Anda di halaman 1dari 8

TUGAS KELOMPOK

“TAHAP PERKEMBANGAN MANUSIA”

Oleh :
Daniyah Istiana Idris (50700122035)
Dayangku Nurul Aqilah (50700122026)
Fani Farhani (500700122031)
Khaerunnisa (50700122009)
Harfiani (50700122021)

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
TAHUN AKADEMIK
2023
Psikologi menempatkan manusia sebagai obyek kajiannya. Manusia sendiri
adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Menyadari posisi manusia yang
demikian, maka secara lebih jelas, yang menjadi obyek kajian psikologi modern adalah
manusia serta aktivitas-aktivitas mentalnya dalam interaksi dengan lingkungan.
Interaksi dengan lingkungannya mencakup wilayah yang sangat luas dan beragam.
Sesuai dengan keragaman wilayah interaksi manusia dengan lingkungan itu, maka
muncullah cabang-cabang psikologi.1

Psikologi perkembangan, yaitu cabang dari ilmu psikologi yang mempelajari


secara sistematis perkembangan perilaku manusia secara ontogenetik, yaitu
mempelajari proses-proses yang mendasari perubahan-perubahan yang terjadi didalam
diri, baik perubahan dalam bentuk jasmani, perilaku maupun fungsi mental manusia
sepanjang rentang hidupnya (life-span), yang biasanya dimulai dari sejak konsepsi
hinogga usia lanjut.2

Istilah perkembangan berarti serangkaian perubahan progesif yang terjadi


sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman. Ini berarti bahwa
perkembangan bukan sekedar penambahan beberapa sentimeter pada tinggi badan
seseorang atau peningkatan kemampuan seseorang, melinkan suatu proses integrasi
dari banyak struktur dan fungsi yang kompleks. Pada dasarnya ada dua proses
perkembangan yang saling bertentangan yang terjadi secara serempak selama
kehidupan, yaitu pertumbuhan atau evolusi dan kemunduran atau involusi(Fahyuni,
2016). Keduanya mulai dari pembuhan dan berakhir dengan kematian. Dalam tahun
pertama pertumbuhan berperan, sekalipun perubahan yang bersifat kemunduran terjadi
semenjak kehidupan janin. Pada bagian kehidupan selanjutnya, kemunduran yang
berperan sekalipun pertumbuhan tidak berhenti; rambut tumbuh terus dan sel-sel terus
menerus berganti.
Manusia tidak pernah statis. Semenjak pembuahan hingga akhir ajal selalu
terjadi perubahan, baik dalam kemampuan fisik maupun kemampuan psikologis.
Piaget menjelaskan bahwa struktur itu “tidak pernah statis dan sudah ada semenjak
awal.” Dengan perkatan lain, organisme yang matang selalu mengalami perubahan
yang progresif sebagai tanggapan terhadap kondisi yang bersifat pengalaman dan
perubahan-perubahan itu mengakibatkan jaringan interaksi yang majemuk. 3
Selain itu, perkembangan adalah perubahan-perubahan yang dialami oleh
individu atau organisme menuju tingkat kedewasaanya atau kematangannya
(maturation) yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan.

1 Rinda Fauzian, Pengantar Psikologi Perkembangan, (Sukabumi: CV Jejak, 2020), h. 17.


2 Miskiyah dan Irwanto, Psikologi Perkembangan, (Bandung: Widina Bhakti Persada, 2022), h. 2.
3 Eni Fariyatul Fahyuni, Psikologi Perkembangan, (Sidoarjo: UMSIDA Press, 2019), h. 10.
Sistematis dalam hal ini memiliki pengertian bahwa, setiap perubahan dan
perkembangan itu bersifat saling kebergantungan antara yang satu dengan yang lain
baik itu fisik maupun psikis.
Periodisasi perkembangan manusia memiliki tujuan untuk mengelompokkan
dan memudahkan dalam memahami hakekat perkembangan itu sendiri. Perkembangan
manusia secara umum digambarkan dalam periode atau tahapan-tahapan, dimana
periode atau tahapan yang dimaksud sudah banyak dikenal oleh masyarakat luas.
Adapun periode atau tahapan tersebut diantaranya periode prakleahiran, masa bayi,
masa kanak-kanak awal, masa kanak-kanak tengah, dan masa remaja. 4

A. Hasil Survey Masyarakat yang Bermasalah Secara Mental

Kehidupan anak sebagian besar waktunya lebih banyak dihabiskan


dalam lingkungan keluarga. Komponen keluarga sangat penting mengingat
didalamnya terdapat orang tua sebagai pemimpin yang memiliki otoritas dan
bertanggung jawab terhadap pembinaan pribadi anak-anaknya. Segala bentuk
otoritas itu diterapkan kepada anak dalam upaya membentuk kepribadian anak
yang sesuai dengan acuan nilai agama dan norma yang ada di masyarakat.
Semua perilaku anak dibawah kendali orang tua, dan setiap sikap anak selalu
menjadi bahan tinjauan setiap orang tua.

