Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENDAHULUAN

ADENOCARSINOMA PARU

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Stage Keperawatan Medikal Bedah

PEMBIMBING

JENNY SAHERNA, Ns.,M.Kep


MURJANI, Ns.,M.Kep

DI SUSUN OLEH :

ELLY SAFITRI, S.Kep


NPM : 1914901210104

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN DAN


ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
2020/2021
A. Definisi
Kanker paru merupakan semua penyakit keganasan di paru, mencakup
keganasan yang berasal dari paru sendiri (primer). Dalam pengertian klinik yang
dimaksud dengan kanker paru primer adalah tumor ganas yang berasal dari epitel
bronkus (karsinoma bronkus/bronchogenic carcinoma) (Kemenkes RI, 2017).

Kanker paru merupakan keganasan yang berasal dari luar paru maupun yang
berasal dari paru sendiri (primer), dimana kelainan dapat disebabkan oleh
kumpulan perubahan genetika pada sel epitel saluran nafas yang dapat
mengakibatkan proliferasi sel yang tidak dapat dikendalikan. (Purba &
Wibisono, 2015).

Kanker paru-paru merupakan pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali


dalm jaringan paru-paru dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen,
lingkungan, terutama asap rokok ( Suryo, 2010).

B. Pathway
Kanker paru adalah C. Merokok Metastase dr organ Klasifikasi
Populasi udara P. Zat karsinogen
semua penyakit (aktif/pasif) lain Ada dua jenis utama
keganasan di paru, kanker paru di
mencakup keganasan kategorikan berdasarkan
Bronkus mengalami trauma oleh paparan
yang berasal dari paru zat karsinogen (rokok, paparan industri)
ukuran serta adanya sel
sendiri (primer). ganas yang terlihat yaitu
Dalam pengertian kanker paru karsinoma
Perubahan epitel silia Produksi mucus
klinik yang dimaksud dan mukosa bukan sel kecil/NSCLC
meningkat
dengan kanker paru (Non Small Cell Lung
primer adalah tumor Cancer) dan kanker
ganas yang berasal Deskuamasi
paru karsinoma sel
dari epitel bronkus Bersihan Jalan Nafas kecil/SCLC (Small Cell
(karsinoma tidak efektif Lung Cancer. Beberapa
bronkus/bronchogenic Ulserasi bronkus jenis kanker paru adalah
carcinoma) (Purba & Wibisono,
(Kemenkes RI,2017) 2015):
Lapisan epitel bronkus Ca Paru  Karsinoma sel
hiperplasi & metaplasi skuamosa
Etiologi : Beberapa abnormal
faktor risiko penyebab  Adenokarsinoma
Manifestasi klinis
terjadinya kanker paru  Karsinoma sel besar
adalah  Karsinoma sel kecil
merokok,perokok
pasif,polusi
Intrapulmone Intratorasik Ekstrapulmoner Ektratorasik Non Ekstratorasik
udara,paparan zat Metastatik Metastatik
r
karsinogen,genetic,pen
yakit paru, metastase
Manifestasi Klinis
Proksimal Distal Bronkiektasis/aktele Gangguan
dari orang lain
Adenokarsinoma ktaris
Karsinoma Sel Skuamosa Karsinoma Sel kecil Pertukaran Gas
Karsinoma Sel besar
(Stopler, 2010) dan Bronkoalveolar

