Anda di halaman 1dari 23

1

KONSEP KELUARGA

Konsep Keluarga menurut Friedman, Bowden, dan Jones (2010)


a. Definisi Keluarga
Keluarga yang merupakan bagian dari masyarakat sesungguhnya mempunyai
peranan yang sangat penting dalam membentuk budaya dan perilaku sehat.
Dari keluargalah pendidikan kepada individu dimulai, tatanan masyarakat
yang baik diciptakan, budaya dan perilaku sehat dapat lebih dini ditanamkan.
Oleh karena itu, keluarga mempunyai posisi yang strategis untuk dijadikan
sebagai unit pelayanan kesehatan karena masalah kesehatan dalam keluarga
saling berkaitan dan saling mempengaruhi antar anggota keluarga, yang pada
akhirnya juga akan mempengaruhi juga keluarga dan masyarakat yang ada
disekitarnya.
Banyak ahli menguraikan pengertian keluarga sesuai dengan
perkembangan sosial masyarakat. Berikut ini definisi keluarga menurut
beberapa ahli dalam (Jhonson R, 2010) :
1. Raisner
Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dan dua orang atau lebih
masing – masing mempunyai hubungan kekerabatan yang terdiri dari
bapak, ibu, kakak, dan nenek.
2. Duval
Menguraikan bahwa keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan
perkawinan, kelahiran dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan,
mempertahankan budaya dan meningkatkan perkembangan fisik, mental,
emosional serta sosial dari setiap anggota keluarga.
3. Spradley dan alllender
Satu atau lebih yang tinggal bersama, sehingga mempunyai ikatan
emosional dan mengembangkan dalam interelasi sosial, peran dan tugas.
4. Departemen Kesehatan RI
Keluarga merupakan unti terkecil dari masyarakat yang terdiri dari
kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu
tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
Dapat disimpulkan bahwa karakteristik keluarga adalah :
a) Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah,
perkawinan atau adopsi.

1
2

b) Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka


tetap memperhatikan satu sama lain.
c) Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masih – masing
mempunyai peran sosial : suami, istri, anak, kakak dan adik.
d) Mempunyai tujuan : menciptakan dan mempertahankan budaya,
meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anggota.

b. Tipe atau bentuk keluarga


Gambaran tentang pembagian Tipe Keluarga sangat beraneka ragam,
tergantung pada konteks keilmuan dan orang yang mengelompokkan, namun
secara umum pembagian Tipe Keluarga dapat dikelompokkan sebagai berikut
:
1. Pengelompokan secara Tradisional
Secara Tradisional, Tipe Keluarga dapat dikelompokkan dalam 2 macam,
yaitu :
a) Nuclear Family (Keluarga Inti)
Adalah keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu dan anak yang
diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.
b) Extended Family (Keluarga Besar)
Adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih
mempunyai hubungan darah, seperti kakek, nenek, paman, dan bibi
2. Pengelompokan secara Modern
Dipengaruhi oleh semakin berkembangnya peran individu dan
meningkatnya rasa individualism, maka tipe keluarga Modern dapat
dikelompokkan menjadi beberapa macam, diantaranya :
a. Tradisional Nuclear
Adalah : Keluarga INTI (Ayah, Ibu dan Anak) yang tinggal dalam
satu rumah yang ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu
ikatan perkawinan, dimana salah satu atau keduanya dapat bekerja
di luar rumah.
b. Niddle Age/Aging Couple
Adalah : suatu keluarga dimana suami sebagai pencari uang dan
istri di rmah atau kedua-duanya bekerja di rumah, sedangkan anak-
anak sudah meninggalkan rumah karena sekolah/menikah/meniti
karier.

2
3

c. Dyadic Nuclear
Adalah : suatu keluarga dimana suami-istri sudah berumur dan
tidak mempunyai anak yang keduanya atau salah satunya bekerja di
luar umah.
d. Single Parent
Adalah : keluarga yang hanya mempunyai satu orang tua sebagai
akibat perceraian atau kematian pasangannya dan anak-anaknya
dapat tinggal di rumah atau di luar rumah.
e. Dual Carrier
Adalah : Keluarga dengan suami – istri yang kedua-duanya orang
karier dan tanpa memiliki anak.
f. Three Generation
Adalah : keluarga yang terdiri atas tiga generasi atau lebih yang
tinggal dalam satu rumah.
g. Comunal
Adalah : keluarga yang dalam satu rumah terdiri dari dua pasangan
suamiistri atau lebih yang monogamy berikut anak-anaknya dan
bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.
h. Cohibing Couple/Keluarga Kabitas/Cahabitation
Adalah : keluarga dengan dua orang atau satu pasangan yang
tinggal bersama tanpa ikatan perkawinan.
i. Composite /Keluarga Berkomposisi
Adalah : sebuah keluarga dengan perkawinan poligami dan
hidup/tinggal secara bersama-sama dalam satu rumah.
j. Gay and Lesbian Family
Adalah : keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis
kelamin sama.

c. Peranan keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar pribadi,
sifat, kegiatan yang berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan situasi
tertentu. Peranan pribadi dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola
perilaku dan keluarga, kelompok dan masyarakat. Berbagai peranan yang
terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut

