Anda di halaman 1dari 13

Hubungan Air dengan Penularan Penyakit dan Masalah

Kesehatan
Macam-macam sumber air yang dipergunakan oleh masyarakat di Indonesia yaitu air
permukaan, adalah air yang terdapat pada permukaan tanah, misalnya air sungai, air rawa dan air
danau. Air tanah yang tergantung kedalamannya bisa di sebut air tanah dangkal atau air tanah
dalam. Air angkasa yaitu air yang berasal dari atmosfir seperti hujan dan salju (Slamet, 2009).

Sebagai tindakan monitoring dan deteksi dini terhadap potensi pencemaran terhadap
sumber air bersih, dilakukan kegiatan inspeksi sanitasi. Risiko pencemaran sumber air
merupakan kualifikasi penilaian terhadap keadaan sumber air bersih yang digunakan penduduk
terhadap kemungkinan kontaminasi kotoran atau pencemaran air. Pencemaran air dapat berasal
dari kondisi sekitar sumber air bersih seperti kontaminasi tinja, sampah, air limbah maupun
kotoran hewan. Pencemaran air dapat juga berasal kondisi konstruksi sumber air bersih serta cara
pengambilan air.

Sebagaimana kita ketahui, keberadaan air di dalam tubuh manusia, berkisar antara 50-
70% dari seluruh berat badan yang tersebar di seluruh bagian tubuh. Pentingnya air bagi
kesehatan dapat dilihat dari jumlah air dalam tubuh dimana apabila terjadi kehilangan air 15%
dari berat badan dapat mengakibatkan kematian. Karena itu orang dewasa perlu minum paling
sedikit 1,5-2 liter air per hari.

Istilah water borne disease terutama dimaksudkan untuk jenis infeksi yang terutama
ditularkan melalui kontak  atau mengkonsumsi air yang terinfeksi. Namun istilah ini juga dapat
merujuk pada penyakit seperti malaria atau DHF sebagai “waterborne” terutama karena nyamuk
memiliki fase air dalam siklus hidup mereka. Sedangkan mikroorganisme yang secara spesifik
menyebabkan penyakit yang ditularkan melalui air diantaranya protozoa dan bakteri, banyak
parasit usus, atau menyerang jaringan atau sistem peredaran darah melalui dinding saluran
pencernaan. Berbagai penyakit ditularkan melalui air lainnya disebabkan oleh virus, parasit
metazoan, nematoda tertentu, dan lain sebagainya.
Sedangkan menurut Chandra (2007), penyakit-penyakit yang berhubungan dengan air
berdasarkan cara penularannya ada beberapa kelompok. Mekanisme penularan penyakit terbagi
menjadi 4 bagian, yaitu:

Waterborne mechanism : Adalah kuman patogen dalam air yang dapat menyebabkan penyakit
pada manusia ditularkan kepada manusia melalui mulut atau system pencernaan. Seperti : kolera,
tifoid, hepatitis, disentri dan poliomyelitis. Watherwashed mechanism :Mekanisme penularan ini
berkaitan dengan kebersihan umum dan perorangan. Pada mekanisme ini terdapat tiga cara
penularan, yaitu:

1. Infeksi melalui alat pencernaan, seperti diare pada anak-anak


2. Infeksi melalui kulit dan mata, seperti scabies dan trachoma
3. Penularan melalui binatang pengerat seperti pada penyakit leptospirosis 

Water-based mechanism : Penyakit yang ditularkan dengan mekanisme ini memiliki agens
penyebab yang menjalani sebagian siklus hidupnya di dalam tubuh vektor atau sebagai
intermediate host yang hidup di dalam air. Contohnya: skistosomiasis dan penyakit akibat
Dracunculus medinensis

Wather-related insect vector mechanism :Agens penyakit ditularkan melalui gigitan serangga
yang berkembang biak di dalam air. Contoh: filariasis, dengue, malaria dan yellow fever.

