Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indrawati (2003) mengatakan bahwa komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang
direncanakan secara sadar, bertujuan, dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan
pasien. Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi interpersonal dengan focus adanya
saling pengertian antarperawat dengan pasien. Komunikasi ini adalah adanya saling
membutuhkan antara perawat dan pasien sehingga dapat dikategorikan dalam komunikasi
pribadi antara perawat dan pasien, perawat membantu dan pasien menerima bantuan
(Indrawati, 2003).
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi interpersonal antara perawat dan klien
yang dilakukan secara sadar ketika perawat dan klien saling memengaruhi dan
memperoleh pengalaman bersama yang bertujuan untuk membantu mengatasimasalah
klien serta memperbaiki pengalaman emosional klien yang padaakhirnya mencapai
kesembuhan klien. Tujuan komunikasi terapeutik yaitu membantu mengatasi masalah
klien untuk mengurangi beban perasaan dan pikiran, membantu mengambil tindakan yang
efektif untuk klien/pasien, memperbaiki pengalaman emosional klien, mencapai tingkat
kesembuhan yang diharapkan.
Masa remaja adalah pola pikir dan tingkah laku peralihan dari anak ke dewasa. Bila
stress, diskusi tentang masalahnya dengan teman sebaya dan keluarganya. Menolak orang
yang menjatuhkan harga dirinya dengan memberi support penuh perhatian.
Perkembangan komunikasi pada usia remaja ini ditunjukkan dengan kemempuan
berdiskusi atau berdebat dan sudah mulai berfikir secara konseptual, sudah mulai
menunjukkan rasa malu, pada usia ini anak sering kali merenung kehidupan masa depan
yang di refleksikan dalam komunikasi. Pada usia ini pola fikir menunjukkan kea rah yang
lebih positif, terjadi konseptualisasi mengingat masa ini adalah mas peralihan anak
menjadi dewasa.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan komunikasi terapeutik pada remaja?
2. Bagaimana sikap terapeutik berkomunikasi dengan remaja?
3. Apa saja prinsip komunikasi terapeutik pada remaja?
4. Bagaimana suasana komunikasi yang kondusif pada remaja?
5. Apa saja faktor yang mempengaruhi komunikasi pada remaja?
6. Apa saja teknik komunikasi keperawatan pada remaja?
7. Apa saja tahapan komunikasi pada remaja?
8. Apa saja hambatan dalam komunikasi pada remaja?
9. Bagaimana penerapan komunikasi sesuai tingkat perkembangan remaja?

1.3 Tujuan
1. Agar mahasiswa memahami mengenai komunikasi terapeutik pada remaja.
2. Agar mahasiswa mengetahui sikap terapeutik berkomunikasi dengan remaja.
3. Agar mahasiswa mengetahui prinsip komunikasi terapeutik pada remaja.
4. Agar mahasiswa mengetahui suasana komunikasi yang kondusif pada remaja.
5. Agar mahasiswa mengetahui faktor yang mempengaruhi komunikasi pada remaja.
6. Agar mahasiswa mengetahui teknik komunikasi keperawatan pada remaja.
7. Agar mahasiswa mengetahui tahapan komunikasi pada remaja.
8. Agar mahasiswa mengetahui hambatan dalam komunikasi pada remaja.
9. Agar mahasiswa mengetahui penerapan komunikasi sesuai tingkat perkembangan
remaja.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Komunikasi Terapeutik pada Remaja


Perkembangan komunikasi pada usia remaja dapat ditunjukkan dengan kemampuan
berdiskusi atau berdebat. Pada usia remaja, pola perkembangan kognisinya sudah mulai
berpikir secara konseptual mengingat masa ini adalah masa peralihan anak menjadi
dewasa, sedangkan secara emosional sudah mulai menunjukkan perasaan malu. Anak
usia remaja sering kali merenung kehidupan tentang masa depan yang direfleksikan
dalam komunikasi. Sehubungan dengan perkembangan komunikasi ini, yang dapat kita
lakukan adalah mengizinkan remaja berdiskusi atau curah pendapat pada teman sebaya.
Hindari beberapa pertanyaan yang dapat menimbulkan rasa malu dan jaga kerahasiaan
dalam komunikasi karena akan menimbulkan ketidakpercayaan remaja.

