BAB II
LANDASAN TEORI
A. Keluarga
1. Pengertian Keluarga
individu, dimana hubungan manusia yang paling intensif dan paling awal.
sosialisasi keluarga masih dibutuhkan oleh anak kecil dan anak pada masa
sekolah.
keluarga yang memenuhi ciri sebagai keluarga yang sejahtera, sehat, maju,
Esa.25
(extended family).
jaringan.27 Jaringan yang dimaksud yaitu terdiri dari kerabat yang masih
keluarga.
26
Sri Lestari, Psikologi Keluarga: Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik Dalam
Keluarga, (Jakarta: Kencana, 2012), h. 5.
27
Sri Lestari, Psikologi Keluarga: Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik Dalam
Keluarga, h. 6.
28
Sri Lestari, Psikologi Keluarga: Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik Dalam
Keluarga, h. 5.
3
siapa saja yang terlibat dalam proses tersebut dapat berubah dari masa ke
2. Orang Tua
Orang tua adalah ayah dan/atau ibu kandung, atau ayah dan/atau
teman bermainnya yang potensial. Anak dari orang tua yang mengatur
29
Sri Lestari, Psikologi Keluarga: Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik Dalam
Keluarga, h. 22.
30
UU no 23 tahun 2003 Tentang Perlindungan Anak,(Bandung: Fokus Media, 2014), h.
3.
4
sekolah yang lebih banyak daripada anak dari orang tua yang kurang
aktif dalam mengatur kontak ini (Ladd, LeSeuir, & Profilet, 1993).31
sebagai manajer kehidupan anak, contoh pada masa bayi yaitu dengan
anak agar memakai pakaian yang bersih dan menjauhkan mainan, serta
kuliah dan minat karier si anak. Dari bayi melalui masa remaja, ibu
daripada ayah.
atas anak, maupun pekerjaan rumah tangga dan bentuk lainnya dari
yang lebih tua dan mencari nafkah bagi keluarga, ayah juga dinilai
31
John W. Santrock, Perkembangan Anak: edisi kesebelas, h. 164.
5
dalam hal keterlibatan aktifnya dalam mengasuh anak (Day & Lamb,
2004).32
anak bergeser dari fokus yang lebih besar pada perawatan rutin, seperti
masa sekolah dasar, orang tua menunjukkan kasih sayang fisik yang
semakin sedikit.
32
John W. Santrock, Perkembangan Anak, Edisi ketujuh (Jakarta: Penerbit Erlangga,
2007), h. 194.
33
John W. Santrock, Perkembangan Anak, Edisi kesebelas (Jakarta: Erlangga, 2007),
h. 164.
34
John W. Santrock, Perkembangan Anak, Edisi kesebelas (Jakarta: Erlangga, 2007),
h. 165.
6
bagi ibu untuk bekerja. apalagi di Indonesia telah ada RUU tentang
bersifat melayani suami dan anak, juga ikut bekerja untuk menambah
penghasilan.
tidak tergantung dari suaminya.38 Namun ada juga ibu yang memang
yang khas yang terjadi di dunia ‘Timur’. Faktornya bisa karena suatu
37
Munandar, SCU, Emansipasi Peran Ganda Wanita Indonesia: Suatu Tinjauan
Psikologis, (Jakarta: Penerbit UI Press, 1983), h. 23.
38
Munandar, SCU, Emansipasi Peran Ganda Wanita Indonesia: Suatu Tinjauan
Psikologis, h. 47.
39
Rudy Tantra, “Work Hard or Work Smart”, artikel ini diakses pada 4 Mei 2016 dari
http://m.kompasiana.com/rudytantra88/work-hard-or-work-smart_552e37c06ea83473238b45b4
40
“Teori-teori motivasi”, artikel ini diakses pada 29 Agustus 2016 dari
http://new.edulab.co.id/teori-teori-motivasi/
8
3. Anak
a. Pengertian Anak
Anak adalah anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa. Banyak dari
Menurut John Locke, anak adalah pribadi yang masih bersih dan
41
Asep Usman Ismail, Al-Qur’an dan Kesejahteraan Sosial, (Jakarta: Penerbit Lentera
Hati, 2012), h. 283.
42
Undang-undang Perlindungan Anak, (Bandung: Fokus Media, 2014), hal.3.
43
Hastuti, Psikologi Perkembangan Anak, (Yogyakarta: Tugu Publisher, 2012), h. 11.
9
kehidupan bersama.44
besar, bahwa anak adalah anugerah dari Tuhan yang berusia 0-18
uang, peran ibu yang bekerja juga bisa memberi efek positif pada anak
laki-laki. Anak menyadari bahwa ibu bekerja keras untuknya, ini tentu
ibu yang bekerja lebih baik dalam mengelola sesuatu, lebih mandiri,
44
Hastuti, Psikologi Perkembangan Anak, h. 12.
10
saja bagi hubungan anak dengan teman sebaya namun juga pada
jika orang tua terlebih ibu yang karena kelelahan dan memiliki
anak.
intelegensi anak.46
45
“Dampak anak pada ibu yang bekerja” artikel diakses pada 4 Februari 2016 dari
http://www.ayahbunda.co.id/keluarga-psikologi/dampak-ibu-bekerja.