3
4

1. Ayah sebagai suami dari istri dan ayah bagi anak – anak, berperan
sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman,
sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta
sebagai anggota masyarakat dari lingkunganya.
2. Ibu sebagai istri dan ibu dari anak – anaknya, ibu mempunyai peranan
untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik bagi
anak – anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari
peranan sosial serta sebagai anggota masyarakat di lingkungannya,
disamping itu juga ibu perperan sebagai pencari nafkah tambahan
dalam keluarganya.
3. Anak – anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat
perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.

d. Tugas keluarga
Pada dasarnya ada delapan tugas pokok keluarga, tugas pokok tersebut ialah :
1. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.
2. Pemeliharaan sumber – sumber daya yang ada dalam keluarga.
3. Pembagian tugas masing – masing anggotanya sesuai dengan
kedudukannya masing – masing.
4. Sosialisasi antar anggota keluarga.
5. Pengaturan jumlah anggota keluarga.
6. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.
7. Membangkitkan dorongan dan semangat pada anggota keluarga.

e. Stuktur keluarga
Struktur sebuah keluarga memberikan gambaran tentang bagaimana
suatu keluarga itu melaksanakan fungsinya dalam masyarakat. Adapun
macam-macam Struktur Keluarga diantaranya adalah :
1. Patrilineal
Adalah : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.
2. Matrilineal
Adalah : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
3. Matrilokal

4
5

Adalah : sepasang suami-istri yang tinggal bersama keluarga sedarah


istri.
4. Patrilokal
Adalah : sepasang suami-istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
suami.
5. Keluarga Kawin
Adalah : hubungan suami-istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga
dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya
hubungan dengan suami atau istri.

f. Fungsi keluarga menurut friedmen (2010) sebagai berikut :


1. Fungsi afektif
Yaitu fungsi keluarga yang utama adalah untuk mengajarkan segala
sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarganya dalam berhubungan
dengan orang lain.
2. Fungsi sosialisasi
Adalah fungsi mengembangkan dan sebagai tempat melatih anak untuk
berkehidupan social sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan
dengan orang lain di luar rumah.
3. Fungsi reproduksi
Adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga
kelangsungan keluarga.
4. Fungsi ekonomi.
Adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara
ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu dalam
meningkatkan penghasilan dalam rangka memenuhi kebutuhan keluarga.
5. Fungsi pemeliharaan kesehatan
Yaitu fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga
agar tetap memiliki produktivitas yang tinggi.

g. Tugas keluarga dalam bidang kesehatan


Menurut Friedman (2010) sesuai dengan Fungsi Pemeliharaan Kesehatan,
keluarga mempunyai Tugas-tugas dalam bidang kesehatan yang perlu
dipahami dan dilakukan, yaitu:
1. Mengenal masalah kesehatan setiap anggota keluarganya.

5
6

2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi


keluarga.
3. Memberikan perawatan bagi anggotanya yang sakit atau yang tidak
mampu membantu dirinya sendiri karena kecacatan atau usianya yang
terlalu muda.
4. Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga.
5. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga
kesehatan dengan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.

A. PENGERTIAN KESEHATAN KELUARGA


1. Definisi Kesehatan Keluarga
Kesehatan keluarga digambarkan sebagai sebuah konsep yang dinamis dan
kompleks, yang lebih dipengaruhi dari multidimensi variabel keluarga,
interaksi anggota keluarga, dan konteks budaya daripada pertemuan medis
sekali-kali anggota keluarga (Denham, 2003). Kemudian, ide kesehatan
keluarga menjadi lebih daripada jumlah kesehatan anggota keluarga secara
individu dan tidak dapat diketahui hanya melalui pengkajian (Loveland-
Cherry), 1996 dalan Denham, 2003).
Dalam penelitian keluarga, kesehatan keluarga paling sering diartikan
sebagai fungsi keluarga atau adaptasi keluarga (McCubbin & Patterson,
1983a), walaupun terdapat variasi dalam cakupan definisi yang luas ini. WHO
(1974) memberikan sebuah definisi yang hampir sama dengan definisi terakhir
ini. WHO menyatakan bahwa kesehatan keluarga “mengandung arti fungsi
keluarga sebagai lembaga sosial primer dalam promosi kesehatan dan
kesejahteraan”. Pengertian kesehatan keluarga juga berbeda-beda, bergantung
pada disiplin ilmu penulis atau perspektif teori yang digunakannya.
Dalam literature tentang tress keluarga , adaptasi keluarga didefinisikan
sebagai ukuran kesehatan keluarga. Hal itu mengacu pada “ sebuah proses
sistem keluarga yang bersinambung, yaitu penggunaan berbagai strategi koping
yang digunakan untuk megatasi stress dan tuntutan yang dihadapi
keluarga”(Lawson, 1996). Dengan menggunakan teori self care (perawatan
diri) Orem, kesehatan keluarga merujuk pada sejauh mana keluarga membantu
anggotanya untuk memenuhi kebutuhan perawatan dirinya, dan sejauh mana

