Anda di halaman 1dari 11

JURNAL DAMPAK PERKEMBANGAN PSIKOLOGI

ANAK KORBAN BROKEN HOME


STUDI KASUS KELUARGA DI DESA MARGA MULYA
KECAMATAN BUMI AGUNG

Disusun Oleh :

Jumiyati 1701030009
Meitha Handayani 1701030026
Nurul Andini 1701030053
Risqi Andayani 1701030062
Tri Sundari 1701030034
Wahyu Septiani 1701030057
Zidha Ilmi Nabela 1701030037

Semester II

FAKULTAS TARBIYAH

JURUSAN STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI (PIAUD)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO

T.P : 2017/2018
DAMPAK PERKEMBANGAN PSIKOLOGI ANAK KORBAN
BROKEN HOME STUDI KASUS KELUARGA
DI DESA MARGA MULYA
KECAMATAN BUMI AGUNG

Oleh:

Mahasiswi IAIN Metro, PIAD IAIN Metro

ABSTRACT

The problem in this research is the psychological impact of child development broken
home. The research type is qualitative research, in this research is broken home child in
Marga Mulya Village, Bumi Agung Subdistrict, East Lampung Regency named Novaliya Siti
Nurjanah and Aisyah Fisa Billah. Novaliya Siti Nurjanah research results have a hyper active
nature and very selfish nature. While Aisha Fisa Bilillah has a shy personality, a little selfish
and angry but, Aisha one of the best performers in school. The forms of parenting adopted by
grandfather aliya and his aisyah buddies are democratic parenting.

