BAB I
PENDAHULUAN
dari ayah, ibu dan anak (keluarga inti). Lingkungan keluarga memberikan
kepribadian anak.
yang terdiri dari suami istri, atau suami istri dan anaknya, atau ayah dengan
1
2
keluarga.
darah atau adopsi. Yang mengikat suami dan istri adalah perkawinan, yang
kadang satu rumah tangga itu hanya terdiri dari suami istri tanpa anak-anak,
saling berkomunikasi, yang memainkan peran suami dan istri, bapak dan
Dalam bentuknya yang paling dasar sebuah keluarga terdiri atas seorang
laki-laki dan seorang perempuan, dan ditambah dengan anak-anak mereka yang
belum menikah, biasanya tinggal dalam satu rumah, dalam antropologi disebut
keluarga inti. satu keluarga ini dapat juga terwujud menjadi keluarga luas
dengan adanya tambahan dari sejumlah orang lain, baik yang kerabat maupun
yang tidak sekerabat, yang secara bersama-sama hidup dalam satu rumah
hidup primer dan alami di antara seorang wanita, yang dekat dengan tali
kekerabatan yang terdiri dari bapak, ibu, adik, kakak, kakek dan nenek.
dan sebuah kumpulan beberapa komponen yang saling berinteraksi satu sama
lain.
4
kompleks dengan atribut yang dimiliki tetapi terdiri dari beberapa komponen
Bailon dan Maglaya berpendapat bahwa keluarga adalah kumpulan dua orang
atau lebih individu yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan, atau
adopsi, hidup dalam satu rumah tangga, saling berinteraksi satu sama lainnya
sistem yang saling tergantung, yang mempunyai dua sifat (keanggotaan dalam
sosial yang unik yang mempunyai kebersamaan seperti pertalian darah atau
sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang berhubungan
dengan kelahiran, perkawinan atau adopsi dan tinggal bersama dalam satu
rumah.
Spradley dan Allender (1996) mengemukakan bahwa keluarga adalah satu atau
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas beberapa
orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam
1
Tumanggor, Rusmin dkk, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta : Kencana. 2010
6
anak, secara potensial dapat membentuk pribadi anak atau seseorang untuk
hidup secara lebih bertanggung jawab. Tetapi apabila usaha pendidikan dalam
keluarga itu gagal, akan terbentuk seorang anak yang cenderung melakukan
anak-anak dari pengaruh negatif diluar rumah, karena keluarga adalah tempat
membentuk karakter serta morak anak. Keluarga tidak hanya sebuah wadah
tempat berkumpulnya ayah, ibu, dan anak. Berawal dari keluarga segala
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang tinggal bersama dan
2
Y. Bambang Mulyono, Pendekatan Analisis Kenakalan Remaja dan Penanggulangannya
(Yogyakarta: Kanisius, 1984), Hal 26
7
Berdasarkan nast Alkitab di atas mengatakan bahwa ayah itu mendidik dan
perceraian anak mengalami sakit dan kecewa terhadap orang tua dan
bahkan menyalahkan Tuhan mengapa ini terjadi dalam hidupnya. Dari hasil
observasi anak yang Broken Home akibat orang tua yang bercerai. Anak
kehilangan figur seorang ayah ataupun ibu, anak akan minder dan sulit di
atur, karena anak merasa tidak ada lagi yang perlu di percaya dan di hargai,
adanya pengharapan.
anak yang Broken Home. Salah seorang dari mereka mengatakan bahwa
orang tuanya sudah bercerai sejak dia masih di Sekolah Dasar. Hal ini
malu jika bergaul dengan orang lain dan cenderung diam dan tidak mau
bergaul dengan orang lain dan akibat keluarga yang kurang harmonis.