6
7

keluarga memenuhi fungsi keluarga serta mencapai tugas perkembangan yang


sesuai dengan tingkat perkembangan keluarga.
Kesehatan keluarga adalah kualitas hidup dari keluarga sebagaimana
kualitas tersebut dipengaruhi oleh perspektif holistik variabel – variabel, seperti
nutrisi, stres, lingkungan, rekreasi, olahraga, tidur, dan seksualitas (Bomar,
1999 dalam Christtensen, 2009, p. 138).
Selain definisi di atas, Loveland Cherry (1989) dalam Christtensen (2009,
p. 138) mengidentifikasi emapat pandangan tentang kesehatan keluarga yang
didasarkan pada model kesehatan individual, yaitu:
a. Klinik
Tidak terdapat terdapat penyakit fisik, mental, sosial, penyimpangan, atau
disfungsi sistem keluarga.
b. Performa Peran
Kemampuan sistem keluarga untuk menjalankan fungsi keluarganya
secara efektif dan untuk mencapai tugas-tugas perkemabangan keluarga.
c. Adaptif
Pola-pola interaksi keluarga dengan lingkungan ditandai oleh adaptasi
yang fleksibel dan ekfektif atau kemampuan untuk berubah dan
bertumbuh.
d. Eudaimonistik
Penyediaan sumber–sumber, panduan, dan dukungan yang
berkesinambungan guna merealisasi kesejahteraan dan potensi maksimum
keluarga sepanjang rentang hidup keluarga.

2. Karakteristik keluarga sehat


Karakteristik keluarga sehat di gambarkan dalam cara yang beragam
oleh beberapa penulis buku terkenal. Bahkan, istilah yang digunakan oleh
para penulis ini untuk menggambarkan keluarga yang sehatpun beragam.
Sebagai contoh, Pratt(1976) menyebut keluarga sehat dengan “keluarga
yang kuat” atau “berfungsi secara optimal”, sementara McCubbin dan
rekan (1999) dan Walsh (1998) menyebut keluarga yang berfungsi dengan
baik dengan “keluarga yang tangguh”. (friedman, Marilyn M, 2010. p 10)
Model sistem Beavers mungkin merupakan model yang paling dikenal
karena memasukkan skala pengkajian keluarga menurut tingkat
kompetensi keluarga dalam 6 area:

7
8

a. Struktur keluarga- kekuatan, persatuan orang tua, dan kedekatan


b. Mitologi
c. Negosiasi yang diarahkan pada tujuan
d. Otonomi
e. Pengaruh keluarga
f. Penilaian menyeluruh terhadap penyyimpangan kesehatan.
Model ini menggabungkan pengamatan klinik terhadap keluarga yang
menjalani terapi dan lingkungan penelitian selama periode 30 tahun serta
memberikan penekanan pada kompetensi keluarga, “seberapa baik
keluarga menjalankan tugas perawatan dan tugas yang semestinya
dilakukan dalam mengatur dan mengelola diri” (Beavers & Hampson,
1993, dalam Friedman, Marilyn M, 2010).
Di bawah ini adalah sebuah rangkuman deskripsi Beavers dan Hampson
(1993) mengenai keluarga yang berfungsi secara optimal. Keluarga yang
berfungsi secara optimal ditandai dengan:
a. Menunjukkan tingkat kemampuan keterampilan negosiasi yang tinggi
dalam menghadapi masalahnya secara terus menerus.
b. Mengungkapkan berbagai perasaan, kepercayaan, dan perbedaan
mereka dengan jelas, terbuka, dan spontan.
c. Menghargai perasaan anggotanya
d. Memotivasi otonomi anggotanya
e. Mengharapkan anggota keluarga untuk memikul tanggung jawab
pribadi terhadap tindakan yang mereka lakukan.
f. Menunjukkan prilaku afiliatif (kedekatan dan kehangatan) satu sama
lain. Dalam keluarga ini orang tuan merupakan pemimpin yang nyata
dan saling memehartikan. Kepemimpinan keluarga bersifat setara dan
berasal dari pernikahan atau kedua orang tua. Orang tua membentuk
persatuan yang kuat sebagai orang tua dan menunjukkan cara
menghargai dan afeksi atau kedekatan bagi anak-anaknya. Keluarga
memperlihatkan sikap optimis dan merasa nyaman satu sama lain
(Beavers & Hampson,1993).
Ditemukan beberapa keterbatasan gambaran Beavers mengenai
keluarga yang kesehatanya optimal. Kritik paling banyak terhadap hal ini
adalah bahwa keluarga yang terlibat dalam observasi ini kebanyakan
merupakan keluarga yang berkulit putih, kelas menengah, dengan 2 orang

