Anda di halaman 1dari 6

1.

PENGERTIAN KELUARGA DAN KEPRIBADIAN


Keluarga merupakan unit sosial terkecil dalam kehidupan masyarakat tetapi
meskipun kecil keluarga mempunyai peranan yang cukup penting dalam bangunan
masyarakat. Disinilah individu sebagai salah satu anggota masyarakat dan tingkah
lakunya pertama kali terbentuk. Menurut George Murdock dalam bukunya yang
berjudul “Social Structure” diuraikan bahwa keluarga merupakan kelompok sosial
yang memiliki karakteristik tinggal bersama, terdapat kerja sama ekonomi, dan terjadi
proses reproduksi (Murdock, 1965). Pengertian tersebut menunjukkan bahwa dalam
suatu keluarga dibutuhkan kerja sama yang baik antara satu dengan yang lainnya.
Sedangkan menurut Ira Reiss (1965) keluarga adalah suatu kelompok kecil yang
terstruktur dalam pertalian keluarga dan memiliki fungsi utama berupa sosialisasi
pemeliharaan terhadap generasi baru. Pandangan lain diajukan oleh Weigert dan
Thomas (1971) yang menganggap definisi Reiss kurang bersifat nominal karena
menekankan pada berlakunya fungsi tertentu. Pandangan kedua tokoh ini didasarkan
pada pentingnya suatu budaya ditransmisikan pada generasi berikutnya dalam rangka
menumbuhkan anak-anak menjadi manusia yang dapat menjalankan fungsinya.
Komponen budaya perlu ditransmisikan disebut dengan pola-pola nilai yang bersifat
simbolik (symbolic patternvalue). Jadi keluarga adalah suatu tatanan utama yang
mengkomunikasikan pola-pola nilai yang bersifat simbolik kepada generasi baru.
Keluarga merupakan tempat yang penting dalam perkembangan anak baik
secara fisik, emosi, spiritual, dan sosial karena keluarga adalah tempat anak
mendapatkan kasih sayang, perlindungan, dan identitas bagi anggotanya. Keluarga
menjalankan fungsi yang penting bagi keberlangsungan masyarakat dari generasi ke
generasi. Menurut Berns (2004), keluarga memiliki lima fungsi dasar yaitu :
1. Fungsi reproduksi, yaitu bertugas untuk mempertahankan populasi yang ada
dalam masyarakat.
2. Fungsi sosialisasi/edukasi, yaitu keluarga menjadi sarana untuk transmisi nilai,
keyakinan, sikap, pengetahuan, keterampilan, dan teknik dari generasi sebelumnya
ke generasi yang lebih muda.
3. Fungsi penegasan sosial, yaitu memberikan identitas pada anggota keluarga
seperti ras, etnik, agama, sosial, ekonomi, dan peran gender.
4. Fungsi dukungan ekonomi, yaitu keluarga menyediakan tempat berlindung,
makanan, dan jaminan kehidupan bagi anggotanya.
5. Fungsi dukungan emosi/pemeliharaan, yaitu keluarga memberikan pengalaman
interaksi sosial yang pertama bagi anak. Interaksi yang terjadi bersifat mendalam,
mengasuh, dan berdaya tahan sehingga memberikan rasa aman pada anak.
Dari kelima fungsi diatas, fungsi sosialisasi merupakan fungsi keluarga yang paling
penting dalam pembentukan kepribadian dan karakteristik anak. Sosialisasi
merupakan proses yang ditempuh oleh anak untuk mendapatkan keyakinan, nilai-
nilai, dan perilaku yang dianggap perlu dan pantas oleh anggota keluarga dewasa
terutama orang tua. Selain itu, keluarga adalah tempat pertama bagi seorang anak
untuk menjalani kehidupannya. Pada awal tahun kehidupan anak sangat berpengaruh
pada perkembangan sosial, emosi, dan intelektual karenanya keluarga dipandang
sebagai instrumen sosialisasi yang paling utama.