8
kasih sayang dari mamah dan keluarganya, tetapi satu hal yang dia tidak
merasakan yaitu sosok ayah dalam dalam keluarganya. Dia sering malu
jika bertemu dengan teman di sekolah, yang sering cerita di bawah ayah
pergi berlibur dan rekreasi. Ini yang membuat dia malu dengan teman
yang lain, bahkan cenderung menyendiri dan tidak mau berteman dengan
yang lain, anak ini sering ikut balapan liar dan minum-minuman keras
sosoh ayah yang seharus menyanyangi dan mendidik dia dalam keluarga,
Anak yang kedua mengatakan dia benci sama ayah dan dia dendam
sama ayahnya, bahkan dia benci untuk mengatakan sayang kepada ayah,
bahkan dia menyalahkan keadaan kenapa harus seperti ini terjadi dalam
hidupnya, bahkan dia menyalahkan Tuhan atas apa yang terjadi dalam
keluarganya, namun setelah dia mulai aktif dalam ibadah umum dan mulai
membenci ayahnya lagi, tetapi dia ihklas dan bisa menerima keadaannya
yang hidup tanpa sosok ayah dalam keluarga, dia tidak punya rasa sakit
hati dan dendam lagi sama ayahnya, tetapi sekarang dia bersyukur dengan
apa yang terjadi dalam kehidupan, mengajarkan apa arti sebuah kehidupan,
dan dorongan dari mamah yang selalu membuat dia mampu menjalani
dalam hidupnya. Bahkan dia merasa hidupnya sekarang lebih baik tanpa
9
ada rasa malu dan menyalahkan keluarga. Karena dia mengatakan apa
untuk lebih dekat dan mempunyai hubungan yang erat sama Tuhan..
dibiarkan begitu saja, tetapi perlu penanganan dan pelayanan yang khusus
dari pihak gereja. Dalam hal ini gembala sebagai orang yang di percaya
untuk mengajar dan mendidik jemaat untuk lebih baik dalam menjalani
judul Konseling Pastoral terhadap anak yang Broken Home di jemaat GBI
jemaat GBI Gilgal Palangka Raya ada beberapa anak muda yang Broken
Home. Oleh sebab itu, perlu bagi gembala dan pekerja di gereja untuk
B. Rumusan Masalah
Konseling Pastoral?
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penulisan
1. Teoritis
Proposal selanjutnya.
2. Praktis
b. Bagi Gereja
Secara praktis bagi gembala, pekerja dan pelayan Tuhan di GBI Gilgal
Home.
E. Pembatasan Masalah
Membatasi penelitian ini tidak terlalu luas, maka peneliti membatasi dalam
pembahasan pada penelitian ini yaitu: Konseling Pastoral terhadap anak yang
F. Definisi Istilah
1. Konseling Pastoral
Konseling pastoral dalam bahasa Yunani paramuhteo yang artinya
apa yang sedang terjadi dalam dirinya, persoalan yang sedang ia hadapi,
kondisi hidupnya dan mengapa ia merespons semua itu dengan pola pikir,
dalam relasi dan tanggung jawabnya pada Tuhan dan mencoba mencapai
tujuan itu dengan takaran, kekuatan dan kemampuan seperti yang sudah
diberikan kepadanya3.
2. Broken Home
Istilah broken home biasanya digunakan untuk menggambarkan
kondisi keluarga yang tidak harmonis dan tidak berjalan layaknya keluarga
yang rukun, damai dan sejahtera karena sering terjadi keributan serta
3
Yakub B. Susabda, Konseling Pastoral.(Jakarta: BPK Gunung Muli, 2014), Hal 6
13
karena orang tuanya telah bercerai dan yang paling parah bisa membuat
dan minuman keras. Hal ini yang akhirnya bisa membuat anak kehilangan
memadai.
4. Anak yang mengalami Broken Home butuh bimbingan dan perhatian dari
5. Bukti saling mengasihi sesama dan peduli terhadap apa yang mereka
H. Sistematika Penulisan
Bab III Hasil Penelitian, berisi anak yang Broken Home di GBI Gilgal
pembahasan.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Konseling Pastoral
dalam relasi dan tanggung jawabnya pada Tuhan dan mencoba mencapai
tujuan itu dengan takaran, kekuatan dan kemampuan seperti yang sudah
pelayanan ini4.
4
Ibid, Yakub B. Susabda, hal 6
15
16
(Yakub B. Susabda)
itu. Hal itu antara lain: hubungan timbal-balik, hamba Tuhan sebagai
pastoral dari sisi yang sedikit berbeda. Rumusan ini mengacu pada
menggembalakan mereka.
menuju solusi.
17
kepada konseli.
5) Perubahan terjadi karena iman dan ketaatan pada Firman Tuhan. Hasil
akhir konseling adalah perubahan sikap dan perilaku konseli. Hal itu
a. Terjadi antara dua orang, yang satu disebut sebagai konselor dan
pada klien.
Smith (1955) suatu proses yang terjadi dalam hubungan pribadi antara
lingkungan.
19
bertanggung jawab.
tua atau diaken (Kisas Para Rasul. 6) dan yang memenuhi kualifikasi
(Roma. 12:8).