8
9

tua (Gershwin & Nilsen,1989). Oleh karena itu, kita harus


mempertimbangkan bahwa keluarga yang berasal dari latar belakang
sosioekonomi dan budaya yang beragam, serta keluarga dengan struktur
yang berbeda, mungkin tidak “cocok” dengan gambaran Beavers
mengenai sebuah keluarga yang kompeten.
Pratt (1976) serta McCbbin (1993) menekankan pentingnya interaksi
keluarga dengan komunitas dalam memfasilitasi kesehatan keluarga
tingkat tinggi. Menurut McCubbin, Thompson (1998), fungsi keluarga
dibentuk kembali dengan memasukkan sampai sejauh mana keluarga
mampu beradaptasi terhadap lingkup sosial tempat mereka tinggal.
Keluarga dianggap berfungsi dengan baik jika keluarga dapat
menyesuaikan diri dengan baik terhadap budaya dan komunitas umum.
Pratt (1976) juga mengatakan bahwa keluarga yang kuat memilki kontak
yang aktif dan beragam dengan berbagai kelompok dan organisasi lain,
yaitu sebagai cara untuk meningkatkan, mendukung, dan memenuhi minat
serta kebutuhan anggota keluarganya.
Goldenberg (2000), seorang ahli terapi keluarga, menekankan bahwa
keluarga yang berfungsi dengan baik mendorong individu yang ada di
dalam keluarga untuk meraih potensi dirinya. Keluarga yang sehat
memberikan kebebasan yang dibutuhkan anggota keluarga untuk
mengeksplorasi dan menemukan jati diri, sementara pada ssaat yang sama
memberikan perlindungan dan keamanan yang mereka butuhkan untuk
meraih potensi dirinya.
Sedangkan menurut Curran (1983) dalam Christtensen (2009, p. 139)
ada beberapa sifat dari keluarga sehat, dimana anggotanya:
1. Berkomunikasi dan mendengarkan.
2. Menguatkan dan mendukung satu sama lain.
3. Mengajarkan cara menghormati orang lain.
4. Mengembangkan rasa percaya dalam keluarga.
5. Mempunyai rasa bersenang – senang dan humor.
6. Menunjukkan rasa saling berbagi dan bertanggung jawab.
7. Mengajarkan tentang benar dan salah.
8. Mempunyai rada kekeluargaan yang kuat serta terdapat ikatan tradisi
dan ritual.
9. Mempunyai keseimbangan interaksi diantara anggotanya.

9
10

10. Mempunyai inti keagamaan yang sama.


11. Menghargai privasi satu sama lain.
12. Menghargai layanan kepada orang lain.
13. Memlihara jadwal dan percakapan keluarga.
14. Menggunakan waktu luang bersama.
15. Mengakui dan mencari bantuan jika menghadapi masalah.

B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN


KELUARGA
1. Konteks keluarga adalah semua lingkungan dimana setiap anggota keluarga
berinteraksi atau mempunyai kesempatan untuk berinteraksi dengan
keluarga. Konteks keluarga meluputin anggota keluarga dapat berperan di
dalam konteks sebagai yang mempunyai potensi untuk menguatkan,
melemahkan, mempertahankan, memelihara, atau menghancurkan keluarga;
sumber dari anggota keluarga (potensi), karakteristik/tipe keluarga (missal
keluarga inti yang banyak), asset anggota keluarga (anak), jarak antar setiap
rumah (Jarak rumah jauh/dekat) , dan lokasi tetangga, hubungan dengan
teman sosial, warisan biologis (penyakit keturunan), tradisi budaya (mis.
Seorang wanita melahirkan, pantangan dari ortunya seperti tidak boleh
makan makanan yang berlemak atau berminyak), sumber komunitas
(masyarakatnya yang bagaimana, misal pendidikan yang bias
mempengaruhi keehatan) social kapital, kebijakan publik, hukum, dan akses
untuk perawatan medis (sarana dan prasarana, puskesmas dan RS).

Konteks= ruang lingkup keluarga, semua anggota keluarga.

2. Hubungan keluarga meliputi pola dan proses komunikasi (fungsional dan


disfungsional), koordinasi (adanya keterikatan antar keluarga, mis dalam hal
mengambil keputusan harus bersama), kerjasama, dan pengasuhan,
kedekatan keluarga, dan kesenangan, berbagi nilai-nilai sesama anggota
keluarga, saling menghormati, dukungan, perawatan dan berbagi rasa
humor, pengembangan keluarga, kebutuhan keluarga yang unik, nilai-nilai
(sosioekonomi, etnisitas dan akulturasi, letak geografis, perbedaan
generasi) dan batasan-batasan rumah tangga.
3. Perilaku keluarga, rutinitas dari anggota keluarga.

10
11

a. Self care, berhubungan dengan pengalaman aktivitas sehari-hari dari


keluarga meliputi diet, hygiene, istirahat dan tidur, aktivitas fisik dan
exescise, gender dan seksualiti.
b. Keamanan dan pencegahan, berhubungan dengan pencegahan penyakit,
menghindari atau berpartisipasi dalam perilaku yang beresiko tinggi dan
usaha untuk mencegah kecelakaan meliputi status imunisasi, pelecehan,
dan pemerkosaan, merokok, alcohol, dan penggunaan obatobatan
terlarang.
c. Perilaku kesehatan mental, meliputi cara anggota dan keluarga untuk
memiliki kepercayaan diri, menyelesaikan masalah stress sehari-hari
meliputi self esteem, integritas pribadi, bekerja dan bermain dan level
stress.
d. Perawatan keluarga, meliputi aktivitas sehari-hari, perilaku tradisional,
dan perayaan khusus yang memberikan makna dalam kehidupan, dan
membuat perasaan santai dan bahagia bagi anggota keluarga meliputi
relaksasi, rekreasi, tradisi dan praktek agama.
e. Perawatan sakit, terdiri dari cara anggota keluarga membuat keputusan
yang berhubungan dengan perawatan kesehatan yang dibutuhkan,
memutuskan kapan, dimana dan bagaimana cara mencari dukungan
pelayanan kesehatan (sarana dan prasarana kesehatan) dan menentukan
cara merespon informasi kesehatan.
f. Pengasuhan anggota keluarga, meliputi pendidikan kesehatan (mis.,
peran anggota dan tanggung jawab, dukungan terhadap aktivitas
anggota keluarga.