Infeksi terjadi jika mikroorganisme bertumbuh dan mengalahkan mekanisme pertahanan


tubuh. Jika mikroorganisme ini merusak tubuh maka disebut pathogen. Suatu pathogen harus
berkembang biak dalam tubuh untuk dapat meenimbulkan infeksi. Virulensi adalah istilah yang
digunakan untuk menjelaskan mikroorganisme yang diperlukan untuk mengakibatkan infeksi.
Mikroorganisme dapat tumbuh pada seluruh tubuh (infeksi sistemik) atau pada area tertentu,
misalnya pada abses. Pada infeksi sitemik, mikroorganisme menyebar melalui darah. (James;
Baker; et all, 2002)

Penyebab infeksi bisa berupa virus, bakteri, jamur, protozoa atau parasit. Beberapa
mikroorganisme yang menyebabkan infeksi dapat memproduksi toksin, saat bakteri tumbuh,
eksotoksin disekresi dari bakteri. Toksin ini dapat menyebabkan kerusakan pada tubuh yang jauh
dari lokasi infeksi awal karena toksin ini dapat menyebar. Misalnya toksin tetanus yang
menyebabkan paralisis spastic tetapi pada umumnya memasuki tubuh melalui luka tusuk.
(Brashers, 2007; James; Baker, 2002)

 A. Agen Penyebab Infeksi

1. Klamidia, Ricketsia dan Mikoplasma

            Agen penyebab infeksi ini serupa dengan bakteri, tetapi tidak memiliki struktur tertentu
(mikoplasma tidak memiliki dinding sel) atau kemampuan metabolic (klamidia tidak dapat
mensitesis adenosine trifosfat (ATP)) klamidia dan ricketsia merupakan mikroba intrasel oligat,
sedangkan mikoplasma merupakan jenis terkecil dari semua mikroba yang hidup bebas.
(Mitchell, 2008)

1. Klamidia menyebabkan infeksi urogenital, konjungtivis, trakoma, dan infeksi pernapasan.


(Corwin, 2009)
2. Mikoplasmaa menyebabkan pneumonia atipik dan uretritis nongonokokus.
3. Ricketsia ditularkan lewat vector serangga yang meliputi kutu , sengkenit (Rocky
Mountain spotted Fever) serta tungau ( penyakit scrub thypus) dan menyebabkan
vaskulitis hemoragik.

Macam –macam mikrobiologi :

1. Fungi

Fungi merupakan eukariota dengan dinding sel yang tebal dan mengandung kitim.
Organisme ini tumbuh didalam tubuh manusia sebagai sel ragi bertunanas dan struktur silinder
berbentuk hifa.

1. Pada orang sehat, jamur menimbulkan infeksi superficial. Misalnya athele’s foot yang
diisebabkan oleh tinea, absesatau granuloma.
2. Pada hospes yang kekebalannya terganggu, jamur yang oportunis (Candida, Aspergilus,
dan Mucor) menyebabkan infeksi sistemik dengan nekrosis jaringan, perdarahan dan
penyumbatan vaskuler.
3. Pada pasien AIDS, jamur oportunis Pneumocytis jiroveci menyebabkan pneumonia.

3. Protozoa

Protozoa merupakan eukariota bersel tunggal yang motil(dapat bergerak). Mikroorganisme


ini dapat melakukan replikasi dalam sel (Plasmodium di dalam eritrosit, Leishmania di sel
makrofag atau di luar sel dalam urogenital, usus, dan darah ). (Mitchell, 2008)

1. Trichomonas vaginalis ditularkan lewat hubungan seksual


2. Protozoa intestinal (Entamoeba hystolitica dan Giardia lambia) menyebabkan infeksi
jika mikroorganisme ini tertelan.
3. Protozoa yang dibawa dalam darah (spesien Plasmodium dan Lesihmania) ditularkan
oleh serangga penghisp darah.

4. Helmintes

Cacing gilik (nematoda) menimbulkan infeksi pada intestinum( Ascaris, cacing tambang, dan
Strongyloides) atau jaringan tubuh (filaris serta Trichinella). Cacing pipih  (cestoda) merupakan
cacing pita bersegmen yang hidup di dalam lumen usus. (Mitchell, 2008)

5. Ektoparasit

Ektoparasit merupakan  artropoda yang melkat dan hidup pada kulit. Parasit ini menjadi vector
untuk  agen pathogen lainnya.