5
Singgih D. Gunarsa, Konseling dan Gunarsa (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), hal 19-20
20
teologi. Belajar teologi dan Alkitab tidak bisa sama dengan belajar
konseling7.
1. Fungsi Menyembuhkan
6
Bakat/talenta konseling dapat ditemukan juga pada konselor-konselor non-Kristen, karena
bakat/talenta konseling adalah “anugerah umum” yang Tuhan sediakan juga bagi orang-orang di
luar Kristus. Meskipun demikian, untuk anak-anak Tuhan, bakat/talenta konseling masih ditambah
dengan hadiah rohani karena Tuhan memberikan bakat/talenta tersebut untuk membangun tubuh
Kristus.
21
hidupnya, padahal teman hidup itu sudah tidak ada lagi. Atau dia
2. Fungsi Menopang
diserang oleh rasa sakit yang tajam sekali sulit diajak berbicara melalui
3. Fungsi Membimbing
fungsi ini dari proses pertolongan. Mereka ingin diberi jalan keluar.
4. Memperbaiki Hubungan
konseli kedua (andai kata konseli kedua belum mengerti), prosedur ini
5. Mengasuh/Memelihara
1. Fungsi Menyembuhkan.
8
Aart Martin Van Beek, Konseling Pastoral – Sebuah Buku Pegangan Bagi Para
Penolong Di Indonesia. (Jakarta: Satya Wacana, 1987), hal.10-12,
25
2. Fungsi Menopang
yang baru, serta bertumbuh secara penuh dan utuh. Menopang dipakai
tenang saja. Kan itu sudah menjadi kehendak Tuhan. Siapa bisa
kini telah tiada, maka dia harus mengambil keputusan baru yakni
3. Fungsi Membimbing
dari keputusan yang akan di ambil dan mendaftar sisi positif dan
27
alternatif yang mungkin akan diambil dari sisi positif atau negatif dari
konseli dengan alasan apa pun juga, kecuali demi keselatan jiwa
stereotip yang keliru. Sekali lagi baginya bunuh diri adalah jalan yang
konseli dengan dirinya sendiri. Dalam hal-hal ini pun konselor dapat
5. Fungsi Memberdayakan.
ini juga dipakai untuk membantu konseli menjadi penolong bagi orang
bertanya9.
(to Lead Out), dan Rapports. Dalam buku E. P. Gintings, manusia dan
1. Directive
9
Totok S. Wiryasaputra, Pengantar Konseling Pastoral (Diandra Pustaka Indonesia:
30
Menurut Rogers C. R
1. Pendekatan Direktif
konselor dalam hal ini merupakan pihak yang sangat bertanggung jawab
klien oleh karena itu peran konselor sangat menentukan dan sangat aktif
dalam mencari solusi, hal ini disebabkan klien dianggap pihak yang
sedang bermasalah dan karena itu klien datang dan mencari solusi
sedang dalam tekanan masalah, maka konselorlah yang harus berfikir aktif
konstruktif pada manusia. Jika hal ini tidak dihalangi, maka akan
“fully human being” yang hidup selaras dengan kodrat alam dan hidup
bersama orang lain sebagai manusia yang positif dan normal. Memang
menjadi “fully human being”. Namun pada sisi lain, pandangan ini
diri.
bersikap “acceptance”(menerima),“warmth”(kehangatan),“genui”
sejajar).
dan konseling, jadi dalam hal ini klien diberi kebebasan untuk berfikir
Therapy.
kadang “directive”. Hal seperti ini tidak apa-apa, boleh saja dilakukan
4. Rapports.
itu unik. Seturut dengan hal tersebut metode kita juga harus terbuka
berkenaan dengan kualitas relasi antara dua orang atau lebih. Kualitas
dari beberapa macam dan hal-hal tersebut senantiasa ada pada setiap
tahap. Pada tahap pertama ini hal yang sangat penting dari seorang
sering kali disebabkan oleh rasa takut tertolak dan tidak didengarkan
10
Dr. E. P. Gintings, Gembala dan Pastoral Klinis (Bina Media Informasi: Bandung, 2007) hal
131
35
atau terapis yakin ada dasar teorinya yang mantap untuk memberikan
dirinya ideal (ideal sefl) hindari situasi yang mengancam klien secara
sebagai berikut.
masalah yang akan datang dengan cara yang lebih baik, lebih
sikap ragunya, dengan cara yang lebih teratur, maka pada saat
pendekatan intelektual.
38
c. Hal yang ketiga memberi tekanan yang lebih besar terhadap apa
sekarang ini sama saja dengan pola emosi yang sudah ada dalam
sejarah pribadinya.