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

A. KONSEP DIAGNOSA
1. Definisi Keperawatan Keluarga
1. Diagnosis keperawatan keluarga merupakan perpanjangan diri
diagnosis ke sistem keluarga dan subsistemnya serta merupakan

11
12

hasil pengkajian keperawatan. Diagnosis keperawatan keluarga


termasuk masalah kesehatan aktual dan potensial dengan perawat
keluarga yang memiliki kemampuan dan mendapatkan lisensi
untuk menanganinya berdasarkan pendidikan dan pengalaman.
(Friedman, 2010, p.170)
Diagnosis tersebut digunakan sebagai dasar proyeksi hasil,
intervensi perencanaan, dan evaluasi hasil yang dicapai.
(Friedman, 2010, p. 170)
Penetapan diagnosis keperawatan keluarga selalu
mempertimbangkan faktor resiko, faktor potensial terjadinya
penyakit dan kemampuan keluarga dalam menghadapi masalah
kesehatannya. (Ali, 2009, p. 62)
Diagnosa dapat ditegakkan berdasarkan tingkat reaksi komunitas
terhadap stressor yang ada. Selanjutnya dirumuskan dalam tiga
komponen, yaitu problem atau masalah, etiologi atau penyebab,
manifestasi atau data penunjang. (ekasari, 2008, p. 37)
2. Cara-Cara menentukan diagnosa keperawatan keluarga
a. Diagnosis keperawatan dengan klasifikasi NANDA.
Diagnosis keperawatan menunjukkan upaya yang signifikan
atas nama pemimpin perawat untuk mengelola praktek
keperawatan dan meningkatkan penggunaan daftar diagnosis
dalam praktek yang terstandar.
NANDA (North American Nursing Diagnosis Association)
yang dikutip dalam (Friedman, 2010, p. 171) mendefinisikan
diagnosis keperawatan sebagai keputusan klinik tentang
respons individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah
kesehatan/ proses kehidupan yang aktual atau potensial.
Diagnosis keperawatan memberikan dasar dalam pemilihan
intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang menjadi
akuntabilitas perawat. (Friedman, 2010, p. 171)
Format NANDA yang dikutip dalam (Friedman, 2010, p. 171)
berfungsi untuk menyatakan diagnosis keperawatan yang
terdiri dari pernyataan diagnosis, tanda dan gejala
(karakteristik) dan faktor etiologi dan penyerta. Format ini
memberikan sumber yang kaya dan luas untuk menetapkan

12
13

tujuan dan perumusan rencana intervensi. (Friedman, 2010, p.


171)

b. Menetapkan masalah keluarga


Peran serta aktif keluarga melalui proses keperawatan harus
menjadi perhatian utama. Dalam hal mengidentifikasi masalah
dan kekuatan, perawat keluarga dan keluarga, bersama-sama
bertanggung jawab mengambil bagian dari proses ini. Proses
identifikasi masalah dan kekuatan secara bersama ini akan
meningkatkan hubungan perawat-keluarga. Perawat perlu
menunjukkan tingkat sistem apa masalah keluarga ini berada-
di tingkat unit keluarga atau di tingkat salah satu subsistem
seperti hubungan pernikahan suami-istri, subsistem orang tua-
anak.. (Friedman, 2010, p. 172)
Diagnosis melibatkan proses menyusun informasi keluarga
untuk merumuskan masalah dan menggali tindakan yang dapat
dilakukan. Maknanya: tidaklah cukup bagi perawat bekerja
dengan keluarga untuk mengamati bahwa keluarga mengalami
stres dan tidak memasukkan keluarga atau teman dalam
rencana perawatannya agar membantu. Bersama keluarga,
perawat perlu menghasilkan diagnosis tentang apa yang
sebenarnya terjadi dan mengapa keluarga tidak mampu
melakukan sesuatu. Jika perawat telah mengumpulkan
informasi yang memadai dan memverifikasi informasi tersebut
dengan keluarga maka diagnosis yang ditegakkan dapat
dinyatakan akurat. Diagnosis yang dibuat tersebut selanjutnya
mengarahkan pada sasaran dan intervensi yang ditujukan
untuk membantu keluarga mengatasi masalah dengan lebih
efektif. (Friedman, 2010, p. 172)

c. Keterkaitan antara data dan masalah


Salah satu masalah dalam menetapkan kebutuhan dan masalah
kesehatan keluarga adalah bahwa semua informasi yang
terkumpul saling berhubungan, dan terdapat kesulitan yang

13
14

tidak teratasi yang terlibat dalam pemilahan hubungan sebab-


akibat. Hal ini karena, menurut teori sistem, terdapat
kausalitas sirkular. Lingkungan umpan balik ada ketika
perilaku seseorang (A) menimbulkan perilaku orang lain (B)
yang menyebabkan A bereaksi dalam menanggapi perilakunya
(A) sebelumnya dan respons (B). juga, tumpang tindih masalah
keluarga seperti; konflik peran dan kekuasaan, dan masalah
tertentu yang tidak sama dalam jenis maupun tingkat
generalisasi atau spesifikasinya seperti yang lain. (Friedman,
2010, p. 172)