1
Keluarga merupakan sekumpulan individu yang mempunyai ikatan yang kuat,
kerjasama ekonomi dan tinggal bersama yang mempunyai karakter dan kepribadian
yang berbeda. Kepribadian merupakan terjemahan dari bahasa Inggris “Personality”
dimana kata tersebut berasal dari bahasa Latin persona yang berarti topeng (tutup
muka) yang digunakan oleh para aktor dalam suatu permainan atau pertunjukan.
Topeng sendiri dimaksudkan untuk menggambarkan perilaku, watak, atau kepribadian
seseorang. Di dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak selalu membawakan dirinya
sebagaimana adanya melainkan memakai topeng untuk menutupi kelemahannya atau
ciri khas agar tindakannya dapat diterima oleh masyarakat. Selain itu kebanyakan
orang hanya akan menunjukkan keadaannya yang baik-baik saja dengan memakai
topeng atau persona itu agar mendapatkan kedudukan, penghasilan atau prestise yang
lebih daripada bila tanpa menggunakan topeng.
Dalam hal ini C.G. Young berpendapat bahwa sepanjang hidup manusia selalu
memakai topeng ini untuk menutupi kehidupan batiniahnya. Manusia hampir tidak
pernah berlaku wajar sesuai hakikat dirinya sendiri. Keadaan dirinya disembunyikan
sedalam-dalamnya sehingga ia tidak lagi mengenal siapa dirinya, apa yang menjadi
kemampuannya, apa bakatnya, dan apa yang menjadi kelemahannya. Hal inilah yang
menyebabkan mengapa manusia tidak menemukan ketenangan dalam kehidupannya
namun apabila ia dengan ikhlas membuka topengnya dan menunjukkan siapa dirinya,
bakatnya, dan kemampuannya maka ia akan menemukan ketenangan hidup yang
selama ini dicarinya.
Terdapat banyak teori tentang kepribadian yang dikemukakan oleh para ahli
yang berkecimpung di dalam dunia psikologi diantaranya adalah Sigmund Freud yang
terkenal dengan teori psikoanalisinya, Erik Erikson dengan teori psikososialnya dan
Carl Gustav Jung dengan teori kepribadian psikologi analitisnya. Kesemua teori-teori
tersebut umumnya membahas tentang struktur kepribadian manusia, dinamika dan
tahapan dari perkembangan kepribadian seseorang. Perkembangan kepribadian
individu dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu faktor hereditas dan faktor
lingkungan. Faktor hereditas diartikan sebagai suatu totalitas karakteristik individu
yang diwariskan orang tua kepada anak atau segala potensi baik fisik maupun psikis
yang dimiliki individu sejak masa konsepsi sebagai pewarisan orang tua melalui gen-
gen misalnya bentuk tubuh, cairan tubuh, dan sifat-sifat yang diturunkan dari orang
tua. Sedangkan lingkungan adalah keluarga yang mengasuh dan membesarkan anak,
sekolah tempat mendidik, masyarakat tempat anak bergaul, dan keadaan sekitar
dengan iklimnya, fauna, dan floranya.
2. PENGARUH KELUARGA DALAM PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN ANAK
Keluarga menjadi salah satu faktor penting dalam pembentukan kepribadian anak.
Sudah menjadi kewajiban keluarga untuk mendidik anak karena merekalah anak
terlahir di dunia. Keluarga dipandang sebagai penentu utama kepribadian anak sebab
keluarga merupakan kelompok sosial pertama yang menjadi pusat identifikasi anak.
Selain itu anak pada tahun pertama kehidupannya lebih banyak menghabiskan waktu
bersama dengan keluarganya. Di samping itu, keluarga juga dipandang sebagai
lembaga yang dapat memenuhi kebutuhan manusiawi terutama bagi pengembangan
kepribadiannya dan pengembangan ras manusia.

