Anda di halaman 1dari 17

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Remaja

2.1.1 Pengertian remaja

Remaja merupakan masa pergantian berdasarkan fase anak-anak menuju fase dewasa,

atau orang-orang menggunakan usia belasan tahun, atau sanggup dianggap seorang yg

pertanda tingkah laris tertentu, misalnya susah diatur atau orang yg gampang terpancing

emosinya. Periode remaja merupakan ketika buat tumbuh & berkembang dan beranjak

berdasarkan ketidakmatangan masa kanak-kanak menuju ke arah kematangan dalam

usia dewasa. Periode remaja merupakan periode pergantian secara biologis, psikologis,

sosiologi, & ekonomi dalam individu. Ini merupakan masa yg menyenangkan pada

rentang kehidupan. Para remaja sebagai lebih sedikit bijak, dan lebih sanggup buat

menciptakan keputusan sendiri dibandingkan usia-usia sebelumnya yaitu dalam masa

kanak-kanak.

Dalam kesehariannya, remaja tidak lepas dari pergaulan dengan remaja lain. Remaja

diharuskan memiliki keterampilan sosial untuk dapat menyesuaikan diri dengan

kehidupan sehari-hari, seperti sikap mengembangkan diri, sikap kematangan emosional,

sikap terhadap diri sendiri dan orang lain, sikap kejujuran, sikap tanggung jawab, sikap

beradaptasi, dan sikap bertindak sesuai norma yang berlaku.

2.1.2 Ciri-Ciri Masa Remaja

Ciri-ciri Perkembangan Remaja Masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang

membedakannya dengan periode-periode sebelum dan sesudahnya. Ciri-ciri tersebut

akan diterangkan sebagai berikut :

8
9

a. Masa remaja sebagai periode yang penting karena fisik dan akibat psikologis,

b. Masa remaja sebagai masa peralihan dari satu tahap perkembangan ke tahap

berikutnya,

c. Masa remaja sebagai periode perubahan,

d. Masa remaja sebagai usia bermasalah, namun masalah masa remaja tersebut sering

menjadi masalah yang sulit diatasi oleh mereka,

e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas, penyesuaian diri dengan kelompok

masih tetap penting bagi anak laki-laki dan perempuan,

f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan adanya anggapan stereotip

budaya,

g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistic, Masa remaja sebagai ambang masa

dewasa. Berpakaian dan bertindak seperti orang dewasa ternyata belumlah cukup,

remaja mulai memusa tkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status

dewasa dengan begitu mereka menganggap bahwa perilaku ini akan memberikan

citra yang mereka inginkan (Deprina Fajaria; Marjohan; Indah Sukmawati, 2013).

Kemudian ada ciri – ciri perkembangan remaja :

a) Perkembangan fisik

Perkembangan fisik pada masa remaja mengarah pada pencapaian bentuk-bentuk

badan orang dewasa. Perkembangan fisik terlihat jelas dari perubahan tinggi

badan.bentuk badan dan berkembangnya otot-otot tubuh Hurlock (1999:210).


10

b) Perkembangan seksual

Perkembangan seksual ditandai dengan munculnya tanda-tanda kelamin primer dan

sekunder.

c) Perkembangan heteroseksual

Pada masa remaja mulai timbul rasa ketertarikan terhadap lawan jenis.

d) Perkembangan Emosional

Keadaan emosional pada masa remaja tidak stabil.

2.1.3 Faktor faktor yang mempengaruhi perkembangan remaja

Perkembangan remaja pada pengaruhi sang beberapa faktor yaitu: famili,

kematangan anak, status ekonomi famili, taraf pendidikan, & kemampuan mental

terutama emosi & intelegensi :

a. Keluarga Keluarga adalah lingkungan pertama yg menaruh efek terhadap aneka

macam aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan sosialnya. Kondisi &

rapikan cara kehidupan famili adalah lingkungan yg aman bagi pengenalan anak. Di

pada famili berlaku kebiasaan-kebiasaan kehidupan famili, & menggunakan

demikian dalam dasarnya famili merekayasa konduite kehidupan budaya anak.

