Anda di halaman 1dari 14

KOMUNIKASI KEPERAWATAN

“MENANGGULANGI KASUS KENAKALAN REMAJA YANG


MINUM-MINUMAN KERAS MELALUI KOMUNIKASI
TERAPEUTIK”

Koordinator Mata Kuliah :


Dinarti S.Kp., MAP

Dosen Pengampu :
Heni Nurhaeni S.Kp., MKM

Disusun Oleh :
Kelompok 1
Alifia Nur Selina P17120020001
Fahriani Azzahra Batubara P17120020013
Nadia Unaisah Panjaitan P17120020024
Neva Halimatus sya’diah P17120020026
Nurul Emilza P17120020028
Rifdah Wulansari P17120020031
Syafitri Destiani P17120020036

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN


POLITEKNIK KEMENTERIAN KESEHATAN JAKARTA 1
TAHUN AJARAN 2020/2021
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada saat anak beranjak remaja, kadang kala orang tua
menemukan kesulitan untuk melakukan komunikasi secara dua arah.
Masa-masa remaja untuk setiap anak terkadang menjadi periode yang
sulit dan dikarenakan anak remaja mulai mengalami beberapa hal dalam
hidupnya seperti mengembangkan identitas mereka sendiri secara
individu. Adanya perubahan biologis dan fisiologis, mengahadapi tekanan
dari teman sebayanya, mengalami kertertarikan pada lawan jenis, dan
lain sebagainya. Sementara orang tua juga mulai merasakan besarnya
kekhawatiran pada anak remaja mereka, baik terhadap pergaulannya
maupun perkembangan kepribadiannya.
Seperti yang kita ketahui sekarang ini, demikian banyak
berlangsung kejadian-kejadian tindak kenakalan remaja. Bermacam-
macam perbuatan negatif atau yang menyimpang dilakukan oleh
beberapa remaja, yang kelihatannya dikira oleh mereka hanya biasa-biasa
saja, apalagi ada yang menganggapnya sebagai suatu kebanggaan.
Pendekatan terhadap orang tua adalah salah cara yang tepat dilakukan.
Komunikasi yang efektif antara orang tua dengan anak-anak sangat
penting dilakukan karena akan membuat hubungan antara orang tua dan
anak tetap terjalin dengan baik. Untuk menciptakan komunikasi yang
efektif orang tua perlu memahami karakteristik remaja.
Berkomunikasi dengan anak yang sudah masuk usia remaja (Pra-
remaja) sebenarnya lebih mudah. Pemahaman mereka sudah memadai
untuk bicara tentang masalah yang kompleks. Dalam berkomunikasi
dengan remaja, kita tidak bisa mengendalikan alur pembicaraan,
mengatur, atau memegang kendali secara otoriter. Remaja sudah punya
pemikiran dan perasaan sendiri tentang hal yang ia bicarakan
padaSebagai seorang perawat, perawat bisa memfasilitasi antara orang
tua dan remaja. Perawat bisa menggali masalah yang dihadapi remaja,
dan selanjutnya orangtua bisa diberitahukan cara mengatasi masalah
anaknya. Agar tindakan yang diberikan perawat bisa berjalan lancar,
perawat perlu menerapkan strategi pelaksanaan di setiap tindakan
keperawatan.

B. TUJUAN
BAB II
PEMBAHASAN

A. REMAJA
1. Pengertian Remaja
Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh
atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang
lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan
fisik (Hurlock, 1992). Seperti yang dikemukakan oleh Calon (Monks, dkk
1994) bahwa masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau
peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi
memiliki status anak. Menurut Sri Rumini & Siti Sundari (2004: 53) masa
remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang
mengalami perkembangan semua aspek/ fungsi untuk memasuki masa
dewasa.
Remaja biasanya merujuk pada individu yang sedang berada pada
rentang usia remaja dan pubertas. Pubertas berarti perubahan-perubahan
hormonal yang berlangsung diawal usia remaja awal ( early youth),
padahal periode masa remaja dapat melampaui rentang usia remaja.
Perkemabangan remaja dapat dibedakan menjadi tiga tahap: remaja
awal, remaja tengahan, remaja akhir.