Tanda dan 1. Nafas dangkal


Sumbatan parsial 1. Batuk Sesak nafas 1. Pola Nafas tidak
SIADH 1. Batuk berkepanjangan
Gejala 2. Batuk 2. Dyspnea(wheezing) 2. efektif
Sindrom chusing 2. Nyeri dada saat
(Sumber : 3. Penurunan nafsu makan 3. Nyeri dada 3. Hiperkalsemia menghirup
Tan, 2017) 4. Trosseau syndrome 4. Atelektasis 4. Batuk 3. Suara serak
5. Pneumonia postobstruktif 5. Stridor 4. Sesak napas
6. Mengi 6. Nafas dangkal
7. Hemoptisis 7. Sesak nafas
8. Kelelahan 8. Anemia
9. Penurunan berat badan
Penatalaksanaan medis Komplikasi
- Menurut KemenKes RI tahun 2017, manajemen  Hematotorak (darah pada rongga pleura)
penatalaksanaan pada penyakit kanker paru  Empiema (nanah pada rongga pleura)
dibagi berdasarkan klasifikasinya. Pada kanker  Abses paru
paru jenis karsinoma bukan sel kecil  Atelektasis (paru-paru mengerut)
(KPKBSK), terdiri dari berbagai jenis, antara
lain adalah karsinoma sel skuamosa (KSS), Pola nafas tidak efektif b/d sindrom
adenokarsinoma, karsinoma bukan sel kecil hipoventilasi
(KBSK) penatalaksanaannya tergantung pada
NOC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan
stadium penyakit, tampilan umum penderita,
3x24 jam diharapkan mampu mempertahankan
komorbiditas, tujuan pengobatan, dan cost-
effectiveness. Modalitas penanganan yang kebersihan jalan nafas
tersedia adalah bedah, radiasi, dan kemoterapi. Kriteria hasil :
- Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara
nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan
Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d adanya dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu
eksudat di alveolus bernapas dengan mudah)
NOC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 - Menunjukkan jalan nafas yang paten (frekuensi
jam diharapkan mampu mempertahankan kebersihan pernafasan rentang normal, tidak ada suara nafas
jalan nafas abnormal)
Kriteria Hasil : - Tanda-tanda vital dalam rentang normal
- Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas NIC :
yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu Terapi oksigen
(mampu mengeluarkan sputum, mampu bernapas - Beesihkan mulut, hidung, dan seckret trakea
dengan mudah) - Pertahankan jalan napas yang paten
- Menunjukkan jalan nafas yang paten (frekuensi - Monitor aliran oksigen
pernafasan rentang normal, tidak ada suara nafas - Pertahankan posisi klien
abnormal) - Monitor TD, nadi, dan RR
- Mampu mengidentifikasi dan mencegah faktor
yang dapat menghambat jalan nafas Gangguan pertukaran gas b/d hipoventilasi
NIC : NOC: Respiratory status : gas exchange ;
Airwey suction Keseimbangan asam basa, elektrolit ; Respiratory
- Auskultasi suara nafas sebulum dan sesudah status : ventilation ; Vital sign
suctioning Kriteria Hasil :
- Informasikan pada klien dan keluarga tentang - Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan
suctioning oksigenasi yang adekuat
- Minta klien nafas dalam sebelum suction dilakukan - Memehara kebersiha paru-paru dan bebas dari
- Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk tanda- tanda distres pernafasan
memfasilitasi suktionnasotrakeal - Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara
- Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam nafas yang bersih, tidak ada sianosis, dan
setelah kateter dikeluarkan dari nasatrakeal dispneu, mampu bernafas dengan mudah,.
- Ajarkan keluarga bagaimana cara melakukan - Tanda – tanda vital dalam batas normal
suksion - AGD dalam batas normal
- Hentikan suksion dan berikan oksigen apabila - Status neurologis dalam batas normal
pasien menunjukan bradikardi, peningkatan saturasi NIC :
O2,dll. Manajemen Asam Basa
Airway management Kegiatan :
- Posisikan pasien u/ memaksimalkan ventilsi - Dapatkan / pertahankan jalur intravena
- Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan - Pertahankan kepatenan jalan nafas
nafas buatan - Monitor AGD dan elektrolit
- Lakukan fisioterpi dada jika perlu - Monitor status hemodinamik
- Keluarkan sekret - Beri posisi ventilasi adekuat
- Dengan batuk atau suction - Monitor tanda gagal nafas
- Auskultasi suara nafas, catat adanya suara - Monitor kepatenan respirasi
tambahan
D. Pemeriksaan Penunjang
No. Jenis Pemeriksaan Nilai Normal Manfaat
1. Merupakan pemeriksaan awal
sederhana yang dapat mendeteksi
adanya kanker paru.
Radiologi
Menggambarkan bentuk, ukuran dan
1. Foto Thorak PA dan
lokasi lesi. Dapat menyatakan massa
1. Lateral serta
udara pada bagian hilus, effuse
Tomografi dada
pleural, atelektasis erosi tulang rusuk
2. Bronkhografi
atau vertebra.
2. Untuk melihat tumor di percabangan
bronkus.
Laboratorium 1. Dilakukan untuk mengkaji adanya/
1. Sitologi tahap karsinoma.
(sputum,pleural,atau 2. Dapat dilakukan untuk mengkaji
nodus limfe) kapasitas untuk memenuhi
2.
2. Pemeriksaan fungsi kebutuhan ventilasi.
paru dan GDA 3. Dapat dilakukan untuk mengevaluasi
3. Tes kulit, jumlah kompetensi imun (umum pada
absolute limfosit kanker paru).
1. Memungkinkan visualisasi,
pencucian bagian,dan pembersihan
sitologi lesi (besarnya karsinoma
Histopatologi bronkogenik dapat diketahui).
1. Bronkoskopi 2. Biopsi dengan TTB terutama untuk
3. 2. Biopsi Trans Torakal lesi yang letaknya perifer dengan
(TTB). ukuran < 2 cm, sensitivitasnya
3. Torakoskopi. mencapai 90 – 95 %.
3. Biopsi tumor didaerah pleura
memberikan hasil yang lebih baik
dengan cara torakoskopi.
Untuk mengevaluasi jaringan parenkim
4. CT-Scanning
paru dan pleura