46
John W. Santrock, Masa Perkembangan Anak, Buku 2 Edisi 11, (Jakarta: Salemba
Humanika, 2011), h. 216.
11
diri, dan cenderung terlalu agresif terhadap teman sebaya atau bahkan
memberi rasa percaya dan kepercayaan diri. 48 Kerjasama ayah dan ibu
situasi dalam konteks komunitas, keluarga, dan lingkungan sosial yang lebih
sosial, dan spiritual. Dengan kata lain kebutuhan manusia dan sumber-sumber
47
John W. Santrock, Perkembangan Anak, Edisi ketujuh, (Jakarta: Penerbit Erlangga,
2007), h. 173.
48
John W. Santrock, Perkembangan Masa Hidup, Edisi kelima, (Jakarta: Penerbit
Erlangga, 2002), h. 121.
12
secara alami.50
1. Teori Biologis
a. Otak
orang dewasa. Pada usia 5 tahun otak anak telah mencapai hampir 90
persen berat otak orang dewasa, berat total anak seusia 5 tahun hanya
sekitar 1/3 dari beratnya pada saat anak mencapai masa dewasa.53
jumlah dan ukuran urat syaraf yang berujung dan didalam dan di antara
49
Albert R. Roberts dan Gilbert J. Green, Buku Pintar Pekerja Sosial (Jakarta: PT BPK
Gunung Mulia, 2009), h.13-14
50
J.P Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, (Jakarta: Rajawali Pers, 1981), cet. 7, h. 60.
51
Edi Suharto, ed., Pekerja Sosial Klinis, (Jakarta: Pustaka Societa, 2008), h. 57-59.
52
Santrock, Perkembangan Anak (Jakarta: Erlangga, 2007), h.18.
53
John W. Santrock, Life-Spain Development: Perkembangan Masa Hidup, (Jakarta:
Erlangga, 2002), h. 224.
13
myelinasi, yaitu suatu proses dimana sel-sel urat syaraf ditutup dan disekat
b. Genetika
Gen yang diwarisi dari orang tua, perkembangan otak, pertambahan tinggi
dan berat badan, keterampilan motorik, dan perubahan hormon pada masa
seperti tinggi, berat, warna mata, dan warna kulit serta karakteristik
1) Pengaruh Keluarga
54
John W. Santrock, Live Spain Development, h. 91.
55
Hurlock, Perkembangan Anak, cet. 6, h.117-118).
14
2) Gizi
lebih tinggi tubuhnya dan sedikit lebih cepat. Hal ini bisa dilihat
3) Jenis kelamin
4) Kecerdasan
rendah.
6) Kesehatan
56
John W. Santrock, Live Spain Development, h. 91.
15
pelayanan?57
2. Teori Psikologis
trauma, kekerasan, lalu faktor resiko keselamatan apa yang ada saat ini?59
a. Emosi
57
Panduan Assesmen Biopsikososial Spiritual dan Format Rencana Pengasuhan, data
diakses pada 4 Oktober 2016 dari
http://bettercarenetwork.org/sites/default/files/BPSS_guideline.pdf
58
Sarlito W. Sarwono, Pengantar Psikologi Umum, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h. 6.
59
Panduan Assesmen Biopsikososial Spiritual dan Format Rencana Pengasuhan, data
diakses pada 4 Oktober 2016 dari
http://bettercarenetwork.org/sites/default/files/BPSS_guideline.pdf
16
dibimbing dan diarahkan.60 Emosi pada anak dapat dilihat dari cara
berbicara, respon terhadap suatu masalah, pola pikir anak, dan pikiran-
1) Perkembangan emosi
oleh kelemahan akibat lamanya bermain, tidak mau tidur siang, dan
ditandai oleh ledakan amarah yang kuat, ketakutan yang hebat, dan
iri hati yang tidak masuk akal. Emosi yang tinggi kebanyakan
laku secara tertentu. Tetapi arti yang kita berikan kepada emosi itu
2) Pola-pola emosi
puncaknya antara usia dua dan empat tahun, setelah itu amarah
Rasa takut juga mengikuti pola yang sama, sebagian karena anak sadar
60
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan, (Jakarta: Erlangga, 1980), h. 114.
61
Panduan Assesmen Biopsikososial Spiritual dan Format Rencana Pengasuhan, data
diakses pada 4 Oktober 2016 dari
http://bettercarenetwork.org/sites/default/files/BPSS_guideline.pdf
17
anak.62
b. Konsep Berpikir
langkah, yaitu:
1) Pembentukan pengertian,
2) Pembentukan pendapat,
3) Pembentukan kesimpulan.
3. Teori Psikososial
62
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan, (Jakarta: Erlangga, 1980), h. 139.
63
MIF Baihaqi, Psikiatri: Konsep Dasar dan Gangguan-Gangguan, (Bandung: PT.
Refika Aditama, 2005), h. 91.
18
64
Sarlito W. Sarwono, Pengantar Psikologi Umum, h. 3.
