Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pada saat anak beranjak remaja, kadang kala orang tua menemukan kesulitan untuk

melakukan komunikasi secara dua arah dengan anak. Masa-masa remaja untuk setiap anak

terkadang mejadi periode yang sulit dan ini dikarenakan anak remaja mulai mengalami

beberapa hal dalam hidupnya seperti mengembangkan identitas mereka sendiri secara

individu. Adanya perubahan biologis dan fisiologis , menghadapi tekanan dari teman

sebayanya, mengalami ketertarikan pada lawan jenis, dan lain sebagainya. Sementara orang

tua juga mulai merasakan besarnya kekhawatiran pada anak remaja mereka, baik terhadap

pergaulannya maupun perkembangan kepribadiannya. Jadi, bagaimanakah cara terbaik untuk

mengatasinya.

Pendekatan terhadap orang tua adalah salah cara yang tepat dilakukan. Komunikasi

yang efektif antara orang tua dengan anak-anak sangat penting dilakukan karena akan

membuat hubungan antara orang tua dan anak tetap terjalin dengan baik. Untuk menciptakan

komunikasi yang efektif orang tua perlu memahami karakteristik remaja.

Sebagai seorang perawat, perawat bisa memfasilitasi antara orang tua dan remaja.

Perawat bisa menggali masalah yang dihadapi remaja, dan selanjutnya orang tua bisa

diberitahukan cara mengatasi masalah anaknya. Agar tindakan yang diberikan perawat bisa

berjalan lancar, perawat perlu menerapkan strategi pelaksanaan di setiap tindakan

keperawatan. Pada makalah ini, kami akan membahas mengenai komunikasi terapeutik pada

klien remaja.

1
B. Tujuan

Berdasarkan latar belakang, tujuan makalah ini yaitu untuk mengetahui:

1. Perkembangan komunikasi remaja.

2. Tujuan komunikasi remaja.

3. Sikap terapeutik berkomunikasi dengan remaja.

4. Suasana komunikasi yang kondusif pada remaja.

5. Faktor yang mempengaruhi komunikasi remaja.

6. Teknik komunikasi remaja.

7. Penerapan komunikasi sesuai tingkat perkembangan remaja.

8. Hambatan dalam komunikasi pada remaja.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN

Komunikasi adalah pertukaran keseluruhan perilaku dari komunikator kepada

komunikan, baik yang disadari maupun tidak disadari, ucapan verbal atau tulisan, gerakan,

ekspresi wajah, dan semua yang ada dalam diri komunikator dengan tujuan untuk

memengaruhi orang lain.

Ada beberapa pengertian komunikasi yang di kemukakan oleh beberapa para ahli, yaitu :

1. Menurut Edward Depari, komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan

dan pesan yang disampaikan melalui lambang - lambang tertentu, mengandung arti,

dilakukan oleh penyampai pesan ditujukan kepada penerima pesan.

2. Menurut James A.F. Stoner, komunikasi adalah proses dimana seorang berusaha

memberikan pengertian dengan cara pemindahan pesan.

3. Menurut John R. Schemerhom, komunikasi adalah proses antara pribadi dalam

mengirim dan menerima simbol-simbol yang berarti bagi kepentingan mereka.

4. Menurut Dr. Phill Astrid Susanto, komunikasi adalah proses pengoperan lambang-

lambang yang mengandung arti.

5. Menurut Human Relation of Work, Keith Devis, komunikasi adalah proses lewatnya

informasi dan pengertian seseorang ke orang lain.

6. Menurut Oxtord Dictionary (1956), komunikasi adalah pengiriman atau tukar

menukar informasi, ide atau sebagainya.

7. Menurut Drs. Onong Uchjana Effendy, MA, komunikasi mencangkup ekspresi wajah,

sikap dan gerak-gerik suara, kata-kata tertulis, percetakan, kereta api, telegraf, telepon

dan lainnya.

3
Masa remaja adalah pola pikir dan tingkah laku peralihan dari anak ke dewasa. Bila

stress, diskusi tentang masalahnya dengan teman sebaya dan keluarganya. Menolak orang

yang berusaha menjatuhkan harga dirinya dengan memberi support penuh perhatian (Nur

Himam, 2012:1).