2.2 Sikap Terapeutik Berkomunikasi dengan Remaja


Remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke dewasa. Pada masa transisi ini remaja
banyak mengalami kesulitan yang membutuhkan kemampuan adaptasi. Remaja sering
tidak mendapat tempat untuk mengekspresikan ungkapan hatinya dan cenderung tertekan
Hal ini akan dapat mempengaruhi komunikasi remaja terutama komunikasi dengan orang
tua atau orang dewasa lainnya. Terkait dengan permasalahan di atas, dalam
berkomunikasi dengan remaja perawat atau orang dewasa lain harus mampu bersikap
sebagai sahabat buat remaja. Tidak meremehkan atau memperlakukan dia sebagai anak
kecil dan tidak membiarkan dia berperilaku sebagai orang dewasa. Pola asuh remaja perlu
cara khusus. Walau usia masih tergolong anak-anak, ia tak bisa diperlakukan seperti anak
kecil. Remaja sudah mulai menunjukkan jati diri. Biasanya remaja lebih senang
berkumpul bersama teman sebaya ketimbang dengan orang tua. Adapun beberapa sikap
yang dapat dilakukan yaitu:
1. Sikap Kesejatian
Menghindari membuka diri yang terlalu dini sampai dengan anak menunjukkan
kesiapan untuk berespon positif terhadap keterbukaan, sikap kepercayaan kita pada
anak.
2. Sikap Empati
Bentuk sikap dengan cara menempatkan diri kita pada posisi anak dan orang tua.
3
3. Sikap Hormat
Bentuk sikap yang menunjukkan adanya suatu kepedulian/perhatian, rasa suka dan
menghargai klien. Contoh : Senyum pada saat yang tepat, melakukan jabat tangan
atau sentuhan yang lembut dengan seizin komunikan.
4. Sikap Konkret
Bentuk sikap dengan menggunakan terminology yang spesifik dan bukan abstrak
pada saat komunikasi dengan klien. Contoh : Gambar, mainan, dll.
Berikut ini sikap perawat, orang tua, atau orang dewasa lain yang perlu diperhatikan saat
berkomunikasi dengan remaja.
1. Menjadi pendengar yang baik dan memberi kesempatan pada mereka untuk
mengekspresikan perasaannya, pikiran, dan sikapnya.
2. Mengajak remaja berdiskusi terkait dengan perasaan, pikiran, dan sikapnya.
3. Jangan memotong pembicaraan dan jangan berkomentar atau berespons yang
berlebihan pada saat remaja menunjukkan sikap emosional.
4. Memberikan support atas segala masalah yang dihadapi remaja dan membantu untuk
menyelesaikan dengan mendiskusikannya.
5. Perawat atau orang dewasa lain harus dapat menjadi sahabat buat remaja, tempat
berbagi cerita suka dan duka.
6. Duduk bersama remaja, memeluk, merangkul, mengobrol, dan bercengkerama dengan
mereka serta sering melakukan makan bersama.

2.3 Prinsip Komunikasi Terapeutik pada Remaja


1. Cara Membangun Hubungan Yang Harmonis Dengan Remaja
Hal yang sering orang tua lakukan dalam bekomunikasi. Dalam berkomunikasi, orang
tua ingin segera membantu menyelesaikan masalah remaja, ada hal-hal yang sering
orang tua lakukan, seperti :
a. Cenderung lebih banyak berbicara dari pada mendengarkan.
b. Merasa tau lebih banyak dari pada remaja.
c. Cenderung memberi arahan dan nasihat.
d. Tidak berusaha mendengarkan dulu apa yang sebenarnya terjadi dan yang di alami
remaja.
e. Tidak memberikan kesempatan agar remaja mengemukakan pendapat,

