Disusun Oleh :
Jumiyati 1701030009
Meitha Handayani 1701030026
Nurul Andini 1701030053
Risqi Andayani 1701030062
Tri Sundari 1701030034
Wahyu Septiani 1701030057
Zidha Ilmi Nabela 1701030037
Semester II
FAKULTAS TARBIYAH
T.P : 2017/2018
DAMPAK PERKEMBANGAN PSIKOLOGI ANAK KORBAN
BROKEN HOME STUDI KASUS KELUARGA
DI DESA MARGA MULYA
KECAMATAN BUMI AGUNG
Oleh:
ABSTRACT
The problem in this research is the psychological impact of child development broken
home. The research type is qualitative research, in this research is broken home child in
Marga Mulya Village, Bumi Agung Subdistrict, East Lampung Regency named Novaliya Siti
Nurjanah and Aisyah Fisa Billah. Novaliya Siti Nurjanah research results have a hyper active
nature and very selfish nature. While Aisha Fisa Bilillah has a shy personality, a little selfish
and angry but, Aisha one of the best performers in school. The forms of parenting adopted by
grandfather aliya and his aisyah buddies are democratic parenting.
ABSTRAK
Masalah dalam penelitian ini yaitu dampak psikologi perkembangan anak broken
home. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif, dalam penelitian ini adalah
anak broken home di Desa Marga Mulya, Kecamatan Bumi Agung, Kabupaten Lampung
Timur yaitu yang bernama Novaliya Siti Nurjanah dan Aisyah Fisa Billah. Hasil penelitian
Novaliya Siti Nurjanah mempunya sifat yang hiper aktif dan sifat egoisnya sangat tinggi.
Sedangkan Aisyah Fisa Bilillah mempunyai keperibadian yang pemalu, sedikit egois dan
pemarah tetapi, Aisyah salah satu murit yang berprestasi disekolah. Bentuk-bentuk pola asuh
yang diterapkan oleh Kakek Aliya dan Budenya Aisyah adalah pola asuh demokratis.
A. Pendahuluan
Psikologi perkembangan pada prinsipnya merupakan cabang dari psikologi.
Psikologi sendiri merupakan sebuah istilah yang berasal dari bahasa Inggris, yaitu
“psychologi”. Istilah ini pada umumnya berasal dari kata dalam bahasa yunani
“psyche”, yang berarti roh, jiwa atau daya hidup, dan “logos” yang berarti ilmu. Jadi,
secara harfiah “psychologi” berarti “ilmu jiwa”.
Akan tetapi, sejak dahulu tidak pernah dijumpai kata sepakat tentang apa yang
dimaksud dengan jiwa (soul). Sejak zaman Yunani kuno, para filosof berusaha
mempelajari jiwa. Plato misalnya, mengatakan jiwa adalah ide, Hipocrates
berpendapat jiwa adalah karakter, sedangkan Aristoteles mengartikan jiwa sebagai
fungsi mengingat. Kemudian pada abad ke-17, Rene Descrates, filosof perancis,
berpendapat bahwa jiwa adalah akal atau kesadaran. Giorge berkeley, filosof inggris
yang hidup diakhir abad ke-17, menyatakan jiwa adalah persepsi. Sementara itu, John
Luke, filosofi Inggris lainnya beranggapan bahwa jiwa adalah “kumpulan ide yang
disatukan melalui asosiasi”. (Sarwono, 1992).
Richard M. Lerner (1976) merumuskan psikologi perkembangan sebagai
pengetahuan yang mempelajari persamaan dan perbedaan fungsi-fungsi psikologis
sepanjang hidup. Misalnya, mempelajari bagaimana proses berpikir pada anak-anak
usia satu, dua atau lima tahun, memiliki persamaan atau perbedaan, atau bagaimana
kepribadian seseorang berubah dan berkembang dari anak-anak, remaja sampai
dewasa.1
Psikologi perkembangan menelaah berbagai perubahan intra-individual dan
perubahan intraindividual yang terjadi didalam perubahan intraindividual. La Bouvie
(Hurlock. 1999) menyatakan bahwa psikologi perkembangan tidak hanya
mendeskripsikan, tetapi juga menjelaskan atau mengeksplikasikan perubahan perilaku
menurut tingkat usia sebagai masalah hubungan antaseden (gejala yang mendahului)
dan konsekuensinya.
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa psikologi perkembangan
adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fungsi-fungsi psikologi
sepanjang hidup (mempelajari psoses berfikir pada anak-anak, memiliki persamaan
dan perbedaan, dan perubahan kepribadian seseorang serta perkembangannya sejak
masa anak-anak, remaja sampai dewasa).2
Keluarga merupakan bagian dari manusia yang selalu berhubungan dengan
kita. Keadaan ini perlu kita sadari sepenuhnya bahwa setiap individu merupakan
bagiannya dan dikeluarga juga semua dapat diekspresikan tanpa hambatan yang
berarti. Tahun 1960 keluarga di Indonesia sekitar 30 juta, tahun 1990 menjadi 35-40
juta dan pada awal abad 21 berubah menjadi 60 dampai 65 juta.