B. PERKEMBANGAN KOMUNIKASI PADA REMAJA

Fase Remaja adalah masa transisi atau peralihan dari anak-anak menuju masa dewasa.

Dengan demikian pola pikir dan tingkah lakunya merupakan peralihan dari anak-anak

menjadi orang dewasa. Anak harus diberi kesempatan untuk belajar memecahkan masalah

secara positif.

Perkembangan komunikasi pada usia remaja dapat ditunjukkan dengan kemampuan

berdiskusi atau berdebat. Pada usia remaja, pola perkembangan kognisinya sudah mulai

berpikir secara konseptual mengingat masa ini adalah masa peralihan anak menjadi dewasa,

sedangkan secara emosional sudah mulai menunjukkan perasaan malu. Anak usia remaja

sering kali merenung kehidupan tentang masa depan yang direfleksikan dalam komunikasi.

Sehubungan dengan perkembangan komunikasi ini, yang dapat kita lakukan adalah

mengizinkan remaja berdiskusi atau curah pendapat pada teman sebaya.

Hindari beberapa pertanyaan yang dapat menimbulkan rasa malu dan jaga kerahasiaan dalam

komunikasi karena akan menimbulkan ketidakpercayaan remaja.

C. TUJUAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA REMAJA

Tujuan melakukan komunikasi terapeutik pada klien remaja adalah sebagai berikut.

1. Membangun hubungan yang harmonis dengan remaja

2. Membentuk suasana keterrbukaan dan mendengar

3. Membuat remaja mau berbicara ketika mempunyai masalah

4
4. Membuat remaja mau mendengar dan menghargai saat mereka berbicara

5. Membantu remaja menyelesaikan masalah

D. SIKAP TERAPEUTIK BERKOMUNIKASI DENGAN REMAJA

Remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke dewasa. Pada masa transisi ini remaja

banyak mengalami kesulitan yang membutuhkan kemampuan adaptasi. Remaja sering tidak

mendapat tempat untuk mengekspresikan ungkapan hatinya dan cenderung tertekan. Hal ini

akan dapat mempengaruhi komunikasi remaja terutama komunikasi dengan orang tua atau

orang dewasa lainnya.

Terkait dengan permasalahan di atas, dalam berkomunikasi dengan remaja perawat

atau orang dewasa lain harus mampu bersikap sebagai “SAHABAT” buat remaja. Tidak

meremehkan atau memperlakukan dia sebagai anak kecil dan tidak membiarkan dia

berperilaku sebagai orang dewasa. Pola asuh remaja perlu cara khusus. Walau usia masih

tergolong anak-anak, ia tak bisa diperlakukan seperti anak kecil. Remaja sudah mulai

menunjukkan jati diri. Biasanya remaja lebih senang berkumpul bersama teman sebaya

ketimbang dengan orang tua.

Berikut ini sikap perawat, orang tua, atau orang dewasa lain yang perlu diperhatikan saat

berkomunikasi dengan remaja.

a. Menjadi pendengar yang baik dan memberi kesempatan pada mereka untuk

mengekspresikan perasaannya, pikiran, dan sikapnya.Mengajak remaja berdiskusi terkait

dengan perasaan, pikiran, dan sikapnya.

b. Jangan memotong pembicaraan dan jangan berkomentar atau berespons yang berlebihan

pada saat remaja menunjukkan sikap emosional.

c. Memberikan support atas segala masalah yang dihadapi remaja dan membantu untuk

menyelesaikan dengan mendiskusikannya.

5
d. Perawat atau orang dewasa lain harus dapat menjadi sahabat buat remaja, tempat berbagi

cerita suka dan duka.

e. Duduk bersama remaja, memeluk, merangkul, mengobrol, dan bercengkerama dengan

mereka serta sering melakukan makan bersama.

E. SUASANA KOMUNIKASI YANG KONDUSIF PADA REMAJA

Keberhasilan berkomunikasi dengan remaja dapat dipengaruhi oleh suasana

psikologis antara perawat/orang tua/orang dewasa lain dengan remaja.

1. Suasana hormat menghormati

Orang dewasa akan akan mampu berkomunikasi dengan baik apabila pendapat

pribadinya dihormati, ia lebih senang kalau ia boleh turut berpikir dan mengemukakan

pikirannya.