B. Cara Mikroorganisme Menyebabkan Penyakit

Agen penyebab infeksi merusak jaringan tubuh dengan :

1. memasuki sel dan secara langsung menyebabkan kematian sel


2. melepaskan toksin yang membunuh sel tubuh pada tempat yang jauh
3. melepaskan enzim yang menguraikan komponen jaringan atau merusak pembuluh darah
4. menimbulkan respons inflamasi sel hospes yang secara langsung dapat ikut menyebabkan
kerusakan jaringan. (Mitchell,2008)
    C. Infeksi Bakterial

1. Infeksi Bakteri Gram Positif

Stafilokokus dan streptokokus merupakan kokus yang hidunya komensal. Corynebacterium


diphteriae, L. monocytogenes dan B. anthracis merupakan basil (kuman berbentuk batang

a) Infeksi Stafilokkokus

 Aureus menyebabkan infeksi kulit, osteomielitis, pneumonia, endokarditis, keracunan


pangan dan sindrom toksis syok.
 Faktor virulensi meliputi :
 Protein permukaan yang memungkinkan pelekatan pada sel hospes
 Enzim yang menguraikan protein hospes dengan menggalakkan invasi dan destruksi
jaringan
 Toksin yang merusak membrane sel hospes.

b) Infeksi Streptokokus

Kokus gram positif anaerob obligat atau fakultatif ini tumbuh berpasangan atau berbentuk rantai.
Bakteri ini diklasifikasikan lewat pola hemolisis pada agar darah. β (hemolisis total atau clear
hemolysys), α (hemolisis parsial atau green hemolysisi), dan γ (tidak terjadi hemolisis)

 Streptococcus β- hemolyticus dikelompokkan berdasar antigen karbohidratny, meliputi :


 Streptococcus pyogenes (group A), menyebabkan faringitis, scarlet fever, erysipelas,
impetigo, demam rematik, sindrom toksis syok, dan glomerulonefritis.
 Streptococcus agalactiae (group B) membentuk koloni dalam traktuss urogenital wanita
dan menyebabkan korioamnionitis pada kehamilan. (Mitchell, 2008)
 Streptococcus α-hemolyticus meliputi :
 penumoniae, kuman yang umumnya menyebabkan community acquired pneumonia dan
meningitis pada dewasa
 Enterococcus menyebabkan endokarditis dan infeksi saluran kemih
 Stretococcus membawa beberapa faktor virulensi :
 Kapsula yang resisten terhadap fagositosis (S. pyogenes dan S. penumoniae)
 Protein- M yang mengahmbat lintasan alternative aktivasi komplemen (S. pyogenes)
 Pneumolisin yang menghancurkan membrane sel hospes dan merusak jaringan tubuh (S.
pneumoniae)

c) Difteri

Diphtheria merupakan penyakit yang dapat membawa kematian dan ditandai oleh
membrane pada tempat pertumbuhan C. diphtheria di dalam orofaring, kerusakan yang
dimediasi oleh eksotoksin pada jantung, saraf dan organ lainnya. Toksin difteri
merupakan toksin dua komponen yang dikode faga. Subunit A menyekat sintesis protein
melalui ribosilasi ADP pada faktor elongasi- 2 (yang menyebabkan inaktivasi), fragmen
B terikat pada permukaan sel dan memudahkan masuknya subunit A. pelepasan toksin
dalam faring menyebabkan nekrosis epitel dengan eksudat fibrinosupuratif. (Timmreck,
2004; Mitchell, 2008)

d) Listeriosis

1. monocytogenes merupakan basil gram positif intrasel fakultatif. Listeria menyebabkan


sepsis yang didapat dari makanan dan meningitis pada orang yang berusia lanjut atau
yang kekebalannya terganggu di samping menyebabkan infeksi plasenta pada ibu hamil
dengan konsekuensi infeksi neonatal (infantiseptika granulomatosis)
2. monocytogenes memasuki sel-sel epitel dengan mengikat E-cadherin dan menstimulasi
fagositosis, kemudian basil tersebut menggunakan listeriolisin O dan dua enzim
fosfolipase untuk menguraikan membrane fagolisosom sehingga bisa lepas ke dalam
sitoplasma. L. monocytogenes menimbulkan inflamasi eksudatif dengan sejumlah besar
sel neutrofil.