4
f. Tidak mencoba menerima dahulu kenyataan yang di alami remaja dan
memahaminya.
g. Merasa putus asa dan marah-marah karena tidak tahu lagi apa yang harus di
lakukan terhadap remaja.
2. Kunci Pokok Berkomunikasi dengan Remaja
Adapun kunci pokok yang dilakukan orang tua terhadap anaknya yang beranjak
dewasa seperti :
a. Mendengar supaya remaja mau berbicara,
b. Menerima dahulu perasaan remaja,
c. Berbicara supaya di dengar.
Oleh sebab itu orang tua harus mau belajar dan berubah dalam cara berbicara dan
cara mendengar
d. Mengenal diri remaja
1) Pahami Perasaan Remaja
Banyak terjadi masalah dalam berkomunikasi dengan remaja, yang di sebabkan
karena orang tua kurang dapat memahami perasaan anaknya yang diajak
bicara. Agar komunikasi dapat lebih efektif orang tua perlu meningkatkan
kemampuanya dan mencoba memahami perasaan anak sebagai lawan bicara.
2) Bagaimana Memahami Perasaan Remaja
Untuk memahami perasaan remaja, orang tua harus meneria dulu perasaan dan
ungkapan remaja terutama ketika ia sedang mengalami masalah, agar ia
merasa nyaman dan mau melanjutkan pembicaraan terhadap orang tua. Orang
tua akan lebih mengerti apa yang sebenarnya di rasakan remaja.
3. Mengenal Diri Remaja
a. Pahami Perasaan Remaja
Banyak terjadi masalah dalam berkomunikasi dengan remaja, yang
disebabkan karena orang tua kurang dapat memahami perasaan anaknya yang
diajak bicara. Agar komunikasi dapat lebih efektif orang tua perlu meningkatkan
kemampuannya dan mencoba memahami perasaan anak sebagai lawan bicara.
b. Bagaimana Memahami Perasaan Remaja
Untuk memahami perasaan remaja, orang tua harus meneriam dulu
perasaaan dan ungkapan remaja terutama ketika ia sedang mengalami masalah,
agar ia merasa nyaman dan mau melanjutkan pembicaraan dengan orang tua.
Orang tua akan lebih mengerti apa yang sebenarnya dirasakan remaja.
5
4. Membuat Remaja Mau Berbicara pada Orang Tua Saat Menghadapi Masalah dan
Membantu Remaja Menyelesaikan Masalah
a. Pesan Kamu dan Pesan Saya
1) Pesan kamu adalah cara yang penyampaiannya akibat perilaku remaja
terhadap orang tua tetapi berpusat pada kesalahan remaja cenderung tidak
membedakan antara remaja dan perilakunya sehingga membuat remaja
merasa disalahkan, direndahkan, dan disudutkan.
2) Pesan saya lebih menekankan perasaan dan kepedulian orang tua sebagai
akibat perilaku remaja sehingga remaja belajar bahwa setiap perilaku
mempunyai akibat terhadap orang lain. Melalui pesan saya akan mendorong,
mengembangkan keberaniannya, sehingga akan merasa nyaman.
b. Menentukan Masalah Siapa
Ketika menghadapi remaja sebagai lawan bicara yang bermasalah, kita perlu
mengetahui masalah siapa ini. Hal ini perlu dibiasakan karena :
1) Kita tidak mungkin menjadi seorang yang harus memecahkan semua masalah.
2) Kita harus mengajarkan kepada remaja rasa tanggung jawab dalam
memecahkan semua masalah.
3) Kita perlu membantu remaja untuk tidak ikut campur urusan orang lain.
4) Anak perlu belajar mandiri.
c. Apa yang harus dilakukan?
Setelah kita mengetahui masalah siapa maka akibatnya siapa yang punya
masalah harus bertanggung jawab untuk menyelesaikannya. Bila masalah itu
adalah masalah remaja maka teknik yang digunakan adalah mendengar aktif. Bila
masalah itu adalah masalah orang tua maka teknik yang digunakan adalah pesan
saya.

2.4 Suasana Komunikasi yang Kondusif pada Remaja


Keberhasilan berkomunikasi dengan remaja dapat dipengaruhi oleh suasana psikologis
antara perawat/orang tua/orang dewasa lain dengan remaja.
1. Suasana Hormat Menghormati
Orang dewasa akan akan mampu berkomunikasi dengan baik apabila pendapat
pribadinya dihormati, ia lebih senang kalau ia boleh turut berpikir dan
mengemukakan pikirannya.
6
2. Suasana Saling Menghargai
Segala pendapat, perasaan, pikiran, gagasan, dan sistem nilai yang dianut perlu
dihargai. Meremehkan dan menyampingkan harga diri mereka akan dapat menjadi
kendala dalam jalannya komunikasi.
3. Suasana Saling Percaya
Saling memercayai bahwa apa yang disampaikan itu benar adanya akan dapat
membawa hasil yang diharapkan.
4. Suasana Saling Terbuka
Terbuka untuk mengungkapkan diri dan terbuka untuk mendengarkan orang lain.
Hanya dalam suasana keterbukaan segala alternatif dapat tergali.
Komunikasi verbal dan nonverbal remaja perlu diperhatikan, misalnya ekspresi wajah,
gerakan tubuh, dan nada suara yang memberikan tanda tentang status emosionalnya.

2.5 Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi Pada Remaja


1. Pendidikan
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka komunikasi berlangsung secara
efektif.
2. Pengetahuan
Semakin banyak pengetahuan yang didapat maka komunikasi berlangsung secara efektif.
3. Sikap
Sikap dipengaruhi dalam berkomunikasi. Bila komunikan bersifat pasif/tertutup maka
komunikasi tidak berlangsung secara efektif.
4. Usia tumbuh kembang status remaja
Bila ingin berkomunikasi, maka harus disesuaikan dengan tingkat usia agar komunikasi
tersebut berlangsung secara efektif.
5. Saluran
Saluran sangat penting dalam berkounikasi agar pesan dapat tersampaikan kekomunikan
dengan baik.
6. Lingkungan