ABSTRAK

Masalah dalam penelitian ini yaitu dampak psikologi perkembangan anak broken
home. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif, dalam penelitian ini adalah
anak broken home di Desa Marga Mulya, Kecamatan Bumi Agung, Kabupaten Lampung
Timur yaitu yang bernama Novaliya Siti Nurjanah dan Aisyah Fisa Billah. Hasil penelitian
Novaliya Siti Nurjanah mempunya sifat yang hiper aktif dan sifat egoisnya sangat tinggi.
Sedangkan Aisyah Fisa Bilillah mempunyai keperibadian yang pemalu, sedikit egois dan
pemarah tetapi, Aisyah salah satu murit yang berprestasi disekolah. Bentuk-bentuk pola asuh
yang diterapkan oleh Kakek Aliya dan Budenya Aisyah adalah pola asuh demokratis.
A. Pendahuluan
Psikologi perkembangan pada prinsipnya merupakan cabang dari psikologi.
Psikologi sendiri merupakan sebuah istilah yang berasal dari bahasa Inggris, yaitu
“psychologi”. Istilah ini pada umumnya berasal dari kata dalam bahasa yunani
“psyche”, yang berarti roh, jiwa atau daya hidup, dan “logos” yang berarti ilmu. Jadi,
secara harfiah “psychologi” berarti “ilmu jiwa”.
Akan tetapi, sejak dahulu tidak pernah dijumpai kata sepakat tentang apa yang
dimaksud dengan jiwa (soul). Sejak zaman Yunani kuno, para filosof berusaha
mempelajari jiwa. Plato misalnya, mengatakan jiwa adalah ide, Hipocrates
berpendapat jiwa adalah karakter, sedangkan Aristoteles mengartikan jiwa sebagai
fungsi mengingat. Kemudian pada abad ke-17, Rene Descrates, filosof perancis,
berpendapat bahwa jiwa adalah akal atau kesadaran. Giorge berkeley, filosof inggris
yang hidup diakhir abad ke-17, menyatakan jiwa adalah persepsi. Sementara itu, John
Luke, filosofi Inggris lainnya beranggapan bahwa jiwa adalah “kumpulan ide yang
disatukan melalui asosiasi”. (Sarwono, 1992).
Richard M. Lerner (1976) merumuskan psikologi perkembangan sebagai
pengetahuan yang mempelajari persamaan dan perbedaan fungsi-fungsi psikologis
sepanjang hidup. Misalnya, mempelajari bagaimana proses berpikir pada anak-anak
usia satu, dua atau lima tahun, memiliki persamaan atau perbedaan, atau bagaimana
kepribadian seseorang berubah dan berkembang dari anak-anak, remaja sampai
dewasa.1
Psikologi perkembangan menelaah berbagai perubahan intra-individual dan
perubahan intraindividual yang terjadi didalam perubahan intraindividual. La Bouvie
(Hurlock. 1999) menyatakan bahwa psikologi perkembangan tidak hanya
mendeskripsikan, tetapi juga menjelaskan atau mengeksplikasikan perubahan perilaku
menurut tingkat usia sebagai masalah hubungan antaseden (gejala yang mendahului)
dan konsekuensinya.
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa psikologi perkembangan
adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fungsi-fungsi psikologi
sepanjang hidup (mempelajari psoses berfikir pada anak-anak, memiliki persamaan
dan perbedaan, dan perubahan kepribadian seseorang serta perkembangannya sejak
masa anak-anak, remaja sampai dewasa).2
Keluarga merupakan bagian dari manusia yang selalu berhubungan dengan
kita. Keadaan ini perlu kita sadari sepenuhnya bahwa setiap individu merupakan
bagiannya dan dikeluarga juga semua dapat diekspresikan tanpa hambatan yang
berarti. Tahun 1960 keluarga di Indonesia sekitar 30 juta, tahun 1990 menjadi 35-40
juta dan pada awal abad 21 berubah menjadi 60 dampai 65 juta.
Friedman (1998) mendefinisikan bahwa keluarga adalah kumpulan dua orang
atau lebih yang hidup bersama dengan keterkaitttan atau aturan dan emosional dan
individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga.
Menurut UU No. 10 tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga Sejahtera, keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang
1
Desmita, Psikologi Perkembangan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015), hlm. 1-3.
2
Rosleny Marliani, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2016), hlm. 36.
terdiri dari suami-isteri, atau suami-isteri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau
ibu dan anaknya.
Keluarga mempunyai peranan utama dalam meningkatkan sumber daya
manusia, selepas itu barulah dapat berkembang peranan sekolah dan peranan
masyarakat untuk mengembangkan potensi anak menuju sumber daya manusia yang
sehat, tangkas, terampil, efisien dan perwawasan kebangsaan.
Keluarga mempunyai beberapa tipe. Pembagia tipe keluarga tergantung pada
konteks keilmuan dan orang yang mengelompokkan. Secara tradisional keluarga
dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
1. Keluarga inti (nucleal family) adalah keluarga yang hanya terdiri atas
ayah, ibu dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau
keduanya.
2. Keluarga besar (extended family) adalah keluarga inti ditambah anggota
keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah ( kakek- nenek,
paman-bibik).
Namun, dengan perkembangannya peran individu dan meningkatnya rasa
individualisme, pengelompokkan tipe keluarga lain kedua diatas perkembangannya
menjadi:
1. Keluarga bentukan kembali (dyadic family) adalah keluarga baru yang
terbentuk atau dari pasangan yang telah cerai atau kehilangan
pasangannya.
2. Orang Tua Tunggal (single parent family) adalah keluarga yang terdiri dari
salah satu orang tua dengan anak-anak akibat perceraian atau ditinggal
pasangannya.
3. Ibu dengan anak tanpa perkawinan ( the unmarried teenage mother family)
4. Orang dewasa ( laki-laki atau perempuan ) yang tinggal sendiri tanpa
pernah menikah ( the single adult living alone)
5. Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya ( the none-marital
hetero sexsual cohabiting family ) biasanya dapat dijumpai pada daerah
perkotaan, tetapi pada akhirnya mereka dinikahkan oleh pemerintah daerah
kabupaten atau kota meskipun usia pasangan tersebut telah tua demi status
anak-anaknya.
6. Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama (gae
and lesbian family )3

Sedangkan menurut Sussman et. Al menguraikan keluarga menjadi 7 bentuk, yaitu :

1. Keluarga inti. Keluarga inti terdiri dari suami (pencari nafkah) seorang ibu
(ibu rumah tangga) dan anak-anak.
2. Keluarga besar tradisional adalah bentuk keluarga yang pasangan suami
istri sama-sama melakukan pengaturan dan belanja rumah tangga dengan
orang tua, sanak saudara, dan kerabat lain dalam keluarga tersebut.