e) Antraks

B.anthracis merupakan basil gram positif yang membentuk spora dan sering ditemukan pada
hewan yang berkontak dengan tanah yang terkontaminasi spora tersebut. Manusia tertular
antraks lewat pajanan dengan produk hewan yang terkontaminasi.  (Timmreck, 2004)
 Ada tiga sindrom antraks yang penting:
 Kutaneus: papula yang gatal tanpa rasa nyeri, tumbuh menjdi vesikel edematosa, diikuti
oleh pembentukan eskar berwarna hitam
 Inhalasi: dengan cepat menimbulkan sepsis, syok, dan kematian.
 Gastrointestinal : tertular karena makan daging yang terkontaminasi, menyebabkan diare
berat yang mengandung darah dan kerapkali kematian. (Mitchell, 2008)

2. Infeksi bakteri gram negatif

1) Infeksi Neiseria

Neiseria merupakan diplokokus rgam negative aerob

 meningitidis menyebabkan meningitides menyebabkan meningitis bacterial pada individu


yang umumnya berusia 5 hingga 19 tahun.
 Bakteri membentuk koloni pada orofaring dan menyebar lewat jaliur pernafasan.
Meningitis terjadi ketika mereka tinggal dalam lingkungan yang sesak tertular serotype
neiseria sementara tubuh tidak imun terhadap serotype tersebut.
 gonorrhoeae merupakan infeksi menular seksual oleh bakteri.
 Pada laki-laki, gonorrhoeae menyebabkan uretitis simptomatik
 Pada wanita dapat menyebabkan penyakit radang pelvis, infertilitas dan kehamilan
ektopik. (Mitchell, 2008)

2) Batuk Rejan

Bordetella pertussis merupakan kokobaasil gram negative. (Corwin, 2008)

 Batuk rejan (pertusis) merupakan penyakit menular yang ditandai oleh serangan batuk
spasmodic yang kuat. Toksin pertusis ADP melakukan ribolisasi dan inaktivasi protein
yang mengikat nukleotida guanine, sebagai akibatnya protein G tidak dapat
menghantarkan sinyak reseptor membrane plasma.
 Infeksi ini menyebabkan laringotrakeobronkitis dengan erosi mukosa dan eksudat
mukopurulen yang disertai limfositosis perifer.
3) Infeksi Pseudomonas

Pseudomonas aeruginosa merupakan basil gram negative aerob yang hidup oportunis.

 Kuman pathogen ini sering terlihat pada pasien fibrosisi kistik, luka bakar, neutropenia
 Pada pasien kistik fibrosis, Pseudomonas aeruginosa dalam paru mensekresikan
eksopolisakarida( alginate) yang membentuk biofilm berlendir untuk melindungi bakteri
tersebut dari antibody, komplemen, sel fagosit dan antibiotic.
 Pada penderita neutropenia, pneumonia Pseudomonas dapat menyebabkan nekrosis
jaringan yang luas lewat invasi vaskuler dengan thrombosis yang timbul kemudian.
(Corwin, 2009)

4) Penyakit Pes

Yersinia merupakan bakteri intrasel gram negative dengan tiga spesies yang penting secara
klinis:

 Yersinia pestis menyebabkan penyakit pes (plaque). Iuman ini ditularkan dari hewan
pengerat (rodensia) kepada manusia lewat gigitan atau secara aerosol
 Yersinia enterolitica atau Yersinia pseudotuberculosis menyebabkan limfadenitis
mesenterika dan ileitis yang ditularkan lewat jalur dekal-oral
 Penyakit pes menyebabkan pembesaran kelenjar getah bening, pneumonia, atau sepsis
dengan proliferasi bakteri yang massif, nekrosis jaringan dan infiltrasi sel neutrofil.
(Timmreck, 2004)

5) Granuloma Inguinale

Granuloma inguinale merupakan penyakit menular seksual yang disebabkan oleh


Calymmatobacterium donovani, suatu kokobasilus berkapsul yang ukurannya sangat kecil.

 Infeksi dimulai sebagai papul pada daerah genitalia atau daerah ekstragenital (mukasa
oral atau faring) yang mengalami ilserasi dan granulasi untuk membentuk massa yang
lunak tanpa rasa nyeri.
 Jika dibiarkan tanpa pengobatan, lesi tersebut dapat membentuk parut dan menyebabkan
striktur pada uretra, vulva atau anus.