7
2.6 Teknik Komunikasi Keperawatan pada Remaja
Komunikasi dengan remaja merupakan sesuatu yang penting dalam menjaga
hubungan dengan remaja, melalui komunikasi ini pula perawat dapat memudahkan
mengambil berbagai data yang terdapat pada diri remaja yang selanjutnya dapat diambil
dalam menentukan masalah keperawatan. Beberapa cara yang digunakan dalam
berkomunikasi dengan remaja, yaitu sebagai berikut.
1. Melalui Orang Lain atau Pihak Ketiga
Cara berkomunikasi ini pertama dilakukan oleh remaja dalam menumbuhkan
kepercayaan diri remaja, dengan menghindari secara langsung berkomunikasi dengan
melibatkan orang tua secara langsung yang sedangberada disamping anak. Selain itu
dapat digunakan dengan cara memberikan komentar tentang sesuatu.
2. Bercerita
Melalui cara ini pesan yang akan disampaikan kepada anak remaja dapat mudah
diterima, mengingat anak sangat suka sekali dengan cerita, tetapi cerita yang
disampaikan hendaknya sesuai dengan pesan yang akan disampaikan, yang akan
diekspresikan melalui tulisan.
3. Memfasilitasi

Memfasilitasi adalah bagian cara berkomunikasi, malalui ini ekspresi anak atau
respon anak remaja terhadap pesan dapat diterima, dalam memfasilitasi kita harus
mampu mengekspresikan perasaan dan tidak boleh dominan , tetapi anak harus
diberikan respons terhadap pesan yang disampaikan melalui mendengarkan dengan
penuh perhatian dan jangan mereflisikan ungkapan negatif yang menunjukan kesan
yang jelek pada anak remaja tersebut.

4. Meminta Untuk Menyebutkan Keinginan


Ungkapan ini penting dalam berkomunikasi dengan anak dengan meminta anak
untuk menyebutkan keinginan dapat diketahui berbagai keluhan yang dirasakan anak
dan keinginan tersebut dapat menunjukan persaan dan pikiran anak pada saat itu.
5. Pilihan Pro Dan Kontra
Penggunaan teknik komunikasi ini sangat penting dalam menentukkan atau
mengetahui perasaan dan pikiran anak, dengan mengajukan pasa situasi yang
menunjukkan pilihan yang positif dan negatif yang sesuai dengan pendapat anak
remaja.

8
6. Penggunaan Skala
Pengunaan skala atau peringkat ini digunakan dalam mengungkapkan perasaan sakit
pada anak seperti pengguaan perasaan nyeri, cemas, sedih dan lain-lain, dengan
menganjurkan anak untuk mengekspresikan perasaan sakitnya.
7. Menulis
Melalui cara ini remaja akan dapat mengekspresikan dirinya baik pada keadaan
sedih, marah atau lainnya dan biasanya banyak dilakukan pada remaja yang jengkel,
marah dan diam.

2.7 Tahapan Komunikasi pada Remaja


1. Tahap Prainteraksi
Mengumpulkan data tentang klien dengan mempelajari status atau bertanya kepada
orang tua tentang masalah yang ada.
2. Tahap Perkenalan
Memberi salam dan senyum pada klien, melakukan validasi, mencari kebenaran data
yang ada, mengobservasi, memperkenalkan nama dengan tujuan, waktu, dan
menjelaskan kerahasiaan klien.
3. Tahap Kerja
Memberi kesempatan pada klien untuk bertanya, karena akan memberitahu tentang
hal yang kurang dimengerti dalam komunikasi, menanyakan keluhan utama.
4. Tahap Terminasi
Menyimpulkan hasil wawancara meliputi evaluasi prosesdan hasil, memberikan
reinforcement positif, tidak lanjut, kontrak, dan mengakhiri wawancara dengan cara
yang baik.

2.8 Hambatan Dalam Komunikasi Pada Remaja


Komunikasi merupakan sesuatu hal yang sangat penting bagi manusia dalam
melakukan interaksi dengan sesame. Kita pada suatu waktu merasakan komunikasi yang
kita lakukan menjadi tidak efektif karena kesalahan dalam menafsirkan pesan yang kita
terima. Hal ini terjadi karena setiap manusia mempunyai keterbatasan dalam menelaah
komunikasi yang disampaikan.

