Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH MANAJEMEN PATIENT SAFETY

“PENINGKATAN KOMUNIKASI EFEKTIF ANTAR ANGGOTA TIM KESEHATAN”

OLEH:

KELOMPOK 1(1.C)

1. Fajri Marcelino (173110242)


2. Fatria Surisna (173110243)
3. Luthfiyyah Aprila Wardana (173110252)
4. Mentari Prima Oktaviani (173110254)
5. Putri Prihandini (173110261)
6. Salmi Dianita Nasution (173110267)
7. Silfa Murtafi’ah (173110269)

Dosen Pembimbing:

Ns. Idrawati Bahar, S.Kep. M.Kep

DIII KEPERAWATAN PADANG

POLTEKKES KEMENKES PADANG

2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayah-
Nya, makalah ini dapat diselesaikan oleh mahasiswa walaupun menemui kesulitan.

Kami sebagai mahasiswa menyadari dalam pembuatan makalah yang berjudul


“PENINGKATAN KOMUNIKASI EFEKTIF ANTAR ANGGOTA TIM KESEHATAN” ini
masih terdapat kekurangan dan kesalahan dalam penulisan, oleh karena itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Demikian kata pengantar dari kami mahasiswa, harapan kami agar makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca dan diterima sebagai perwujudan mahasiswa dalam dunia
kesehatan.Dan dapat digunakan sebagaimana mestinya, semoga kita semua mendapat faedah dan
diterangi hatinya dalam setiap menuntut ilmu yang bermanfaat untuk dunia dan akhirat.

Padang, 10 Februari 2018

Mahasiswa
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................. i

DAFTAR ISI................................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.................................................................................................................... 1
B. Rumusan Makalah.............................................................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan Makalah................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Komunikasi....................................................................................................... 3
B. Pengertian Komunikasi Efektif........................................................................................... 3
C. Prinsip Komunikasi Efektif................................................................................................ 3
D. Langkah- Langkah untuk Membangun Komunikasi efektif............................................... 4
E. Pengertian Komunikasi Antar Anggota Tim Kesehatan..................................................... 4
F. Komunikasi Antara Perawat dan Tenaga Kesehatan.......................................................... 4
G. Komunikasi SBAR............................................................................................................. 7

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan......................................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di Indonesia ada berbagai macam profesi dalam kesehatan. Profesi tersebut juga
mengakibatkan banyaknya institusi kesehatan, diantaranya dokter, bidan, ahli gizi, kesehatan
masyarakat, radiologi, teknobiomedik, farmasi, analis kesehatan, dan perawat. Semua profesi
tadi diwajibkan salaing bekerjasama dalam menjalankan profesionalitas profesinya masing-
masing.

Perawat merupakan satu dari banyaknya profesi kesehatan yang ada. Semua profesi
kesehatan yang ada tentu memiliki visi yang sama yakni terwujudnya pelayanan kesehatan yang
prima. Namun dalam pelaksanaannya perawat tidak sendirian. Perawat ditemani oleh dokter,
analis kesehatan, tim kesehatan masyarakat, analis kesehatan, ahli gizi, radiologi dan lainnya.
Kemudian bagaimana caranya supaya tugas antar profesi keperawatan dapat berjalan secara
harmonis dan pelayanan kesehatan menjadi maksimal? Kolaborasi pendidikan dan praktik antar
profesi kesehatan tentunya sangat dibutuhkan. Semua jenis profesi harus mempunyai keinginan
untuk berkolaborasi. Perawat, bidan, dokter, dan semua profesi lain merencanakan dan
mengaplikasikan ilmu yang diperolehnya di bangku pelajar. Ketergantungan antar profesi pun
dapat tetap ada asalakan dalam batas-batas lingkup praktek yang sesuai dengan aturan yang ada.

B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah cara beserta contoh untuk meningkatkan komunikasi efektif antar
anggota tim kesehatan.