3. Mikobakteri

Mikobakteri (Mycobacteria) merupakan basil aerob yang tumbuh dalam bentuk rantai dan
memiliki dinding sel berlilin (wax) yang tersusun dari asam mikolat. Dinding sel tersebut dapat
menahan zat warna tertentu sesudah dilakukan pewarnaan basil tahan asam.

a. Tuberkulosis

1. tuberculosis menyebabkan penyakit tuberculosis. (Timmreck, 2004)

 Hasil akhir yang berkaitan dengan infeksi tuberculosis tergantung pada imunitas hospes.
Respon imun dapat mengendalikan infeksi maupun ikut menimbulkan manifestasi
patologik penyakit tersebut:
 Sel-sel makrofag memfagositosis tuberculosis yang terinhalasi setelah pengikatan
lipoarabinomanan dinding bakteri di sambping pengikatan komplemen yang melakukan
opsonisasi pada bakteri tersebut.
 Di dalam sel makrofag, tuberculosis menyekat fusi fagososm-lisosom sehingga
memungkinkan proliferasi bakteri tanpa terkendali dalam fagosom
 Dalam waktu 2 hingga 4 minggu setelah infeksi, limfosit T yang spesifik untuk
tuberculosis mengadakan proliferasi dan memproduksi IFN-γ (interferon-γ)
 IFN-γ mengaktifkan sel-sel makrofag untuk membunuh bakteri lewat enzim nitrogen
oksida sintase yang bisa diinduksi dan menghasilkan nitrogen oksida (NO) yang bersifat
bakterisida. (Mitchell,2008)
 Tuberkulosis primer terjadi pada orang yang belum pernah terkena sebelumnya.
 95% menderita infeksi asimptomatik dengan focus infeksi yang laten dan persisten pada
paru. 5% menderita infeksi simptomatik dengan konsolisadi lobaris, adenopati hiler dan
efusi pleura’
 Penyebaran limfohematogen yang jarang terjadi dapat menyebabkan meningitis
teberkulosis dan tuberculosis milier.
 Tuberkulosis sekunder terjadi pada hospes yang sudah terkena sebelumnya
 Infeksi biasanya terjadi karena reaktivasi infeksi laten ketika daya tahan imun melemah
 Secara khas, infeksi menyebabkan kavitasi pada apeks lobus paru bagian atas dengan
diserta demam yang tidak begitu tinggi, keringat malam, dan penurunan berat badan.

6) Infeksi Virus
a. Campak (Rubeola)

Penyakit campak disebabkan Infeksi oleh paramiksovirus RNA ini merupakan penyebab
kematian di seluruh dunia dan bisa dicegah dengan vaksinasi. Agent campak adalah measles
virus yang termasuk dalam famili paramyxoviridae anggota genus morbilivirus. Virus campak
sangat sensitif terhadap temperatur sehingga virus ini menjadi tidak aktif pada suhu 37 derajat
Celcius atau bila dimasukkan ke dalam lemari es selama beberapa jam. Dengan pembekuan
lambat maka infektivitasnya akan hilang. (Timmreck, 2004; Yatim ,2001)

Komplikasi Penyakit Campak :

Menurut Mitchell (2008) dan Yatim (2001) ,pada penderita campak dapat terjadi komplikasi
yang terjadi sebagai akibat replikasi virus atau karena superinfeksi bakteri antara lain:

1. Ensefalitis

Dapat terjadi sebagai komplikasi pada anak yang sedang menderita campak atau dalam satu
bulan setelah mendapat imunisasi dengan vaksin virus campak hidup, pada penderita yang
sedang mendapat pengobatan imunosupresif dan sebagai Subacute sclerosing panencephalitis
(SSPE). Angka kejadian ensefalitis setelah infeksi campak adalah 1 : 1.000 kasus, sedangkan
ensefalitis setelah vaksinasi dengan virus campak hidup adalah 1,16 tiap 1.000.000 dosis.

SSPE jarang terjadi hanya sekitar 1 per 100.000 dan terjadi beberapa tahun setelah infeksi
dimana lebih dari 50% kasus-kasus SSPE pernah menderita campak pada 2 tahun pertama umur
kehidupan. Penyebabnya tidak jelas tetapi ada bukti-bukti bahwa virus campak memegang
peranan dalam patogenesisnya. SSPE yang terjadi setelah vaksinasi campak didapatkan kira-kira
3 tahun kemudian. (Corwin, 2009)
2. Bronkopneumonia

Dapat disebabkan oleh virus morbilia atau oleh Pneuomococcus, Streptococcus,


Staphylococcus. Bronkopneumonia ini dapat menyebabkan kematian bayi yang masih muda,
anak dengan malnutrisi energi protein, penderita penyakit menahun misalnya tuberkulosis,
leukemia dan lain-lain.