2. Suasana saling menghargai

Segala pendapat, perasaan, pikiran, gagasan, dan sistem nilai yang dianut perlu

dihargai. Meremehkan dan menyampingkan harga diri mereka akan dapat menjadi kendala

dalam jalannya komunikasi.

3. Suasana saling percaya

Saling memercayai bahwa apa yang disampaikan itu benar adanya akan dapat

membawa hasil yang diharapkan.

4. Suasana saling terbuka

Terbuka untuk mengungkapkan diri dan terbuka untuk mendengarkan orang lain.

Hanya dalam suasana keterbukaan segala alternatif dapat tergali. Komunikasi verbal dan

nonverbal remaja perlu diperhatikan, misalnya ekspresi wajah, gerakan tubuh, dan nada suara

yang memberikan tanda tentang status emosionalnya.

6
F. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KOMUNIKASI REMAJA

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi komunikasi pada remaja, yaitu sebagai berikut.

1. Pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka komunikasi

berlangsung secara efektif.

2. Pengetahuan.Semakin banyak pengetahuan yang didapat maka komunikasi

berlangsung secara efektif.

3. Sikap.Bila komunikan bersifat pasif atau tertutup maka komunikasi tidak berlangsung

efektif.

4. Usia tumbang dan status kesehatan remaja.Bila ingin berkomunikasi, maka harus

sesuaikan dengan tingkat usia agar komunikasi tersebut berlangsung efektif.

5. Saluran.Saluran sangat penting dalam berkomunikasi agar pesan dapat tersampaikan

ke komunikan dengan baik.

6. Lingkungan

G. TEKNIK KOMUNIKASI PADA REMAJA

Komunikasi dengan remaja merupakan sesuatu yang penting dalam menjaga hubungan

dengan remaja, melalui komunikasi ini pula perawat dapat memudahkan mengambil berbagai

data yang terdapat pada diri remaja yang selanjutnya dapat diambil dalam menentukan

masalah keperawatan. Beberapa cara yang digunakan dalam berkomunikasi dengan remaja,

yaitu sebagai berikut.

1. Melalui orang lain atau pihak ketiga

Cara berkomunikasi ini pertama dilakukan oleh remaja dalam menumbuhkan

kepercayaan diri remaja, dengan menghindari secara langsung berkomunikasi dengan

melibatkan orang tua secara langsung yang sedang berada disamping anak. Selain itu dapat

digunakan dengan cara memberikan komentar tentang sesuatu.

7
2. Bercerita

Melalui cara ini pesan yang akan disampaikan kepada anak remaja dapat mudah

diterima, mengingat anak sangat suka sekali dengan cerita, tetapi cerita yang disampaikan

hendaknya sesuai dengan pesan yang akan disampaikan, yang akan diekspresikan melalui

tulisan.

3. Memfasilitasi

Memfasilitasi adalah bagian cara berkomunikasi, malalui ini ekspresi anak atau respon

anak remaja terhadap pesan dapat diterima, dalam memfasilitasi kita harus mampu

mengekspresikan perasaan dan tidak boleh dominan , tetapi anak harus diberikan respons

terhadap pesan yang disampaikan melalui mendengarkan dengan penuh perhatian dan jangan

mereflisikan ungkapan negatif yang menunjukan kesan yang jelek pada anak remaja tersebut.

4. Meminta untuk menyebutkan keinginan

Ungkapan ini penting dalam berkomunikasi dengan anak dengan meminta anak untuk

menyebutkan keinginan dapat diketahui berbagai keluhan yang dirasakan anak dan keinginan

tersebut dapat menunjukan persaan dan pikiran anak pada saat itu.

5. Pilihan pro dan kontra

Penggunaan teknik komunikasi ini sangat penting dalam menentukkan atau

mengetahui perasaan dan pikiran anak, dengan mengajukan pasa situasi yang menunjukkan

pilihan yang positif dan negatif yang sesuai dengan pendapat anak remaja.

6. Penggunaan skala

Pengunaan skala atau peringkat ini digunakan dalam mengungkapkan perasaan sakit

pada anak seperti pengguaan perasaan nyeri, cemas, sedih dan lain-lain, dengan

menganjurkan anak untuk mengekspresikan perasaan sakitnya.

8
7. Menulis

Melalui cara ini remaja akan dapat mengekspresikan dirinya baik pada keadaan sedih,

marah atau lainnya dan biasanya banyak dilakukan pada remaja yang jengkel, marah dan

diam.

