infeksi
berulang, serta kelahiran bayi berat badan rendah.
9. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
a) Nutrisi : pada umumnya bayi akan minum ASI 8-12 kali sehari selama 48
jam pertama, selanjutnya 6-7 kali sehari. Pada saat lahir, kapasitas lambung
bayi sekitar 30-60 ml dan meningkat dengan cepat. Pastikan pemberian ASI
di mulai dalam waktu satu jam setelah bayi lahir. Jika mungkin anjurkan ibu
untuk memeluk dan mencoba untuk menyusui bayinya segera setelah tali
pusat di potong.
b) Pola Eliminasi : Bayi harus BAB dan BAK dalam waktu 24 jam.
c) Pola Istirahat : Sejak bayi dilahirkan , bayi langsung tidur dan sekalipun
terbangun jika menetek, BAB, atau BAK.
10. Personal hygiene : Bayi hendaknya di lap kering untuk memperkecil kehilangan
panas yang di sebabkan oleh penguapan, tidak semua verniks caseosa
dihilangkan, tetapi hanya berlebihan, verniks caseosa akan di absorbs oleh kulit
bayi akan hilang dalam 24 jam, tidak di anjurkan untuk memandikan BBL
sampai suhunya stabil ( Kementerian Kesehatan, 2010) (Kelly, et al, 2018).
IV. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Umum
Pemeriksaan fisik terdiri dari penilaian tanda-tanda vital dan ukuran
antopometri.
 Tanda-tanda vital
Seluruh tubuh yang normal pada bayi baru lahir menurut ( Kementerian
Kesehatan, 2010) 36,5oC – 37,5oC
Respirasi menurut (Sondakh, 2013) yang normal pada neonatus yaitu
30-60x/menit. Respirasi perlu di kaji untuk mengetahui adakah
gangguan pernafasan, penyakit jantung dan kelainan paru-paru.
Denyut nadi yang normal pada bayi baru lahir adalah 120-160 x/menit
( Ilmiah, 2015). Denyut nadi erat hubungannya dengan respirasi
sehingga perlu dikaji untuk mengetahui respirasi bayi normal atau tidak.
b. Pengukuran Antopometri, ukuran antopometri pada bayi baru lahir
normal yaitu BB: 2500 – 4000 gram, PB : 48 – 52 cm, LK : 33-37 cm,
LD : 30-38 cm LILA : 10 - 11 cm.

33
2. Status Present ( Kementerian Kesehatan, 2010)
a. Kepala
1. Ubun-ubun
2. Sutura,molase
3. Pembengakakan atau daerah cekung
4. Ukuran lingkar kepala
b. Mata
Tanda-tanda infeksi, contoh:pus .
c. Hidung
Lubang hidung harus didapati bersih dan tanpa mukus. (ingat bayi baru lahir
harus bernafas lewat hidung, jadi hidung yang yang tersumbat mempunyai
implikasi yang besar bagi bayi.)
d. Mulut
1. Bibir dan langit-langit
2. Periksa adanya sumbing
3. Refleks hisap, dinilai dengan mengamati bayi pada saat menyusu.
e. Telinga
Periksa dalam hubungan letak dengan mata dan kepala. Telinga yang normal
bagian atas telinga harus sejajar dengan bagian dalam dan luar kantung mata
(telinga yang tersusun rendah menunjukkan abnormalitas genetic).
f. Leher
Periksa adanya pembengkakan atau benjolan, normalnya tidak ada.

g. Dada
1. Bentuk dada (simetris/tidak)
2. Putting
3. bunyi nafas
4. bunyi jantung harus dikaji dalam pemeriksaan ini
h. Abdomen
1. Bentuk
2. Penonjolan sekitar tali pusat saat menangis
3. Perdarahan tali pusat
4. Lembek(pada saat tidak menangis)
5. Benjolan