3
Suprajitno, Asuhan Keperawatan Keluarga, ( Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 2004), hlm. 1-3.
3. Keluarga dengan orang tua tunggal. Keluarga ini hanya memiliki satu
kepala rumah tangga, ayah atau ibu (duda atau janda atau belum
menikah).
4. Individu dewasa yang hidup sendiri. Bentuk ini banyak terdapat
dimasyarakat. Mereka hidup berkelempok seperti dipanti, tetapi ada juga
yang menyendiri.
5. Keluarga dengan orang tua tiri. Menurut Mc Cubbin dan Dahel (1985)
orang tua menghadapi tiga masalah yang paling menonjol yaitu
pendisiplinan anak, penyesuaian diri dengan kepribadian anak, dan
kebiasaan serta penerimaan terhadap pemikatan hati.
6. Keluarga binuklear. Keluarga binuklear merujuk pada bentuk keluarga
setelah cerai. Sehingga anak jadi anggota dari suatu sistem keluarga yang
terdiri dari dua rumah tangga inti.
7. Bentuk variasi keluarga non tradisional. Bentuk keluarga variasi non
tradisional me;liputi bentuk keluarga yang sangat berbeda satu sama lain,
baik dalam struktur maupun dinamikanya.
Menurut Friedman fungsi keluarga dibagi menjadi 5 , yaitu:
1. Fungsi afektif, berhubungan dengan fungsi internal keluarga yang
merupakan dasar kekuatan keluarga .fungsi afektif berguna untuk
pemenuhan kebutuhan psikososial.
2. Fungsi sosialisasi, proses perkembangan dan perubahan yang dilalui
individu menghasilkan interaksi sosial, dan individu tersebut
melaksanakan perannya dalam lingkungan sosial.
3. Fungsi reproduksi, fungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan
menambah sumber daya manusia.
4. Fungsi ekonomi, fungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga, seperti
makanan,pakaian,perumahan,dan lain-lain.
5. Fungsi perawatan keluarga, keluarga menyediakan makanan, pakaian,
perlindungan, dan asuhan kesehatan/keperawatan.4

B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif
yaitu untuk mencari makna, pemahaman, pengertian, tentang suatu fenomena
kejadian, maupun kehidupan manusia dengan terlibat langsung atau tidak langsung
dalam serring yang diteliti, kontekstual, dan menyeluruh. 5
Sampel penelitian ialah anak yang ada didesa Marga Mulya Kecamatan Bumi
Agung Kabupaten Lampung timur, yang berjumlah 2 anak. Penelitian ini untuk
mengetahui perilaku dan kepribadian anak yang broken home.
C. Hasil Penelitian
Biografi anak broken home 1

Nama : Novaliya Siti Nurjanah


4
Zaidan Ali, Pengantar Keperawatan Keluarga, (Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 2010), hlm. 8-11.
5
A. Muri Yusuf, Metode Penelitian, ( Jakarta: Kencana, 2014), hlm. 328.
Tempat, tanggal lahir : Marga Mulya, 25 Januari 2013
Alamat : Marga Mulya, Kecamatan Bumi Agung
Usia : 4 tahun
Kelas : PAUD Melati
Nama ayah : Suko Wicaksono
Nama ibu : Dwi Susanti

Novaliya Siti Nurjanah sering dipanggil Aliya. Aliya adalah anak tunggal dari
keluarganya. Tetapi keluarganya mengalami perceraian pada saat Aliya masih bayi
berumur 2 bulan. Pada saat aliya berumur 5 bulan ia ditinggal oleh ibunya untuk
bekerja menjadi TKI di luar negeri. Sejak aliya berumur 5 bulan ia diasuh oleh kakek
dan neneknya.
Aliya memiliki badan yang kurus, berkulit sawo matang, panjang rambut sebahu
berwarna hitam dan lurus. Mempunyai mata yang lebar, hidung sedikit pesek, pipinya
tirus. Dia termasuk anak yang hiper aktif, sifat egoisnya sangat tinggi. Pada
perkembangannya aliya sudah bisa menulis dan mewarnai. Tetapi Aliya belum mau
ditinggal saat iya sekolah, kakeknya harus menunggu Aliya dari mulai masuk sekolah
sampai pulang sekolah.
Pola asuh yang diberikan oleh Kakek Aliya yaitu pola asuh demokratis,
dimana memberikan kebebasan serta bimbingan kepada anak. Anak dapat
berkembang secara wajar dan mampu berhubungan secara harmonis.