Keluarga memiliki peran sebagai media sosialisasi pertama bagi


anak.Peran inilah yang membuat orang tua memiliki tanggung jawab terhadap
perkembangan fisik dan mental seorang anak. Di keluargalah anak mulai
dikenalkan terhadap ajaran-ajaran yang sesuai dengan kaidah-kaidah yang
berlaku dalam agama maupun masyarakat. Semua aktivitas anak dari mulai
prilaku dan bahasa tidak terlepas dari perhatian dan binaan orang tua. Perhatian,
kendali dan tindakan orang tua merupakan salah satu bentuk pola asuh yang
akan memberikan dampak panjang terhadap kelangsungan perkembangan fisik
dan mental anak. Pola asuh adalah suatu model perlakuan atau tindakan orang
tua dalam membina dan membimbing serta memelihara anak agar dapat berdiri
sendiri. Lebih dari itu pola asuh ini akan membentuk watak dan karakter anak
di masa dewasanya, karena tidak mungkin memahami orang dewasa tanpa ada
informasi masa kanak-kanaknya karena masa itu adalah masa pembentukan
(Dan Dreikurs, 1954) dalam Bacon (1997). Artinya, perlakuan orang tua

4Imam Hanafi, “Perkembangan Manusia Dalam Tinjauan Psikologi”, Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 1,
No. 1 (2018), hal 86-87.
kepada anak-anaknya sejak masa kecil akan berdampak pada perkembangan
social moralnya dimasa dewasanya. Perkembangan social moral inilah yang
akan membentuk watak, sifat dan sikap anak kelak meskipun ada beberapa
factor lain yang berpengaruh dalam pembentukan sikap anak yang tercermin
dalam karakter yang dimilikinya.5

Survey sikap anak akibat dari pola asuh orang tua dan lingkungan
sekitarnya.

Nama : Kemal
Umur : 20

Kemal yang saat ini berumur 20 tahun, ia adalah seorang anak yang
pendiam. kemal merupakan anak kedua dari tiga bersaudara Sejak kecil, kemal
selalu dituntut mengalah kepada saudaranya yang lain. Ia terbiasa sendiri sejak
kecil, hal itu membuat kemal menjadi pribadi yang lebih tertutup terhadap
orang lain.

Ia merasa orang tuanya lebih menyayangi sauradanya yang lain. Ia juga


merasa pilihannya tidak pernah didengar oleh orang tuanya. Sejak dulu,
pilihannya selalu disepelekan oleh orang tuanya, ia tidak pernah di apresiasi
pencapaiannya. Karena pengaruh lingkungan keluarganya, membuat kemal
menjadi takut untuk berbicara atau mengeluarkan pendapatnya. Ia selalu
overthinking tentang pandangan orang lain terhadap dirinya, ia jadi
menganggap orang lain juga tidak akan mendengarnya sama halnya dengan
keluarganya. Ia tidak memiliki teman untuk berbagi cerita. Kemal selalu
memendam masalahnya sendiri.

Saat kemal remaja, orang tuanya mulai sadar bahwa kemal semakin
menjadi anak yang pendiam. Ia lebih sering mengurung diri dikamar dan
menyendiri. Orang tuanya juga menyadari bahwa kemampuan bersosialisasi
kemal sangat rendah.

Sejak saat itu, orang tuanya mulai memberi perhatian kepada kemal dan
merubah pola asuhnya. Mereka mulai mendengarkan kemal, tidak
membandingkan kemal dengan saudaranya yang lain, dan mendukung kemal
dalam memilih pilihan hidupnya sendiri.

5Anisah, “Pola Asuh Orang Tua dan Implikasinya Terhadap Pembentukan Karakter Anak”, Jurnal
Pendidikan Universitas Garut, Vol. 5, No. 1 (2011), hal 70-71.
Perlahan-lahan kemal mulai mempunyai teman dan mulai terbuka. Ia
juga mulai bersosialisasi dengan lingkungannya.

Sifat pendiam seseorang, termasuk anak-anak, dapat dipicu oleh


masalah mental. Kondisi ini dapat mempengaruhi kepribadian anak dan
kemampuannya untuk bersosialisasi dengan orang lain. Anak pendiam
biasanya karena ada trauma dalam keluarga, pemalu, perundungan, atau
introvert.

Perkembangan juga sangat dipengaruhi oleh lingkungan keluarga.


Perceraian orang tua, kematian dari salah satu anggota keluarga, keharmonisan
keluarga, faktor pendidikan atau keadaan ekonomi adalah termasuk kondisi
lingkungan keluarga yang dapat mempengaruhi proses tumbuh-kembang.

Anak yang tumbuh-kembangnya bagus akan sangat mudah


bersosialisasi, mudah menerima keadaan dan lebih percaya diri. Anak yang
mendapatkan kasih sayang penuh dari orangtua akan cepat tanggap jika merasa
dicintai, dan merasa aman, sehingga anak ini biasanya akan berprestasi baik di
sekolah, lebih memiliki rasa hormat serta mampu menghadapi tantangan.

Pola asuh orangtua merupakan segala sesuatu yang dilakukan orang tua
untuk membentuk perilaku anak yang meliputi peringatan dan aturan,
pengajaran serta perencanaan, contoh, kasih sayang serta pujian dan hukuman.
Pola asuh orangtua mempunyai pengaruh yang besar.