34
i. Genetalia
1. Pada bayi laki-laki:
- Dikaji bagaimana keadaan skrotum apakah sudah turun atau
belum. (Dua terstis dalam skrotum)
- Dikaji adakah kelainan bawaan pada alat kelamin tersebut,
normalnya tidak ada. (Penis berlubang pada ujung)
2. Pada bayi perempuan:
- Vagina berlubang, normalnya berlubang
- Uretra berlubang
- Terdapat labia minor dan labia mayor
j. Punggung dan Anus
1. Pembengkakan atau ada cekungan
2. Adaya anus, lubang dan terbuka (telah mengeluarkan mekonium/cairan
k. Kulit
1. Verniks (tidak perlu dibersihkan karena menjaga kehangatan tubuh bayi)
2. Warna
3. Pembengkakan atau bercak-bercak hitam
4. Tanda Lahir
l. Sistem syaraf
Melakukan pemeriksaan adanya reflek pada bayi baru lahir yang meliputi : 1)
reflek moro, dengan cara pemeriksa bertepuk tangan membuat bayi terkejut,
2) rooting reflek, pemeriksa menyentuh pinggir mulut bayi sehingga bayi akan
mengikuti arah sentuhan, 3) sucking reflek, ketika langit – langit mulut bayi
disentuh dia akan menghisap, 4) tonic neck reflek, reflek yang
menggambarkan kekuatan otot leher sehingga bayi bisa menengok ke semua
sisi dan bisa mengangkat lehernya, 5) grasping reflek, reflek menggenggam
ketika pemeriksa menyentuh telapak tangannya, 6) Babinski reflek, reflex
bayi ketika telapak kakinya dirangsang (Saifuddin, 2009).
m. Ekstremitas
Melakukan pemeriksaan pada bentuk kaki dan tangan,gerakan normal dan
kelengkapan jumlah jari kaki dan tangan
V. ASSESMENT

35
Assesment ditegakkan berdasarkan hasil pengkajian subjektif dan objektif.
( Varney, 2008). Assesment yang dapat ditegakkan pada asuhan bayi baru lahir
dan asuhan neonatal esensial (bayi usia 6 minggu pertama ) adalah sebagai berikut.
a) Bayi usia 6 minggu pertama dalam kondisi normal
b) Bayi usia 6 minggu pertama dengan komplikasi tertentu
c) Bayi usia 6 minggu pertama dengan masalah tertentu
(Marmi,2014).
VI. PELAKSANAAN
A. Rencana Tindakan
Penatalaksanaan BBL meliputi :
1. Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital
Keadaan umum bayi : perlu diamati untuk menemukan kelainan yang
panas dengan cara :
 Mengeringkan bayi secara seksama
 Menyelimuti bayi dengan selimut / kain bersih dan hangat
Menutupi bagian kepala perlu mendapat tindakan segera ( Saifuddin, 2009).
Keadaan umum pada bayi yang perlu di perhatikan yakni ukuran
antopometri keseluruhan, kepala badan ekstremitas, tonus otot tingkat
aktifitas, warna kulit dan bibir, serta tangis bayi.
2. Pemberian vitamin K
Bayi baru lahir normal dan cukup bulan perlu diberi vitamin K untuk
mencegah terjadinya perdarahan karena defisiensi vitamin K. diberi vitamin
K peroral 1 mg/hari selama 3 hari. Sedangkan bayi beresiko tinggi diberi
vitamin K parenteral dengan dosis 0,5-1 mg secara intramuscular
(Kementerian Kesehatan, 2010).
3. Pemberian obat tetes/salep mata
Setiap bayi baru lahir perlu diberi tetes/salep mata sesudah 5 jam kelahiran.
Pemberian obat mata eritromicin 0,5 mg atau tetrasiklin 1%, dianjurkan
untuk pencegahan penyakit mata karena kehamilan (Saifuddin, 2009).
4. Pemberian ASI
Pemberian ASI dimulai dalam waktu 1 jam setelah lahir, memulai pemberian
ASI secara dini akan merangsang produksi ASI, memperkuat reflek hisap
bayi, mendekatkan hubungan ibu dengan bayi, memberikan kekebalan pasif
melalui kolostrum dan dapat merangsang kontraksi uterus (Chaidir, 2017).