C. Tujuan Penulisan Makalah

Tujuan umum:

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar kita semua, khususnya para pembaca
memahami dan bisa melihat gambaran yang sesungguhnya mengenai penimgkatan
komunikasi efektif antar anggota tim kesehatan.
Tujuan Khusus:

1. Diketahuinya pengertian komunikasi efektif antar anggota tim kesehatan


2. Diketahuinya komunikasi perawat dengan anggota tim kesehatan lainnya
3. Diketahuinya teknik komunikasi SBAR perawat dengan tim kesehatan lainnya.
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KOMUNIKASI
Komunikasi adalah Proses mengubah prilaku orang lain. Seseorang dapat mempengaruhi
sikap, pendapat dan prilaku orang lain apabila terjalin komunikasi yang komunikatif ( Hovland
dalam Effendy, 2005).
B. PENGERTIAN KOMUNIKASI EFEKTIF
Komunikasi Efektif adalah komunikasi yang berhasil menyampaikan pikiran dengan
menggunakan perasaan yang disadari ( Effendi, 2005). Sedangkan menurut Walter Lippman
dalam Effendy (2005) bahwa komunikasi efektif adalah komunikasi yang berusaha memilih cara
yang tepat agar gambaran dalam benak dan isi kesadaran dari komentator dapat dimengerti,
diterima bahkan dilakukan oleh komunikan.
C. PRINSIP KOMUNIKASI EFEKTIF
Agar komunikasi menghasilkan komunikasi yang efektif, seseorang harus memahami
prinsip- prinsip dalam berkomunikasi. Prinsip- prinsip komunikasi efektif adalah sebagai berikut:
1) Respect
Respect adalah sikap menghargai setiap individu yang menjadi sasaran pesan yang akan
kita sampaikan.
2) Empathy
Empathy adalah kemampuan seseorang komunikator dalam memahami dan
menempatkan dirinya pada situasi dan kondisi yang dihadapi orang lain. Kominikasi
efektif akan dengan mudah tercipta jika komunikator memiliki sikap empathy.
3) Audible
Audible adalah pesan yang kita sampaikan dapat diterima oleh penerima pesan melalui
media atau derivery channel.
4) Care
Care berarti komunikator memberikan perhatian kepada lawan komunikannya.
Komunikasi yang efektif akan terjalin jika audience lawan komunikan personal merasa
diperhatikan.
5) Humble
Humble adalah sikap rendah hati untuk membangun rasa saling menghargai.

D. LANGKAH – LANGKAH UNTUK MEMBANGUN KOMUNIKASI EFEKTIF


Adapun langkah- langkah untuk membangun komunikasi efektif adalah sebagai berikut :
1) Memahami maksud dan tujuan berkomunikasi
2) Mengenali komunikan
3) Menyampaikan pesan dengan jelas
4) Menggunakan alat bantu yang baik
5) Memusatkan perhatian
6) Menghindari gangguan komunikasi
7) Membuat suasana yang menyenangkan
8) Menggunakan bahasa tubuh ( body language ) yang benar.

E. PENGERTIAN KOMUNIKASI ANTAR ANGGOTA TIM KESEHATAN


Komunikasi antar tim anggota kesehatan merupakan hubungan antara tim anggota
kesehatan yang satu dengan yang lainnya yang terintegrasi dan bertujuan untuk meningkatkan
derajat kesehatan pasien. Komunikasi ini meliputi komunikasi antara perawat dengan dokter,
komunikasi antara perawat dengan perawat, komunikais antara perawat dengan tenaga ahli
respiratorik, kmunikasi antara perawat dengan farmasi dan komunikais antara perawat dengan
ahli gizi, sehingga akan menimbulkan tindakan kolaborasi antar anggota tim kesehatan. Berikut
akan dibahas mengenai komunikasi antar anggota tim kesehatan yang memfokuskan pada
hubungan perawat dengan angggota tim kesehatan lainnya.

