Faktor-faktor Greeds dan Needs berkaitan dengaan individu pelaku (aktor) korupsi yaitu
individu atau kelompok, baik dalam organisasi maupun di luar organisasi yang melakukan
korupsi dan merugikan pihak korban.
1. Faktor Internal
Faktor ini merupakan faktor pendorong korupsi dari dalam diri pelaku yang dapat
diidentifikasi dari hal-hal berikut.
Contoh kasus:
Seorang pegawai suatu institusi ditugaskan atasannya untuk menjadi panitia pengadaan
barang. Pegawai tersebut memiliki prinsip bahwa kekayaan dapat diperoleh dengan segala cara
dan ia harus memanfaatkan kesempatan. Karena itu, ia pun sudah memiliki niat dan mau
menerima suap dari rekanan (penyedia barang). Kehidupan mapan keluarganya dan gaji yang
lebih dari cukup tidak mampu menghalangi untuk melakukan korupsi.
Contoh kasus:
Seorang mahasiswa yang moralnya kurang kuat, mudah terbawa kebiasaan teman untuk
menyontek, sehingga sikap ini bisa menjadi benih-benih perilaku korupsi.
Contoh kasus:
Seorang tenaga penyuluh kesehatan yang bekerja di suatu puskesmas mempunyai seorang
istri dan empat orang anak. Gaji bulanan pegawai tersebut tidak mencukupi kebutuhan hidup
keluarganya. Pada saat member penyuluhan kesehatan di suatu desa, dia menggunakan
kesempatan untuk menambah penghasilannya dengan menjual obat-obatan yang diambil dari
puskesmas. Ia berpromosi tentang obat-obatan tersebut sebagai obat yang manjur. Penduduk desa
dengan keluguannya memercayai petugas tersebut.
Contoh kasus:
Seorang bidan membuka jasa aborsi wanita hamil dengan bayaran yang tinggi karena
terdesak oleh kebutuhan sehari-hari. Di sisi lain, suaminya telah di- PHK dari pekerjaannya.
Tidak ada pilihan lain baginya untuk melakukan malpraktik karena mendapatkan bayaran tinggi.
Contoh kasus:
Seorang perawat sebuah rumah sakit berbaur dengan kelompok ibu-ibu modis yang
senang berbelanja barang-barang mahal. Perawat tersebut berusaha mengimbangi. Karena
penghasilan perawat tersebut kurang, ia pun coba memanipulasi sisa obat pasien untuk dijual
kembali, sedangkan kepada rumah sakit dilaporkan bahwa obat tersebut habis digunakan.
Contoh kasus:
Seorang mahasiswa yang malas berpikir, tidak mau mengerjakan tugas yang diberikan oleh
dosen. Untuk mendapatkan nilai yang tinggi, mahasiswa tersebut menyuruh temannya untuk
mengerjakan tugas.
Contoh kasus:
a) Walaupun agama sudah dipelajari sejak sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi,
beberapa orang mahasiswa tetap saja suka menyontek pada waktu ujian.
b) Seorang petugas kesehatan memeras pasiennya, padahal pada waktu kuliah belajar agama
dan etika.
b. Aspek Sosial
Perilaku korup dapat terjadi karena dorongan keluarga. Kaum behavioris mengatakan bahwa
lingkungan keluargalah yang secara kuat memberikan dorongan bagi orang untuk korupsi dan
mengalahkan sifat baik seseorang yang sudah menjadi sifat pribadinya. Lingkungan dalam hal
ini malah memberikan dorongan dan bukan memberikan hukuman pada orang ketika ia
menyalahgunakan kekuasaannya.
Teori Solidaritas Sosial yang dikembangkan oleh Emile Durkheim (1858–1917) memandang
bahwa watak manusia sebenarnya bersifat pasif dan dikendalikan oleh masyarakatnya. Emile
Durkheim berpandangan bahwa individu secara moral adalah netral dan masyarakatlah yang
menciptakan kepribadiannya.
Contoh kasus:
Seorang karyawan baru di suatu institusi pelayanan kesehatan sangat dihargai oleh atasan
dan teman-temannya karena perilakunya yang baik dan saleh. Setelah menikah karyawan
tersebut jadi orang yang suka menipu karena terpengaruh oleh lingkungan keluarganya yang
baru. Keluarganya senang terhadap perubahan perilaku karyawan tersebut karena menghasilkan
banyak uang.