Anda di halaman 1dari 10

PENERAPAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN REMAJA

DENGAN PENYAKIT KETERGANTUNGAN ROKOK

Dosen Pembimbing : Arabta Malem Peraten Pelawi, S.Kep., Ns. M.Kep

Disusun oleh : Kelompok 2

1. Ari Wibowo Kusuma Atmaja (221560112002)


2. Desy Ashari (221560112005)
3. Pusdiana (221560112012)
4. Sinta Fathinissah Zahra (221560112015)
5. Tri Budiarso (221560112018)

PROGRAM STUDI ALIH JENJANG KEPERAWATAN (S1)


DAN PENDIDIKAN PROFESI NERS
STIKES MEDISTRA INDONESIA
TAHUN 2022-2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Masa remaja merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia yang sering
digambarkan sebagai masa yang paling indah dan tidak terlupakan karena penuh dengan
kegembiraan dan tantangan. Masa remaja adalah suatu tahap kehidupan yang bersifat
peralihan tidak mantap. Identik dengan kata “pemberontakan”, dalam istilah psikologi
sendiri sering disebut sebagai masa storm and stress karena banyaknya
goncangangoncangan dan perubahanperubahan yang cukup radikal dari masa
sebelumnya yang terjadi pada dirinya. Terutama kecerdasan emosional yang dimilikinya
(Soetjiningsih, 2007).
Tahap pertumbuhan manusia yang paling rawan oleh pengaruh negatif adalah saat
remaja. Pengaruh negatif tersebut seperti kejahatan seks, melalui seks bebas yang dapat
membahayakan, karena bisa terjangkit berbagai penyakit kelamin terutama AIDS.
Penyakit ini sudah menggejala keseluruh dunia termasuk Indonesia selain itu pengaruh
negatif lain misalnya narkoba, kriminal, dan merokok (Willis, 2008).
Aula (2010) menyatakan bahwa perilaku merokok dapat dikatakan sebagai kegiatan
sewaktu menghisap tembakau yang dilakukan oleh individu. Pada mulanya, perilaku
merokok kebanyakan terjadi pada saat individu berusia remaja, dan terus berlanjut
sampai individu memasuki masa dewasa serta biasanya orang merokok untuk mengatasi
masalah emosional. Perilaku merokok di kalangan remaja hingga kini masih menjadi
masalah yang cukup serius, dengan jumlah yang meningkat dari tahun ke tahun.
Merokok merupakan kegiatan yang masih dilakukan oleh banyak orang. Bagi
pecandunya, mereka dengan bangga menghisap rokok di tempat umum, kantor, rumah,
jalan, dan sebagainya. Di tempat yang telah di beri tanda dilarang merokok pun masih
ada yang terus merokok. Anak-anak sekolah yang masih berpakaian seragam sekolah
khususnya pelajar ditingkat SMA juga ada yang melakukan kegiatan merokok.
Dan fenomena merokok di kalangan remaja usia sekolah menjadi pemandangan yang
biasa. Perilaku merokok bagi remaja merupakan perilaku simbolisasi seperti simbol dari
daya tarik, kematangan, kekuatan, dan kepemimpinan. Berdasarkan data Direktorat
Jenderal Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan, sebelum tahun 1995
prevalensi remaja terhadap rokok hanya tujuh persen. Pada 2010 naik menjadi 19%,
54,1% orang di atas usia 15 tahun merokok dan 43,3% dari jumlah keseluruhan perokok
mulai merokok pada rentang usia 14-19 tahun. Jumlah perokok usia remaja di Indonesia
terus meningkat. Secara keseluruhan, Indonesia menempati peringkat lima di dunia
sebagai jumlah perokok terbanyak di bawah China, AS, Jepang, dan Rusia. Hal ini tentu
meresahkan keluarga yang ada di Indonesia yang memiliki anak remaja dalam mereka
menjalankan aktivitas sehari - hari. (http://news.okezone.com)

B. Tujuan
a. Menjelaskan perkembangan komunikasi terapeutik pada pasien usia remaja dalam
mencegah perilaku merokok
b. Menerapkan prinsip komunikasi terapeutik pada pasien usia remaja dalam
mencegah perilaku merokok
c. Menerapkan strategi pelaksanaan komunikasi terapeutik pada pasien usia remaja
dalam mencegah perilaku merokok
d. Mengidentifikasi suasana komunikasi terapeutik yang kondusif pada terapeutik
pada pasien usia remaja dalam mencegah perilaku merokok
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR REMAJA