F. KOMUNIKASI ANTARA PERAWAT DENGAN TENAGA KESEHATAN

1. Komunikasi antara Perawat dengan Dokter

Hubungan perawat-dokter adalah satu bentuk hubungan interaksi yang telah cukup lama
dikenal ketika memberikan bantuan kepada pasien. Perawat bekerja sama dangan dokter
dalam berbagai bentuk. Perawat mungkin bekerja di lingkungan di mana kebanyakan
asuhan keperawatan bergantung pada instruksi medis. Perawat diruang perawatan intensif dapat
mengikuti standar prosedur yang telah ditetapkan yang mengizinkan perawat bertindak lebih
mandiri. Perawat dapat bekerja dalam bentuk kolaborasi dengan dokter. Contoh dari hubungan
perawatan dengan dokter. Ketika perawat menyiapkan pasien yang baru saja didiagnosa diabetes
pulang kerumah, perawat dan dokter bersama-sama mengajarkan klien dan keluarga begaimana
perawatan diabetes dirumah.
Selain itu komunikasi antara perawat dengan dokter dapat terbentuk saat visit dokter
terhadap pasien, disitu peran perawat adalah memberikan data pasien meliputi TTV, anamnesa,
serta keluhan-keluhan dari pasien, dan data penunjang seperti hasil laboraturium sehingga
dokter dapat mendiagnosa secara pasti mengenai penyakit pasien. Pada saat perawat
berkomunikasi dengan dokter pastilah menggunakan istilah-istilah medis, disinilah
perawat dituntut untuk belajar istilah-istilah medis sehingga tidak terjadi kebingungan
saat berkomunikasi dan komunikasi dapat berjalan dengan baik serta mencapai tujuan yang
diinginkan. Selain contoh di atas masih banyak interaksi yang memungkinkan terjadinya
komunikasi antara perawat dan dokter. Contoh lainnya ketika visite dokter spesialis
anak terhadap salah seorang pasien anak, maka perawat wajib mendampingi dan
perawat akan melaporkan segala bentuk kondisi, tindakan dan perkembangan keaadaan pasien
kepada dokter tersebut. Bila dokter belum jelas mengenai laporan tersebut seperti kondisi tanda
vital pasien tersebut maka dokter akan berkomunikasi dan bertanya dengan perawat
mengenai kondisi pasien tersebut.
Komuniaksi antara perawat dengan dokter dapat berjalan dengan baik apabila dari kedua
pihak dapat saling berkolaborasi dan bukan hanya menjalankan tugas secara individu, perawat
dan dokter sendiri adalah kesatuan tenaga medis yang tidak bisa dipisahkan. Dokter
membutuhkan bantuan perawat dalam memberikan data-data asuhan keperawatan, dan perawat
sendiri membutuhkan bantuan dokter untuk mendiagnosa secara pasti penyakit pasien serta
memberikan penanganan lebih lanjut kepada pasien. Semua itu dapat terwujud dwngan baik
berawal dari komunikasi yang baik pula antara perawat dengan dokter.

2. Komunikasi antara Perawat dengan Perawat

Dalam memberikan pelayanan keperawatan pada klien komunikasi antar tenaga


kesehatan terutama sesama perawat sangatlah penting. Kesinambungan informasi tentang klien
dan rencana tindakan yang telah, sedang dan akan dilakukan perawat dapat tersampaikan apabila
hubungan atau komunikasi antarperawat berjalan dengan baik. Hubungan perawat dengan
perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan dapat diklasifikasikan menjadi hubungan
profesional, hubungan struktural dan hubungan intrapersonal.
Hubungan profesional antara perawat dengan perawat merupakan hubungan yang terjadi
karena adanya hubungan kerja dan tanggung jawab yang sama dalam memberikan pelayanan
keperawatan. Contohnya komunikasi yang terjadi pada saat koordinasi antara perawat A dengan
perawat B pada saat menerima pasien baru dari IGD untuk di berikan perawatan lebih lanjut di
ruang rawat inap. Maka antara perawat A dan perawat B akan menjalin komunikasi. Hubungan
sturktural merupakan hubungan yang terjadi berdasarkan jabatan atau struktur masing – masing
perawat dalam menjalankan tugas berdasarkan wewenang dan tanggungjawabnya dalam
memberikan pelayanan keperawatan. Laporan perawat pelaksana tentang kondisi klien kepada
perawat primer, laporan perawat primer atau ketua tim kepada kepala ruang tentang
perkembangan kondisi klien, dan supervisi yang dilakukan kepala ruang kepada perawat
pelaksana merupakan contoh hubungan struktural. Hubungan interpersonal perawat dengan
perawat merupakan hubungan yang lazim dan terjadi secara alamiah.
Umumnya, isi komunikasi dalam hubungan ini adalah hal- hal yang tidak terkait
dengan pekerjaan dan tidak membawa pengaruh dalam pelaksanaan tugas dan wewenangnya.
Contohnya perawat di suatu ruangan membicarakan mengenai kondisi keluarganya di rumah.
Mereka saling mencurahkan isi hati dan bertukar pikiran, secara otomatis hal ini
memerlukan yang namanya proses komunikasi.