H. PENERAPAN KOMUNIKASI SESUAI TINGKAT PERKEMBANGAN REMAJA

Berkomunikasi dengan anak yang sudah masuk usia remaja (praremaja) sebenarnya

lebih mudah. Pemahaman mereka sudah memadai untuk bicara tentang masalah yang

kompleks. Dalam berkomunikasi dengan remaja, kita tidak bisa mengendalikan alur

pembicaraan, mengatur, atau memegang kendali secara otoriter. Remaja sudah punya

pemikiran dan perasaan sendiri tentang hal yang ia bicarakan.

Contoh respons yang sering diungkapkan oleh orang tua kepada anaknya yang bisa

menyebabkan terputusnya komunikasi adalah mengancam, memperingatkan; memerintah;

menilai, mengkritik, tidak setuju, menyalahkan; menasihati, menyelesaikan masalah;

menghindar, mengalihkan perhatian, menertawakan; mendesak; memberi kuliah, mengajari;

mencemooh, membuat malu; menyelidiki, mengusut; serta memuji, menyetujui.

Komunikasi dua arah, yaitu bergantian yang berbicara dan yang mendengarkan. Jangan

mendominasi pembicaraan serta sediakan waktu untuk remaja untuk menyampaikan

pendapatnya.

a) Mendengar aktif artinya tidak hanya sekadar mendengar, tetapi juga memahami dan

menghargai apa yang diutarakan remaja. Terima dan refleksikan emosi yang

ditunjukkan, misalnya dengan mengatakan, “Ibu tahu kamu merasa kesal karena diejek

seperti itu.”

9
b) Sediakan waktu yang cukup untuk berkomunikasi dengan remaja. Jika sedang tidak

bisa, katakan terus terang daripada Anda tidak fokus dan memutus komunikasi dengan

remaja.

c) Jangan memaksa remaja untuk mengungkapkan sesuatu yang dia rahasiakan karena

akan membuatnya tidak nyaman dan enggan berkomunikasi. Anak remaja sudah mulai

memiliki privasi yang tidak boleh diketahui orang lain termasuk orang tuanya.

d) Utarakan perasaan Anda jika ada perilaku remaja yang kurang tepat dan jangan

memarahi atau membentak. Misalnya, “Mama khawatir sekali kalau kamu tidak

langsung pulang ke rumah. Kalau mau ke rumah teman, telepon dulu agar Mama

tenang.”

e) Dorong anak untuk mengatakan hal-hal positif tentang dirinya. Misalnya, “Aku

sedang berusaha menguasai matematika” daripada “Aku payah dalam matematika”.

f) Perhatikan bahasa tubuh remaja. Orang tua harus bisa menangkap sinyal-sinyal emosi

dari bahasa tubuhnya.

g) Hindari komentar menyindir atau meremehkan anak. Berikan pujian pada aspek

terbaik yang dia lakukan sekecil apapun.

h) Hindari ceramah panjang dan menyalahkan anak.

I. HAMBATAN DALAM KOMUNIKASI PADA REMAJA

Komunikasi merupakan sesuatu hal yang sangat penting bagi manusia dalam

melakukan interaksi dengan sesama. Kita pada suatu waktu merasakan komunikasi yang kita

lakukan menjadi tidak efektif karena kesalahan dalam menafsirkan pesan yang kita diterima.

Hal ini terjadi karena setiap manusia mempunyai keterbatasan dalam menelaah komunikasi

yang disampaikan.

10
Kesalahan dalam menafsirkan pesan bisa disebabkan karena tiga hal yaitu:

1. Hambatan Fisik :

a. Sinyal nonverbal yang tidak konsisten.

Gerak-gerik kita ketika berkomunikasi – tidak melihat kepada lawan bicara, tetap

dengan aktivitas kita pada saat ada yang berkomunikasi dengan kita – mempengaruhi porses

komunikasi yang berlangsung.

b. Gangguan. Noises

Gangguan ini bisa berupa suara yang bising pada saat kita berkomunikasi, jarak yang

jauh, dan lain sebagainya.

c. Gangguan fisik (gagap, tuli, buta).