Biografi anak broken home 2

Nama : Aisyah Fisa Bilillah


Tempat, tanggal lahir : Padasuka, 22-agustus-2011
Alamat : Marga Mulya, Kecamatan Bumi Agung
Usia : 7 tahun
Kelas : 1 (Satu) MI Maarif NU 5 Sekampung
Nama Ayah : Jarto Winoto
Nama Ibu : Yuneti

Aisyah Fisa Bilillah sering dipanggil Aisyah. Aisyah adalah anak tunggal dari
keluarganya. Tetapi keluarganya mengalami penceraian pada saat Aisyah berumur 3
tahun, pada saat Aisyah berumur 7 bulan ia ditinggalkan oleh ibunya untuk bekerja
diluar Negeri yaitu di Hongkong, dan setelah ibunya pergi Aisyah langsung diasuh
oleh Neneknya di Tanggamus dan pada bulan kedelapan Ayahnya pun ikut pergi
bekerja diluar negrei yaitu di Malaysia, dan diumur 1 tahun Aisyah pindah alih diasuh
oleh Budenya namun selama Ayahnya bekerja, Ayahnya pun tidak memiliki
penghasilan tetap. Dan karna Ayahnya selama di Malaysia tidak memiliki penghasilan
Ayahnya pun memilih pulang lagi ke Indonesia dan tinggal bersama dengan Kakak
kandungnya yaitu Budenya Aisyah. Lalu Kakaknya pun memberi saran kepada
adiknya untuk kembali mencari kerja. Tapi pada kenyataanya adiknya itu pun tetap
saja tidak mendapatkan hasil dari perkerjaan yang dilakukannya selama ini. Lambat
hari istrinya pun merasa jenuh akan suaminya yang tidak kunjung mendapat pekerjaan
dan tidak menaflkahi anaknya sebagaimana mestinya, dan hanya sang istri yang
hanya bekerja untuk menafkahi Aisyah anaknya. Itulah sebabnya kenapa istrinya
membuat keputusan bercerai kepada sang suami. Melihat suaminya yang hanya
luntang lantung tidak memiliki pekerjaan yang pasti.
Aisyah mempunyai badan yang kurus dan tinggi, mempunyai rambut panjang
dan ikal,warna kulitnya sawo matang dan hidung sedikit mancung. Aisyah
mempunyai keperibadian yang pemalu, sedikit egois dan pemarah tetapi Aisyah salah
satu murit yang berprestasi disekolah. Pola asuh yang diberikan oleh Budenya yaitu
pola asuh demokratis, dimana memberikan kebebasan serta bimbingan kepada anak.
Anak dapat berkembang secara wajar dan mampu berhubungan secara harmonis.

D. Pembahasan
Penelitian ini dilakukan di Desa Marga Mulya, Kecamatan Bumi Agung,
Kabupaten Lampung Timur, khususnya anak dari Bapak Suko Wicaksono dan Ibu
Dwi Susanti yang bernama Novaliya Siti Nurjanah, yang sekarang diasuh oleh
Kakeknya yang bernama Suwandi. Dan Aisyah Fisa Bilillah anak dari bapak Jarto
Winoto dan ibu Yuneti. Aisyah sekarang di asuh oleh Budenya. Penelitian ini
dilaksanakan pada tanggal 16 April 2018 dan selesai pada tanggal 1 Mei 2018. Tujuan
dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui dampak perkembangan psikologi anak
korban broken home.