3. Komunikasi antara Perawat aengan Ahli Terapi Respiratorik

Ahli terapi respiratorik ditugaskan untuk memberikan pengobatan yang dirancang untuk
peningkatan fungsi ventilasi atau oksigenasi klien. Perawat bekerja dengan pemberi
terapi respiratorik dalam bentuk kolaborasi. Asuhan dimulai oleh ahli terapi (fisioterapis)
lalu dilanjutrkan dengan dievaluasi oleh perawat. Perawat dan fisioterapis menilai kemajuan
klien secara bersama-sama dan mengembangkan tujuan dan rencana pulang yang
melibatkan klien dan keluarga. Selain itu, perawat merujuk klien ke fisioterapis untuk
perawatan lebih jauh. Contoh komunikasi antar perawat dengan ahli terapi respiratorik
misalnya : Perawat merawat seseorang yang mengalamai PPOK dan merujuk klien tersebut
pada ahli terapis respiratorik untuk belajar latihan untuk menguatkaan otot-otot lengan
atas, untuk belajar bagaimana menghemat energy dalam melakukan aktivitas sehari-hari, dan
belajar teknik untuk mempertahankan bersihan jalan nafas.

4. Komunikasi antara Perawat dengan Ahli Farmasi

Seorang ahli farmasi adalah seorang profesional yang mendapat izin untuk merumuskan
dan mendistribusikan obat-obatan. Ahli farmasi dapat bekerja hanya di ruang farmasi atau
mungkin juga terlibat dalam konferensi perawatan klien atau dalam pengembangan sistem
pemberian obat. Perawat memiliki peran yang utama dalam meningkatkan dan mempertahankan
dengan mendorong klien untuk proaktif jika membutuhkan pengobatan. Dengan demikian,
perawat membantu klien membangun pengertian yang benar dan jelas tentang pengobatan,
mengkonsultasikan setiap obat yang dipesankan, dan turut bertanggung jawab dalam
pengambilan keputusan tentang pengobatan bersama tenaga kesehatan lainnya. Perawat harus
selalu mengetahui kerja, efek yang dituju, dosis yang tepat dan efek smaping dari semua obat-
obatan yang diberikan. Bila informasi ini tidak tersedia dalam buku referensi standar seperti
buku-teks atau formula rumah sakit, maka perawat harus berkonsultasi pada ahli farmasi.
Saat komunikasi terjadi maka ahli farmasi memberikan informasi tentang obat-obatan
mana yang sesuai dan dapat dicampur atau yang dapat diberikan secara bersamaan. Kesalahan
pemberian dosis obat dapat dihindari bila baik perawat dan apoteker sama-sama mengetahui
dosis yang diberikan. Perawat dapat melakukan pengecekkan ulang dengan tim medis bila
terdapat keraguan dengan kesesuaian dosis obat. Selain itu, ahli farmasi dapat menyampaikan
pada perawat tentang obat yang dijual bebas yang bila dicampur dengan obat-obatan yang
diresepkan dapat berinteraksi merugikan, sehingga informasi ini dapat dimasukkan
dalam rencana persiapan pulang. Seorang ahli farmasi adalah seorang profesional yang mendapat
izin untuk merumuskan dan mendistribusikan obat-obatan. Ahli farmasi dapat bekerja hanya di
ruang farmasi atau mungkin juga terlibat dalam konferensi perawatan klien atau dalam
pengembangan sistem pemberian obat. Contoh, ketika perawat mengamprah obat di apotek maka
antara perawat dengan apoteker akan menjalin komunikasi. Perawat akan meminta obat sesuai
dengan kebutuhan pasien. Sedangkan apoteker akan memberikan obat beserta penjelasan terkait
obat tersebut. Perawat mendengarkan dengan baik lalu memilah dan mengeceknya.
5. Komunikasi antara Perawat dengan Ahli Gizi

Kesehatan dan gizi merupakan faktor penting karena secara langsung berpengaruh
terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM). Pelayanan gizi di RS merupakan hak setiap
orang dan memerlukan pedoman agar tercapai pelayanan yang bermutu. Agar pemenuhan gizi
pasien dapat sesuai dengan yang diharapkan maka perawat harus mengkonsultasikan kepada ahli
gizi tentang obat–obatan yang digunakan pasien, jika perawat tidak mengkonunikasikannya
maka dapat terjadi pemilihan makanan oleh ahli gizi yang bisa saja menghambat absorbsi dari
obat tersebut. Jadi diperlukanlah komunikasi dua arah yang baik antara perawat dengan ahli gizi.