Adanya gangguan fisik seperti gagap, tunawicara, tunanetra, dan sebagainya yang

dialami oleh seorang Remaja. Terimalah mereka apa adanya. Mereka pasti memiliki potensi

unggul lain yang perlu digali. Sebagai perawat, kita harus siap menerima kenyataan tersebut

seraya mencari cara agar tidak terjadi hambatan komunikasi dengan remaja tersebut,

misalnya dengan cara belajar bahasa yang mereka dapat pahami.

d. Teknik bertanya yang buruk.

Ternyata kita yang tidak memiliki kemampuan bertanya, tidak akan sanggup

menggali pemahaman orang lain, tidak sanggup mengetahui apa yang dirasakan orang lain.

Oleh karena itu, kembangkan selalu teknik bertanya kepada orang lain. Bahwa setiap individu

memiliki modalitas belajar yang berbeda-beda.

e. Teknik menjawab yang buruk.

Kesulitan seseorang memahami materi yang disampaikan karena komunikator tidak

mampu menjawab dengan baik. Pertanyaan bukannya dijawab, melainkan dibiarkan.

Pertanyaan justru dijawab tidak tepat. Salah satu teknik menjawab yang buruk adalah

11
komunikator tidak memberikan kesempatan individu menyelesaikan pertanyaan lalu langsung

di jawab oleh komunikator.

f. Kurang menguasai materi.

Ini faktor yang sangat jelas. Begitu kita tidak menguasai materi, itulah hambatan

komunikasi. Kompetensi profesional salah satu maknanya adalah menguasai materi secara

mendalam bahkan ditambahkan lagi, meluas.

g. Kurang persiapan.

Bagaimana mungkin proses penyampaian materi atau pembelajaran dapat optimal

jika tidak menyiapkan perencanaan dengan baik.

2. Hambatan Psikologis :

a. Mendengar.

Biasanya kita mendengar apa yang ingin kita dengar. Banyak hal atau informasi yang

ada di sekeliling kita, namun tidak semua yang kita dengar dan tanggapi. Informasi yang

menarik bagi kita, itulah yang ingin kita dengar.

b. Mengabaikan informasi yang bertentangan dengan apa yang kita ketahui.

Seringkali kita mengabaikan informasi yang menurut kita tidak sesuai dengan ide,

gagasan dan pandangan kita padahal kalau dicermati sangat berhubungan dengan ide kita,

padahal ada kalanya gagasan kita yang kurang benar.

c. Menilai sumber.

Kita cenderung menilai siapa yang memberikan informasi. Jika ada seorang remaja

yang memberikan informasi tentang suatu hal, kita cenderung mengabaikannya.

d. Pengaruh emosi.

Pada keadaan marah, remaja akan kesulitan untuk menerima informasi. apapun berita

atau informasi yang diberikan, tidak akan diterima dan ditanggapinya.

12
e. Kecurigaan.

Kembangkanlah sikap berbaik sangka pada semua orang. Hendaklah berpikir baik

atau positif bahwa materi ini bisa dipahami oleh remaja. Komunikator curiga pada

komunikan akan membawa suasana pembelajaran tidak kondusif.

f. Tidak jujur.

Karakter dasar komunikator mestilah ditampilkan selama pembelajaran komunikasi

pada remaja berlangsung dan juga di luar pembelajaran. Kita harus jujur. Jangan bohong.

Jujurlah jika memang tidak tahu

g. Tertutup.

Jika ada kita yang memiliki sikap tertutup atau introvert dalam proses pembelajaran,

sebaiknya jangan menjadi komunikator. Sebab dalam proses itu diperlukan kerjasama,

keterbukaan, kehangatan, dan keterlibatan.

h. Destruktif.

Jelas sikap ini akan menjadi penghambat aliran komunikasi pada remaja. Cegahlah

sedini mungkin oleh kita.Jika sikap destruktif itu muncul, lakukan segera penanganannya

secara bijak atau sesuai prosedur yang berlaku.

i. Kurang dewasa.

Kita memang perlu menyadari sikapnya dalam proses pembelajaran. Bedakan ketika

kita berbicara dengan anak-anak, karena kita berkomunikasi dengan seorang remaja mampu,

tetapi ada hambatan psikologi.

3. Semantik :

a. Persepsi yang berbeda.

b. Kata yang berartilain bagi orang yang berbeda.

c. Terjemahan yang salah.