36
5. Imunisasi
Imunisasi adalah pemberian kekebalan agar bayi tidak tertular penyakit
hepatitis B, yang disuntikkan pada otot paha bagian anterolateral pada umur
0 – 7 hari. Selanjutnya jadwal pemberian imunisasi dasar pada bayi sebelum
berumur 1 tahun adalah sebagai berikut :
a) BCG : pada umur 1 bulan
b) Polio 1 : pada umur 1 bulan
c) DPT - HB- Hib 1,2,3 : pada umur 2,3,4 bulan
d) Polio 2,3,4 : pada umur 2,3,4 bulan
e) Campak : pada umur 9 bulan
Jarak antara (interval) pemberian vaksin DPT – HB – Hib minimal 4
minggu ( 1 bulan ), jarak antara pemberian vaksin Polio minimal 4
minggu (1 bulan). Anak di atas 1 tahun (12 bulan ) yang belum lengkap
imunisasinya tetap harus diberikan imunisasi lengkap ( Kementerian
Kesehatan RI, 2010).
6. Perawatan tali pusat
Perawatan dengan tidak membubuhkan apapun pada pusar bayi (Saifuddin,
2009) (Stewart, Benitz and Fetus, 2016).
7. Memandikan bayi
 Bayi lebih baik dimandikan minimal setelah 6 jam atau suhu sudah
stabil yang bertujuan untuk mempertahankan veniks caseosa dalam
tubuh bayi guna stabilisasi suhu tubuh (Kelly et al., 2018).
 Bayi harus tetap dijaga kebersihannya dengan menyekanya dengan
lembut dan memperhatikan lipatan kulitnya.
 Sabun dengan kandungan cholorophene tidak dianjurkan karena diserap
kulit dan menyebabkan racun bagi sistem saraf bayi.
(Marmi,2014)
8. Pemeriksaan
Pemeriksaan bayi baru lahir dilakukan dengan kunjungan neonatal 1, 2 dan 3
dan diteruskan pemeriksaan rutin sampai bayi berumur 1 tahun
(Kementerian Kesehatan RI, 2010).
9. Pemantauan Berat Badan
Bayi yang sehat akan mengalami penambahan BB setiap bulannya
(Marmi,2014).

37
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR NORMAL
BY.NY D DI PMB YOHANA TRIANI

I. PENGKAJIAN
Tanggal : 15 Februari 2021
Waktu : 09.30 WIB
Tempat : PMB Yohana Triani

II. IDENTITAS
a. Identitas bayi
Nama : By. Ny.D
Tanggal/ Jam lahir : 15 Februari 2021/ 08.30 WIB
Jenis Kelamin : Laki-laki
b. Identitas orang tua
Nama Ibu : Ny. D Nama ayah : Tn. D
Umur : 26 tahun Umur : 32 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMU Pendidikan : S1
Pekerjaan : Karyawan Pekerjaan : Swasta
Alamat : Kebon Harjo Rt. 6/5 Alamat : Kebon Harjo Rt. 6/5

III. DATA SUBYEKTIF


1. Riwayat kehamilan ibu
a. Umur kehamilan : 39 minggu
b. Riwayat penyakit dalam hamil : ibu mengatakan tidak memiliki riwayat
penyakit saat hamil
c. Kebiasaan selama hamil :
Merokok: ibu mengatakan tidak pernah merokok
Konsumsi alkohol: ibu mengatakan tidak pernah mengkonsumsi alkohol
Jamu-jamuan, narkoba, maupun obat-obatan bebas: ibu mengatakan tidak
pernah mengkonsumsi jamu-jamuan, narkoba ataupun obat-obatan bebas
d. Riwayat Natal :

38
Tanggal lahir : 15 Februari 2021
BB: 2700 gram
PB: 47 cm
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Tunggal/ Gemelli : Tunggal
Lama persalinan kala I, kala II : Kala I : 1 jam, kala II ± 30 menit
Komplikasi persalinan: tidak ada komplikasi dalam proses persalinan
e. Riwayat Perinatal : Penilaian Apgar Score

Appearanc Puls Grimac Activit Respirator Scor


e e e y y e
1 2 2 1 1 2 8
Meni
t
5 2 2 1 2 2 9
Meni
t ke-
1
5 2 2 2 2 2 10
Meni
t ke-
2

2. Pola kebiasaan sehari-hari


a. Pola Nutrisi : ibu mengatakan anaknya hanya diberi ASI saja
b. Pola eliminasi : ibu mengatakan bayinya belum BAK dan BAB
c. Pola Istirahat : ibu mengatakan anaknya dalam keadaan tidur
d. Pola aktifitas : ibu mengatakan anak hanya menangis, tidur, minum ASI