Lingkungan keluarga merupakan pndidikan utama bagi anak tempat


anak belajar sebagai makhluk sosial. Perilaku sosial dapat diartikan sebagai
perilaku dari dua orang atau lebih yang saling terkait dalam kaitan pada sebuah
lingkungan bersama.

Lingkungan keluarga yang kondusif mengakibatkan perkembangan


anak menjadi baik, lingkungan memberikan dampak terhadap anak dalam
pengembangan pribadi, kemampuan bersosialisasi, penyesuaian diri,
kreativitas serta moral anak. Serta keluarga yang merupakan Lembaga social
yang paling awal di kenal oleh anak. Hal tersebut menjadikan keluarga sebagai
peran utama dalam pendidikan serta proses pembentukan kepribadian anak.
Karena pada dasarnya yang menentukan kehidupan anak baik atau tidaknya
yaitu keluarga dan pola asuh orang tua yang benar. Keluarga harus bekerja
ekstra untuk mengawasi pertumbuhan dan perkembangan anak. Tinggi
rendahnya perilaku sosial yang dimiliki oleh anak sangat bergantung kepada
sikap yang diterapkan oleh orang tua dirumah.

Beberapa bentuk ekspresi (pola asuh) orang tua dalam mengasuh atau
memelihara anak-anaknya bisa dalam bentuk sikap atau tindakan verbal
maupun non-verbal secara substansial sangat berpengaruh terhadap potensi diri
anak dalam aspek intelektual, emosional maupun kepribadian, perkembangan
social dan aspek psikis lainnya. Semua orang tua pasti menghendaki anak-
anaknya sesuai dengan kehendak orang tuanya, untuk itulah sejumlah ekspresi
atau sejumlah bentuk asuhan, didikan dan bimbingan dilakukan orang tua
semaksimal mungkin agar anak kelak sesuai dengan harapan mereka.Sadar atau
tidak, dalam praksisnya berbagai ekspresi (pola asuh) itu sering terjadi
penyimpangan atau bahkan terjadi kontradiksi antara harapan dan kenyataan
sehingga bisa berdampak pada perkembangan kepribadian anak yang positif
maupun negative.

Seperti diungkapkan Hurlock (1978) yang diterjemahkan Tjandrasa


(1992:202): “Sikap orang tua mempengaruhi cara mereka memperlakukan
anak, perlakuan mereka terhadap anak sebaliknya mempengaruhi sikap anak
terhadap mereka dan prilaku mereka. Jika sikap orang tua menguntungkan,
hubungan orang tua dan anak jauh lebih baik ketimbang bila sikap orang tua
tidak positif”. Dari ungkapan Hurlock tersebut sangat tegas menjelaskan bahwa
sikap orang tua dalam mengasuh anak-anaknya memiliki kecenderungan yang
lebih dominan kepada pola sikap pola asuh tertentu, apakah berdampak kepada
perkembangan anak yang positif atau negative. Dalam hal ini Singgih
(2000:82) mengemukakan “Acapkali orang tua tidak sengaja, tanpa disadari
mengambil suatu sikap tertentu. Anak melihat dan menerima sikap orang
tuanya dan memperlihatkan suatu reaksi dalam tingkah laku yang dibiasakan
sehingga menjadi suatu pola kepribadian”

Keribadian akan berkembang menjadi karakter ketika seseorang


mempelajari kelemahan dan kelebihan dirinya. Dari kepribadian inilah akan
membentuk karakter. Pola asuh yang dilakukan setiap oang tua secara alami
akan membentuk kepribadian seseorang, sehingga terjadi suatu perkembangan
psikis pada diri individu untuk membentuk kepribadian yang berkarakter.
Karena karakter bukan genetic seperti kepribadian, tetapi karakter perlu dibina,
di bangun dan dikembangkan secara sadar melalui suatu proses yang tidak
instan sehingga muncul konsep character building atau pendidikan karakter
dalam upaya menyempurnakan pola asuh yang dilakukan setiap orang tua. 6

DOKUMENTASI

6Anisah, “Pola Asuh Orang Tua dan Implikasinya Terhadap Pembentukan Karakter Anak”, Jurnal
Pendidikan Universitas Garut, Vol. 5, No. 1 (2011), hal 74.
DAFTAR PUSTAKA

Anisah. “Pola Asuh Orang Tua dan Implikasinya Terhadap Pembentukan Karakter
Anak”. Jurnal Pendidikan Universitas Garut. Vol. 5. No. 1. 2011.

Fauzian, Rinda. Pengantar Psikologi Perkembangan. Sukabumi: CV Jejak. 2020.

Fariyatul Fahyuni, Eni. Psikologi Perkembangan. Sidoarjo: UMSIDA Press. 2019.

Hanafi, Imam. “Perkembangan Manusia Dalam Tinjauan Psikologi”. Jurnal


Pendidikan Islam. Vol. 1. No. 1. 2018.

Miskiyah dan Irwanto. Psikologi Perkembangan. Bandung: Widina Bhakti Persada.


2022.

Anda mungkin juga menyukai