2. Ciri-ciri Remaja
Menurut Padmomartono, remaja awal sekitar usia 12-14 tahun
bercirikan pergerakkan menuju kemandirian dengan rincian karakter
sebagai berikut:
a. Bergumul dengan rasa beridentitas
b. Suasana hati mulai berubah-ubah, yang kini dikenal sebagai
galau (moodiness)
c. Meningkatkan kecakapan individu untuk mengekspresikan diri
secara lisan
d. Lebih cenderung mengekspresikan perasaan melalui tindakan
dari pada kata-kata
e. Pertemanan yang karip makin mendapat tempat dihati remaja
f. Berkurang kepedulian remaja ditunjukkan kepada orang tua,
kadang remaja bersikap kasar kepada orang tua-Nya.
g. Remaja menyadari bahwa orang tua-Nya tidaklah sempurna
sehingga remaja mulai menemukan sisi-sisi kesalahan orang
tua-Nya
h. Mencari orang baru untuk dikasih sebagai tambahan kasih
sayang kepada orang tua-Nya
i. Cenderung kembali ke perilaku kekanakan
j. Kelompok sebaya mempengaruhi minat-minat remaja
terutama gaya berpakaian
k. Meningkatkan minat-minat karirnya
l. Kebanyakan remaja meminati aktivitas dimasa kini dan masih
dekat
m. Meningkatkan kapasitasnya untuk bekerja dan belajar.

3. Ciri-ciri kenakalan remaja


Dalam pengertian kenakalan, harus terlibat adanya suatu
perbuatan atau tingkah laku moral. Kenakalan tersebut memiliki tujuan
yang a-sosial yakni dengan perbuatan atau tingkah laku tersebut dan
bertentangan dengan nilai atau norma sosial yang ada dilingkungan
hidupnya.
Kenakalan remaja adalah suatu kenakalan yang dilakukan oleh
mereka yang berumur diantara 13-17 tahun. Mengingat di Indonesia
pengertian dewasa selain ditentukan oleh status pernikahan, maka bisa
ditambahkan bahwa kenakalan remaja yaitu suatu perbuatan atau
tindakan yang dilakukan oleh mereka yang berumur anatara 13-17 tahun
dan belum menikah. Kenakalan remaja bisa dilakukan oleh seoarang
remaja saja, atau bisa juga dilakukan bersama-sama suatu kelompok
remaja.

4. Penyebab Kenakalan Remaja


Perilaku ‘nakal’ remaja dapat disebabkan oleh faktor dari remaja
itu sendiri (internal) maupun faktor dari luar (eksternal).
1. Faktor internal
Krisis identitas: suatu Perubahan biologis dan sosiologis pada diri
remaja memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama,
terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya.
Kedua, tercapainya identitas peran. Kenakalan ramaja terjadi
karena remaja gagal mencapai masa integrasi kedua.
Kontrol diri yang lemah: Remaja yang tidak dapat mempelajari
dan membedakan tingkah laku yang bisa diterima dengan yang
tidak bisa diterima akan terseret pada perilaku ‘nakal’. Begitupun
bagi mereka yang sudah mengetahui perbedaan dua tingkah laku
tersebut, tapi tidak dapat mengembangkan kontrol diri untuk
bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya.
2. Faktor eksternal
 Keluarga dan Perceraian orangtua, tidak adanya sebuah
komunikasi antar anggota keluarga, atau perselisihan antar
anggota keluarga dapat memicu perilaku negatif pada
remaja. Pendidikan yang salah di keluarga pun, seperti
terlalu memanjakan anak, tidak memberikan pendidikan
agama, atau penolakan terhadap eksistensi anak, bisa
menjadi penyebab terjadinya kenakalan remaja.
 Teman sebaya yang kurang baik
 Komunitas/lingkungan tempat tinggal yang kurang baik.
 Pendidikan agama pada sistem pendidikan kurang
memadai.Pada kenyataaannya, alokasi waktu pendidikan
agama di lingkungan pendidikan negara kita relatif sedikit.
Meskipun standar nilai untuk pelajaran agama dan PPKN
tinggi, tetapi nilai nilai tinggi berhamburan, sengaja
didongkrak agar para murid tidak dicap tidak agamis dan
tidak bermoral. Hal ini menyebabkan kasus – kasus
kenakalan remaja sangat rentan terjadi pada siswa. Semua
itu karena benteng iman, ketakwaan, dan akhlak para
siswa sangat rapuh karena pendidikan religi yang tidak
memadai.
 Kemajuan teknologi Teknologi di era globalisasi
menunjukkan pengaruh dahsyatnya sebagai faktor
penyebab kenakalan remaja.
 Teknologi ibarat pisau yang bemata dua yang bisa melukai
pemakainya sendiri, teknologi sebenarnya merupakan
media untuk mempermudah hidup manusia, tetapi
teknologi juga mempunyai potensi merusak apabila tidak
dipergunakan secara bijaksana. Apabila kita kaitkan
dengan kenakalan – kenakalan remaja akhir akhir ini, sifat
dari kenakalan tesebut sudah berubah dari zaman
kenakalan berbasis tradisional seperti tawuran dan bolos
sekolah sekarang sudah berevolusi menjadi kenakalan
remaja berbasis teknologi seperti video porno di
handphone para siswa sampai situs – situs porno yang
berserakan di dunia maya.
B. KOMUNIKASI REMAJA
1. Pengertian Komunikasi
Istilah komunikasi berasal dari bahasa latin communicare-
communicatio dan communicatus yang berarti suatu alat yang
berhubungan dengan sistem penyampaian dan penerima berita, seperti
telepon, telegraf, radio, dan sebagainya. Berikut pengertian komunikasi
disampaikan oleh beberapa ahli berikut.
a. Chitty (1997) mendefinisikan komunikasi adalah tukar-
menukar pikiran, ide, atau informasi dan perasaan dalam
setiap interaksi.
b. Jurgen Ruesch (1972) dalam Chitty (1997) menjelaskan
bahwa komunikasi adalah keseluruhan memperngaruhi
orang lain tidak hanya komunikasi yang diucapakan dan
ditulis, tetapi juga termasuk gerakan tubuh serta tanda-
tanda somatik dan simbol-simbol.
Komunikasi dalam keperawatan merupakan proses untuk
menciptakan hubungan antar perawat dengan pasien dan tenaga
kesehatan lainnya, mengenal kebutuhan pasien serta menentukan
rencana tindakan dan kerjasama dalam memenuhi kebutuhan tersebut.