IV. DATA OBYEKTIF


1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Vital sign : N = 130x/mnt

39
RR = 36 x/mnt
S = 36,6 0 C

2. Pengukuran antropometri :
BB : 2700 gr
PB : 47 cm
Lingkar Kepala : 32 cm
Lingkar dada : 29 cm
Lingkar lengan : 11 cm
3. Status Present
Kepala : Mesochepal,tidak ada caput seccedeneum, dan tidak ada cephal
hematoma
Mata : konjungtiva merah muda,sclera putih, simetris
Hidung : tidak ada polip, tidak ada cuping hidung
Mulut : tidak ada stomatitis,tidakada labioskhisis dan labiopalatoskisis,
bersih
Telinga : tidak ada serumen, bersih, simetris
Leher : tidak ada cedera pada leher
Dada : tidak ada retraksi dinding dada, simetris
Pulmo/jantung : irama jantung normal
Abdomen : tidak adanyeri tekan pada hati, ginjal,limfa
Genetalia : testis sudah turun ke skrotum
Punggung : tidak ada kelainantulang punggu seperti spina bifida
Anus : terdapat lubang anus
Ekstremitas : normal, gerak aktif,jari tangan dan kaki lengkap
Kulit : bersih, tugor kulit baik
Reflek :
Rooting reflex : + kuat
Sucking reflek : + kuat
Grasp reflek : + kuat
Moro reflek : + kuat
Tonic neck reflek : + kuat
Babinski reflek : + kuat

40
V. ANALISA
By. Ny. D usia 1 jam fase reaktivitas I dengan jenis kelamin laki-laki.
VI. PENATALAKSANAAN
(Tanggal 15 Februari 2021 jam 09.30 WIB)
1. Memberitahu ibu dan keluarga bahwa bayi dalam keadaan normal baik.
Hasil : ibu dan keluarga mengucap alhamdulillah dan merasa sangat bahagia.
2. Menjaga kehangatan tubuh bayi dengan memperhatikan keadaan umum bayi.
Hasil: bayi tetap hangat dan keadaan umum bayi baik.
3. Melakukan perawatan tali pusat dengan prinsip bersih dan kering.
Hasil : tali pusat bayi terbuka dan kering.
4. Memberikan salep mata antibiotika tetrasiklin 1% pada kedua mata bayi untuk
mencegah terjadinya infeksi pada mata.
Hasil : salep mata diberikan pada kedua mata bayi.
5. Memberikan injeksi vitamin K1, 1 mg secara intramuscular pada paha kiri bagian
anterolateral.
Hasil : bayi telah di suntik vitamin K.
6. Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI Eksklusif pada bayi selama 6 bulan
pertama tanpa memberi makanan dan minuman tambahan kecuali obat dari tenaga
kesehatan secara terus menerus agar bayi mendapat nutrisi dan membantu
pembentukan antibody.
Hasil : ibu mengatakan bersedia memeberikan ASI Eksklusif selama 6 bulan.
7. Menganjurkan ibu untuk selalu menjaga kehangatan tubuh bayi.
Hasil : ibu selalu menutup kepala bayi dan badan bayi selalu dibedong.
8. Memberitahu ibu dan keluarga tanda bahaya bayi baru lahir seperti tidak mau
menyusu, lemah, bayi merintih atau menangis terus-menerus, tali pusat kemerahan
sampai berbau, demam tinggi
Hasil : ibu dan keluarga paham dan dapat menyebutkan 2 tanda-tanda bahaya bayi
baru lahir dengan tepat.

41
42
Catatan Perkembangan

RB/BPM: NO.RM
PMB Yohana Triani R Nama Pasien: By.Ny. D
Nama Bidan:
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal dan CATATAN PERKEMBANGAN Nama dan
Jam (SOAP) Paraf
15 Febrari S = menangis kuat, gerak aktif, warna kulit
2021 kemerahan, belum BAB dan BAK, hanya minum
( 13.30 ASI.
WIB ) O = Keadaan umum : Baik Kesadaran :
Composmentis N : 130 x/mnt
RR : 32 x/mnt S : 36,60 C
A = By. Ny D usia 4 jam fase tidur dengan jenis
kelamin laki-laki