1. Sejarah Terbentuknya Desa Marga Mulya


Marga mulya tidak langsung berdiri. Dahulu Marga Mulya adalah perluasan
masyarakat dari transkolonisasi. Transkonolisasi adalah suatu daerah sebelum
didatangi oleh manusia atau masyarakat itu sudah terbentuk prasarananya. Sudah ada
tanah yang dimiliki minyalnya lapangan, balai desa dan sebagainya. Kemudian lahan-
lahannya sudah bersertifikat atas nama negara melalui transmigrasi. Contoh dipulau
Sumatra ini provinsi Lampung pasti pernah mendengar sebutan bedeng, misalnya
bedeng 51, 62, 45 dan sebagainya. Bedeng itu dimulai dari bedeng 1 yang berada
diwilayah Gedung Tataan. Dan dilanjut bedeng 2, 3, 4, 5 dan seterusnya sampai
dengan Marga Mulya ini. Terbentuknya desa adalah dari perluasan bedeng 51
Sribasuki, kemudian bedeng 52 Selorejo dan lain sebagainya. Awalnya kampung
Marga Mulya namanya bukan Marga Mulya, karena Marga Mulya menginduk
menjadi beberapa desa diantaranya adalah dusun 1 desa Sukasari, dusun 3 desa
Gunung Tiga, dan yang terakhir adalah negara Nabung. Jadi Marga Mulya dulu bukan
termasuk desa, lalu masyarakat yang tinggal di Marga Mulya administrasinya
sebagian ikut didesa Sukasari, Gunung 3, dan sebagian ke negara Nabung. Kemudian
seiring berjalannya waktu Marga Mulya mulai menata menjadi sebuah desa persiapan,
pada saat itu untuk menjadi sebuah desa persiapan maka desa harus mempunyai omset
dan aset. Misalnya yaitu lapangan, kuburan/makam, dan fasilitas pendidikan. Maka
masyarakat bergotong royong membangun desa persiapan dengan membeli tanah
iuran swadaya untuk membeli lapangan, kuburan/makam, sarana sekolah, dan
membeli sarana kesehatan.
2. Nasib Anak Broken Home
Istilah broken home biasanya digunakan untuk menggambarkan keluarga yang
berantakan akibat orang tua yang tak lagi peduli dengan situasi dan keadaan keluarga
serta anaknya dirumah. Orang tua tidak lagi perhatian terhadap anak-anaknya baik
masalh dirumah, sekolah, sampai pada perkembangan pergaulan dimasyarakat.
Broken home bisa juga diartikan dengan kondisi keluarga yang tidak harmonis dan
tidak berjalan layaknya keluarga yang ruku, damai dan sejahtera karena sering terjadi
keributan serta perselisihan yang menyebabkan pertengkaran dan berakhir pada
perceraian. Kondisi ini menimbulkan dampak yang sangat besar terutama bagi anak-
anak. Bisa saja anak jadi murung, sedih yang berkepanjangan, dan malu. Selain itu,
anak juga kehilangan pegangan serta anutan pada masa transisi menuju kedewasaan.
Perpisahan dalam keluarga lumrah terjadi. Bisa karna kematian atau perceraian.
Ketika sepasang suami dan istri tak lagi mampu mempertahankan kebahagiaan rumah
tangga, jalan terburuk yang akan diambil adalah bercerai.
Harus disadari bahwa ketika suami dan istri memutuskan untuk menikah, jika
mereka sudah punya anak, maka korban yang paling parah dari keadaan ini adalah
anak mereka. Setiap kasus broken home terjadi, anak selalu menjadi atau dijadikan
korban. Ia menjadi korban karena haknya mendapat lingkungan keluarga yang
nyaman telah dilanggar. Dijadikan korban karena orang tua kerap melibatkan anak
dalam konflik keluarga. Banyak orang tua yang saling tarik menarik hak asuh anak
saat konflik berlangsung dengan alasan cinta. Dalam keadaan bingung, anak
terombang-ambing antara dua orang yang mengaku paling menyayanginya.
Keadaan ini bisa membuat anak terluka. Ia menjadi kehilangan orientasi akan makna
sebuah keluarga. Dampaknya bisa sangat buruk,terutama secara psikologis.
Tinggal ditengah tengah lingkungan kelurga yang kondusif merupakan hak
anak yang wajib dipenuhi orang tua. Keharmonisan keluarga menimbulkan pengaruh
besar terhadap perkembangan kepribadian. Kenyamanan dan kehangatan yang
dirasakan anak ditengah tengah keluarganya akan membentuk sikap positip pada diri
anak. Kenyamanan dan kehangatan yang dirasakan anak ditengah tengah keluarganya
akan membentuk sikap sikap positip pada diri anak. Begitu pula cinta tulus dan kasih
sayang yang ditunjukan orang tua dan anggota keluarga lain akan meyakinkan bahwa
ia dianggap penting dan akan memotivasinya untuk berbuat yang terbaik bagi
keluarga dan lingkungan sekitarnya.6