Friedman (1998) mendefinisikan bahwa keluarga adalah kumpulan dua orang
atau lebih yang hidup bersama dengan keterkaitttan atau aturan dan emosional dan
individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga.
Menurut UU No. 10 tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga Sejahtera, keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang
1
Desmita, Psikologi Perkembangan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015), hlm. 1-3.
2
Rosleny Marliani, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2016), hlm. 36.
terdiri dari suami-isteri, atau suami-isteri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau
ibu dan anaknya.
Keluarga mempunyai peranan utama dalam meningkatkan sumber daya
manusia, selepas itu barulah dapat berkembang peranan sekolah dan peranan
masyarakat untuk mengembangkan potensi anak menuju sumber daya manusia yang
sehat, tangkas, terampil, efisien dan perwawasan kebangsaan.
Keluarga mempunyai beberapa tipe. Pembagia tipe keluarga tergantung pada
konteks keilmuan dan orang yang mengelompokkan. Secara tradisional keluarga
dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
1. Keluarga inti (nucleal family) adalah keluarga yang hanya terdiri atas
ayah, ibu dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau
keduanya.
2. Keluarga besar (extended family) adalah keluarga inti ditambah anggota
keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah ( kakek- nenek,
paman-bibik).
Namun, dengan perkembangannya peran individu dan meningkatnya rasa
individualisme, pengelompokkan tipe keluarga lain kedua diatas perkembangannya
menjadi:
1. Keluarga bentukan kembali (dyadic family) adalah keluarga baru yang
terbentuk atau dari pasangan yang telah cerai atau kehilangan
pasangannya.
2. Orang Tua Tunggal (single parent family) adalah keluarga yang terdiri dari
salah satu orang tua dengan anak-anak akibat perceraian atau ditinggal
pasangannya.
3. Ibu dengan anak tanpa perkawinan ( the unmarried teenage mother family)
4. Orang dewasa ( laki-laki atau perempuan ) yang tinggal sendiri tanpa
pernah menikah ( the single adult living alone)
5. Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya ( the none-marital
hetero sexsual cohabiting family ) biasanya dapat dijumpai pada daerah
perkotaan, tetapi pada akhirnya mereka dinikahkan oleh pemerintah daerah
kabupaten atau kota meskipun usia pasangan tersebut telah tua demi status
anak-anaknya.
6. Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama (gae
and lesbian family )3
1. Keluarga inti. Keluarga inti terdiri dari suami (pencari nafkah) seorang ibu
(ibu rumah tangga) dan anak-anak.
2. Keluarga besar tradisional adalah bentuk keluarga yang pasangan suami
istri sama-sama melakukan pengaturan dan belanja rumah tangga dengan
orang tua, sanak saudara, dan kerabat lain dalam keluarga tersebut.
3
Suprajitno, Asuhan Keperawatan Keluarga, ( Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 2004), hlm. 1-3.
3. Keluarga dengan orang tua tunggal. Keluarga ini hanya memiliki satu
kepala rumah tangga, ayah atau ibu (duda atau janda atau belum
menikah).
4. Individu dewasa yang hidup sendiri. Bentuk ini banyak terdapat
dimasyarakat. Mereka hidup berkelempok seperti dipanti, tetapi ada juga
yang menyendiri.
5. Keluarga dengan orang tua tiri. Menurut Mc Cubbin dan Dahel (1985)
orang tua menghadapi tiga masalah yang paling menonjol yaitu
pendisiplinan anak, penyesuaian diri dengan kepribadian anak, dan
kebiasaan serta penerimaan terhadap pemikatan hati.
6. Keluarga binuklear. Keluarga binuklear merujuk pada bentuk keluarga
setelah cerai. Sehingga anak jadi anggota dari suatu sistem keluarga yang
terdiri dari dua rumah tangga inti.
7. Bentuk variasi keluarga non tradisional. Bentuk keluarga variasi non
tradisional me;liputi bentuk keluarga yang sangat berbeda satu sama lain,
baik dalam struktur maupun dinamikanya.
Menurut Friedman fungsi keluarga dibagi menjadi 5 , yaitu:
1. Fungsi afektif, berhubungan dengan fungsi internal keluarga yang
merupakan dasar kekuatan keluarga .fungsi afektif berguna untuk
pemenuhan kebutuhan psikososial.