P=
1. Memberitahu ibu dan keluarga bahwa bayi
dalam keadaan normal baik.
Hasil : ibu dan keluarga mengucap
alhamdulillah
dan merasa sangat bahagia.
2. Memberikan imunisasi HB0 sebanyak 0,5 m
di paha kanan bayi secara instramuscular
Hasil : Imunisasi HB 0 sudah diberikan
3. Melakukan perawatan tali pusat dengan
prinsip bersih dan kering.
Hasil : tali pusat bayi terbuka dan kering.
4. Menganjurkan ibu untuk selalu menjaga
kehangatan tubuh bayi.
Hasil : ibu selalu menutup kepala bayi dan
badan bayi selalu dibedong.
5. Memberitahu ibu dan keluarga tanda bahaya

1
bayi baru lahir seperti tidak maumenyusu,
lemah, bayi merintih atau menangis terus-
menerus, tali pusat kemerahan sampai berbau,
demam tinggi
Hasil : ibu dan keluarga paham dan dapat
menyebutkan 2 tanda-tanda bahaya bayi
baru lahir dengan tepat.

2
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ni, akan dibahas bagaimana kesenjangan antara teori bayi baru lahir dengan
kasus yang di dapat. Pada dasarnya pelaksanaan asuhan kebidanan bayi baru lahir sesuai
dengan teori yang ada. Dimulai dari pengkajian hingga penatalaksanaan bayi baru lahir.
Untuk memperoleh data subjektif dilakukan pengkajian dengan anamnesa dengan orang tua
bayi. Selain itu, untuk memperoleh data objektifnya dilakukan berbagai pemeriksaan mulai
dari keadaan umum, suhu, nadi, napas, apgar score, reflek reflek pada bayi, BB, PB, LK,
LD, LILA dan lain-lain.
A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan secara sistematis sesuai dengan teori yang sudah ada. Baik data
subjektif maupun data objektif sudah dikaji secara lengkap. Data objektif yang
dilakukan meliputi pemeriksaan umum, pemeriksaan fisik, pemeriksaan status obstetric,
pemeriksaan penunjang.
B. Analisa
Analisa ditegakkan sesuai dengan interpretasi dari data yang diperoleh dari pengkajian
data subjektif dan data objektif yang telah dilakukan.
C. Penatalaksanaan yang telah dilakukan adalah sebagai berikut
1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa bayi dalam keadaan normal. Hal
ini dilakukan agar ibu mengetahui tentang keadaan bayinya
2. Menjaga kehangatan bayinya, dengan cara membungkus bayi dengan kain
kering,segera mengganti jika kain/pakaian bayi basah, tidak menidurkan bayi di
tempat yang dingin atau jendela terbuka serta bayi menggunakan pakaian lengkap
dengan kaos kaki. Hal ini di lakukan agar ibu mengetahui bagaimana cara merawat
bayinya dengan benar.
Dwienda (2014) mengatakan bahwa kondisi lingkungan dingin, bayi tanpa selimut
dan yang paling sering adalah subkutan yang tipis mampu mempercepat proses
penurunan suhu tersebut. Bayi yang mengalami hipotermi akan mengalami
penurunan kekuatan menghisap ASI, wajahnya akan pucat, kulitnya akan mengeras
dan memerah dan bahkan akan mengalami kesulitan bernapas, sehingga bayi baru
lahir harus tetap di jaga kehangatannya.
Suhu normal pada bayi yang baru lahir berkisar 36,50 C- 37,50 C(suhu ketiak).
Awalnya bayi akan mengalami penurunan suhu di bawah rentang nomal atau secara