Proses pendidikan yg bertujuan berbagi kepribadian anak lebih poly dipengaruhi

sang famili. Pola pergaulan & bagaimana kebiasaan pada menempatkan diri terhadap

lingkungan yg lebih luas ditetapkan & diarahkan sang famili. Komunikasi pada

famili pula dibutuhkan antara orang tua & anak. Komunikasi pada famili bisa

berlangsung secara timbal kembali & silih berganti; sanggup menurut orang tua ke

anak atau menurut anak ke orang tua, atau menurut anak ke anak. Pola komunikasi
11

antara orang tua & anak, Wursanto pernah menyampaikan bahwa komunikasi bisa

berlangsung setiap saat, pada mana saja, kapan saja, sang siapa saja & menggunakan

siapa saja. Ada interaksi positif antara dukungan sosial ayah menggunakan

penyesuaian sosial remaja, & membuktikan interaksi yg positif & signifikan antara

dukungan sosial ayah menggunakan penyesuaian sosial remaja laki-laki, yg ialah

makin tinggi dukungan sosial yg diperoleh remaja menurut ayah, makin tinggi juga

penyesuaian sosialnya, demikian juga sebaliknya. (Maharani, O. P., & Andayani, B.

2003)

b. Kematangan anak

Bersosialisasi memerlukan kematangan fisik dan psikis. Untuk mampu

mempertimbangan dalam proses sosial, memberi dan menerima pendapat orang lain,

memerlukan kematangan intelektual dan emosional. Di samping itu, kemampuan

berbahasa ikut pula menentukan. Dengan demikian, untuk mampu bersosialisasi

dengan baik diperlukan kematangan fisik sehingga setiap orang fisiknya telah mampu

menjalankan fungsinya dengan baik.

c. Status Sosial Ekonomi

Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi atau status kehidupan sosial

keluarga dalam lingkungan masyarakat. Masyarakat akan melihat anak, bukan sebagai

anak yang independen, akan tetapi akan dipandang dalam konteksnya yang utuh dalam

keluarga anak itu. "ia anak siapa". Secara tidak langsung dalam pergaulan sosial anak,

masyarakat dan kelompoknya dan memperhitungkan norma yang berlaku di dalam

keluarganya. Dari pihak anak itu sendiri, perilakunya akan banyak memperhatikan

kondisi normatif yang telah ditanamkan oleh keluarganya. Sehubungan dengan itu,
12

dalam kehidupan sosial anak akan senantiasa "menjaga" status sosial dan ekonomi

keluarganya. Dalam hal tertentu, maksud "menjaga status sosial keluarganya" itu

mengakibatkan menempatkan dirinya dalam pergaulan sosial yang tidak tepat. Hal ini

dapat berakibat lebih jauh, yaitu anak menjadi "terisolasi" dari kelompoknya. Akibat

lain mereka akan membentuk kelompok elit dengan normanya sendiri. Status sosial

ekonomi juga berpengaruh terhadap perkembangan moral remaja. Semakin tinggi

status sosial ekonomi orang tua maka semakin rendah tingkat perilaku merokok

seorang remaja dan semakin rendah status sosial ekonomi orang tua maka semakin

tinggi tingkat perilaku merokok seorang remaja. perilaku merokok dipengaruhi oleh

status sosial ekonomi orang tua. (Penelitian, A.Rohman 2010)

d. Pedidikan

Pendidikan adalah proses pengenalan anak yg terarah. Hakikat pendidikan menjadi

proses pengoperasian ilmu yg normatif, akan menaruh rona kehidupan sosial anak

pada pada rakyat & kehidupan mereka pada masa yg akan datang. Pendidikan pada

arti luas wajib diartikan bahwa perkembangan anak ditentukan sang kehidupan

keluarga, rakyat, & kelembagaan. Penanaman kebiasaan konduite yg sahih secara

sengaja pada berikan pada siswa yg belajar pada kelembagaan pendidikan (sekolah).