13
d. Semantik yaitu pesan bermakna ganda.

e. Belum berbudaya baca, tulis, dan budaya diam.

(Nailul Himmah, 2013:03)

J. Penerapan Strategi Pelaksanaan (SP) Komunikasi Terapeutik pada Remaja

Strategi pelaksanaan untuk mengatasi masalah remaja dapat diberikan kepada remaja

itu sendiri sebagai klien dan diberikan kepada orang tua remaja.

1. Strategi pelaksanaan (SP) komunikasi terapeutik pada remaja

Fase orientasi:

a) Salam terapeutik

Selamat pagi/siang/malam adik. Dik perkenalkan saya suster salsa Nabila, adik

bisa panggil saya suster Ana, saya yang bertugas pada pagi/siang/mala ini. Jika

boleh tahu nama adik siapa? Marza ? Nama yang sangat bagus.

b) Evaluasi/validasi

Baiklah Dik Marza, bagaimana keadaannya sekarang? Sudah lebih membaik?

Syukurlah kalau begitu.

c) Kontrak topik, waktu, tempat

Nah Dik Marza, bagaimana kalau kita berbincang-bincang mengenai masalah adik

dan mengenai penyakit Maagh? Berapa lama waktu yang kita butuhkan untuk

berbincang-bincang? 5 menit cukup? Baiklah. Dimana kita akan berbincang-

bincang? Disini saja? Baiklah Dik Marza

Fase kerja:

Nah Dik Marza sekarang bisa ceritakan dengan saya, kenapa bisa terjadi gangguan pada

lambung? Saya akan mendengarkannya dengan baik. Jadi dik Marza ini sakit maagh gara

14
gara telat makan? Kenapa Dik Ramlan bisa telat makan? Apakah orang tua adik mengetahui

kalau adik sering telat makan? Lalu? Jadi adik telat makan karena banyak tugas dari kampus?

Saya mengerti apa yang Dik Marza rasakan. Nah berdasarkan apa yang adik jelaskan tadi,

saya bisa pahami kalau masalah Dik Marza itu karena banyak tugas dari kampus?. Nah kalau

boleh saya sarankan, adik lebih menjaga pola makan, karena seperti yang adik rasakan

sekarang gak enak kan rasanya? Nah sebaiknya Dik Marza melakukan pola hidup sehat,

seperti,makan teratur,kurangi makan makanan pedas,berminyak,dan makanan berlemak.

Fase terminasi:

a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan

Bagaimana perasaan Dik marza sekarang? Semoga bermanfaat. Nah apakah adik masih

ingat pesan saya tadi? Bagus sekali, adik sudah mengingatnya dengan baik

b. Tindak lanjut klien

Nah Dik Marza untuk sekarang bisa beristirahat terlebih dahulu ya

c. Kontrak yang akan datang yaitu topik, waktu, tempat

Besok saya akan kembali ke sini ya dik, saya akan mengecek keadaan adik lagi.

2. Strategi pelaksanaan (SP) komunikasi terapeutik pada orang tua

Fase orientasi:

a. Salam terapeutik

Selamat pagi/siang/malam ibu. Bu perkenalkan saya suster Salsa nabila, ibu bisa

panggil saya suster Salsa, saya yang bertugas pada pagi/siang/mala ini. Jika boleh tahu nama

ibu siapa? Ibu Raihatil? Nama yang sangat bagus.

15
b. Evaluasi/validasi

Baiklah Ibu Raihatil, bagaimana keadaan anaknya sekarang? Sudah lebih membaik?

Syukurlah kalau begitu.

c. Kontrak topik, waktu, tempat

Nah Ibu Raihatil, bagaimana kalau kita berbincang-bincang mengenai masalah anak

ibu? Berapa lama waktu yang kita butuhkan untuk berbincang-bincang? 5 menit cukup?

