0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
6 tayangan3 halaman
Tiga faktor yang mempengaruhi kematangan emosi pada remaja adalah keluarga, lingkungan, dan usia. Keluarga dan lingkungan memberikan pengaruh besar melalui pembelajaran yang diberikan kepada anak sejak kecil. Sedangkan usia berpengaruh karena semakin bertambahnya pengalaman seiring bertambahnya usia.
Deskripsi Asli:
Esai
Judul Asli
Essay Faktor yang Mempengaruhi Kematangan Emosi pada Remaja
Tiga faktor yang mempengaruhi kematangan emosi pada remaja adalah keluarga, lingkungan, dan usia. Keluarga dan lingkungan memberikan pengaruh besar melalui pembelajaran yang diberikan kepada anak sejak kecil. Sedangkan usia berpengaruh karena semakin bertambahnya pengalaman seiring bertambahnya usia.
Tiga faktor yang mempengaruhi kematangan emosi pada remaja adalah keluarga, lingkungan, dan usia. Keluarga dan lingkungan memberikan pengaruh besar melalui pembelajaran yang diberikan kepada anak sejak kecil. Sedangkan usia berpengaruh karena semakin bertambahnya pengalaman seiring bertambahnya usia.
Faktor yang Mempengaruhi Kematangan Emosi pada Remaja
Remaja ialah masa peralihan dari anak anak ke masa dewasa yang dengan meliputi perubahan fisik atau biologis, perubahan psikologis, dan perubahan sosial. (Adiyanti M. G., 2013) Masa remaja seringkali dinilai masa yang sangat labil, tidak terkontrol, dan penuh kewaspadaan padahal semua anak – anak pun akan mengalami masa remaja, dam semua orang dewasa pun pernah melewati masa remaja. Masa remaja juga disebut sebagai masa kritis, dikarenakan perkembangan mental remaja berada pada taraf kritis yaitu adanya keiinginan lebih untuk mengetahui tentang apa itu kehidupan dengan usaha untuk mengenali dirinya sendiri secara mendalam. Pada saat remaja Perihal emosi dan kematangannya pun sering dikaitkan dengan remaja, yang pada halnya kita ketahui bahwa masa remaja adalah hanya masa peralihan. Emosi merupakan gambaran perasaan yang kuat akan sesuatu dan perasaan yang sangat menyenangkan atau sangat mengganggu. Emosi sendiri dapat dipicu oleh interpretasi sesama remaja terhadap suatu kejadian, adanya reaksi fisik yang kuat dan ekspresi emosionalnya berdasarkan genetika (Manz, 2007) Ada banyak hal yang dapat mempengaruhi kematangan emosi pada remaja, salah satunya pola asuh dari orang tua. Mengapa pola asuh orang tua menjadi salah satu faktirnya dikarenakan remaja adalah masa peralihan dari anak - anak menjadi orang dewasa. Masa anak- anak sangat lazim untuk tinggal bersama orang tua, hidup berdampingan dengan segala pembelajarannya. Pada saat anak – anak, keluarga adalah sekolah pertama anak- anak di rumahnya, ketika sekolah itu mengajarkan hal hal yang buruk, maka otak anak – anak akan merekam segala pembelajaran tersebut, begitu sebaliknya ketika anak - anak diajarkan hal – hal yang baik, maka hal baik tersebut direkam di otak anak. Selain keluarga, lingkungan juga ambil andil dalam pengaruh kematangan emosi remaja, karena selain keluarga anak – anak pada saat sebelum remaja melakukan kegiatan bersosialisasi dengan lingkungan, baik lingkungan sekolah, lingkungan tempat bermain dan lainnya. Ketika anak bersosialisasi dengan orang lain di lingkungannya, anak akan melihat perilaku orang lain, dan emosi anak bisa terbentuk didalam lingkungan seperti ini. Anak akan tau bagaimana lingkungannya bereaksi dan berekspresi ketika misal anak – anak sedang bermain, dan mainanya direbut oleh orang lain, maka akan ada sikap