2
Suasana keluarga sangat penting bagi perkembangan kepribadian anak. Perlakuan
orang tua yang penuh kasih sayang dan pendidikan nilai-nilai kehidupan, baik agama
maupun nilai sosial budaya yang diberikan kepada anak merupakan faktor yang
kondusif untuk mempersiapkan anak menjadi pribadi dan warga masyarakat yang
sehat. E.B. Hurlock (1986) mengemukakan bahwa karakteristik kepribadian sehat
ditandai dengan
1. Mampu menilai diri secara realistik (apa adanya)
2. Mampu menilai situasi secara realistik
3. Mampu menilai prestasi yang diperolehnya secara realistik dan mereaksinya
secara rasional
4. Menerima tanggung jawab
5. Dapat mengontrol emosi
Adapun kepribadian yang tidak sehat ditandai dengan.
1. Mudah marah atau tersinggung
2. Sering merasa tertekan atau stres
3. Bersikap kejam atau suka mengganggu orang lain yang usianya lebih muda atau
terhadap binatang
4. Mempunyai kebiasaan berbohong
5. Ketidakmampuan untuk menghindar dari perilaku memyimpang meskipun sudah
diperingatkan atau dihukum
Kelainan tingkah laku diatas dapat berkembang apabila anak hidup dalam lingkungan
yang tidak kondusif seperti lingkungan keluarga yang kurang berfungsi yang ditandai
oleh hubungan antar anggota keluarga yang kurang harmonis, kurang memperhatikan
nilai-nilai agama dan orang tuanya bersikap keras atau kurang memberikan curahan
kasih sayang kepada anak.

Gambar 1.1
Kekerasan Pada Anak

3
Pengasuhan anak dipercaya memiliki dampak terhadap perkembangan individu. Gaya
pengasuhan merupakan serangkaian sikap yang ditunjukkan oleh orang tua kepada anak
untuk menciptakan iklim emosi yang melingkupi interaksi orang tua-anak. Terdapat beberapa
gaya pengasuhan seperti yang dikemukan oleh Baumrind (1966,1991) yaitu authoritative,
authoritarian, permissive, dan rejecting-negleting. Gaya pengasuhan permisif cenderung
memberikan banyak kebebasan untuk anak dengan menerima dan memaklumi segala
perilaku, tuntutan dan tindakan anak. Biasanya orang tua kurang menuntut sikap dan
tanggung jawab dan keteraturan perilaku anak. Bila pembebasan terhadap anak sudah
melebihi batas dan sama sekali tanpa ketanggapan dari orang tua menandakan bahwa orang
tua tidak peduli (rejecting-negleting) terhadap anak.
Gaya pengasuhan yang otoriter dilakukan oleh orang tua yang selalu berusaha membentuk,
mengontrol, mengevaluasi perilaku dan tindakan anak agar sesuai dengan aturan standar yang
bersifat mutlak dan diberlakukan dengan otoritas yang tinggi. Kepatuhan anak merupakan hal
yang paling utama dan akan mendapat hukuman apabila terjadi pelanggaran. Anak-anak
kurang mendapat penjelasan yang rasional dan memadai atas segala aturan, kurang dihargai
pendapatnya, dan orang tua kurang sensitif terhadap kebutuhan dan persepsi anak.
Sementara itu gaya pengasuhan yang paling adalah gaya pengasuhan yang bersifat otoritatif.
Orang tua mengarahkan perilaku anak secara rasional dengan memberikan penjelasan
mengenai aturan-aturan yang diberlakukan dan mendorong anak untuk mematuhi aturan
tersebut dengan kesadaran sendiri. Di sisi lain, orang tua bersikap tanggap terhadap
kebutuhan dan pandangan anak. Orang tua menghargai kedirian anak dan kualitas
kepribadian yang dimilikinya sebagai keunikan pribadi.
Penerimaan/Ketanggapan
Tinggi Rendah
1. Otoritatif 2. Otoriter
Tuntutan yang masuk Banyak aturan dan
akal, penguatan yang tuntutan, sedikit
Tinggi konsisten, disertai penjelasan, dan kurang
kepekaan dan penerimaan peka terhadap kebutuhan
Kontrol/ pada anak. dan pemahaman anak.
Tuntutan
3. Permisif 4. Tak peduli
Sedikit aturan dan Sedikit aturan dan
Rendah tuntutan, anak terlalu tuntutan, orang tua tidak
dibiarkan bebas menuruti peduli dan peka pada
kemauannya. kebutuhan anak.