d. Masalah potensial
Masalah yang teridentifikasi dalam keperawatan keluarga
berfokus pada kemampuan keluarga untuk mengatasi masalah
kesehatan atau lingkungan. Pada banyak situasi, tidak ditemui
penyakit medis atau kecacatan. Pada keadaan ini, diagnosis
yang sering adalah pencegahan (preventif), seperti
pengurangan resiko (modifikasi nutrisi-mengurangi garam,
kalori, gula, dan lemak; dan mengurangi tingkat stres);
memperbaiki gaya hidup (olahraga teratur , lebih banyak
istirahat dan relaksasi, komunikasi yang lebih baik). Dari
pengertian, diagnosis keperawatan dapat melibatkan masalah
kesehatan potensial yang berasal dari kondisi yang ada atau
yang diantisipasi. Karena periode antisipasi ketika tuntutan
berhadap keluarga dan anggota di luar kebiasaan, bimbingan
antisipatif, konseling kesehatan, dan inisiatif rujukan ke
sumber komunitas sedring kali diperlukan. Contoh stresor
yang dapat diantisipasi yaitu kehamilan, pindah ke komunitas
baru, pensiun, masa remaja, isteri mulai bekerja penuh waktu,
dan kemunduran progresif orang tua berusia lanjut. (Friedman,
2010, p. 172)
e. Diagnosis kesejahteraan

14
15

Keluarga mungkin juga sampai pada satu titik, berkeinginan


untuk mencapai tingkat fungsi yang lebih tinggi dalam bidang
tertentu (Friedman, 2010, p. 172).
Pada kasus ini, akan dipilih diagnosis (promosi) kesehatan
atau kesejahteraan. Ini menunjukkan keluarga siap pada
keadaan sehat, namun tetap ingin memfokuskan rencana
perawatan mereka untuk meningkatkan kekuatan dan modal
mereka. (Friedman, 2010, p. 172)

3. Macam-macam diagnosis keperawatan


a. Diagnosis aktual ( terjadi defisit atau gangguan kesehatan)
Dari hasil pengkajian didapatkan data mengenai tanda dan
gejala dari gangguan kesehatan, dimana masalah kesehatan
yang dialami oleh keluarga memerlukan bantuan untuk segera
di tangani dengan cepat. Pada diagnosis keperawatan aktual
faktor yang berhubungan merupakan etiologi, atau faktor
penunjang lain, yang telah mempengaruhi perubahan status
kesehatan. (Chayatin, 2012, p. 102)
Sedangkan menurut (Chayatin, 2012, p. 102) faktor tersebut
dapat dikelompokkan dalam 4 kategori yaitu :
1. Patofisiologi
2. Tindakan yang berhubungan
3. Situasional
4. Maturasional
Menurut (Chayatin, 2012, p. 102) secara umum faktor-faktor
yang berhubungan atau etiologi dari diagnostik keperawatan
keluarga adalah :
1. Ketidaktahuan (kurangnya pengetahuan, pemahaman,
kesalahan persepsi)
2. Ketidakmauan ( sikap dan motivasi)
3. Ketidakmampuan (kurangnya keterampilan terhadap
suatu prosedur, kurangnya sumber daya keluarga, baik
finansial, fasilitas, sistem pendukung,lingkungan fisik,
psikologis)

15
16

b. Diagnosis resiko tinggi/ ancaman kesehatan


Sudah ada data yang menunjang namun belum terjadi
gangguan, tetapi tanda tersebut dapat menjadi masalah aktual
apabila tidak segera mendapatkan bantuan pemecahan dari tim
kesehatan/ keperawatan. Faktor-faktor risiko untuk diagnosis
resiko dan resiko tinggi memperlihatkan keadaan dimana
kerentanan meningkat terhadap klien atau kelompok. Faktor
ini membedakan klien atau kelompok resiko tinggi dari yang
lainnya pada populasi yang sama yang mempunyai resiko.
(Chayatin, 2012, p. 103)

c. Diagnosis potensial
Suatu keadaan jika keluarga dalam keadaan sejahtera,
kesehatan keluarga dapat ditingkatkan. Diagnosis keperawatan
sejahtera tidak mencangkup faktor-faktor yang berhubungan.
Perawat dapat memperkirakan kemampuan atau potensi
keluarga dapat ditingkatkan kearah yang lebih baik. (Chayatin,
2012, p. 104)
Diagnosis keperawatan keluarga berdasarkan buku NANDA
yang dikutip dalam buku (Chayatin, 2012, p. 104) adalah:
1. Diagnosis keperawatan keluarga pada masalah
lingkungan
a. Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah/
hygien lingkungan
b. Resiko terhadap cidera
c. Resiko terjadi infeksi atau penularan penyakit
(Chayatin, 2012, p. 104)
2. Diagnosis keperawatan keluarga pada masalah struktur
komunitas. (Chayatin, 2012, p. 104)
3. Diagnosis keperawatan keluarga pada masalah struktur
peran
a. Berduka dan antisipasi
b. Berduka disfungsional
c. Isolasi sosial
d. Perubahan dalam proses keluarga

16
17

e. Potensial peningkatan menjadi orang tua (Chayatin,


2012, p. 104)
4. Diagnosis keperawatan keluarga pada masalah fungsi
afektif
a. Perubahan proses keluarga
b. Perubahan menjadi orang tua
c. Potensial peningkatan menjdai orang tua
d. Berduka yang diantisipasi (Chayatin, 2012, p. 105)
5. Diagnosis keperawatan keluarga pada masalah fungsi
sosial
a. Perilaku mencari bantuan kesehatan
b. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan
c. Perubahan pemeliharaan kesehatan (Chayatin, 2012,
p. 106)
6. Diagnosis keperawatan keluarga pada masalah fungsi
perawatan kesehatan
a. Potensial peningkatan pemeliharaan kesehatan
b. Perilaku mencari pertolongan kesehatan
c. Ketidak efektifan penatalaksanaan aturan terapeutik
atau pengobatan keluarga (Chayatin, 2012, p. 106)
7. Diagnosis keperawatan keluarga pada masalah koping
a. Koping keluarga tidak efektif, menurun.
b. Resiko terhadap tindakan kekerasan
c. Koping keluarga tidak efektif, ketidak mampuan
(Chayatin, 2012, p. 106)