Kepada siswa bukan saja dikenalkan pada kebiasaan-kebiasaan lingkungan dekat,

namun dikenalkan pada kebiasaan kehidupan bangsa (nasional) & kebiasaan

kehidupan antarbangsa. Etik pergaulan membangun konduite kehidupan

bermasyarakat & bernegara.Terdapat hubungan positif antara peer attachment dan

regulasi emosi pada remaja yang menjadi siswa di boarding school. Hubungan positif

tersebut menunjukan semakin tinggi peer attachment maka semakin tinggi pula
13

regulasi emosi remaja yang menjadi siswa di boarding school . (Penelitian Miranti

Rasyid,2012).

e. Kapasitas Mental, Emosi, dan Intelegensi

Kemampuan berpikir banyak mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan belajar,

memecahkan masalah, dan berbahasa. Anak yang berkemampuan intelektual tinggi

akan berkemampuan berbahasa secara baik. Oleh karena itu kemampuan intelektual

tinggi, kemampuan berbahasa baik, dan pengendalian emosional secara seimbang

sangat menentukan keberhasilan dalam perkembangan sosial anak. Sikap saling

pengertian dan kemampuan memahami orang lain merupakan modal utama dalam

kehidupan sosial dan hal ini akan dengan mudah dicapai oleh remaja yang

berkemampuan intelektual tinggi. Menurut KBBI Intelegensi disini merupakan daya

reaksi atau penyesuaian yang cepat dan tepat, baik secara fisik maupun mental,

terhadap pengalaman baru, membuat pengalaman dan pengetahuan yang telah dimiliki

siap untuk dipakai apabila dihadapkan pada fakta atau kondisi baru

2.2 Gaya Hidup

2.2.1 Pengertian Gaya Hidup

Dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup

menggambarkan keseluruhan diri seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

Gaya hidup menggambarkan seluruh pola seseorang dalam beraksi dan berinteraksi di

dunia.

Gaya hidup adalah pola tingkah laku sehari-hari segolongan manusia dalam masyarakat.

Sedangkan dari sisi ekonomi, gaya hidup adalah perilaku seseorang dalam

membelanjakan uangnya dan bagaimana mengalokasikan waktunya (KBBI ,2008).


14

Gaya hidup berkaitan erat dengan perkembangan zaman dan teknologi. Gaya hidup

menjadi upaya untuk membuat diri menjadi eksis dengan cara tertentu dan berbeda dari

kelompok lain. Berdasarkan pengalaman sendiri yang diperbandingkan dengan realitas

sosial, individu memilih rangkaian tindakan dan penampilan mana yang menurutnya

sesuai dan mana yang tidak sesuai untuk ditampilkan dengan ruang sosial.

2.2.2 Macam – Macam Bentuk Gaya Hidup

Chaney ( Subandy, 1997), terdapat beberapa bentuk gaya hayati, antara lain :

a. Industri Gaya Hidup

Dalam Abad gaya hayati, penampilan-diri itu justru mengalami estetisisasi, "estetisisasi

kehidupan sehari-hari" & bahkan tubuh/diri pun justru mengalami estetisisasi tubuh.

Tubuh/diri & kehidupan sehari-hari pun sebagai sebuah proyek, benih penyemaian gaya

hayati. "Kamu bergaya maka engkau terdapat!" merupakan ungkapan yg mungkin cocok

buat melukiskan kegandrungan insan terbaru akan gaya. Itulah sebabnya industri gaya

hayati buat sebagian akbar merupakan industri penampilan.

b. Iklan Gaya Hidup Dalam rakyat terkini, banyak sekali perusahaan (korporasi), para

politisi, individu individu semuanya terobsesi menggunakan gambaran. Di pada era

globalisasi fakta misalnya kini ini, yg berperan akbar pada membangun budaya gambaran

(image culture) & budaya cita rasa (taste culture) merupakan gempuran iklan yg

memberikan gaya visual yg kadang-kadang mempesona & memabukkan. Iklan

merepresentasikan gaya hayati menggunakan menanamkan secara halus (subtle) arti

pentingnya gambaran diri buat tampil pada muka publik. Iklan juga perlahan akan tetapi

niscaya mensugesti pilihan cita rasa yg kita buat.