Mengenai arti tereputik dari dari konseling model Rogers ini, oleh
yaitu:
kehidupan ini.
yang diharapkan.
persoalannya sendiri.
emosi yang wajar dan harus bisa dihentikan secara baik dan
sehat.
3. Pendekatan Eklektik
psikoterapi yang memilih teori yang baik atau berguna dari macam-
4. Pendekatan Psikoanalitik
bisa dihentikan.
5. Pendekatan Afektif.
6. Pendekatan Behavioristik.
arti luas atau konseling dalam arti sempitnya, bersumber pada aliran
Behavioralisme.
7. Pendekatan Kognitif
ansietas atau depresi. Terapi ini didasarkan pada teori bahwa afek
perselisihan atau percekcokan antara suami istri, akan tetapi tetap tinggal
satu rumah. Bisa juga Broken Home diartikan kehancuran Rumah Tangga
sampai terjadi perceraian kedua orang tua. Dari pengertian Broken Home
di atas dan dengan keadaan masih tinggal serumah ataupun yang sudah
bercerai tetap saja memberikan dampak yang buruk pada anak mereka,
lepas masa lajang. Akibat kondisi orang tua yang mengalami broken home,
maka lebih banyak anak belajar banyak hal dari lingkungan, teman sebaya,
anak-anak. Bisa saja anak jadi murung, sedih yang berkepanjangan, dan
malu. Selain itu, anak juga kehilangan pegangan serta panutan dalam masa
11
Singgih D. Gunarsa “Konseling dan Psikoterapi” (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), Hal 107
12
Vendi prasetyo “ Pengertian Broken Home” di akses tanggal 20 desember 2009
46
pengarahan, kontrol, serta perhatian yang cukup dari orang tua. Orang tua
a. Terjadinya Perceraian
egoisme dan egosentrime. Egoisme adalah suatu sifat buruk manusia yang
dengan segala cara. Pada orang yang seperti ini orang lain tidaklah
13
Willis.S. Sofyan . 2008. Konseling Keluarga (Family Counseling). Bandung : Alfabeta
47
Misalnya ayah dan ibu bertengkar karena ayah tidak mau membantu
mengurus anaknya yang kecil yang sedang menangis alasannya ayah akan
pergi main badminton. Padahal ibu sedang sibuk di dapur. Ibu menjadi
marah kepada ayah dan ayah pun membalas kemarahan tersebut, terjadilah
dari rasa marah terhadap orang tua yang egosentrisme. Seharusnya orang
tua memberi contoh yang baik seperti suka bekerja sama, saling
membantu, bersahabat dan ramah. Sifat-sifat ini adalah lawan dari egoisme
atau egosentrisme.
Kesibukan orang tua salah satu masalah yang telah melekat pada
materi yaitu harta dan uang. Mengapa demikian ? Karena filsafat hidup
mereka mengatakan uang adalah harga diri, dan waktu adalah uang. Jika
tua baru sadar bahwa melepas tanggung jawab terhadap anak adalah
sangat berbahaya.
jauh dari Tuhan. Sebab Tuhan mengajarkan agar manusia berbuat baik.
Jika keluarga jauh dari Tuhan dan mengutamakan materi dunia semata
maka kehancuran dalam keluarga itu akan terjadi. Karena dari keluarga
tersebut akan lahir anak-anak yang tidak taat kepada Tuhan dan kedua
orang tuanya. Mereka bisa menjadi orang yang berbuat buruk, yang dapat
melawan orang tua bahkan pernah terjadi seorang anak yang sudah dewasa
rumah dan sawah. Tujuannya agar dia dapat menguasai harta tersebut.
Apalagi dia seorang penjudi dan pemabuk. Inilah hasil pendidikan yang
ayahnya sendiri.
a. Masalah Ekonomi
kebutuhan rumah tangga. Istri banyak menuntut hal-hal di luar makan dan
49
dapat memberi makan dan rumah petak tempat berlindung yang sewanya
perceraian.
rumah mewah, serta segala macam barang yang baru mengikuti model
dunia. Namun tidak semua suami suka hidup sangat glamour atau
sebaliknya. Di sinilah awal pertentangan suami istri yaitu soal gaya hidup.