Baiklah. Dimana kita akan berbincang-bincang? Disini saja? Baiklah Ibu Raihatil

Fase kerja:

Boleh ibu jelaskan bagaimana kebiasaan ibu dan keluarga di rumah dengan Marza? Saya

mengerti dengan keadaan ibu. Anak usia remaja seperti Ramlan ini terkadang perlu

pengawasan yang lebih Bu Raihatil, karena mereka pada usia ini sangat memerlukan

pendampingan, karena jika dibiarkan tanpa pengawasan takutnya anak salah menerapkan

pola hidup sehat. Iya bagus sekali komitmen Ibu Raihatil kalau begitu, nah akan lebih baik

lagi jika Ibu sering berkomunikasi dengan Marza bu. Apakah ibu tahu bagaimana cara

membangun komunikasi yang baik dengan keluarga? Jadi ibu belum tahu? Baiklah akan saya

jelaskan. Pada usia remaja sebaiknya anak dianggap seperti sahabat, artinya Ibu perlu

melibatkan, mendengarkan dan menghargai pendapat dia dan mengarahkan hal-hal yang

kurang baik. Apakah ibu mengerti maksud saya? Iya bagus sekali Ibu Raihatil.

Fase terminasi:

4. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan

Bagaimana perasaan Ibu Raihatil sekarang? Semoga bermanfaat. Nah apakah ibu masih ingat

pesan saya tadi? Bagus sekali, ibu sudah mengingatnya dengan baik

5. Tindak lanjut klien

16
Nah Ibu Raihatil sekarang dan selanjutnya bisa mencoba untuk membangun komunikasi yang

lebih baik dengan Marza ya.

3. Kontrak yang akan datang yaitu topik, waktu, tempat

Ibu Raihatil nanti siang boleh ke klinik Abulytama untuk mengambil obat dalam bentuk

sirup.

Nama Perawat Yang Nama Penangung Jawab


No Nama Pasien Alasan Masuk RS
Bertugas Pasien
1 Salsa Nabila Marzatilah Raihatil Miska Sering Mual- mual dan
Sri Ulfa Rahmi Kembung di perut
bagian atas.

K. ROLE PLAY KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA REMAJA

Salsa Nabila : Perawat

Marzatilah : Pasien

Sri Ulfa Rahmi : Kakak pasien

Raihatil miska : Ibu pasien

Suatu hari disebuah rumah ,seorang ibu bernama Raihatil memanggil perawat dari

klinik Abulyatama untuk memeriksakan keadaan anak nya yang bernama Marzatilah berusia

17 tahun yang baru saja mengalami gangguan pada maagh ,seminggu yang lalu anak tersebut

sudah di bawa ke rumah sakit dan sudah di periksa dokter ,sang ibu memnggil perawat untuk

memastikan keadaan anak nya baik baik saja.

Tahap prainteraksi

Tak lama kemudian datanglah seorang perawat ke rumah pasien dan mempersiapkan alat

untuk melakukan perawatan dan mengecek keadaan pasien.

Perawat : Assalamualaikum

17
Kakak pasien : Walaikum salam

Perawat : Saya perawat Salsa Nabila yang di hubungi oleh ibu Raihatil,untuk

memeriksakan keadaan anak nya yang bernama Marzatilah

Kakak pasien : oh ya benar sus itu adik saya sedang sakit.ayok sus masuk dulu biar saya

panggil ibu saya

Perawat : baiklah terimakasih mbak.

Tahap orientasi

Perawat pun menemui ibu pasien sebelum masuk ke kamar pasien

Perawat : Permisi, “perkenalkan saya perawat Salsa Nabila perawat yang akan

melakukan perawatan pada anaknya ibu yang bernama Marza”

Ibu pasien : saya ibu nya Marza ,sus tolong anak saya kenapa susah dan jarang sekali

makan

Perawat : ibu tunggu disini saya akan melakukan perawatan pada anak ibudan akan

melakukan komunikasi untuk mengetahui keadaan anak ibu. ibu tunggu disini

saja ya.

Tahap Kerja

Perawatpun memasuki kamar pasien remaja perempuan bernama marza yang sedang

berbaring ditempat tidur dan melamun dengan raut wajah sedih.

Perawat : Perkenalkan nama saya salsa perawat yang akan betugas pada pagi ini, saya

akan melakukan perawatan kepada saudari marza. Bagaimana keadaan hari

ini.?

Pasien : iya(cuek dan diam kembali)

Perawat : tadi saya bertemu ibu anda di depan, kenapa anda susah sekali makan dan

18
tidak mau berbicara dengan teman dan keluarga anda sendiri ( sambil

memegang tangan pasien)

Pasien : Saya males ngomong ajah sus ,karena perut saya nyeri dan juga merasakan

panas pada perut.