15

c. Public Relations & Journalisme Gaya Hidup Pemikiran terkini pada global kenaikan

pangkat hingga dalam konklusi bahwa pada budaya berbasis-selebriti (celebrity based-

culture), para selebriti membantu pada pembentukan bukti diri menurut para konsumen

kontemporer. Dalam budaya konsumen, bukti diri sebagai suatu sandaran "aksesori

fashion". Wajah generasi baru yg dikenal menjadi anak-anak E-Generation, sebagai

misalnya kini ini dipercaya terbentuk melalui bukti diri yg diilhami selebriti (celebrity-

inspired identity), cara mereka berselancar pada global maya (Internet), cara mereka

gonta-ganti pakaian buat jalan-jalan. Ini berarti bahwa selebriti & gambaran mereka

dipakai momen demi momen buat membantu konsumen pada parade bukti diri.

d. Gaya Hidup Mandiri Kemandirian merupakan sanggup hayati tanpa bergantung

absolut pada sesuatu yg lain. Untuk itu dibutuhkan kemampuan buat mengenali kelebihan

& kekurangandiri sendiri, dan berstrategi menggunakan kelebihan & kekurangan tadi

buat mencapai tujuan. Nalar merupakan indera buat menyusun strategi. Bertanggung

jawab maksudnya melakukan perubahan secara sadar & tahu betuk setiap resiko yg akan

terjadi dan siap menanggung resiko & menggunakan kedisiplinan akan terbentuk gaya

hayati yg mandiri. Dengan gaya hayati mandiri, budaya konsumerisme nir lagi

memenjarakan insan. Manusia akan bebas & merdeka buat memilih pilihannya secara

bertanggung jawab, dan mengakibatkan inovasiinovasi yg kreatif buat menunjang

kemandirian tadi.

e. Gaya Hidup Hedonis Gaya hayati hedonis merupakan suatu pola hayati yg aktivitasnya

buat mencari kesenangan hayati, misalnya lebih poly menghabiskan ketika diluar rumah,

lebih poly bermain, bahagia dalam keramaian kota, bahagia membeli barang mahal yg

disenanginya, dan selalu ingin sebagai sentra perhatian


16

2.2.3 Dampak Gaya Hidup

Adapun dampak dampak positif dan negatif yang terjadi akibat terjadinya perubahan

gaya hidup :

a. Dampak Positif menurut penelitian Ayuni, A., Suharso, P., & Sukidin, S. (2019):

a) Modernisasi

Masuknya modernisasi banyak membawa pengaruh terhadap perilaku remaja yang

cenderung positif. Perilaku remaja yang berdampak terhadap perubahan gaya

hidupnya disebabkan oleh banyaknya tren penampilan yang diadopsi dari negara

lain serta zaman yang semakin berkembang yang ditandai salah satunya dengan

perkembangan teknologi yang semakin canggih. Zaman yang sudah modern secara

tidak langsung juga membuat pola pikir anak remaja zaman sekarang juga lebih

modern.

Perkembangan teknologi yang semakin canggih ini mempermudah gaya serta

budaya luar masuk dan mempengaruhi masyarakat Indonesia terlebih mahasiswi

yang dikategorikan sebagai anak muda yang mudah terpengaruh. Adanya motivasi

dari artis-artis idola yang menjadikan semangat tersendiri bagi remaja untuk

memiliki penampilan yang sama

b) Simbol dan status

Gaya hidup berdampak pada simbol dan status, sebagai remaja penampilan serta

perilaku mereka harus sesuai dengan status mereka. Contohnya mahasiswa, atau

pegawai kantoran. Status dan keadaan membuat suatu adanya perubahan. Status

tersebut mengharuskan untuk memiliki penampilan yang lebih baik, cantik,

menarik, dan modern. Memiliki penampilan yang cantik, menarik, modern dengan
17

tujuan untuk menunjukkan dan menunjang status mereka, misalnya seorang

mahasiswi .

c) Image dan pandangan diri terhadap sesuatu

Remaja sangat memperhatikan bagaimana komentar masyarakat mengenai

penapilan mereka, sehingga mereka benar-benar menjaga diri supaya tetap terlihat

baik oleh masyarakat. Kebanggaan dan kekaguman terhadap diri sendiri ketika

mendapat pujian dan penilaian positif dari masyarakat apalagi orang-orang terdekat

menjadi motivasi tersendiri untuk seseorang mengubah penampilannya. Ketika

terdapat pandangan diri bahwa penilaian serta komentar masyarakat sangat penting

untuk remaja, berpengaruh terhadap hidup remaja. Remaja akan cenderung

menyesuaikan keadaan serta memperbaiki bagaimana caranya untuk mendapat nilai

positif dari masyarakat.

b. Dampak negatif menurut penelitian Lestarina, E., Karimah, H., Febrianti, N., Ranny,

R, & Herlina, D. (2017).

a) Pembelian Impulsif (Impulsive buying)

Aspek ini menunjukkan bahwa seorang remaja berperilaku membeli semata-mata

karena didasari oleh hasrat yang tiba-tiba atau keinginan sesaat, yang dilakukan

tanpa terlebih dahulu mempertimbangkannya, tidak memikirkan apa yang akan

terjadi kemudian dan biasanya bersifat emosional.