1. PENGERTIAN REMAJA
Dilihat dari Bahasa Inggris "teenager", remaja artinya yakni manusia berusia
belasan tahun. Dimana usia tersebut merupakan perkembangan untuk menjadi
dewasa. Oleh sebab itu, orang tua dan pendidik sebagai bagian masyarakat yang lebih
berpengalaman memiliki peranan penting dalam membantu perkembangan remaja
menuju kedewasaan. Remaja juga berasal dari kata latin "adolensence" yang berarti
tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih
luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Remaja
memiliki tempat di antara anakanak dan orang tua karena sudah tidak termasuk
golongan anak tetapi belum juga berada dalam golongan dewasa atau tua.
Diungkapkan oleh Santrock (2003:26) bahwa remaja (adolescene) diartikan sebagai
masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup
perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional. Batasan usia remaja yang umum
digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun.
Masa remaja adalah masa yang sulit. Pada masa ini, remaja dihadapkan pada
dua situasi yang bertentangan, yaitu berpikir dan berperilaku antara anak dan orang
dewasa. Kelompok ini sering mengalami ketegangan karena sulitnya menentukan
sikap antara berperilaku anak dengan berperilaku sebagai orang dewasa. Masa ini
adalah masa yang penuh konflik dan dilema. Konflik yang terjadi dapat berhubungan
dengan perubahan-perubahan dalam dirinya, sedangkan dilema yang terjadi dapat
berhubungan dengan perbedaan nilai, persepsi, atau keyakinan antara dirinya dengan
orang dewasa.

2. PRINSIP KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA KLIEN USIA REMAJA


Perkembangan komunikasi pada usia remaja dapat ditunjukkan dengan
kemampuan berdiskusi atau berdebat. Pada usia remaja, pola perkembangan
kognisinya sudah mulai berpikir secara konseptual mengingat masa ini adalah masa
peralihan anak menjadi dewasa, sedangkan secara emosional sudah mulai
menunjukkan perasaan malu. Anak usia remaja sering kali merenung kehidupan
tentang masa depan yang direfleksikan dalam komunikasi. Sehubungan dengan
perkembangan komunikasi ini, yang dapat kita lakukan adalah mengizinkan remaja
berdiskusi atau curah pendapat pada teman sebaya. Hindari beberapa pertanyaan yang
dapat menimbulkan rasa malu dan jaga kerahasiaan dalam komunikasi karena akan
menimbulkan ketidakpercayaan remaja.

3. TEKNIK KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA KLIEN USIA REMAJA


Remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke dewasa. Pada masa transisi
ini remaja banyak mengalami kesulitan yang membutuhkan kemampuan
adaptasi. Remaja sering tidak mendapat tempat untuk mengekspresikan
ungkapan hatinya dan cenderung tertekan Hal ini akan dapat mempengaruhi
komunikasi remaja terutama komunikasi dengan orang tua atau orang dewasa
lainnya. Berikut ini sikap perawat, orang tua, atau orang dewasa lain yang perlu
diperhatikan saat berkomunikasi dengan remaja.
a. Menjadi pendengar yang baik dan memberi kesempatan pada mereka
untuk mengekspresikan perasaannya, pikiran, dan sikapnya
b. Mengajak remaja berdiskusi terkait dengan perasaan, pikiran, dan
sikapnya.
c. Jangan memotong pembicaraan dan jangan berkomentar atau
berespons yang berlebihan pada saat remaja menunjukkan sikap
emosional
d. Memberikan support atas segala masalah yang dihadapi remaja dan
membantu untuk menyelesaikan dengan mendiskusikannya
e. Perawat atau orang dewasa lain harus dapat menjadi sahabat buat
remaja, tempat berbagi cerita suka dan duka
f. Duduk bersama remaja, memeluk, merangkul, mengobrol, dan
bercengkerama dengan mereka serta sering melakukan makan
bersama

Keberhasilan berkomunikasi dengan remaja dapat dipengaruhi oleh


suasana psikologis antara perawat/orang tua/orang dewasa lain dengan remaja.
a. Suasana hormat menghormati Orang dewasa akan akan mampu
berkomunikasi dengan baik apabila pendapat pribadinya dihormati,
ia lebih senang kalau ia boleh turut berpikir dan mengemukakan
pikirannya.
b. Suasana saling menghargai Segala pendapat, perasaan, pikiran,
gagasan, dan sistem nilai yang dianut perlu dihargai. Meremehkan dan
menyampingkan harga diri mereka akan dapat menjadi kendala dalam
jalannya komunikasi
c. Suasana saling percaya Saling memercayai bahwa apa yang disampaikan
itu benar adanya akan dapat membawa hasil yang diharapkan
d. Suasana saling terbuka Terbuka untuk mengungkapkan diri dan
terbuka untuk mendengarkan orang lain.

