Anda di halaman 1dari 3

Nama : Kevin Halomoan Pakpahan

Nim : 122120015

Faktor yang Mempengaruhi Kematangan Emosi pada Remaja


Remaja ialah masa peralihan dari anak anak ke masa dewasa yang dengan
meliputi perubahan fisik atau biologis, perubahan psikologis, dan perubahan
sosial. (Adiyanti M. G., 2013) Masa remaja seringkali dinilai masa yang sangat
labil, tidak terkontrol, dan penuh kewaspadaan padahal semua anak – anak pun
akan mengalami masa remaja, dam semua orang dewasa pun pernah melewati
masa remaja. Masa remaja juga disebut sebagai masa kritis, dikarenakan
perkembangan mental remaja berada pada taraf kritis yaitu adanya keiinginan
lebih untuk mengetahui tentang apa itu kehidupan dengan usaha untuk mengenali
dirinya sendiri secara mendalam. Pada saat remaja Perihal emosi dan
kematangannya pun sering dikaitkan dengan remaja, yang pada halnya kita
ketahui bahwa masa remaja adalah hanya masa peralihan. Emosi merupakan
gambaran perasaan yang kuat akan sesuatu dan perasaan yang sangat
menyenangkan atau sangat mengganggu. Emosi sendiri dapat dipicu oleh
interpretasi sesama remaja terhadap suatu kejadian, adanya reaksi fisik yang kuat
dan ekspresi emosionalnya berdasarkan genetika (Manz, 2007)
Ada banyak hal yang dapat mempengaruhi kematangan emosi pada
remaja, salah satunya pola asuh dari orang tua. Mengapa pola asuh orang tua
menjadi salah satu faktirnya dikarenakan remaja adalah masa peralihan dari anak -
anak menjadi orang dewasa. Masa anak- anak sangat lazim untuk tinggal bersama
orang tua, hidup berdampingan dengan segala pembelajarannya. Pada saat anak –
anak, keluarga adalah sekolah pertama anak- anak di rumahnya, ketika sekolah itu
mengajarkan hal hal yang buruk, maka otak anak – anak akan merekam segala
pembelajaran tersebut, begitu sebaliknya ketika anak - anak diajarkan hal – hal
yang baik, maka hal baik tersebut direkam di otak anak. Selain keluarga,
lingkungan juga ambil andil dalam pengaruh kematangan emosi remaja, karena
selain keluarga anak – anak pada saat sebelum remaja melakukan kegiatan
bersosialisasi dengan lingkungan, baik lingkungan sekolah, lingkungan tempat
bermain dan lainnya. Ketika anak bersosialisasi dengan orang lain di
lingkungannya, anak akan melihat perilaku orang lain, dan emosi anak bisa
terbentuk didalam lingkungan seperti ini. Anak akan tau bagaimana
lingkungannya bereaksi dan berekspresi ketika misal anak – anak sedang bermain,
dan mainanya direbut oleh orang lain, maka akan ada sikap yang dilakukan anak
tersebut. Sikap itu bisa berubah menangis lalu berhenti menangis ketika
mainannya dikembalikan, lalu bisa juga bersikap menangis dan akan terus
menangis walaupun mainannya sudah dikembalikan, bisa juga anak akan marah
dan memukul orang yang telah menggangunya dan mengambil mainannya, atau
anak yang tidak mempermasalahkan mainannya ketika diambil orang lain,
istilahnya diam saja dan tidak ada reaksi apa apa. Penyesuaiaan reaksi dalam
kondisi seperti ini sangat penting bagi anak – anak. Penyesuaian diri sendiri
berarti proses yang mencakup respon mental dan tingkah laku, dimana suatu
individu akan mengusahakan untuk dapat berhasil mengatasi semua keperluan dan
kebutuhan yang dibutuhkan oleh dirinya, menyelesaikan ketegangan dan
permasalahan, konflik, dan frustasi yang dialaminya, dan diharpkan terwujudnya
keharmonian antar dirinya dan juga lingkungan tempat ia tinggal (Desmita K L,
2009). Ada banyak remaja yang gagal untuk melakukan penyesuaian diri (Japar,
2014).
Seseorang yang emosinya sudah matang dapat dilihat dalam perilaku
sehari – harinya. (Hurlock, 1980) menyatakan bahwa remaja yang emosinya
sudah matang akan bereaksi dan mengekspresikan emosinya lebih stabil, dan cir –
cirinya tidak mudah meluapkan dan menumpahkan amarah di depan orang lain,
melainkan menunggu waktu yang tepat dan tempat yang pas. Lalu selanjutnya
usia juga menjadi salah satu faktor pengaruh kematangan remaja. Mengapa usia
menjadi salah satu faktornya, ini dikarenakan orang yang lebih berusia atau orang
yang usianya lebih tua biasanya lebih bisa mengatur emosi dan dapat dikatakan
emosinya sudah matang. Hal itu terjadi karena sepanjang usia ada yang namanya
interaksi dan pengalaman. Interaksi dan pengalaman itulah yang menjadikan
seorang remaja perlahan emosinya mulai stabil dan matang. Adanya pengalaman
ini dapat menjadikan seseorang untuk belajar bagaimana cara bersikap dan
mengatur emosi yang ada pada dalam dirinya. Akantetapi tidak semua orang
berusia memiliki emosi yang matang dan bersikap dengan tenang, sebagian orang
ada yang pada saat dia berusia lebih tua malah menjadi pribadi yang sangat
emosional, misal mudah marah dan membentak orang lain ketika emosi, lalu
mudah menangis ketika ada sesuatu yang membuatnya sedih, selanjutnya sulit
untuk memafkan orang lain ketika ada orang yang bersalah dengan dirinya, dan
masih banyak lagi contoh sikap ketidakdewasaan seorang remaja atau ciri – ciri
emosi yang belum stabil dan matang
Pada intinya tiga faktor penting yang mempengaruhi kematangan emosi
pada remaja, keluarga, lingkungan, dan usia lah faktornya. Tiga hal ini
memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap kematangan emosi dan hidup
remaja. Apabila keluarga dan lingkungan memberikan pembelajaran yang baik
terhadap remaja baik semasa kanak – kanak ataupun ketika remaja maka itu
membuat mindset anak untuk bersikap dewasa dan memperhatikan emosinya
ketika berinteraksi dengan orang lain. Dan usia menjadi faktor dalam
mempengaruhi kematangan emosi sangat berkaitan erat dengan pengalaman
selama ia anak anak dan akhirnya menjadi remaja.
Daftar Pustaka
Adiyanti M. G., S. A. (2013). Hubungan Pola Asuh Otoritaf Orang Tua dan
Konformitas Teman Sebaya Terhadap Kecerdasan Moral.
Desmita K L, S. (2009). Psikologi Perkembangan.
Hurlock. (1980). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan.
Japar. (2014). Religiousity, Spirituality and adolescents Self-Adjustment, 66.
Manz, C. C. (2007). Manajemen Emosi.

Anda mungkin juga menyukai