1
mudah dapat dikenal ketika kaki dan tangan bayi teraba dingin, atau jika seluruh
tubuh bayi sudah teraba dingin berarti bayi sudah mengalami hipotermi sedang
yaitu dengan rentang suhu 320 C - 360C. Selain hipotermi sedang ada juga
hipotermi kuat yaitu bila suhu bayi sampai di bawah 320 C dan akan berakibat
sampai kematian jika berlanjut karena pembuluh darah bayi akan menyempit dan
terjadi peningkatan kebutuhan oksigen sehingga akan berlanjut menjadi hipoksemia
dan kematian (Anik, 2013).
3. Menjaga agar tali pusat tetap kering dan bersih. Perawatan tali pusat adalah
tindakan perawatan yang bertujuan merawat tali pusat pada bayi baru lahir agar
tetap kering dan mencegah terjadinya infeksi. Perawatan tali pusat yang tidak benar
pada bayi akan mengalami penyakit infeksi yang akan mengakibatkan kematian
(Ronald, 2012). Tali pusat merupakan jalan masuk utama infeksi sistemik pada bayi
baru lahir. infeksi tali pusat pada dasarnya dapat dicegah dengan melakukan
perawatan tali pusat yang baik dan benar, yaitu dengan prinsip perawatan kering
dan bersih. (Jitowijoyo, 2010).
4. Melakukan observasi tanda-tanda bayi sakit berat, seperti tidak dapat menyusu,
kejang, tidak sadar, napas cepat >60 x/menit, merintih, ada tarikan dada bawah,
tampak biru pada ujung jari tangan/kaki/bibir, badan bayi kuning, kaki dan tangan
terasa dingin atau bayi demam. ibu atau keluarga dapat segera membawa bayi ke
tempat pelayanan kesehatan apabila ada salah satu tanda tersebut dimiliki oleh bayi.
Hal ini dilakukan untuk mengetahui keadaan bayi sesungguhnya.
5. Memberikan salep mata antibiotika tetrasiklin 1% pada kedua mata bayi untuk
mencegah terjadinya infeksi pada mata. Salep mata ini untu pencegahan penyakit
klamidia (penyakit menular seksual) yang diberikan pada jam pertama persalinan.
Perawatan mata harus dikerjakan setelah bayi selesai perawatan tali pusat
6. Memberikan injeksi vitamin K 1 mg secara intramuscular pada paha kiri bagian
anterolateral.
Bayi baru lahir cenderung mengalami defisiensi vitamin K karena cadangan vitamin
K dalam hati relatif masih rendah, sedikitnya transfer vitamin K melalui tali pusat,
rendahnya kadar vitamin K pada ASI, dan saluran pencernaan bayi baru lahir yang
masih steril. Kekurangan vitamin K berisiko tinggi bagi bayi sehingga
mengakibatkan Vitamin K Deficiency Bleeding (VKDB). Profilaksis vitamin K1
berperan menurunkan tingkat mortalitas, morbiditas, serta kerugian secara
farmakoekonomi akibat defisiensi vitamin K, . Pemberian profilaksis vitamin K

2
merupakan hal yang penting dilakukan pada semua bayi baru lahir, dengan dosis
tunggal 1 mg pada seluruh bayi baru lahir (Surjono, Wijaya and Clarissa, 2011)
7. Memberitahu ibu tanda-tanda bahaya bayi baru lahir, yaitu kejang, malas menyusu,
diare, nafas cepat atau lambat. Hal ini dilakukan agar ibu mengetahui tanda bahaya
bayi baru lahir dan dapat segera membawa ke tenaga kesehatan baik bidan, dokter,
puskesmas, rumah sakit.
8. Memberikan imunisasi HB 0 sebanyak 0,5 ml, di paha kanan bayi secara
intramuscular.
Menurut Ranuh (2005), sasaran pemberian vaksin Hepatitis B adalah semua bayi
baru lahir. Vaksin Hepatitis B (hepB) harus segera diberikan setelah lahir,
mengingat vaksinasi hepB merupakan upaya pencegahan yang sangat efektif untuk
memutuskan rantai penularan melalui transmisi maternal dari ibu kepada bayinya
(Ranuh, 2008).
9. Menganjurkan untuk memberikan asi eksklusif selama 6 bulan. Air susu ibu (ASI)
adalah nutrisi alamiah terbaik bagi bayisebab ASI mengandung semua nutrisi yang
diperlukan untuk bertahan hidup pada 6 bulan pertama dan pertumbuhan bayi, yang
meliputi hormon, antibodi, faktor kekebalan, dan antioksidan. Penambahan berat
badan bayi merupakan salah satu cara untuk melihat pertumbuhan pada bayi (Fitria,
2012). Dengan menyusui ASI tanpa jadwal dan sesuai kebutuhan bayi, akan
mencegah banyak masalah yang mungkin timbul misalnya ganguan petumbuhan
dan perkembangan (Bahiyatun, 2009). Perubahan berat badan merupakan indikator
yang sangat sensitif untuk memantau pertumbuhan anak. Bila kenaikan berat badan
anak lebih rendah dari yang seharusnya, pertumbuhan anak terganggu dan anak
berisiko akan mengalami kekurangan gizi.