9
Kesalahan dalam menafsirkan pesan bisa disebabkan karena tiga hal yaitu :
1. Hambatan Fisik
a. Sinyal Non Verbal yang Tidak Konsisten.
Gerak-gerik kita ketika berkomunikasi tidak melihat kepada lawan bicara,
tetapi dengan aktifitas kita pada saat ada yang berkomunikasi dengan kita,
mempengaruhi proses komunikasi yang berlangsung.
b. Gangguan Noises
Gangguan ini bisa berupa suara yang bising pada saat kita berkomunikasi,
jarak jauh, dan lain sebagainya.
c. Gangguan Fisik (Gagap, tuli, buta)
Adanya gangguan fisik seperti gagap, tunawicara, tunanetra, dan
sebagainya yang dialami oleh seorang remaja. Terimalah mereka apa adanya,
mereka pasti memiliki potensi unggul lain yang perlu digali. Sebagai perawat, kita
harus siap menerima kenyataan tersebut seraya mencari cara agar tidak terjadi
hambatan komunikasi dengan remaja tersebut, misalnya dengan cara belajar
bahasa yang mereka dapat pahami.
d. Teknik Bertanya yang Buruk
Ternyata kita yang tidak memiliki kemampuan bertanya, tidak akan
sanggup menggali pemahaman orang lain, tidak sanggup mengetahui apa yang
dirasakan orang lain. Oleh karena itu, kembangkan selalu teknik bertanya kepada
orang lain. Bahwa setiap individu memiliki modalitas belajar yang berbeda-beda.
e. Teknik Menjawab yang Buruk
Kesuliatan orang memahami materi yang disampaikan karena komunikator
tidak mampu menjawab dengan baik. Pertanyaan bukannya dijawab, melainkan
dibiarkan. Pertanyaan justru dijawab tidak tepat. Salah satu teknik menjawab yang
buruk adalah komunikator tidak memberikan kesempatan individu menyelesaikan
pertanyaan lalu lngsung dijawab oleh komunikator.
f. Kurang Menguasai Materi
Ini faktor yang sangat jelas. Begitu kita tidak menguasai materi, itulah
hambatan komunikasi. Kompetensi professional salah satu maknanya adalah
menguasai materi secara mendalam bahkan ditambahkan lagi untuk meluas.
g. Kurang Persiapan

10
Bagaimana mungkin proses penyampaian materi atau pembelajaran dapat
optimal jika tidak menyiapkan perencanaan dengan baik.
2. Hambatan Psikologis
a. Mendengar
Biasanya kita mendengar apa yang ingin kita dengar. Banyak hal atau
informasi yang ada di sekeliling kita, namun tidak semua kita dengar dan
tanggapi. Informasi yang menarik bagi kita, itulah yang ingin kita dengar.
b. Mengabaikan Informasi yang Bertentangan Dengan Apa yang Kita Ketahui.
Sering kali kita mengabaikan informasi yang menurut kita tidak sesuai
denga ide, gagasan dan pandangan kita padahal kalau dicermati sangat
berhubungan denga ide kita, padahal ada kalanya gagasan kita yang kurang benar.
c. Menilai Sumber
Kita cenderung menilai siapa yang memberikan informasi. Jika ada seorang
remaja yang memberikan informasi tentang suatu hal, kita cenderung
mengabaikannya.
d. Pengaruh Emosi
Pada keadaan marah, remaja akan kesulitan untuk menerima informasi.
Apapun berita atau informasi yang diberikan, tidak akan diterima dan
ditanggapinya.
e. Kecurigaan
Kembangkan sikap berbaik sangka pada semua orang. Hendaklah berpikir
baik atau positif bahwa materi ini bisa dipahami oleh remaja. Komunikator curiga
pada komunikan akan membawa suasana pembelajaran tidak kondusif.
f. Tidak Jujur
Karakter dasar komunikator mestilah ditampilkan selama pembelajaran
komunikasi pada remaja berlangsung dan juga di luar pembelajaran. Kita harus
jujur, jangan berbohong, jujurlah jika memang tidak tahu.
g. Tertutup
Jika kita memiliki sikap tertutup atau introvert dalam proses pembelajaran,
sebaiknya jangan menjadi komunikator. Sebab dalam prose situ diperlukan
kerjasama, keterbukaan, kehangatan, dan keterlibatan.
h. Dekstuktif

11
Jelas sikap ini akan menjadi penghambat aliran komunikasi pada remaja.
Cegahlah sedini mungkin oleh kita. Jika sikap dekstruktif itu muncul, lakukan
segera penanganannya secara bijak atau sesuai prosedur yang berlaku.

i. Kurang Dewasa
Kita perlu menyadari sikapnya dalam proses pembelajaran. Bedakan ketika
kita berbicara dengan anak, karena kita berkomunikasi dengan seorang remaja
yang mampu tetapi ada hambatan psikologi.
3. Semantik
a. Persepsi yang berbeda
b. Kata yang memiliki arti lain bagi orang yang berbeda
c. Terjemahan yang salah
d. Semantik yaitu pesan bermakna ganda
e. Belum berbudaya baca, tulis, dan budaya diam.