18

2.3 KONSEP IDENTITAS DIRI

2.3.1 Pengertian Identitas Diri

Erikson (Desmita, 2008) berpendapat bukti diri diri menjadi pencerahan individu buat

menempatkan diri & memberi arti dalam dirinya menggunakan sempurna pada pada

konteks kehidupan yg akan tiba sebagai sebuah kesatuan citra diri yg utuh &

berkesinambungan buat menemukan jati dirinya. Untuk menciptakan suatu bukti diri yg

bisa mengalahkan kebingungan, Erikson mengemukakan bahwa pada bukti diri,

pertumbuhan & masa krisis yg dialami remaja pada sebuah pertimbangan. Pada termin

ini, remaja acapkalikali menolak orang tuanya & seluruh yg dekat menggunakan mereka

supaya bisa menciptakan jeda menggunakan masa kanak-kanak menjadi pembentukan

bukti diri mereka sendiri. Remaja haus akan role contoh & nir bisa membedakan dimana

mereka bisa menemukan contoh itu.

Identitas diri merupakan proses sebagai seseorang individu yg unik menggunakan kiprah

yg krusial pada hidup (Papalia, 2008). Identitas diri yaitu suatu pencerahan akan kesatuan

& transedental pribadi, dan keyakinan yg relative stabil sepanjang rentang kehidupan.

Jika seorang sudah memperoleh bukti diri, maka beliau akan menyadari karakteristik-

karakteristik spesial kepribadiannya, misalnya kesukuan atau ketidaksukuannya, aspirasi,

tujuan masa depan yg diantisipasi, perasaan bahwa beliau bisa & wajib mengatur

orientasi hidupnya (Desmita, 2008).

Erikson (Desmita, 2008) menyatakan keliru satu tugas terpenting yg dihadapi remaja

yaitu menuntaskan krisis bukti diri, sebagai akibatnya diperlukan terbentuk suatu bukti

diri diri yg stabil dalam akhir masa remaja. Remaja yg berhasil mencapai status bukti diri

diri yg stabil, akan memperoleh suatu pandangan yg kentara mengenai dirinya, tahu
19

disparitas & persamaan menggunakan orang lain, menyadari kelebihan & kekurangan

dirinya, penuh percaya diri, tanggap terhadap banyak sekali situasi, bisa merogoh

keputusan krusial, bisa mengantisipasi tantangan masa depan, dan mengenal kiprahnya

pada masyarakat.

Aspek bukti diri diri Marcia (1993) mengklasifikasikan kategori status bukti diri dari 2

pertimbangan:

a. apakah mereka mengalami suatu krisis bukti diri atau nir (eksplorasi), &

b. dalam taraf mana mereka mempunyai komitmen.

Identitas diri dalam remaja bisa berada dalam keliru satu berdasarkan empat status bukti

diri (diffusion, foreclosure, moratorium, & achivement). Marcia menyatakan bahwa

pembentukan bukti diri diri bisa digambarkan melalui status bukti diri dari terdapat

tidaknya eksplorasi (krisis) & komitmen. Eksplorasi yg jua dikenal menggunakan kata

krisis merupakan suatu periode dimana adanya asa buat berusaha mencari tahu, mengusut

banyak sekali pilihan yg terdapat & aktif bertanya secara serius, buat mencapai sebuah

keputusan mengenai tujuan-tujuan yg akan dicapai, nilai-nilai, & keyakinankeyakinan.