2. Fungsi sosialisasi, proses perkembangan dan perubahan yang dilalui
individu menghasilkan interaksi sosial, dan individu tersebut
melaksanakan perannya dalam lingkungan sosial.
3. Fungsi reproduksi, fungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan
menambah sumber daya manusia.
4. Fungsi ekonomi, fungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga, seperti
makanan,pakaian,perumahan,dan lain-lain.
5. Fungsi perawatan keluarga, keluarga menyediakan makanan, pakaian,
perlindungan, dan asuhan kesehatan/keperawatan.4
B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif
yaitu untuk mencari makna, pemahaman, pengertian, tentang suatu fenomena
kejadian, maupun kehidupan manusia dengan terlibat langsung atau tidak langsung
dalam serring yang diteliti, kontekstual, dan menyeluruh. 5
Sampel penelitian ialah anak yang ada didesa Marga Mulya Kecamatan Bumi
Agung Kabupaten Lampung timur, yang berjumlah 2 anak. Penelitian ini untuk
mengetahui perilaku dan kepribadian anak yang broken home.
C. Hasil Penelitian
Biografi anak broken home 1
Novaliya Siti Nurjanah sering dipanggil Aliya. Aliya adalah anak tunggal dari
keluarganya. Tetapi keluarganya mengalami perceraian pada saat Aliya masih bayi
berumur 2 bulan. Pada saat aliya berumur 5 bulan ia ditinggal oleh ibunya untuk
bekerja menjadi TKI di luar negeri. Sejak aliya berumur 5 bulan ia diasuh oleh kakek
dan neneknya.
Aliya memiliki badan yang kurus, berkulit sawo matang, panjang rambut sebahu
berwarna hitam dan lurus. Mempunyai mata yang lebar, hidung sedikit pesek, pipinya
tirus. Dia termasuk anak yang hiper aktif, sifat egoisnya sangat tinggi. Pada
perkembangannya aliya sudah bisa menulis dan mewarnai. Tetapi Aliya belum mau
ditinggal saat iya sekolah, kakeknya harus menunggu Aliya dari mulai masuk sekolah
sampai pulang sekolah.
Pola asuh yang diberikan oleh Kakek Aliya yaitu pola asuh demokratis,
dimana memberikan kebebasan serta bimbingan kepada anak. Anak dapat
berkembang secara wajar dan mampu berhubungan secara harmonis.
Aisyah Fisa Bilillah sering dipanggil Aisyah. Aisyah adalah anak tunggal dari
keluarganya. Tetapi keluarganya mengalami penceraian pada saat Aisyah berumur 3
tahun, pada saat Aisyah berumur 7 bulan ia ditinggalkan oleh ibunya untuk bekerja
diluar Negeri yaitu di Hongkong, dan setelah ibunya pergi Aisyah langsung diasuh
oleh Neneknya di Tanggamus dan pada bulan kedelapan Ayahnya pun ikut pergi
bekerja diluar negrei yaitu di Malaysia, dan diumur 1 tahun Aisyah pindah alih diasuh
oleh Budenya namun selama Ayahnya bekerja, Ayahnya pun tidak memiliki
penghasilan tetap. Dan karna Ayahnya selama di Malaysia tidak memiliki penghasilan
Ayahnya pun memilih pulang lagi ke Indonesia dan tinggal bersama dengan Kakak
kandungnya yaitu Budenya Aisyah. Lalu Kakaknya pun memberi saran kepada
adiknya untuk kembali mencari kerja. Tapi pada kenyataanya adiknya itu pun tetap
saja tidak mendapatkan hasil dari perkerjaan yang dilakukannya selama ini. Lambat
hari istrinya pun merasa jenuh akan suaminya yang tidak kunjung mendapat pekerjaan
dan tidak menaflkahi anaknya sebagaimana mestinya, dan hanya sang istri yang
hanya bekerja untuk menafkahi Aisyah anaknya. Itulah sebabnya kenapa istrinya
membuat keputusan bercerai kepada sang suami. Melihat suaminya yang hanya
luntang lantung tidak memiliki pekerjaan yang pasti.
Aisyah mempunyai badan yang kurus dan tinggi, mempunyai rambut panjang
dan ikal,warna kulitnya sawo matang dan hidung sedikit mancung. Aisyah
mempunyai keperibadian yang pemalu, sedikit egois dan pemarah tetapi Aisyah salah
satu murit yang berprestasi disekolah. Pola asuh yang diberikan oleh Budenya yaitu
pola asuh demokratis, dimana memberikan kebebasan serta bimbingan kepada anak.
Anak dapat berkembang secara wajar dan mampu berhubungan secara harmonis.