4. Prioritas diagnosa keperawatan keluarga


Skala untuk menentukan Prioritas Asuhan Keperawatan Keluarga.
(Susanto, 2012, p. 63)

No Kriteria Skor Bobot

3
Sifat masalah
1
2 1
Skala: .Aktual

17
18

Risiko

Keadaan sejahtera/
diagnosis sehat

Kemungkinan
masalah dapat diubah
2

Skala: 2Mudah
1 2
.
Sebagian
0

Tidak dapat

Potensi masalah
untuk dicegah
3

Skala :3tinggi
2 1
.
Cukup
1

Rendah

Menonjolnya
masalah

Skala : masalah
2
dirasakan dan harus
segera 4ditangani
1 1
.
Ada masalah tetapi
0
tidak perlu ditangani

Masalah tidak
dirasakan

Skoring :
a. Tentukan skore untuk setiap kriteria

b. Skore dibagi dengan makna tertinggi dan kalikanlah dengan


bobot.

18
19

Skore × bobot

Angka tertinggi

c. Jumlahkanlah skore untuk semua kriteria. (Susanto, 2012)

Faktor penting yang perlu dipertimbangkan dalam menetapkan


prioritas, adalah :

1. Rasa keterdesakan klien (ini penting untuk membina


hubungan)
2. Tindakan yang akan atau mungkin mempunyai efek terapeutik
terhadap perilaku kesehatan klien dan keluarga di masa
mendatang. Masalah ini kemudian akan membentuk landasan
untuk menentukan tujuan dan perencanaan intervensi.
(Susanto, 2012, p. 64)

B. KONSEP PERENCANAAN

1. Definisi
Menurut (Susanto, 2012, p. 63) Perencanaan keperawatan keluarga
merupakan kumpulan tindakan yang ditentukan oleh perawat bersama-
sama sasaran yaitu keluarga untuk dilaksanakan, sehingga masalah
kesehatan dan masalah keperawatan yang telah diidentifikasi dapat
diselesaikan.
Kualitas rencana keperawatan keluarga sebaiknya berdasarkan masalah
yang jelas, harus realita, sesuai dengan tujuan, dibuat secara tertulis dan
dibuat bersama keluarga. (Susanto, 2012, p. 63)
3. Cara-cara menentukan rencana keperawatan
a. Menetapkan Prioritas Masalah Kesehatan
Menetapkan prioritas masalah/ diagnosa keperawatan keluarga adalah
dengan menggunakan Skala menyusun prioritas dari Bailon dan
Maglaya (Susanto, 2012, p. 63)
b. Menetapkan tujuan Keperawatan
Tujuan keperawatan harus mewakili status yang diinginkan yang
dapat dicapai atau dipertahankan melalui program intervensi
keperawatan (mandiri). Sasaran merupakan tujuan umum ( yang

19
20

merupakan akhir yang dituju dengan semua usaha). (Susanto, 2012, p.


64)
Tujuan merupakan pernyataan spesifik tentang hasil yang diharapkan
dari tindakan keperawatan yang terdiri dari jangka panjang dan jangka
pendek. (Susanto, 2012, p. 64)
a. Tujuan jangka panjang adalah target dari kegiatan atau hasil
akhir yang diharapkan dari rangkaian proses penyelesaian
masalah keperawatan (penyelesaian satu diagnosa atau masalah)
dan biasanyaberorientasi pada perilaku seperti pengetahuan
,sikap dan pengetahuan. Misalnya : keluarga mampu merawat
anggotanya (Tn.X) yang mengalami TB Paru. (Susanto, 2012, p.
64)
b. Tujuan jangka pendek merupakan hasil yang di harapkan dari
setiap akhir kegiatan yang di lakukan pada waktu tertentu di
sesuaikan dengan penjabaran jangka panjang. Misalnya setelah
dilakukan satu kali kunjungan, keluarga mengerti tentang
penyakit TBC. Pada tujuan juga perlu ditentukan rencana
evaluasi yang merupakan kriteria (tanda/ indikator yang
mengukur pencapaian tujuan dan tolak ukur dari kegiatan
tertentu) dan standar tingkat penampilan sesuai tolak ukur yang
ada. (Susanto, 2012, p. 64). Misalnya :
1. Berat badan akan naik minimal 1 kg setiap bulan.
2. Setelah kunjungan rumah ibu akan mengunjungi puskesmas
munimal 4 kali selama kehamilannya.
3. Keluarga dapat menjelaskan secara verbal: arti TB paru,
minimal 3 tanda TB paru, minimal 2 penyebab TB paru.
(Susanto, 2012, p. 64)

4. Langkah-langkah menyusun rencana tindakan keperawatan keluarga


a. Menentukan sasaran atau goal
Sasaran merupakan tujuan akhir yang akan dicapai melalui
segalaupaya. Prinsip yang paling penting adalah bahwa sasaran harus
ditentukan bersama keluarga. Jika keluarga mengerti dan menerima
sasaran yang telah ditentukan, mereka diharapkan dapat berpartisipasi
secara aktif dalam mencapai sasaran tersebut. Misalnya setelah