Sedangkan komitmen adalah aktifitas yg nisbi tegas & menarik mengenai elemen-elemen

bukti diri remaja, berperan menjadi pengarah menuju tindakan penuh arti dalam sesuatu

yg dipilih menggunakan disertai keyakinan, kesetiaan, & sulit buat goyah atau

dipengaruhi. (Marcia, 1993)

2.3.2 Pembentukan Identitas Diri

Menurut Marcia (1993) pembentukan bukti diri diri membutuhkan adanya 2 elemen

penting, yaitu eksplorasi (krisis) & komitmen. Eksplorasi (krisis) memilih dalam suatu

masa dimana seorang berusaha menjelajahi aneka macam pilihan cara lain pilihan, yg
20

dalam akhirnya mampu tetapkan satu cara lain tertentu. Istilah komitmen memilih dalam

bisnis menciptakan keputusan tentang pekerjaan atau ideologi, dan memilih aneka macam

taktik buat merealisasikan keputusan tadi. Marcia lalu mengklasifikasikan pada 4 kategori

status bukti diri yg berdasarkan dalam tinggi & rendahnya komitmen & eksplorasi

(krisis). Keempat status bukti diri tadi adalah : a. Penyebaran Identitas (Identity diffusion)

Ialah kata yg dipakai sang Marcia buat mendeskripsikan remaja yg belum melakukan

eksplorasi (krisis) (yaitu mereka belum menjajaki pilihan-pilihan yg bermakna) atau

menciptakan komitmen apapun. Mereka nir hanya belum menetapkan pilihan pilihan

pekerjaan & ideologis, akan tetapi jua cenderung menampakan minat yg mini pada

dilema dilema semacam itu. b. Penundaan Identitas (Identity moratorium) Ialah kata yg

dipakai sang Marcia buat mendeskripsikan remaja yg sedang berada pada tengah-tengah

eksplorasi (krisis), namun komitmen mereka nir terdapat atau hanya didefinisikan secara

samar c. Pencabutan Identitas (Identity foreclosure) Ialah kata yg dipakai sang Marcia

buat mendeskripsikan remaja yg sudah menciptakan suatu komitmen akan tetapi belum

mengalami atau melakukan eksplorasi (krisis). Ini paling acapkalikali terjadi saat orang

tua meneruskan komitmen pada anak remaja mereka, & umumnya secara otoriter.

Keadaan-keadaan semacam ini, remaja belum mempunyai peluang-peluang yg memadai

buat menjajaki aneka macam pendekatan, ideologi & pekerjaan-pekerjaan yg tidak

sinkron yg mereka kembangkan sendiri. d. Pencapaian Identitas (Identity achievement)

Ialah kata Marcia bagi remaja yg sudah mengalami suatu eksplorasi (krisis) & telah

menciptakan suatu komitmen

2.3.3 Faktor Faktor yang mempengaruhi pencapaian identitas diri


21

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pencapaian Identitas Diri Proses pencapaian identitas

(Marcia dalam Desmita, 2005) terjadi secara gradual sejak lahir, yakni sejak anak

berintegrasi dengan ibu dan anggota keluarga lainnya. (Perdana dalam Dariyo, 2004)

menguraikan beberapa faktor yang mempengaruhi pencapaian identitas diri remaja antara

lain :

a. Keluarga

Keadaan keluarga dapat mempengaruhi remaja dalam pencapaian identitas diri. Ada

beberapa keadaan keluarga yang dapat mempengaruhi pencapaian identitas diri

remaja antara lain:

a) Identitas sosio-ekonomi

b) Keutuhan keluarga

c) Sikap & kebiasaan orangtua Status anak

b. Lingkungan sosial

Remaja akan berusaha berekspresi untuk menemukan suatu lingkungan pergaulannya

sebagai tempat remaja untuk mengekspresikan identitas dirinya. Para remaja merasa

dengan bersosialisasi remaja dapat mencapai identitas dirinya. Selain itu, didalam

lingkungan sosial terdapat norma, niali, tata cara serta adat istiadat. Dalam pencapaian

identitas diri, remaja akan mengidentifikasi nilai - nilai yang berlaku dilingkungan

sosialnya. Cara masyarakat dilingkungan sekitar remaja pada saat bersosialisasi juga

dapat mempengaruhi pencapaian identitas diri remaja.

c. Pendidikan

Cara berpikir & bertindak seorang remaja dapat dipengaruhi oleh pendidikan remaja,

remaja yang mempunyai pendidikan yang baik dapat mempertimbangkan nilai-nilai


22

serta norma-norma yang baik dan buruk dalam lingkungan sekitarnya. Pada masa

remaja individu berada pada tahap berpikir formal operasional yang dimana pada

tahap ini membutuhkan kemampuan remaja didalam berpikir secara hipotesis dan

membayangkan serangkaian kejadian serta memungkinkan remaja untuk berpikir

secara sistematis. Dengan adanya pendidikan yang baik juga akan membuat remaja

yang berpikir secara formal operasional merasa tertantang untuk mecapai identitas

dirinya secara unik.