D. Pembahasan
Penelitian ini dilakukan di Desa Marga Mulya, Kecamatan Bumi Agung,
Kabupaten Lampung Timur, khususnya anak dari Bapak Suko Wicaksono dan Ibu
Dwi Susanti yang bernama Novaliya Siti Nurjanah, yang sekarang diasuh oleh
Kakeknya yang bernama Suwandi. Dan Aisyah Fisa Bilillah anak dari bapak Jarto
Winoto dan ibu Yuneti. Aisyah sekarang di asuh oleh Budenya. Penelitian ini
dilaksanakan pada tanggal 16 April 2018 dan selesai pada tanggal 1 Mei 2018. Tujuan
dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui dampak perkembangan psikologi anak
korban broken home.
Perhatian pada anak, adalah adanya kepedulian orang tua terhadap perasaan
keinginan dan kebutuhan anak. Orang tua harus peka terhadap perasaan,kebutuhan
dan keinginan serta perubahan anak. Orang tua harus mampu mengkomunikasikan
7
Kunarti, Pengaruh Interaksi Keluarga Dan Tekanan Ekonomi Terhadap Kenakalan Remaja,(Jakarta:Rineka
Cipta,2004) hlm 22.
8
Hendra Surya,Kiyat Mengatasi Penyimpangan Anak 2,(Jakarta:PT Elex Media Komputindo,2006) hlm 56.
9
Hendra Surya, Rahasia Membuat Anak Cerdas Dan Manusia Unggul,(Jakarta:PT Elex Media
Komputindo,2010) hlm 189
setiap perasaan, keinginan dan kebutuhan secara baik dengan anak, untuk
mendapatkan saling pengertian dan tanpa dilandasi oleh sikap emosional.
Menurut Tamrin nasution (1996:44) berpendapat bahwa dengan adanya
pengertian dan perhatian yang diberikan orang tua kepada anak maka dengan
sendirinya rasa cita kepada orang tua semakin besar. Tapi ingat, perhatian itu tidak
boleh berlebihan. Sebab perhatian yang berlebihan akan membuat anak manja dan
tidak kreatif.10
E. Kesimpulan
Berdasarkan observasi di atas dan pembahasan dampak psikologi perkembangan anak
terhadap anak broken home, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Karakter kepribadian dari masing-masing anak yaitu Novaliya Siti Nurjanah
mempunya sifat yang hiper aktif dan sifat egoisnya sangat tinggi. Sedangkan
Aisyah Fisa Bilillah mempunyai keperibadian yang pemalu, sedikit egois dan
pemarah tetapi, Aisyah salah satu murit yang berprestasi disekolah.
2. Bentuk-bentuk pola asuh yang diterapkan oleh Kakek Aliya dan Budenya Aisyah
adalah pola asuh demokratis.
3. Setiap kasus broken home terjadi, anak selalu menjadi atau dijadikan korban. Ia
menjadi korban karena haknya mendapat lingkungan keluarga yang nyaman telah
dilanggar. Dijadikan korban karena orang tua kerap melibatkan anak dalam
konflik keluarga. Banyak orang tua yang saling tarik menarik hak asuh anak saat
konflik berlangsung dengan alasan cinta. Dalam keadaan bingung, anak
terombang-ambing antara dua orang yang mengaku paling menyayanginya.
Keadaan ini bisa membuat anak terluka. Ia menjadi kehilangan orientasi akan
makna sebuah keluarga. Dampaknya bisa sangat buruk,terutama secara psikologis.
4. Upaya tersebut orang tua ayah atau ibu lenih meningkatkan komunikasi,
meluangkan waktu dengan anak, sehingga dapat mengkontrol perlaku anak.
5. Cara membangun kedekatan orang tua dengan anak broken home yaitu dengan
cara membangun kedekatan, kehangatan, dan perhatian antara orang tua dengan
anak.
D. Daftar Pustaka
Rosleny Marliani, 2016, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung: CV Pustaka
Setia.
10
H.Amirullah Syarbini Heri Gunawan, Mencetak Anak Hebat,(Jakarta:PT Elex Komputindo,2014) hlm 274.
Suprajitno, 2004, Asuhan Keperawatan Keluarga, Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Zaidan Ali, 2010, Pengantar Keperawatan Keluarga, Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Kunarti, 2004, Pengaruh Interaksi Keluarga Dan Tekanan Ekonomi Terhadap Kenakalan
Remaja, Jakarta:Rineka Cipta.
Hendra Surya, 2006, Kiyat Mengatasi Penyimpangan Anak 2, Jakarta:PT Elex Media
Komputindo.
Hendra Surya, 2010, Rahasia Membuat Anak Cerdas Dan Manusia Unggul, Jakarta:PT Elex
Media Komputindo.
H.Amirullah Syarbini, Heri Gunawan, 2014, Mencetak Anak Hebat, Jakarta:PT Elex
Komputindo.