Setelah melakukan asuhan bayi baru lahir normal pada bayi Ny. D di PMB Yohana
Triani, maka ada beberapa hal yang ingin penulis uraikan mengenai asuhan kehamilan ini
yaitu:
1. Penulis tidak menemukan masalah yang muncul pada saat melakukan asuhan pada bayi
baru lahir normal pada bayi Ny. D, karena dari pihak keluarga pasien pun sangat
kooperatif dan paham posisi penulis di lahan praktik sebagai mahasiswa praktikan.
Keluarga pasien memberi kesempatan pada penulis untuk belajar memberi asuhan pada
bayi baru lahir normal kepada bayinya.

3
2. Kesenjangan antara teori dan praktik lapangan yang ada saat melakukan asuhan bayi
baru lahir sejauh yang saya tahu tidak ada. Tindakan yang dilakukan sudah disesuaikan
dengan evidence based yang sesuai dengan teori.

4
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan Asuhan Kebidanan bayi baru lahir pada By Ny.
D dengan kehamilan normal, maka dapat disimpulkan bahwa Ny. D usia 1 jam dan
telah dilakukan pengukuran antropometri dengan hasil BB : 2700 gram , PB : 47 cm,
LK : 32 cm , LD : 29cm , LILA : 11 cm pada tahap pengkajian data yang terdiri atas
data subyektif diperoleh data secara lengkap. Data yang didapatkan dalam pengkajian
digunakan sebagai dasar dalam menentukan identifikasi diagnosa atau masalah
terhadap keadaan yang dirasakan oleh bayi.
Bayi tidak mengalami keadaan yang gawat darurat seperti sesak nafas, nafas
cepat dan dalam , terdapat nafas cuping hidung , suhu tubuh bayi diatas 38˚c /
dibawah 36˚c, gerakan kurang aktif , terdapat gerak retraksi dinding dada, berat lahir
rendah (1500-2500gram), bayi malas minum dan letargis , sehingga untuk penulisan
identifikasi kebutuhan segera tidak perlu dalam penulisan asuhan kebidanan.
Pada penatalaksanaan rencana tindakan disusun berdasarkan keadaan yang
dialami oleh bayi dan juga disesuaikan dengan kebutuhan bayi. Untuk mencegah bayi
menjadi kuning secara patologis, maka ibu disarankan untuk memberikan ASI yang
adekuat, menjemur bayi tiap pagi dan sore.
Evaluasi yang didapat berdasarkan asuhan kebidanan yang diberikan, bayi
mengalami kemajuan dalam keadaan kesehatannya.
B. Saran
Setelah melakukan asuhan bayi baru lahir pada bayi Ny. D adapun saran yang ingin
disampaikan oleh penulis yaitu:
1. Bagi Ibu
Diharapkan ibu dapat memahami penkes – penkes yang diberikan dan
melaksanakan apa yang seharusnya dilaksanakan, serta dapat menerima peran
dan fungsi bidan dalam memberikan pelayanannya dan meningkatkan
pengetahuannya tentang seputar asuhan bayi baru lahir sehingga ibu dapat
menjalani merawat bayinya dengan baik dan dapat mencukupi kebutuhan bayi
nya. Selain itu ibu juga dapat mengetahui komplikasi dini dan kemungkinan –
kemungkinan yang akan terjadi sehingga ibu dapat menjaga kesehatan bayinya

5
2. Bagi Instansi Pelayanan Kesehatan
Diharapkan bidan dapat melihat bahwa manajemen kebidanan mempunyai
pengaruh terhadap ibu, maupun petugas kesehatan, maka diharapkan asuhan
kebidanan yang telah dilaksanakan selama ini di Puskesmas tetap dilaksanakan.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Mengingat pentingnya kemampuan mahasiswa untuk dapat memenuhi
kompetensi knowledge, skill dan attitude dalam memberikan asuhan kebidanan,
maka tugas praktik yang berbentuk laporan ilmiah untuk tetap dipertahankan
bagi mahasiswa selanjutnya.
4. Bagi Penulis
Diharapkan dengan memenuhi tugas laporan ilmiah asuhan kebidanan ini
pentingnya meningkatkan knowledge, skill dan attitude dalam memberikan
asuhan kebidanan , maka laporan ilmiah asuhan kebidanan ini dapat membekali
kompetensi baik knowledge, skill dan attitude , diharapkan setiap mahasiswa
membuat laporan ilmiah yang berkompeten.