65
Sarlito W. Sarwono dan Eko A. Meinarno, Psikologi Sosial, h. 12.
19
dunia tidak dapat dipercaya. Jika krisis ego ini tidak pernah
tahap ini, anak akan belajar bahwa dirinya memiliki kontrol atas
yang sukses dari tahapan ini akan menghasilkan anak yang dapat
selalu tidak baik... saya tidak tahu bagaimana cara menjadi sukses
tidak berhasil dari tahapan ini akan membuat sang anak takut untuk
yang sukses pada tahap ini akan menciptakan anak yang dapat
cukup, menarik diri dari sekolah dan teman sebaya. Anak yang
tidak mampu melewati tahap ini dengan baik akan merasa inferior,
sebayanya.
Confusion)
Yaitu masa remaja (12 hingga 18 tahun). Pada tahap ini, remaja
asosiasi dan tujuan masa depan individu yang disebut sebagai krisis
dengan orang lain secara lebih mendalam. Tujuan dalam tahap ini
sebagai balasan dari apa yang telah dunia berikan untuk dirinya,
b) Faktor-faktor Psikososial
66
Howard S. Friedman dan Miriam W. Schustack, Kepribadian Teori Klasik dan Riset
Modern, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2006), h. 157.
24
kasih sayang dari orang tua, status ekonomi orang tua, lingkungan
adil dari orang tua. Pola asuh orang tua sangat mempengaruhi
optimal. Selain kelekatan antara orang tua dan anak, pola asuh
anak di masa depan. Apakah di masa yang akan datang anak akan
berprilaku positif atau negatif, itu tergantung dari pola asuh yang
orang tua yang otoritatif sering kali ceria, bisa mengendalikan diri
dengan baik.
terlibat dalam kehidupan anak. Anak yang memiliki orang tua yang
mengembangkan dirinya.68
alatnya.
3) Lingkungan Sekolah
di luar rumah.
69
Gerungan W.A, Psikologi Sosial, (Bandung: Refika Aditama, 2000), cet. 11, h. 182.
28
4. Teori Sosial
a. Budaya
70
Achmad Damayanto, Hubungan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Dengan
Perkembangan Psikososial Anak Prasekolah Di Kelurahan Jatirahayu Bekasi (Skripsi S1 Fakultas
Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, 2013), h. 21.
71
Sarlito W. Sarwono, Psikologi Lintas Budaya, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2015), h. 3.
29
b. Kelekatan
72
Penny Upton. Psikologi Perkembangan, h. 87.
30
ditujukan kepada anak tapi juga pada ibu. Bentuk tingkah laku
anak.74
5. Teori Spiritual
anak. Spiritual adalah pencarian manusia akan makna dan tujuan hidup,
membedakan baik dan buruk ataupaun benar dan salah. Data spiritual dan
a) Etika
73
Penny Upton. Psikologi Perkembangan, h. 87.
74
Santrock, Perkembangan Anak (Jakarta: Erlangga, 2007), h. 54.
75
Siti Napsiyah Ariefuzzaman dan Lisma Dwiyati Fuaida, Belajar Teori Pekerjaan
Sosial, (Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), cet. I, h. 81.
76
Panduan Assesmen Biopsikososial Spiritual dan Format Rencana Pengasuhan, data
diakses pada 4 Oktober 2016 dari
http://bettercarenetwork.org/sites/default/files/BPSS_guideline.pdf
32
lakunya. Kedua, etika dalam arti kumpulan asas atau nilai moral.
Ketiga, etika dalam arti ilmu tentang ilmu yang baik dan buruk. Etika
nilai yang dianggap baik dan buruk) yang begitu saja diterima oleh
b) Moral
moral yaitu nilai dan norma yang menjadi pegangan bagi seseorang
tentang baik dan buruk, benar dan salah, apa yang dapat dan tidak
c) Nilai
yang memberi makna hidup, yang memberi pada hidup ini titik-
77
Sjarkawi, Pembentukan Kepribadian Anak: Peran Moral, Intelektual, Emosional, dan
Sosial sebagai Wujud Integritas Membangun Jati Diri, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008), h. 27.
78
Sjarkawi, Pembentukan Kepribadian Anak: Peran Moral, Intelektual, Emosional, dan
Sosial sebagai Wujud Integritas Membangun Jati Diri, hal.27.
79
Sjarkawi, Pembentukan Kepribadian Anak: Peran Moral, Intelektual, Emosional, dan
Sosial sebagai Wujud Integritas Membangun Jati Diri, h. 29.
33
tolak, isi, dan tujuan. Nilai adalah Sesuatu yang dijunjung tinggi,
buruk.
80
Sjarkawi, Pembentukan Kepribadian Anak: Peran Moral, Intelektual, Emosional, dan
Sosial sebagai Wujud Integritas Membangun Jati Diri, h. 29.
34
A. Bio
1. Fisik: Jenis Kelamin, umur, berat badan, tinggi badan, adakah pengaruh
B. Psikologis
1. Cara berbicara, respon terhadap suatu masalah, pola pikir anak, dan
C. Sosial
D. Spiritual