2.9 Penerapan Komunikasi Sesuai Tingkat Perkembangan Remaja


Berkomunikasi dengan anak yang sudah masuk usia remaja (praremaja)
sebenarnya lebih mudah. Pemahaman mereka sudah memadai untuk bicara tentang
masalah yang kompleks. Dalam berkomunikasi dengan remaja, kita tidak bisa
mengendalikan alur pembicaraan, mengatur, atau memegang kendali secara otoriter.
Remaja sudah punya pemikiran dan perasaan sendiri tentang hal yang ia bicarakan.
Contoh respons yang sering diungkapkan oleh orang tua kepada anaknya yang
bisa menyebabkan terputusnya komunikasi adalah mengancam, memperingatkan,
memerintah; menilai, mengkritik, tidak setuju, menyalahkan, menasihati,
menyelesaikan masalah, menghindar, mengalihkan perhatian, menertawakan,
mendesak; memberi kuliah, mengajari, mencemooh, membuat malu, menyelidiki,
mengusut, serta memuji.
Perhatikanlah bagaimana penerapan komunikasi terapeutik pada remaja berikut ini.
1. Komunikasi terbuka
“Bagaimana sekolahmu hari ini?”, “Apa yang membuatmu merasa senang hari ini di
sekolah?”
2. Komunikasi dua arah, yaitu bergantian yang berbicara dan yang mendengarkan.
Jangan mendominasi pembicaraan serta sediakan waktu untuk remaja untuk
menyampaikan pendapatnya.
12
a. Mendengar aktif artinya tidak hanya sekadar mendengar, tetapi juga memahami
dan menghargai apa yang diutarakan remaja. Terima dan refleksikan emosi yang
ditunjukkan.
Misalnya, “Ibu tahu kamu merasa kesal karena diejek seperti itu.”
b. Sediakan waktu yang cukup untuk berkomunikasi dengan remaja. Jika sedang
tidak bisa, katakan terus terang daripada Anda tidak fokus dan memutus
komunikasi dengan remaja.
c. Jangan memaksa remaja untuk mengungkapkan sesuatu yang dia rahasiakan
karena akan membuatnya tidak nyaman dan enggan berkomunikasi. Anak remaja
sudah mulai memiliki privasi yang tidak boleh diketahui orang lain termasuk
orang tuanya.
d. Utarakan perasaan Anda jika ada perilaku remaja yang kurang tepat dan jangan
memarahi atau membentak.
Misalnya, “Mama khawatir sekali kalau kamu tidak langsung pulang ke rumah. Kalau
mau ke rumah teman, telepon dulu agar Mama tenang.”
e. Dorong anak untuk mengatakan hal-hal positif tentang dirinya.
Misalnya, “Aku sedang berusaha menguasai matematika” daripada “Aku payah
dalam matematika”
f. Perhatikan bahasa tubuh remaja. Orang tua harus bisa menangkap sinyal-sinyal
emosi dari bahasa tubuhnya
g. Hindari komentar menyindir atau meremehkan anak. Berikan pujian pada aspek
terbaik yang dia lakukan sekecil apapun h. Hindari ceramah panjang dan
menyalahkan anak.

13
BAB III
SKENARIO STRATEGI PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK

TOPIK : KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA REMAJA

NO KEGIATAN

a Persiapan :
Alat dan bahan : Alat pendukung sesuai kasus misalnya : Tensimeter
Latar/Lingkungan : Rumah Sakit Haryono Ruang Al Mawar 01.
Nama Pemeran :
1. Sherly Amanda Gani
2. Kharisma Khumairo Nabila
3. Riska agustiana
4. Fitria Dewi
5. Qori’atur Rohimah
Pembagian peran :
1. Sherly Amanda Gani (Narator)
2. Kharisma Khumairo Nabila (Perawat 1)
3. Riska Agustiana (Perawat 2)
4. Fitria Dewi (Ibu Klien)
5. Qori’atur Rohimah (Klien)
Karakter pemeran :
1. Sherly Amanda Gani (Ramah)
2. Kharisma Khumairo Nabila (Sabar, ramah, sopan)
3. Riska Agustiana (Ramah, perhatian, lembut)
4. Fitria Dewi (Baik, ramah, sabar)
5. Qori’atur Rohimah (Ramah, sopan)

14
Pengembangan skenario :
1) Fase orientasi
2) Fase kerja
3) Fase terminasi

b Strategi Pelaksanaan Komunikasi


Kasus :
Di sebuah Rumah Sakit Haryono Lumajang tepat di Ruang Al-Mawar No. 01,
terdapat seorang remaja bernama Qoritul Khoiroh berusia 17 tahun yang
mengalami keluhan nyeri dibagian perut.

Rencana tindakan : Pengukuran tekanan darah


SP Komunikasi : Menggunakan komunikasi terapeutik, klien diajak diskusi mengenai
keluhan yang dirasakan, perawat juga mengajak keluarga klien untuk
berkomunikasi dan berdiskusi bersama. Perawat segera memberi solusi terhadap
keluahan-keluhan yang disampaikan oleh klien.
1)
1) Pre orientasi :
Mengecek rekam medik klien, didapatkan biodata, pemeriksaan TTV, dan
keluhan klien.
2) Orientasi
Salam terapeutik :
Perawat dengan sopan memasuki ruangan sambil mengetuk pintu dan
mengucapkan salam. Perawat memperkenal diri, menyampaikan prosedur yang
akan dilakukan dan kontrak waktu 10 menit. Klien dan keluarga klien senantiasa di
ajak berkomunikasi terapeutik mengenai keluhan yang dialami oleh klien dna
perawat segera memberikan solusi terbaik kepada klien.
Validasi dan evaluasi :
Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan yaitu pemeriksaan rutin dan diskusi
mengenai eluhan pasien dan pemberian solusi yang tepat. Klien menyampaikan
segala hal keluhan yang telah dialaminya.
Kontrak :
Perawat sudah kontrak untuk berkomunikasi, pemeriksaan rutin, dan diskusi

15
keluhan klien selama 10 menit.