Hanya dalam suasana keterbukaan segala alternatif dapat tergali. Komunikasi


verbal dan nonverbal remaja perlu diperhatikan, misalnya ekspresi wajah, gerakan
tubuh, dan nada suara yang memberikan tanda tentang status emosionalnya.

4. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN PADA


KLIEN USIA REMAJA

Berkomunikasi dengan anak yang sudah masuk usia remaja (praremaja) sebenarnya
lebih mudah. Pemahaman mereka sudah memadai untuk bicara tentang masalah yang
kompleks. Dalam berkomunikasi dengan remaja, kita tidak bisa mengendalikan alur
pembicaraan, mengatur, atau memegang kendali secara otoriter. Remaja sudah punya
pemikiran dan perasaan sendiri tentang hal yang ia bicarakan pada. Contoh respons
yang sering diungkapkan oleh orang tua kepada anaknya yang bisa menyebabkan
terputusnya komunikasi adalah mengancam, memperingatkan; memerintah; menilai,
mengkritik, tidak setuju, menyalahkan; menasihati, menyelesaikan masalah;
menghindar, mengalihkan perhatian, menertawakan; mendesak; memberi kuliah,
mengajari; mencemooh, membuat malu; menyelidiki, mengusut; serta memuji,
menyetujui.

Perhatikanlah bagaimana penerapan komunikasi terapeutik pada remaja


berikut ini. :

- Komunikasi terbuka, “Bagaimana sekolahmu hari ini?”, “Apa yang membuatmu


merasa senang hari ini di sekolah?”
- Komunikasi dua arah, yaitu bergantian yang berbicara dan yang
mendengarkan. Jangan mendominasi pembicaraan serta sediakan waktu untuk
remaja untuk menyampaikan pendapatnya.
a) Mendengar aktif artinya tidak hanya sekadar mendengar, tetapi juga
memahami dan menghargai apa yang diutarakan remaja. Terima dan
refleksikan emosi yang ditunjukkan, misalnya dengan mengatakan,
“Ibu tahu kamu merasa kesal karena diejek seperti itu.”
b) Sediakan waktu yang cukup untuk berkomunikasi dengan remaja. Jika
sedang tidak bisa, katakan terus terang daripada Anda tidak fokus dan
memutus komunikasi dengan remaja
c) Jangan memaksa remaja untuk mengungkapkan sesuatu yang dia
rahasiakan karena akan membuatnya tidak nyaman dan enggan
berkomunikasi. Anak remaja sudah mulai memiliki privasi yang tidak
boleh diketahui orang lain termasuk orang tuanya
d) Utarakan perasaan Anda jika ada perilaku remaja yang kurang tepat
dan jangan memarahi atau membentak. Misalnya, “Mama khawatir
sekali kalau kamu tidak langsung pulang ke rumah. Kalau mau ke
rumah teman, telepon dulu agar Mama tenang.”
e) Dorong anak untuk mengatakan hal-hal positif tentang dirinya.
Misalnya, “Aku sedang berusaha menguasai matematika” daripada
“Aku payah dalam matematika”
f) Perhatikan bahasa tubuh remaja. Orang tua harus bisa menangkap
sinyal-sinyal emosi dari bahasa tubuhnya
g) Hindari komentar menyindir atau meremehkan anak. Berikan pujian
pada aspek terbaik yang dia lakukan sekecil apapun
h) Hindari ceramah panjang dan menyalahkan anak.