Perawat : oh begitu ya dek,nah di sisni saya akan menjelaskan tentang penyakit maagh

yang adek alami sekitar 5 menit apa adek bersedia?

Pasien : iyah bersedia sus

Perawat : baik dek saya akan menjelaskan penyakit maagh ya ,maagh ini merupakan

penyakit pada lambung yang terjadi akibat adanya peningkatan asam

lambung,penyakit ini bisa adek ketahui dengan beberapa gejala contohnya

seperti adek sebutkan tadi merasa mual,perutnya terasa kembung bagian atas

dan juga merasakan panas,nah dek maagh ini juga memiliki beberapa penyebab

seperti ;telat makan,atau menunda makanan,juga banyak makanan

pedas,minum minuman kafein tinggi,bersoda,atau makan makanan

berlemak,nah dari yang saya sampaikan apa ada salah satu yang menyebabkan

adek sakit maagh?

Pasien : ada sus saya pagi jarang sarapan ,suka menunda makan malam ,saya juga suka

makan makanan pedas ,setelah beberapa minggu saya menjalani pola hidup

seperti itu saya sering merasakan mual sus.

Perawat : berarti penyebab adek sakit magh karena sering menunda makan ,dan makan

makanan pedas juga,dari penjelasan tadi apa adek bisa mengerti

Pasien : sudah sus

19
Tahap terminasi

Setelah beberapa menit Perawat menjelaskan tentang penyakit dengan pasien

Ibu pasien : bagaimana dengan keadaan anak saya sus?

Perawat : anak ibu sudah jauh lebih baik dari sebelumnya tadi saya juga sudah

berkomunikasi dengan anak ibu agar makan tepat waktu,dan mengurangi

makan makanan yang pedas.

Ibu pasien : iyah baik terima kasih sus

Perawat : kalo begitu saya pamit ke klinik lagi,jika ada perlu apa apa langsung panggil

saya saja di klinik

Ibu pasien : iyah silahkan sus hati- hati ya sus

Perawat : iyah bu permisi

20
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan penjelasan pada bab II dapat disimpulkan sebagai berikut.


1. Remaja adalah fase transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa, oleh sebab itu
diperlukan strategi khusus untuk berkomunikasi dengan remaja.
2. Tujuan komunikasi pada remaja adalah untuk membangun hubungan yang harmonis
dengan remaja, membentuk suasana keterrbukaan dan mendengar, membuat remaja mau
berbicara ketika mempunyai masalah, membuat remaja mau mendengar dan menghargai
saat mereka berbicara dan membantu remaja menyelesaikan masalah.
3. Faktor yang mempengaruhi komunikasi remaja yaitu pendidikan, pengetahuan, sikap,
usia tumbang status kesehatan remaja, saluran dan lingkungan
4. Teknik komunikasi pada remaja yaitu melalui orang lain atau pihak ketiga, bercerita,
memfasilitasi, meminta untuk menyebutkan keinginan, pilihan pro dan kontra,
penggunaan skala dan menulis.

B. SARAN
Berdasarkan uraian pada bab II, penulis mengusulkan saran kepada pihak terkait sebagai
berikut.
1. Kepada orang tua dan perawat ketika menghadapi remaja sangat perlu memahami
karakteristik remaja dan memiliki strategi untuk berkomunikasi agar komunikasi yang
terjadi dapat berjalan efektif
2. Orang tua dan remaja harus saling membangun hubungan komunikasi yang baik, agar
setiap permasalahan yang terjadi dapat bersama-sama diselesaikan antara orang tua dan
remaja.

21
DAFTAR PUSTAKA

Anjaswarni, Tri. 2016. Komunikasi dalam Keperawatan. Bahan Ajar. Jakarta: Pusdik SDM

Kesehatan.

Damaiyanti, Mukhripah. 2010. Komunikasi Terapeutik dalam Praktik Keperawatan.

Bandung: PT Refika Aditama.

Ernawati Dalami, S.kp., et all. (2009). Komunikasi Keperawatan. Jakarta Timur :Trans Info

Media.

Mundakir. 2006. Komunikasi Keperawatan: Aplikasi dalam Keperawatan. Yogyakarta:

Graha Ilmu.

Widjaja. 2000. Ilmu Komunikasi. Jakarta: Rineka Cipta.

22

Anda mungkin juga menyukai