G. KOMUNIKASI SBAR
a. Definisi SBAR
SBAR adalah Metode terstruktur untuk mengkomunikasikan informasi penting
yang membutuhkan perhatian segara dan tindakan berkontribusi terhadap eskalasi yang
efektif dan meningkatkan keselamatan pasien Menurut Rofii (2013).
1) Situation : Bagaimana situasi yang akan dibicarakan/dilaporkan?
Menyebutkan Nama lengkap pasien, tanggal lahir pasien, secara singkat permasalahan
pasien saat ini, kapan mulai terjadi dan seberapa berat . Situasi dan keadaan pasien yang
teramati saat itu.
2) Background: Apa latar belakang informasi klinis yang berhubungan dengan situasi?
Penyampaian latar belakang klinis atau keadaan yang melatar belakangi permasalahan,
meliputi catatan rekam medis pasien, diagnosa masuk RS, informasi hal-hal penting
terkait : Kulit/ ekstremitas, pasien memakai/ tidak memakai oksigen, obat- obatan
terakhir, catatan alergi, cairan IV line dan hasil laboratorium terbaru. Hasil- hasil
laboratorium berikut tanggal dan jam masing-masing test dilakukan. Hasil-hasil
sebelumnya sebagai pembanding, informasi klinik lainnya yang kemungkinan diperlukan.
3) Assesement : Berbagai hasil penilaian klinis perawat
Penyampaian penilaian (Assesement) terhadap situasi dan keadaan pasien yang dapat
diamati saat itu, berdasarkan pengkajian dan observasi saat itu.
4) Recomendation : Apa yang perawat inginkan terjadi dan kapan?
lanjut terhadap kondisi / keadaan permasalahan kesehatan pasien saat itu.
a. Write : Tulis rekomendasi pemberi perintah / informasi ke dalam dokumen medik.
b. Read Back : Baca ulang tulisan tersebut dan eja obat- obat high alert
c. Confirmation : tanyakan kebenaran ucapan atau tulisan atau ada rekomendasi
tambahan lain, baca ulang secara keseluruhan isi rekomendasi.

b. Kelebihan Komunikasi SBAR (Rodgers 2007).


1) Menyediakan cara yang efektif dan efesien untuk menyampaikan informasi dan timbang
terima
2) Menawarkan cara sederhana untuk membakukan komunikasi dengan menggunakan
elemen komunikasi SBAR
3) Menghindari kesalahan dalam proses komunikasi timbang terima pasien.
4) Menciptakan metode yang sama dalam proses timbang terima.

c. Manfaat Komunikasi SBAR (Rotgers, 2007)


1) Dapat digunakan lagi untuk keperluan yang bermanfaat
2) Mengkomunikasikan kepada tenaga perawat dan tenaga kesehatan lainnya tentang apa
yang sudah dan akan dilakukan kepada pasien.
3) Bermanfaat untuk pendataan pasien yang akurat karena berbagai informasi mengenai
pasien telah dicatat (Suarli & yayan , 2010).

d. Keuntungan Dokumentasi SBAR :


1) Kekuatan perawat berkomunikasi secara efektif
2) Dokter percaya pada analisa perawat karena menunjukkan perawat paham akan kondisi
pasien.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Dalam melaksanakan tugasnya, perawat tidak dapat bekerja tanpa berkolaborasi


dengan profesi lain. Profesi lain tersebut diantaranya adalah dokter, ahli gizi, apoteker dsb.
Setiap tenaga profesi tersebut mempunyai tanggung jawab terhadap kesehatan pasien. Bila
setiap profesi telah dapat saling menghargai, maka hubungan kerja sama akan dapat terjalin
dengan baik. Selain itu perawat juga mempunyai tanggung jawab dan memiliki untuk:
1. Perawat senantiasa memelihara hubungan baik antara sesama perawat dan
dengan tenaga kesehatan lainnya, baik dalam memelihara kerahasiaan suasana
lingkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara
menyeluruh.
2. Perawat senantiasa menyebarluaskan pengetahuan, keterampilan dan
pengalamannya kepada sesama perawat serta menerima pengetahuan dan
pengalaman dari profesi lain dalam rangka meningkatkan kemampuan dalam
bidang keperawatan.
3. Perawat merupakan kesatuan integral dengan tenaga kesehatan lainya yang tak
bisa dipisah – pisahkan dan disendirikan.
Sehingga komunikasi sebagai dasar pembentuk hubungan yang baik harus ditekankan
pada setiap tim kesehatan sebagai upaya yang berfokus pada peningkatan mutu
pelayanan dan derajat kesehatan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Potter & Perry. 2006. Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik.
Jakarta : EGC

https://evilprincekyu.wordpress.com/2013/03/18/komunikasi-perawat-dengan-tenaga-kesehatan/

https://dokumen.tips/documents/komunikasi-antar-anggota-tim-kesehatan.html

Anda mungkin juga menyukai