3. Upaya Untuk Mengatasi Masalah-masalah Interaksi Anak Keluarga Broken


Home
Upaya tersebut orang tua ayah atau ibu lebih meningkatkan komunikasi,
meluangkan waktu dengan anak, sehingga dapat mengkontrol perlaku anak.
Dengan lebih peduli tentang anak, lebih terbuka dengan anak, dan yang terpentring
adalah meluangkan waktu untuk anak dengan saling curhat, ngobrol, tukar pikiran
6
Bunda Rezky, Be A Smart Parent, ( Yogyakarta: Jogja Bangkit Publisher, 2010), hlm 98-99.
sehingga mereka dapat saling terbuka dan menciptakan kebersamaan dan kedekatan
antara orang tus yang pisah dengan anak. Upaya tersebut dilakukan agar mereka ayah
atau ibu dapat menjalin komunikasi dengan baik dan terciptanya hubungan yang baik
anatara orang tua ayah atau ibu dengan anak dan anggota keluarga yang lain.
Berikut ini dikemukakan oleh Djiwandono, 2005:124.
a. Komunikasi yang empati,adalah satu dialok dua arah antara orang tua dengan
anak, dimana orang tua memahami apa yang dirasakan, dialami dan dipukirkan
oleh anak.
b. Menghargai anak, adalah vitamin bagi perkembangannya. Sebaliknya sifat-sifat
yang merendahkan, melecehkan dan menekan merupakan racun bagi
perkembangan kejiwaan anak. Menghaargai anak harus disesuaikan dengan
keadaan.
c. Mendorong anak, adalah upaya orang tua agar anak-anak maju sesuai bakat,
kemampuan, dan kepribadiannya.7

4. Membangun Kedekatan Orang Tua Dengan Anak Broken Home


Dari hasil observasi diatas bahwa anak yang broken home pastinya sudah
tidak terlalu dekat dengan orang tuanya. Pastinya anak diasuh oleh salah satu pihak
orang tuanya, yaitu ibu atupun ayahnya. Adapun cara membangun kedekatan orang
tua dengan anak broken home yaitu dengan cara membangun kedekatan, kehangatan,
dan perhatian antara orang tua dengan anak.
Kedekatan adalah menunjukan adanya dan eratnya hubungan perasaan dan
emosional antara orang tua dengan anak. Satu sama lain, saling mengasihi dan
memperhatikan. Untuk membangun kedekatan orang tua dengan anak, tentunya kita
harus membiasakan diri selalu bersama dengan anak. Begitu juga, kesediaan kita
mendengarkan perasaan dan keinginan anak serta bagaiman cara kita menanggapi
perasaan dan keinginana anak tersebut, tanpa harus memanjakan anak secara
berlebihan.8
Kehangatan adalah suasana hubungan yang sangat menyenangkan. Dimana
anak merasa nyaman dan merasa diayomi dengan kasih sayang, bebas dari segala
bentuk tekanan. Cara untuk menciptakan kehangatan dalam keluarga adalah:
a. Selalu bermain bersama
b. Makan bersama
c. Mengerjakan tugas bersama
d. Rekreasi bersama
e. Saling membantu dan sebagainya.9