2. Tujuan Komunikasi
Berdasarkan beberapa pengertian/definisi diatas, dapat
disimpulkan bahwa secara umum tujuan komunikasi sebagai berikut.
a. Menyampaikan ide/informasi/berita
b. Memengaruhi orang lain
c. Mengubah perilaku orang lain
d. Memberikan pendidikan
e. Memahami ide orang lain

3. Perkembangan komunikasi pada usia remaja


Perkembangan komunikasi pada usia remaja dapat ditunjukkan
dengan kemampuan berdiskusi atau berdebat. Pada usia remaja, pola
perkembangan kognisinya sudah mulai berpikir secara konseptual
mengingat masa ini adalah masa peralihan anak menjadi dewasa,
sedangkan secara emosional sudah mulai menunjukkan perasaan malu.
Anak usia remaja sering kali merenung kehidupan tentang masa depan
yang direfleksikan dalam komunikasi. Sehubungan dengan perkembangan
komunikasi ini, yang dapat kita lakukan adalah mengizinkan remaja
berdiskusi atau curah pendapat pada teman sebaya. Hindari beberapa
pertanyaan yang dapat menimbulkan rasa malu dan jaga kerahasiaan
dalam komunikasi karena akan menimbulkan ketidakpercayaan remaja.
(Anjaswarni, 2016)

4. Sikap terapeutik berkomunikasi dengan remaja


Remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke dewasa. Pada
masa transisi ini remaja banyak mengalami kesulitan yang membutuhkan
kemampuan adaptasi. Remaja sering tidak mendapat tempat untuk
mengekspresikan ungkapan hatinya dan cenderung tertekan Hal ini akan
dapat mempengaruhi komunikasi remaja terutama komunikasi dengan
orang tua atau orang dewasa lainnya.
Berikut ini sikap perawat, orang tua, atau orang dewasa lain yang
perlu diperhatikan saat berkomunikasi dengan remaja.
a. Menjadi pendengar yang baik dan memberi kesempatan pada
mereka untuk mengekspresikan perasaannya, pikiran, dan
sikapnya.
b. Mengajak remaja berdiskusi terkait dengan perasaan, pikiran, dan
sikapnya.
c. Jangan memotong pembicaraan dan jangan berkomentar atau
berespons yang berlebihan pada saat remaja menunjukkan sikap
emosional.
d. Memberikan support atas segala masalah yang dihadapi remaja
dan membantu untuk menyelesaikan dengan mendiskusikannya.
e. Perawat atau orang dewasa lain harus dapat menjadi sahabat
buat remaja, tempat berbagi cerita suka dan duka.
f. Duduk bersama remaja, memeluk, merangkul, mengobrol, dan
bercengkerama dengan mereka serta sering melakukan makan
bersama.
5. Suasana komunikasi yang kondusif pada remaja