yang dilakukan anak tersebut. Sikap itu bisa berubah menangis lalu berhenti menangis ketika mainannya dikembalikan, lalu bisa juga bersikap menangis dan akan terus menangis walaupun mainannya sudah dikembalikan, bisa juga anak akan marah dan memukul orang yang telah menggangunya dan mengambil mainannya, atau anak yang tidak mempermasalahkan mainannya ketika diambil orang lain, istilahnya diam saja dan tidak ada reaksi apa apa. Penyesuaiaan reaksi dalam kondisi seperti ini sangat penting bagi anak – anak. Penyesuaian diri sendiri berarti proses yang mencakup respon mental dan tingkah laku, dimana suatu individu akan mengusahakan untuk dapat berhasil mengatasi semua keperluan dan kebutuhan yang dibutuhkan oleh dirinya, menyelesaikan ketegangan dan permasalahan, konflik, dan frustasi yang dialaminya, dan diharpkan terwujudnya keharmonian antar dirinya dan juga lingkungan tempat ia tinggal (Desmita K L, 2009). Ada banyak remaja yang gagal untuk melakukan penyesuaian diri (Japar, 2014). Seseorang yang emosinya sudah matang dapat dilihat dalam perilaku sehari – harinya. (Hurlock, 1980) menyatakan bahwa remaja yang emosinya sudah matang akan bereaksi dan mengekspresikan emosinya lebih stabil, dan cir – cirinya tidak mudah meluapkan dan menumpahkan amarah di depan orang lain, melainkan menunggu waktu yang tepat dan tempat yang pas. Lalu selanjutnya usia juga menjadi salah satu faktor pengaruh kematangan remaja. Mengapa usia menjadi salah satu faktornya, ini dikarenakan orang yang lebih berusia atau orang yang usianya lebih tua biasanya lebih bisa mengatur emosi dan dapat dikatakan emosinya sudah matang. Hal itu terjadi karena sepanjang usia ada yang namanya interaksi dan pengalaman. Interaksi dan pengalaman itulah yang menjadikan seorang remaja perlahan emosinya mulai stabil dan matang. Adanya pengalaman ini dapat menjadikan seseorang untuk belajar bagaimana cara bersikap dan mengatur emosi yang ada pada dalam dirinya. Akantetapi tidak semua orang berusia memiliki emosi yang matang dan bersikap dengan tenang, sebagian orang ada yang pada saat dia berusia lebih tua malah menjadi pribadi yang sangat emosional, misal mudah marah dan membentak orang lain ketika emosi, lalu mudah menangis ketika ada sesuatu yang membuatnya sedih, selanjutnya sulit untuk memafkan orang lain ketika ada orang yang bersalah dengan dirinya, dan masih banyak lagi contoh sikap ketidakdewasaan seorang remaja atau ciri – ciri emosi yang belum stabil dan matang Pada intinya tiga faktor penting yang mempengaruhi kematangan emosi pada remaja, keluarga, lingkungan, dan usia lah faktornya. Tiga hal ini memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap kematangan emosi dan hidup remaja. Apabila keluarga dan lingkungan memberikan pembelajaran yang baik terhadap remaja baik semasa kanak – kanak ataupun ketika remaja maka itu membuat mindset anak untuk bersikap dewasa dan memperhatikan emosinya ketika berinteraksi dengan orang lain. Dan usia menjadi faktor dalam mempengaruhi kematangan emosi sangat berkaitan erat dengan pengalaman selama ia anak anak dan akhirnya menjadi remaja. Daftar Pustaka Adiyanti M. G., S. A. (2013). Hubungan Pola Asuh Otoritaf Orang Tua dan Konformitas Teman Sebaya Terhadap Kecerdasan Moral. Desmita K L, S. (2009). Psikologi Perkembangan. Hurlock. (1980). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Japar. (2014). Religiousity, Spirituality and adolescents Self-Adjustment, 66. Manz, C. C. (2007). Manajemen Emosi.