20
21

dilakukan tindakan keperawatan , keluarga mampu merawat anggota


keluarga yang menderita penyakit hipertensi. (Chayatin, 2012, p. 107)
b. Menentukan tujuan atau objektif
Objektif merupakan pernyataan yang lebih spesifik atau lebih
terperinci, berisi tentang hasil yang diharapkan dari tindakan
perawatan yang akan dilakukan. Ciri tujuan atau objektif yang baik
adalah spesifik, dapat diukur, dapat dicapai, realistis, dan ada batasan
waktu. Misalnya setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
anggota keluarga yang sakit hipertensi mengerti tentang cara
pencegahan, pengobatan hipertensi, dan tekanan darah 120/80 mmHg.
(Chayatin, 2012, p. 107)
c. Menentukan pendekatan dan tindakan keperawatan yang akan
dilakukan
Tindakan keperawatan yang dipilih sangat bergantung pada sifat
masalah dan sumber-sumber yang tersedia untuk memecahkan
masalah. Dalam perawatan kesehatan keluarga tindakan keperawatan
yang dilakukan ditujukan untuk mengurangi atau menghilangkan
sebab-sebab yang mengakibatkan timbulnya ketidaksanggupan
keluarga dalam melaksanakan tugas-tugas kesehatan (Chayatin, 2012,
p. 107)
Menurut (Chayatin, 2012, p. 107) perawat dapat melakukan tindakan
keperawatan dengan menstimulasi kesadaran dan penerimaan terhadap
masalah atau kebutuhan kesehatan keluarga dengan jalan :
1. Memperluas informasi atau pengetahuan keluarga
5. Membantu keluarga untuk melihat dampak atau akibat dari
situasi yang ada.
6. Menghubungkan antara kebutuhan kesehatan dengan sasaran
yang telah ditentukan.
7. Menunjang sikap atau emosi yang sehat dalam menghadapi
masalah.

Menurut (Chayatin, 2012, p. 107) tindakan perawat untuk menolong


keluarga agar dapat menentukan keputusan yang tepat dalam
menyelesaikan masalahnya dapat dilakukan dengan :

21
22

1. Mendiskusikan konsekuensi yang akan timbul jika tidak


melakukan tindakan.
2. Memperkenalkan kepada keluarga alternatif kemungkinan yang
dapat diambil serta sumber-sumber yang diperlukan untuk
melaksanakan alternatif tersebut.
3. Mendiskusikan dengan keluarga manfaat dari masing-masing
alternatif atau tindakan.

d. Menentukan kriteria dan standar kriteria


Menurut (Chayatin, 2012, p. 108) kriteria merupakan tanda atau
indikator yang digunakan untuk mengukur pencapaian tujuan,
sedangkan standar menunjukkan tingkat penampilan yang diinginkan
untuk membandingkan bahwa perilaku yang menjadi tujuan tindakan
keperawatan telah tercapai.
Menurut (Chayatin, 2012, p. 108) pernyataan tujuan yang tepat akan
menentukan kejelasan kriteria dan standar evaluasi.
1. Tujuan, sesudah perawat kesehatan masyarakat melakukan
kunjungan rumah, keluarga akan memanfaatkan puskesmas atau
poliklinik sebagai tempat mencari pengobatan.
2. Kriteria, kunjungan ke puskesmas atau poliklinik.
3. Standar, ibu memeriksakan kehamilannya ke puskesmas atau
poliklinik, keluarga membawa berobat anaknya yang sakit ke
puskesmas.

22
23

DAFTAR PUSTAKA

Christensen, Paula J. 2009. Proses keperawatan: aplikasi model konseptual. Ed. 4.


Jakarta: EGC
Efendy. (1998). Dasar-dasar keperawatan kesehatan masyarakat. Jakarta: EGC
Effendi, Ferry. (2009). Keperawatan kesehatan komunitas: teori, dan praktik dalam
keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Friedman, M.M. (1998). Keperawatan keluarga: teori dam praktek. Ed.3. Jakarta:
EGC
Friedman., Marilyn M. (2010). Buku ajar keperawatan keluarga: riset, teori dan
praktik. Ed.5. Jakarta: EGC
Mubarak, Wahit Iqbal. (2009). Ilmu keperawatan komunitas buku 2: konsep dan
aplikasi. Jakarta: Salemba Medika
Mubarak, W.I. & Santoso, B.A. (2006). Buku ajar ilmu keperawatan komunitas:
teori & aplikasi dalam praktik dengan pendekatan asuhan keperawatan
komunitas, gerontik, dan keluarga. Jakarta: Sagung Seto
Setiadi. (2007). Konsep dan penulisan riset keperawatan. (Ed.1). Jogjakarta: Graha
Ilmu
Suprajitno. (2004). Asuhan keperawatan keluarga: aplikasi dalam praktik. Jakarta:
EGC
Agusman, F. (2011). Aplikasi teori Orem terhadap asuhan keperawatan keluarga.
Diambil pada 28 November 2012 dari: http://ebookbrowse.com/aplikasi-
teori-orem-terhadap-asuhan-keperawatan keluarga-ppt.d143522297

23

Anda mungkin juga menyukai