3. Kebutaan

Terjadi karena virus campak mempercepat episode defisiensi vitamin A yang akhirnya dapat
menyebabkan xeropthalmia atau kebutaan.

7) Virus Hepatitis B

Penyakit Hepatitis B disebabkan oleh Virus Hepatitis B (VHB) yang bersifat akut atau
kronik dan termasuk penyakit hati yang paling berbahaya dibanding dengan penyakit hati yang
lain karena penyakit Hepatitis B ini tidak menunjukkan gejala yang jelas, hanya sedikit warna
kuning pada mata dan kulit disertai lesu.  Komplikasi dari VHB ini dapat menyebabkan sirosis
hati. (Misnadiarly, 2007; Corwin, 2009)

Virus hepatitis B merupakan kelompok virus DNA dan tergolong dalam famili
Hepadnaviridae. Nama famili Hepadnaviridae ini disebut demikian karena virus bersifat
hepatotropis dan merupakan virus dengan genom DNA. Termasuk dalam family ini adalah virus
hepatitis Woodchuck (sejenis marmot dari Amerika Utara) yang telah diobservasi dapat
menimbulkan karsinoma hati, virus hepatitis B pada bebek Peking dan bajing tanah (ground
squirrel).  (Zain, 2006)

8) Penyakit Dengue Hemorrhagic Fever

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
sejenis virus yang tergolong arbovirus (Arthropod- borne viruses). Artinya virus yang yang
ditularkan melalui gigitan arthropoda misalnya nyamuk aedes aegypti (betina). Arthropoda akan
menjadi sumber infeksi selama hidupnya sehingga selain menjadi vector virus dia jua menjadi
hospes reservoir.

Spectrum penyakitnya berkisar dari penyakit akut yang ringan (demam, sakit kepala, ruam,
mialgia, neutropenia, serta trombositopenia) hingga gangguan hemidinamik berat dan syok yang
bisa membawa kematian.. (Mitchell, 2008)

9) Infeksi Virus Herpes Simpleks

Penyakit herpes disebabkan oleh virus, yaitu Herpes simplex tipe 1 (HSV-1) atau Herpes
simplex tipe 2 (HSV-2). Gejalanya yaitu berupa luka pada kulit yang terkena virus, dan disertai
dengan rasa nyeri serta panas, kemudian diikuti dengan lepuhan seperti luka bakar dan demam.
Lepuhan-lepuhan kulit yang menjadi ciri khas herpes akan mengelupas dengan atau tanpa
pengobatan. Terkadang penderita tetap merasa nyeri dan panas meskipun lepuhan-lepuhan itu
sudah kering dan mengelupas. Hal itu disebabkan karena virus herpes menyerang bagian saraf.
(Corwin, 2009; Mitchell, 2008)

Komplikasi virus Herpes Simplex 1 dapat menginfeksi mata, menyebabkan kebutaam


(keratokonjungtivitis). Infeksi herpes simplex 2 primer selama kehamilan dapat menyebabkan
kerusakan susunan saraf pusat janin sehingga terjadi kebutaan dan retardasi mental. (Corwin,
2009)

10) Infeksi Virus Herpes Zoster

Herpes zoster adalah penyakit herpes yang disebabkan oleh virus Varicella zoster, yaitu virus
yang juga menyebabkan cacar air. VZV menginfeksi membrane mukosa, kulit serta neuron
dengan menimbulkan infeksi laten di ganglia saraf sensorik. Virus Varicella zoster ditularkan
lewat aerosol, menyebar secara hematogen dan menyebabkan lesi vesikuler kulit yang dimulai di
daerah badan kemudian ke ekstremitas dan kepala. (Lubis, 2009; Mitchell, 2008)

Komplikasi pada herpes zoster menurut Lubis (2009) ialah :

1. Infeksi sekunder pada kulit yang disebabkan bakteri


2. Postherpetic neuralgia (PHN)
3. Pada daerah ophthalmic dapat terjadi keratitis, episcleritis, iritis, dan papilitis dan
kerusakan syaraf
4. Meningoencephalitis
5. Terbentuk scar.

  

Anda mungkin juga menyukai