Keberhasilan berkomunikasi dengan remaja dapat dipengaruhi


oleh suasana psikologis antara perawat/orang tua/orang dewasa lain
dengan remaja.

a. Suasana hormat menghormati Orang dewasa akan akan mampu


berkomunikasi dengan baik apabila pendapat pribadinya
dihormati, ia lebih senang kalau ia boleh turut berpikir dan
mengemukakan pikirannya.
b. Suasana saling menghargai Segala pendapat, perasaan, pikiran,
gagasan, dan sistem nilai yang dianut perlu dihargai. Meremehkan
dan menyampingkan harga diri mereka akan dapat menjadi
kendala dalam jalannya komunikasi.
c. Suasana saling percaya Saling memercayai bahwa apa yang
disampaikan itu benar adanya akan dapat membawa hasil yang
diharapkan.
d. Suasana saling terbuka Terbuka untuk mengungkapkan diri dan
terbuka untuk mendengarkan orang lain. Hanya dalam suasana
keterbukaan segala alternatif dapat tergali.
Komunikasi verbal dan nonverbal remaja perlu diperhatikan,
misalnya ekspresi wajah, gerakan tubuh, dan nada suara yang
memberikan tanda tentang status emosionalnya.
CONTOH KASUS

Pada malam hari seorang pemuda yang berusia 16 tahun bernama Yusril
bersama teman-temannya mabuk-mabukan meminum minuman keras. Setelah
meminum minuman kerras, Yusril beserta pacarnya Tia jalan sekaligus pulang ke
rumah Yusril. Namun naas, ditengah perjalanan karena dalam kondisi mabuk
Yusril mengalami kecelakaan yang mengakibatkan kaki kiri Yusril patah. Akhirnya
Yusril dibawa ke IGD RS B oleh warga sekitar. Setelah itu perawat dan dokter
yang jaga langsung memberikan penangan kepada Yusril. Sembari Yusril
dilakukan penanganan, Tia diluar ruang IGD berusaha menghubungi orang tua
Yusril untuk memberi kabar bahwa Yusril telah mengalami kecelakaan, lalu tak
lama kemudian orang tua yusril datang. Tak lama kemudian Yusril sadar dan
para perawat menghampiri Yusril untuk menanyakan kondisinya sekarang,
disitulah terjadi komunikasi terapeutik.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan pada bab II dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Remaja adalah fase transisi dari masa anak-anak menuju masa
dewasa, oleh sebab itu diperlukan strategi khusus untuk
berkomunikasi dengan remaja.
2. Tujuan komunikasi pada remaja adalah untuk membangun hubungan
yang harmonis dengan remaja, membentuk suasana keterbukaan
dan mendengar, membuat remaja mau berbicara ketika mempunyai
masalah, membuat remaja mau mendengar dan menghargai saat
mereka berbicara dan membantu remaja menyelesaikan masalah.

B. Saran
1. Untuk Mahasiswa
Mahasiswa perlunya membentengi diri dari hal-hal yang dapat
merugikan diri sendiri dan orang lain. Juga perlu pandai-pandai memilih
teman dalam pergaulan sehingga tidak terjerumus kedalam hal-hal yang
buruk atau negative dimasyarakat. Perlunya komunikasi yang baik
sesama remaja dalam pergaulan dan pentingnya komunikasi terapeutik
pada seorang perawat terhadap pasien sesuai dengan umurnya, terutama
pada remaja.

2. Untuk Remaja
Perlunya penanaman nilai moral , pendidikan dan nilai religious
pada diri seorang remaja.
Daftar Pustaka

Anjaswarni, T. (2016). Komunikasi Dalam Keperawatan. Kementerian


Kesehatan Republik Indonesia.

Gita, Bella Villa, D. (2019). -Komunikasi-Terapeutik-pada-Remaja-.


POLITEKNIK KESEHATAN RS.dr SOEPRAOEN.

Anda mungkin juga menyukai