Tabel 1.1
Perbedaan 4 Gaya Pengasuhan Anak
Melalui proses pengasuhan yang dijalankan, orang tua berupaya mencapai harapannya pada
anak dengan berbagai cara. Cara-cara yang digunakan oleh orang tua berkaitan erat dengan
pandangan orang tua mengenai tugas-tugas yang mesti dijalankan dalam mengasuh anak.
Orang tua memiliki tujuan tertentu dalam menjalankan peran pengasuhan pada anak. Melalui
praktik pengasuhan yang dijalaninya orang tua ingin mewujudkan harapan tersebut. Harapan

4
orang tua yang berorientasi pada kebutuhan pribadi anak lebih optimal pencapaiannya,
dibandingkan harapan orang tua yang berorientasi pada kebutuhan pribadi orang tua.
Sebagai lingkungan yang pertama dan terdekat, keluarga memikul tanggung jawab utama
dalam pendidikan nilai kepada anak. Menurut Elkin dan Handel (Berns, 2004), keluarga
sebagai tempat anak dilahirkan merupakan referensi pertama mengenai nilai-nilai, norma-
norma, dan kebiasaan-kebiasaan menjadi acuan untuk mengevaluasi perilaku. Karakteristik
keluarga turut mempengaruhi corak nilai yang disosialisasikan kepada anak.Berdasarkan
struktur,karakeristik keluarga dibedakan menjadi 2 yaitu keluarga inti (nuclear family) dan
keluarga batih (extended family).Ditinjau dari status sosial ekonomi,ada perbedaan
karakteristik antara keluarga kelas bawah,keluarga menengah,dan keluarga atas.Disamping
itu,orientasi etnis dan agama dari keluarga juga turut memengaruhi sosialisasi nilai kepada
anak.
Faktor-faktor yang memengaruhi akibatan (outcome) dari proses pendidikan nilai yang
dilakukan oleh orang tua pada anak antara lain:
a. Kualitas relasi orang tua-anak
Relasi antara anak dan orang tua harus berkualitas agar anak mengidentifikasi nilai-
nilai yang diajarkan orang tua dengan baik.
b. Kepercayaan
Orang tua harus meningkatkan kepercayaan anak terhadap orang tua agar mendorong
anak untuk dapat bersikap terbuka kepada orang tua sehingga memudahkan orang tua
memantau perilaku anak.
c. Persepsi anak terhadap nilai yang disosialisikan oleh orang tua
Penelitian Acock dan Bengtson (disitasi Whitbeck dan Gecas,1988) menemukan
bahwa atribusi remaja terhadap orang tua lebih baik dalam memprediksi sikap anak
daripada sikap aktual orang tua.
CONTOH MASALAH KEPRIBADIAN ANAK YANG BERKAITAN DENGAN
PENGARUH KELUARGA BESERTA SOLUSINYA
Pada era milenial sekarang ini, banyak kasus tentang kekerasan yang terjadi pada
anak baik anak-anak sebagai pelakunya maupun anak sebagai korban kekerasan. Kasus
kekerasan kepada anak setiap tahun selalu mengalami peningkatan. Seperti yang baru-baru
ini terjadi kasus pembullyan yang dilakukan oleh 12 murid SMA terhadap salah satu murid
SMP di Kota Pontianak. Penyebab perundungan tersebut pun hanya dipicu oleh masalah
sepele yaitu komentar di media sosial. Kasus perundungan pada anak bukan hanya sekali ini
terjadi pada bulan Februari 2019 petugas cleaning service dikeroyok empat siswa SMP
Negeri 2 Galesong, Takalar, Sulawesi Selatan. Tak hanya siswa tetapi orang tua dari siswa
tersebut bahkan memerintahkan dan ikut memukul korban. Kasus penganiayaan berawal saat
petugas cleaning service yang bernama Faisal sedang memungut sampah di luar kelas,
kemudian para siswa mengejeknya dengan kata “pegawai anjing, pegawai najis”.
Tersinggung, Faisal pun menampar seorang siswa. Siswa yang ditampar tersebut pulang dan
mengadu kepada ayahnya. Tak lama kemudian, orang tua siswa tersebut mendatangi Faisal di
sekolah. Ia pun langsung memerintahkan sang anak beserta tiga teman sekolahnya untuk
memukul korban.