Perhatian pada anak, adalah adanya kepedulian orang tua terhadap perasaan
keinginan dan kebutuhan anak. Orang tua harus peka terhadap perasaan,kebutuhan
dan keinginan serta perubahan anak. Orang tua harus mampu mengkomunikasikan
7
Kunarti, Pengaruh Interaksi Keluarga Dan Tekanan Ekonomi Terhadap Kenakalan Remaja,(Jakarta:Rineka
Cipta,2004) hlm 22.
8
Hendra Surya,Kiyat Mengatasi Penyimpangan Anak 2,(Jakarta:PT Elex Media Komputindo,2006) hlm 56.
9
Hendra Surya, Rahasia Membuat Anak Cerdas Dan Manusia Unggul,(Jakarta:PT Elex Media
Komputindo,2010) hlm 189
setiap perasaan, keinginan dan kebutuhan secara baik dengan anak, untuk
mendapatkan saling pengertian dan tanpa dilandasi oleh sikap emosional.
Menurut Tamrin nasution (1996:44) berpendapat bahwa dengan adanya
pengertian dan perhatian yang diberikan orang tua kepada anak maka dengan
sendirinya rasa cita kepada orang tua semakin besar. Tapi ingat, perhatian itu tidak
boleh berlebihan. Sebab perhatian yang berlebihan akan membuat anak manja dan
tidak kreatif.10

E. Kesimpulan
Berdasarkan observasi di atas dan pembahasan dampak psikologi perkembangan anak
terhadap anak broken home, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Karakter kepribadian dari masing-masing anak yaitu Novaliya Siti Nurjanah
mempunya sifat yang hiper aktif dan sifat egoisnya sangat tinggi. Sedangkan
Aisyah Fisa Bilillah mempunyai keperibadian yang pemalu, sedikit egois dan
pemarah tetapi, Aisyah salah satu murit yang berprestasi disekolah.
2. Bentuk-bentuk pola asuh yang diterapkan oleh Kakek Aliya dan Budenya Aisyah
adalah pola asuh demokratis.
3. Setiap kasus broken home terjadi, anak selalu menjadi atau dijadikan korban. Ia
menjadi korban karena haknya mendapat lingkungan keluarga yang nyaman telah
dilanggar. Dijadikan korban karena orang tua kerap melibatkan anak dalam
konflik keluarga. Banyak orang tua yang saling tarik menarik hak asuh anak saat
konflik berlangsung dengan alasan cinta. Dalam keadaan bingung, anak
terombang-ambing antara dua orang yang mengaku paling menyayanginya.
Keadaan ini bisa membuat anak terluka. Ia menjadi kehilangan orientasi akan
makna sebuah keluarga. Dampaknya bisa sangat buruk,terutama secara psikologis.
4. Upaya tersebut orang tua ayah atau ibu lenih meningkatkan komunikasi,
meluangkan waktu dengan anak, sehingga dapat mengkontrol perlaku anak.
5. Cara membangun kedekatan orang tua dengan anak broken home yaitu dengan
cara membangun kedekatan, kehangatan, dan perhatian antara orang tua dengan
anak.

D. Daftar Pustaka

Desmita, 2005, Psikologi Perkembangan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Rosleny Marliani, 2016, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung: CV Pustaka
Setia.

10
H.Amirullah Syarbini Heri Gunawan, Mencetak Anak Hebat,(Jakarta:PT Elex Komputindo,2014) hlm 274.
Suprajitno, 2004, Asuhan Keperawatan Keluarga, Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Zaidan Ali, 2010, Pengantar Keperawatan Keluarga, Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Muri Yusuf, 2014, Metode Penelitian, Jakarta: Kencana.

Bunda Rezky,2010, Be A Smart Parent, Yogyakarta: Jogja Bangkit Publisher.

Kunarti, 2004, Pengaruh Interaksi Keluarga Dan Tekanan Ekonomi Terhadap Kenakalan
Remaja, Jakarta:Rineka Cipta.

Hendra Surya, 2006, Kiyat Mengatasi Penyimpangan Anak 2, Jakarta:PT Elex Media
Komputindo.

Hendra Surya, 2010, Rahasia Membuat Anak Cerdas Dan Manusia Unggul, Jakarta:PT Elex
Media Komputindo.

H.Amirullah Syarbini, Heri Gunawan, 2014, Mencetak Anak Hebat, Jakarta:PT Elex
Komputindo.

Anda mungkin juga menyukai