6
DAFTAR PUSTAKA

Behring, A., Vezeau, T. M. and Fink, R. (2003) ‘Timing of the Newborn First Bath : A
Replication’, Neonatal Network, 22(1), pp. 39–46. doi: 10.1891/0730-0832.22.1.39.

Chaidir, R. (2017) ‘Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini Terhadap Suhu Tubuh Bayi Baru Lahir
Di BPM Padang Panjang’, Jurnal IpteksTerapan Research of Applied Science and
Education, VII(1), pp. 20–26. doi: ISSN : 1979 - 9292.

Jamil, siti nurhasiyah, Sukma, F. and Hamidah (2017) Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada
Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah, Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada
Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah. Available at:
http://elearning.fkkumj.ac.id/pluginfile.php?file=%2F8663%2Fcourse%2Foverviewfiles
%2FASUHAN NEONATUS%2C BAYI%2C BALITA DAN ANAK PRA
SEKOLAH.pdf&amp;forcedownload=1.

Kaban, N. B. (2012) ‘Inisiasi Menyusu Dini’, Jurnal Keluarga Sehat Sejahtera, 15(30), pp.
35–46. doi: p - ISSN : 1693 - 1157.

Kelly, P. A. et al. (2018) ‘Effect of Timing of the First Bath on a Healthy Newborn ’ s
Temperature’, Journal of Obstetric, Gynecologic, & Neonatal Nursing. Elsevier Inc,
(August), pp. 1–12. doi: 10.1016/j.jogn.2018.07.004.

Kemenkes RI (2010) Buku Saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial. Jakarta.

Kementerian Kesehatan RI (2010a) Buku saku Pelayanan Neonatal Esensial. Kedua.


Jakarta: Kementrian Kesehatan.

Kementerian Kesehatan RI (2010b) Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial Pedoman


Teknis Pelayanan Kesehatan Dasar. Edisi Revi. JAKARTA: Direktorat Bina Kesehatan
Anak Kemkes RI.

Marmi and Raharjo, K. (2014) Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah.
Kesatu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Marni and Rahardjo, K. (2014) Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Mugadza, G., Zvinavashe, M. and et (2016) ‘Early breastfeeding initiation ( EBFI )’,
International Journal of Nursing and Midwifery, 8(10), pp. 81–85. doi:

7
10.5897/IJNM2016.0244.

Noorhidayah, Fakhriyah and et al (2015) ‘Efektifitas Perawatan Tali Pusat Teknik Kering
Dan terbuka Terhadap Lama Puput Tali Pusat Di Kota Banjarbaru’, Jurnal Publikasi
Kesehatan Masyarakat Indonesia, 2(1), pp. 37–41.

POGI (2009) Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Edited
by A. B. Saifiddin. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Prawirohardjo, S. (2016) Ilmu Kebidanan. 4th edn. Edited by abdul B. Saifuddin, T.


Rachimhadhi, and G. H. Wiknjosastro. PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Rafika (2018) ‘Waktu Penundaan Pengkleman Tali Pusat Berpengaruh Terhadap Kadar
Hemoglobin Pada Bayi Baru Lahir’, Jurnal Kesehatan Window of Health, 1(2), pp. 102–
108. doi: E-ISSN 2614 - 5375.

Ronald (2012) Pedoman Perawatan Balita. Bandung: Nuansa Aulia.

Saifuddin (2009) Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Kelima. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Sondakh, J. J. S. (2013) Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi Baru Lahir. Kesatu. Edited
by S. Carolina and R. Astikawati. Jakarta: PT. Penerbit Erlangga.

Stewart, D., Benitz, W. and Fetus, C. O. N. (2016) ‘Umbilical Cord Care in the Newborn
Infant’, Clinical Report Guidance for the Clinician in Rendering Pediatric Care from
American Academy of Pediatrics, 138(3). doi: 10.1542/peds.2016-2149.

Surjono, E., Wijaya, E. and Clarissa, E. (2011) ‘Pentingnya Pemberian Vitamin K1


Profilaksis pada Bayi Baru Lahir’, Damius Journal of Medicine, 10(1), pp. 51–55.
Available at: https://www.infodokterku.com/indek.php/en/96-daftar-isi-content/info-
kesehatan/health-program/195-pentingnya-pemberian-vitamin-k-pada-bayi-baru-lahir.

8
9

Anda mungkin juga menyukai