Jika istri yang mengikuti gaya hidup dunia sedangkan suami ingin biasa
berselingkuh sebagai balas dendam terhadap istrinya yang sulit diatur. Hal
ini jika ketahuan akan bertambah parah krisis keluarga kaya ini dan dapat
dan anak. Faktor kesibukan biasanya sering dianggap penyebab utama dari
kurangnya komunikasi. Dimana ayah dan ibu bekerja dari pagi hingga sore
50
hari, mereka tidak punya waktu untuk makan siang bersama. Dan anak-
mereka. Yang sering terjadi adalah kedua orang tua pulang hampir malam
narkoba.
c. Masalah Pendidikan
home. Jika pendidikan agak lumayan pada suami istri maka wawasan
suami istri yang pendidikannya rendah sering tidak dapat memahami lika-
liku keluarga. Karena itu sering salah menyalahkan bila terjadi persoalan
dihindari.
orang lain. Tetapi sayang, sebagian dari mereka melakukan cara yang
mulai melirik yang namanya rokok. Awalnya hanya sekali hisap, lama–
yang namanya Narkoba, Miras dan lain-lain. Kalau sudah seperti itu, siapa
yang patut disalahkan? Orang tua tidak dapat disalahkan sepenuhnya tapi
anak juga tidak dapat disalahkan 100%. Kesalahan orang tua adalah
mereka terlalu sibuk dengan masalah mereka hingga mereka lupa bahwa
mereka memiliki anak yang wajib diperhatikan. Lalu kadang mereka juga
agar tidak terjadi kesalah pahaman. Lalu untuk anak, mari kita berpikir
yang logis.
52
Dampak psikis yang dialami oleh remaja yang mengalami Broken Home,
Dampak Negatif Terhadap Remaja Broken Home Agar para remaja yang
peranan orang tua. Selain itu, dibutuhkan pengawasan ketat dari pihak sekolah
dan itu menjadi kunci keberhasilan pencegahan kenakalan remaja baik sebagai
akibat Broken Home maupun akibat hal lainnya. Dampak yang dialami anak
Broken Home
yang jadi korban keluarga yang bercerai itu menjadi sangat nakal
sekali
muncul karena :
a. Dia harus hidup dalam ketegangan dan dia tidak suka hidup dalam
ketegangan.
b. Dia harus kehilangan hidup yang tentram, dan dia jadi marah pada
kepadanya.
ibu, itu berarti ada yang hilang dalam diri anak yakni figur otoritas,
1. Broken Heart
yang krisis kasih sayang dan biasanya lari kepada yang bersifat
orang serta tertarik dengan istri atau suami orang lain dan hal
lainnya.
2. Broken Relation
Anak merasa bahwa tidak ada orang yang perlu di hargai , tidak
ada orang yang dapat dipercaya serta tidak ada orang yang dapat
kasar, egois, dan tidak mendengar nasihat orang lain serta cenderung
semaunya sendiri .
3. Broken Values
hidup ini tidak ada yang baik, benar atau merusak dan yang ada
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan penelitian
data menjadi sesuatu yang dapat diutarakan secara jelas dan tepat dengan
tujuan agar dapat dimengerti oleh orang yang tidak mengalami secara
kuantitatif.
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan peneliti adalah jenis penelitian
14
Dr. Siti Zaenab, M.Pd, Metodologi Penelitian Pendidikan Kualitatif Perspektif Kekinian,
(Malang: Selaras, 2015), 2.
55
56
C. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di GBI Gilgal Palangka Raya, jln. Bukit
Raya No. 81 c Palangka Raya. Lokasi ini di pilih Karena di tempat ini
D. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-Mei 2016.
peneliti dengan merujuk kepada fokus pelitian. Selain itu peneliti juga,
Gilgal Palangka Raya jln. Bukit Raya No. 81 C Kec. Jekan Raya. Kota
Palangka Raya.
57
atau dalam jangka waktu yang ckukup lama, dapat melahirkan suatu
b. Wawancara
seseorang atau pihak lain dengan cara tanya jawab. Tujuan dari
masyarakat tersebut.
isi. Dari hasil studi kasus, observasi/ pengamatan, dan wawancara, peneliti
H. Verifikasi Data
tahap ini, peneliti membuat rumusan proposisi yang terkait dengan prinsip
dirumuskan.
dengan “temuan baru” yang berbeda dari temuan yang sudah ada. Dengan
temuan yang baru ini semoga bermanfaat untuk kita semua di waktu yang
DAFTAR PUSTAKA
Rusmin, Tumanggor dkk, 2010. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Kencana
Mulyono. Y Bambang, 1984. Pendekatan Analisis Kenakalan Remaja dan
Penanggulangannya. Yogyakarta: Kanisius.