E. Penatalaksanaan
Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun (2017)
1. Bedah
Terapi utama utama untuk sebagian besar KPBSK, terutama stadium I-II
dan stadium IIIA yang masih dapat direseksi setelah kemoterapi
neoadjuvan. Jenis pembedahan yang dapat dilakukan adalah lobektomi,
segmentektomi dan reseksi sublobaris. Pasien dengan kardiovaskular atau
kapasitas paru yang lebih rendah, pembedahan segmentektomi dan reseksi
sublobaris paru dilakukan.

2. Radioterapi
Radioterapi dalam tatalaksana kanker paru Bukan Sel Kecil (KPKBSK)
dapat berperan di semua stadium KPKBSK sebagai terapi kuratif definitif,
kuratif neoajuvan atau ajuvan maupun paliatif. Radioterapi dapat diberikan
pada stadium I yang menolak dilakukan operasi setelah evaluasi bedah
thoraks dan pada stadium lokal lanjut (Stadium II dan III) konkuren dengan
kemoterapi. Pada pasien Stadium IIIA resektabel, kemoterapi pre operasi
dan radiasi pasca operasi merupakan pilihan. Pada pasien Stadium IV,
radioterapi diberikan sebagai paliatif atau pencegahan gejala (nyeri,
perdarahan, obstruksi).
3. Kemoterapi
Kemoterapi dapat diberikan sebagai modalitas neoadjuvant pada stadium
dini, atau sebagai adjuvant pasca pembedahan. Terapi adjuvant dapat
diberikan pada KPKBSK stadium IIA, IIB dan IIIA. Pada KPKBSK stadium
lanjut, kemoterapi dapat diberikan dengan tujuan pengobatan jika tampilan
umum pasien baik. Kemoterapi adalah sebagai terapi paliatif pada pasien
dengan stadium lanjut.

Penatalaksanaan kanker paru karsinoma sel kecil (KPKSK) berbeda dengan


KPBSK, pasien dengan KPKSK, penatalaksanaan dilakukan berdasarkan
stadium, antara lain :

1. Stadium terbatas
Pilihan modalitas terapi pada stadium ini adalah kombinasi dari kemoterapi
berbasis-platinum dan terapi radiasi toraks. Kemoterapi dilakukan paling
banyak 4-6 siklus, dengan peningkatan toksisitas yang signifikan jika
diberikan lebih dari 6 siklus. Regimen terapi kombinasi yang memberikan
hasil paling baik adalah concurrent therapy, dengan terapi radiasi dimulai
dalam 30 hari setelah awal kemoterapi. Regimen kemoterapi yang tersedia
untuk stadium ini adalah EP, sisplatin/karboplatin dengan etoposid (pilihan
utama, sisplatin/karboplatin dengan irinotekan. Reseksi bedah dapat
dilakukan dengan kemoterapi adjuvant atau kombinasi kemoterapi dan
radiasi terapi adjuvant pada TNM stadium dini, dengan/tanpa pembesaran
kelenjar getah bening.

2. Stadium lanjut
Pilihan utama modalitas terapi stadium ini adalah kemoterapi kombinasi.
Regimen kemoterapi yang dapat digunakan pada stadium ini adalah:
sisplatin/karboplatin dengan etoposid (pilihan utama), atau
sisplatin/karboplatin dengan irinotekan. Pilihan lain adalah radiasi paliatif
pada lesi primer dan lesi metastasis.

F. Daftar Pustaka
Kemenkes RI. (2017). Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Kanker Paru.

Purba, Ardina Filindri & Wibisono. (2015) Pola Klinis Kanker Paru di RSUP

dr. Kariadi Semarang Periode Juli 2013- Juli 2014.

Stoppler, M.C. (2010). Kanker Paru. http://www.emedicinehealth/ (Diakses pada

15 Januari 2018)

Suryo, Joko. (2010). Herbal Penyembuhan Gangguan Sistem Pernapasan.

Yogyakarta: B First
Tan, Winston W. (2017). Non-Small Cell Lung Cancer Clinical Presentation

Banjarmasin, 27 April 2020


Preseptor Akademik, Preseptor Klinik,

Jenny Saherna, Ns., M.Kep Murjani, Ns., M.Kep

Anda mungkin juga menyukai