2.3.4 Dampak Identitas Diri

Dampak dari pembentukan identitas diri adalah krisis identitas di mana individu

mengatasi ketidakpastian, menjadi lebih sadar diri tentang kekuatan dan kelemahan

mereka, dan menjadi lebih percaya diri dalam kualitas mereka sendiri yang unik. Untuk

melanjutkan, remaja harus menjalani "krisis" di mana mereka menjawab pertanyaan

kunci tentang nilai-nilai dan cita-cita mereka, pekerjaan atau karir masa depan mereka,

dan identitas seksual mereka. Melalui proses refleksi diri dan self-definition, remaja

sampai pada pengertian, terpadu koheren identitas mereka sebagai sesuatu yang bertahan

dari waktu ke waktu.

Dampak negatif perubahan identitas diri adalah krisis Identitas terjadi karena adanya

perubahan fisik, emosional, kognitif, dan social. Jika remaja tidak dapat memenuhi

harapan dorongan diri pribadi dan social yang membantu mereka mendefinisikan tentang

diri, maka remaja ini dapat mengalami kebingungan idntitas. (Erikson dalam Hidayah,

2016; Ristianti, 2008). Kebimbangan tersebut bisa menyebabkan dua hal: penarikan diri

individu, mengisolasi dirinya dari teman sebaya dan keluarga, atau meleburkan diri
23

dengan dunia teman sebayanya dan kehilangan identitas dirinya (Santrock, 2003:341).

Krisis identitas diri juga akan berdampak pada remaja sehingga menimbulkan perilaku

konsumtif.

Sedangkan dampak positif dari perubahan identitas diri adalah lebih mudah dalam

mengekspresikan diri, karena media sosial memberikan sarana baru bagi manusia dalam

mengekspresikan diri. Ketika manusia mengikuti perilaku dan kepercayaan diri public

figur atau tokoh yang di idolakan, Orang biasa, orang pemalu, atau orang yang selalu

gugup mengungkapkan pendapat didepan umum akhirnya mampu menyuarakan diri

mereka secara bebas demi membuat identitasnya mirip dengan idolanya.

Peran perawat untuk mengontrol perubahan identitas diri adalah sebagai :

1. Client advokat

Sebagai advokat klien, perawat berfungsi sebagai penghubung antara klien dengan tim

kesehatan lain dalam upaya pemenuhan kebutuhan klien, membela kepenting klien dan

membantu klien memahami semua infrmasi dalam upaya kesehatan yang diberikan oleh tim

kesehatan dengan pendekatan tradisional maupun profesional. Perawat juga diharuskan

bertindak sebagai narasumber dan fasilitator dalam pengambilan keputusan terhadapat upaya

kesehatan klien.

2. Konselor

Konselor ini bertugas mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien terhadap keadaan

sehat sakitnya. Memberikan bimbingan/konseling kepada klien, keluarga dan masyarakat

tentang masalah kesehatan sesuai prioritas. Konseling diberikan untuk mengintegrasikan

pengalaman kesehatan dengan pengalaman yang lalu, pemecahan masalah difokuskan pada

masalah keperawatan, mengubah perilaku hidup ke arah yang lebih baik dan sehat.
24

3. Edukator

Perawat dapat memberikan edukasi tentang bagaimana cara kita untuk menjadi diri sendiri,

tidak mengikuti orang lain, membentengi diri dengan pengaruh dari hal hal negatif yang ada

terutama pada instagram, karena banyak selebgram yang sering mengupdate kehidupan

sehari harinya di instagram yang diantara banyak juga yang tak layak ditiru terutama pada

remaja.

Anda mungkin juga menyukai