5
No Jenis Kasus Tahun
. 2012 2013 2014 2015
1. Perkosaan (Pk) 71 90 130 112
(51,45) (53,89) (63,41) (49,56)
2. Pencurian, curat, curas (Pcc) 17 19 29 15
(12,32) (11,38) (14,15) (6,64)
3. Penganiayaan (Pe) 11 (7,97) 8 (4,79) 17 (8,29) 41 (18,14)
4. Penelantaran Anak (Pa) 4 (2,90) 7 (4,19) 2 (0,97) 4 (1,77)
5. Melarikan anak dibawah umur 23 36 (21,56) 18 (8,78) 31 (13,72)
(Padu) (16,67)
6. Pengeroyokan (Py) 5 (3,62) 3 (1,80) 4 (1,95) 8 (3,54)
7. Penipuan (Pi) 5 (3,62) 3 (1,80) 4 (1,95) 1 (0,44)
8. Perjudian (Pj) - - - 1 (0,44)
9. Perbuatan Tidak 2 (1,45) 1 (0,60) 1 (0,05) 2 (0,88)
Menyenangkan (Ptm)
Jumlah….. 138 167 205 226
Tabel 3.1
Data Kekerasan Terhadap Anak Tahun 2012-2015 di Provinsi Lampung
Kasus-kasus diatas merupakan contoh kurang berfungsinya keluarga sebagai
pembentuk kepribadian anak. keluarga dianggap gagal dalam mentransmisikan nilai-nilai
kehidupan seperti saling menghormati antar teman dan orang yang lebih tua tanpa
memandang status sosialnya. Selain itu kasus perundungan yang menyebabkan adanya
korban yang bahkan sampai trauma atau bunuh diri juga merupakan kegagalan keluarga
dalam membentuk kepribadian anak yang sehat. Anak yang suka membully umumnya adalah
anak-anak yang kekurangan kasih sayang dan perhatian dari kedua orang tuanya. Orang tua
terlalu sibuk bekerja sehingga tidak begitu peduli dengan apa yang dilakukan anaknya diluar
rumah.
Kasus-kasus seperti pembully-an atau kekerasan yang dilakukan oleh anak
sebenarnya bisa dicegah apabila orang tua sebagai peletak dasar kepribadian anak
memberikan kasih sayang, perhatian dan kontrol terhadap perilaku anak. Komunikasi
menjadi hal yang utama dalam pendistribusian nilai-nilai baik agama, sosial maupun budaya.
Komunikasi yang buruk antara orang tua dan anak sering menjadi penyebab utama terjadinya
penyimpangan-penyimpangan perilaku yang dilakukan oleh anak. Oleh sebab itu orang tua
harus selalu menjaga komunikasi agar dapat mengontrol perilaku anak. Selain itu, orang tua
juga tidak boleh terlalu menuntut keinginannya untuk anak karena anak juga memiliki
keinginannya sendiri. Anak diberi kebebasan untuk memilih bagaimana ia menjalani
kehidupan atau mendapatkan apa yang ia inginkan asal tidak bertentangan dengan norma
yang berlaku.

Anda mungkin juga menyukai