B. KONSEP DASAR MEROKOK


1. PENGERTIAN MEROKOK
Merokok pada umumnya adalah memasukan bahan yang berasal dari dedaunan
(tembakau) yang mengandung zat tertentu (khususnya nikotin) sebagai tindakan
untuk memperoleh kenikmatan (suharyono 2003). Sedangkan perilaku merokok
adalah tingkah laku yang menbahayakan kesehatan,baik bagi perokok sendiri
maupun bagi orang lain yang kebetulan menghisap rokok tersebut pribadi (Diyon
2016).
2. TAHAP MEROKOK
Terdapat empat tahap dalam perilaku merokok sehingga menjadi seorang perokok
Leventhal & Clearly (TriSulati,2015) :
a. Tahap preparatory Seseorang mendapatkan gambaran yang menyenangkan
mengenai merokok dengan cara mendengar,melihat atau dari hasil bacaan Hal
ini menimbulkan minat untuk merokok.
b. Tahap invitation Merupakan tahap perintisan merokok yaitu tahap apakah
seseorang akan meneruskan atau tidak terhadap perilaku merokok.
c. Tahap becoming a smoker Apabila seseorang telah mengkonsumsi rokok
sebanyak empat batang rokok perhari,pemakai amempunyai kecenderungan
untuk menjadi seorang perokok.
d. Tahap mainten ance of smoking Tahap ini sudah menjadi salah satu bagian
dari cara pengaturan diri(selfregulating).Merokok dilakukan untuk efek
psikologis yang menyenangkan.

3. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MEROKOK


Perilaku merokok selain disebabkan Dari faktor dalam diri (internal) juga
disebabkan faktor dari lingkungan (eksternal) menurut Komalasari dan Helmi
(2000) :
a. Faktor diri (internal) Orang mencoba untuk merokok karena alsan ingin tahu
atau ingin melepaska diri dari dari rasa sakit dan kebosaan. Merokok juga
memberikan image bahwa merokok dapat menunjukan kejantanan (kebangaan
diri) dan menunjukan kedewasaan. Individu juga merokok dengan alasan
sebagai alat menghilangkan stress (nasution 2007). Remaja mulai merokok
berkaitan dengan adanya krisis psikososialyang di alami pada perkembangan
yaitu pada masa ketika mereka sedang mencari jati dirinya (komalasari dan
Helmi 2000).
b. Faktor Lingkungan (eksternal) faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
perilaku merokok remaja adalah keluarga atau orangtua,saudara kandung
maupun teman sebaya yang merokok,dan iklan rokok.
4. PERAN KOMUNIKASI KELUARGA DALAM MENCEGAH PERILAKU
MEROKOK BAGI REMAJA
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar pribadi, sifat,
kegiatan yang berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan situasi tertentu.
Peranan pribadi dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dan
keluarga, kelompok dan masyarakat. Untuk menggambarkan dan menjelaskan
bagaimana peran komunikasi keluarga dalam mencegah perilaku merokok bagi
remaja akan dijelaskan melalui data-data yang diperoleh, yaitu diantaranya
mengenai:
a. Jenis komunikasi berdasarkan penyampaiannya
b. Intensitas komunikasi yang dilakukan keluarga
c. Isi pesan komunikasi yang dilakukan keluarga dirumah
d. Proses komunikasi keluarga
e. Masalah-masalah dalam berkomunikasi dengan keluarga
f. Faktor-faktor pemicu masalah keluarga
g. Cara mengatasi masalah-masalah dalam berkomunikasi
h. Pentingnya komunikasi dalam keluarga
i. Alasan pentingnya komunikasi dalam keluarga
j. Anggota keluarga yang merokok
k. Usia anggota keluarga yang merokok
l. Orangtua yang merokok di depan anak
m. Nasehat dari orangtua tentang rokok
n. Faktor-faktor yang membuat remaja merokok
o. Perlunya komunikasi dilakukan
p. Pengaruh Komunikasi dalam keluarga
q. Jenis-jenis Komunikasi berdasarkan sifatnya
r. Adakah tindakan pencegahan lainnya selain komunikasi
s. Tindakan pencegahan keluarga agar remaja tidak merokok
DAFTAR REFERENSI :
- http://repo.unand.ac.id/18537/1/buku%20rika.pdf
- https://repositori.stikes-ppni.ac.id/bitstream/handle/123456789/1058/BAB
%20II_202103039.pdf?sequence=5&isAllowed=y
- http://eprints.ums.ac.id/27219/23/NASKAH_PUBLIKASI.pdf
- https://media.neliti.com/media/publications/90160-ID-peran-komunikasi-
keluarga-dalam-mencegah.pdf
- http://repository.uki.ac.id/2764/1/MODULKOMUNIKASIKEPERAWATAN.pdf

Anda mungkin juga menyukai