3) Kerja (Melakukan pengukuran tekanan darah dan hasil pengukuran tekanan


darah adalah 90/60 mmHg.

4) Terminasi
Evaluasi :
Perawat pamit terlebih dahulu mengcapkan salam perpisahan, dan apabila ada
bantuan bisa langsung menemui beliau di ruang perawat. Perawat sudah
kontrak terlebih dahulu besok pagi akan bertemu dengan klien lagi untuk
mengecek kesehatan klien.
Baik mbak, kami permisi mau ke ruang perawat terleih dahulu, apabila
memerlukan sesuatu tinggal memanggil kami atau tekan bel nggih, besok
pagi kami akan menemui ibuk dan mbak qori lagi, permisi
wassalamu’alaikum.

Tindak lanjut :
Melakukan pengukuran tekanan darah mendapat hasil 90/60 mmHg, dan
ditemukan keluhan nyeri pada bagian perut dan pemberian solusi jangan terlalu
berat memikirkan masalah yang dihadapi dan harus bisa mengatur waktu. Dan
menyampaikan pada ahli gizi untuk mengganti nasi dengan bubur sum-sum
agar nyeri pada perut brkurang

Kontrak yang akan datang :


Perawat kontrak akan menemui lagi di hari besoknya pada pagi hari untuk
mengecek kesehtan klien

Pengembangan Skenario
1. Tahap Pra-Interaksi
Mengumpulkan data tentang klien : Ditinjau dari catatan medis/catatan
keperawatan
Keluhan nyeri pada bagian perut.
Nama : Qori’atur Rohimah
16
Usia : 17 tahun
Rumah Sakit : Haryono
Ruang : Al-Mawar 01
Tekanan Darah : 100/80 mmHg
Nadi : 88 x/menit

2. Tahap Orientasi
Perawat 1 : Assalamu’alaikum wr.wb, selamat pagi
Ibu : Wa’alaikumsalam wr.wb, selamat pagi mbak
Perawat 2 : Apa kami diperbolehkan masuk ruangan?
Ibu : Iya mbak monggo
Perawat 1 : Terimakasih bu. Mohon maaf menggangu, saya perawat ... dan ini
rekan saya, perawat ... yang bertugas pada pagi hari ini di ruang
Al-Mawar. Disini kami akan melakukan pemeriksaan rutin dan
berdiskusi mengenai keluhan yang terjadi pada anak ibu kurang
lebih selama 10 menit. Apakah ibu berkenan?
Ibu : Iya mbak berkenan
Perawat 2 : Apa benar anak ibu bernama Qori?
Ibu : Iya mbak
Perawat 1 : Mohon maaf kalau boleh tahu, keluhan yang sekarang dirasakan
mbak Qori ini apa nggih bu?
Ibu : Begini mbak, tadi malam Qori sulit tidur karena perutnya sakit dan
perih
Perawat 2 : Oh begitu ya bu. Begini mbak Qori, misalkan ada skala nyeri 0
sampai 10 dimana skala 0 adalah tidak nyeri sama sekali, 1
sampai 3 termasuk nyeri ringan, 4 sampai 6 temasuk nyeri
sedang, dan 7 sampai 10 adalah nyeri berat. Kira-kira nyeri
yang mbak rasakan termasuk nomor berapa ya?
Klien : Mungkin sekitar 7 mbak
Perawat 2 : Berarti termasuk nyeri berat ya mbak. Memang sebelumnya mbak
suka makan makanan pedas ya?
Klien : Jadi sebelum masuk RS, saya makan gorengan dan cabenya habis
10 biji. Terus setelah itu minum es jeruk karena kepedasan.

17
Padahal sebelumnya dia tidak sarapan
Ibu : Iya mbak. Dan waktu malamnya, Qori mengeluh sakit perut hebat.
Akhirnya saya bawa ke RS bersama suami saya
Perawat 1 : Ibu tidak perlu khawatir karena hal itu sudah sering terjadi pada
remaja sekarang. Untuk solusinya, harus diberikan makanan
yang lunak seperti lontong
Ibu : Tapi anak saya tidak suka lontong mbak. Kalau bubur sum-sum
saja boleh tidak?
Perawat 2 : Oh boleh kok bu. Yang penting ada makanan yang masuk sebagai
pengganti nasi
Ibu : Baik mbak
Tuh dengerin apa kata mbak mbak perawatnya
Klien : Nggih bu
3. Tahap Kerja
Perawat : Baik mbak, sekarang kami akan mencoba mengukur tekanan darah
mbak Qori sebentar ya
Klien : Iya mbak silahkan
Perawat 1 : Permisi ya mbak saya periksa dulu, silahkan dirilekskan terlebih
dahulu tangannya mbak Qori
Klien : Bagaimana mbak hasilnya?
Perawat 1 : Hasil pengukuran tekanan darahnya adalah 90/60 mmHg, itu
menandakan bahwa tekanan darah mbak menurun
Klien : Lalu saya harus bagaimana ya mbak?
Perawat 2 : Begini, untuk mengatasi keluhan yang sekarang mbak Qori rasakan
adalah mbak harus menjaga pola makan yang teratur, jika
makan jangan sampai terlambat, hindari makan makanan pedas
dan asam, serta diiringi istirahat yang cukup
Klien : Lalu bagaimana dengan tekanan darah saya yang rendah?
Klien : Iya mbak sekarang lagi banyak tugas kuliah. Saya juga bingung
membagi waktu antara mengerjakan tugas kuliah dengan
kebutuhan lainnya, jadi makannya sering terlambat, kurang
istirahat juga.
Perawat 1 : Jadi sekarang mbak mengalami stress akibat tugas perkuliahan

18
sehingga kebutuhan dasar lainnya kurang terpenuhi, dan itulah
yang mneyebabkan tekanan darah mbak menurun
Klien : Begitu ya mbak
4. Tahap Terminasi
Perawat 2 : Jadi sekarang agar tekanan darah mbak kembali normal maka
jangan terlalu berat memikirkan masalah yang dihadapi dan
harus bisa mengatur waktu.
Klien : Iya mbak. Mulai sekarang saya akan belajar untuk mengatur waktu
agar kesehatan saya kembali normal dan kebutuhan dasar saya
dapat terpenuhi. Saya juga ingin cepat pulih
Perawat 1 : Baik mbak, kami permisi mau ke ruang perawat terlebih dahulu,
apabila memerlukan sesuatu tinggal memanggil kami atau
tekan bel nggih, besok pagi kami akan menemui ibuk dan mbak
qori lagi, permisi wassalamu’alaikum.

19
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Komunikasi terapeutik pada remaja adalah komunikasi interpersonal antara
perawat dengan klien remaja yang dilakukan secara sadar ketika perawat dengan klien
remaja saling memengaruhi dan memperoleh pengalaman bersama yang bertujuan
untuk membantu mengatasi masalah klien remaja serta memperbaiki pengalaman
emosional klien remaja yang pada akhirnya mencapai kesembuhan klien.
Perkembangan komunikasi pada usia remaja ini ditunjukkan dengan
kemempuan berdiskusi atau berdebat dan sudah mulai berfikir secara konseptual,
sudah mulai menunjukkan rasa malu. Komunikasi yang dapat di lakukan pada usia ini
adalah dengan berdiskusi atau curah pendapat pada teman sebaya, hindari beberapa
pertanyaan yang dapat bikin malu dan jaga kerahasiaan dalam komunikasi mengingat
awal terwujudnya kepercayaan anak dan merupakan masa transisi dalam bersikap
dewasa.
Suasana komunikasi yang kondusif pada remaja adalah saling menghormati,
menghargai, saling percaya, dan terbuka. Dalam berkomunikasi dengan remaja, kita
tidak bisa mengendalikan alur pembicaraan, mengatur, atau memegang kendali secara
otoriter. Remaja sudah punya pemikiran dan perasaan sendiri tentang hal yang ia
bicarakan pada. Komunikasi yang bisa diterima remaja adalah terbuka, dua arah,
mendengar aktif, menyediakan waktu yang cukup, dan jangan memaksa remaja.
3.2 Saran
1. Mahasiswa mampu berkomunikasi dengan remaja lebih efektif karena telah
mengetahui bagaimana prinsip dan strategi berkomunikasi dengan remaja, serta

20
mengetahui hambatan yang akan ditemui pada saat akan berkomunikasi
dengan remaja.
2. Mahasiswa mampu menerapkan tehnik-tehnik komunikasi dan cara
berkomunikasi yang baik dan benar.

DAFTAR PUSTAKA

Anjaswarni, Tri. (2016). Komunikasi dalam keperawatan. Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan

Damaiyanti, Mukhripah. 2010. Komunikasi Terapeutik dalam Praktik Keperawatan.


Bandung: PT Refika Aditama

Abdul Muhith, Sandu Siyoto.2018.Aplikasi Komunikasi Terapeutik Nursing &


Health.Yogyakarta.CV. ANDI OFFSET

Rika Sarfika, Esthika Ariani, Windy Freska. 2018. BUKU AJAR KEPERAWATAN
KEPERAWATAN DASAR 2. Padang. Andalas University Press

21

Anda mungkin juga menyukai