• Prinsip Hemodialisis
Seperti pada ginjal, ada tiga prinsip yang mendasari kerja hemodialisis, yaitu:
1. difusi, : berpindahnya zat karena adanya perbedaan kadar di dalam darah, makin
banyak yang berpindah ke dialisat.
2. osmosis : proses berpindahnya air karena tenaga kimiawi yaitu perbedaan
osmolalitas dan dialisat.
3. ultrafiltrasi. : proses berpindahnya zat dan air karena perbedaan hidrostatik di
dalam darah dan dialisat
• Luas permukaan membran dan daya saring membran
memengaruhi jumlah zat dan air yang berpindah. Pada
saat dialisis, pasien, dialiser, dan rendaman dialisat
memerlukan pemantauan yang konstan untuk
mendeteksi berbagai komplikasi yang dapat terjadi
(misalnya: emboli udara, ultrafiltrasi yang tidak
adekuat atau berlebihan [hipotensi, kram, muntah],
perembesan darah, kontaminasi, dan komplikasi
terbentuknya pirau atau fistula).
• Skematik sistem hemodialisis
Darah dari arteri dipompa ke dalam dialiser yang
di dalamnya mengalir darah melalui tabung-
tabung selofan yang bekerja sebagai membran
semipermeabel (inset). Larutan dialisat yang
memiliki komposisi kimiawi yang lama seperti
darah kecuali ureum dan produk limbah mengalir
di sekeliling tubulus. Produk limbah dalam darah
berdifusi melalui membran semipermeabel ke
dalam larutan dialisat (inset)
(Smeltzer & Bare,2002).
• Perawat dalam unit dialisis memiliki
peranan yang penting dalam memantau,
serta memberikan dukungan kepada klien
dan untuk melaksanakan program
pengkajian dan pendidikan pasien yang
berkelanjutan.
Indikasi
Pengkajian Anamnesis
Kaji identitas klien Memudahkan kelengkapan asuhan
Kaji adanya program Sebagai peran kolaboratif untuk melaksanakan intervensi
dokter tentang keperawatan yang sesuai dengan program dokter.
pelaksanaan hemodialisis.
Kaji kondisi psikologis, Mekanisme koping maladaptif terutama pada pasien yang
mekanisme koping, dan pertama kali divonis untuk cuci darah dapat memengaruhi
adanya kecemasan pelaksanaan. Peran perawat sangat penting untuk
praprosedur. membantu pasien dalam mencari mekanisme koping yang
positif.
Prosedur kecemasan merupakan hal yang paling sering
dialami pasien yang pertama kali dilakukan hemodialisis.
Peran perawat memberikan dukungan dan penjelasan yang
ringkas dan mudah dimengerti agar bisa menurunkan
Kaji pengetahuan pasien Untuk menentukan tingkat kooperatif dan
tentang prosedur sebagai materi dasar untuk memberikan
hemodialisis. penjelasan prosedur hemodialisis seseuai dengan
tingkat pengetahuannya.
Kaji adanya akses vaskular. Pengkajian akses vaskular diperlukan dalam pengkajian praprosedur.
- Subklavia dan femoralis Akses segera ke dalam sirkulasi darah pasien pada hemodialisis darurat
dicapai melalui kateterisasi subklavia untuk pemakaian sementara. Kateter
dwi-lumen atau multi-lumen dimasukkan ke dalam vena subklavia.
Meskipun metode akses vaskular ini memiliki risiko (misalnya: dapat
menyebabkan cedera vaskular seperti hematom, pneumotoraks, infeksi,
trombosis vena subklavia, dan aliran darah yang tidak adekuat), namun
metode tersebut biasanya dapat digunakan selama beberapa minggu. Kateter
femoralis dapat dimasukkan ke dalam pembuluh darah femoralis untuk
pemakaian segera dan sementara. Kateter tersebut dikeluarkan jika sudah
tidak diperlukan karena kondisi pasien telah membaik atau terdapat cara
akses yang lain. Oleh karena mayoritas pasien hemodialisis jangka panjang
yang harus dirawat di rumah sakit merupakan pasien dengan kegagalan akses
sirkulasi yang permanen, maka salah satu prioritas dalarn perawatan pasien
hemodialisis adalah perlindungan terhadap akses sirkulasi tersebut.
- Fistula arteri-vena Fistula yang lebih permanen dibuat melalui
pembedahan (yang biasanya dilakukan pada
lengan bawah) dengan cara menghubungkan
atau menyambung (anastomosis) pembuluh
arteri dengan vena secara side to side
(dihubungkan antar-sisi) atau end. to-side
(dihubungkan antara ujung dan sisi
pembuluh darah).
• Tipe akses vaskular pada hemodialisis. Kiri atas: sebuah Shunt (tandur) dapat
dibuat di antara pembuluh arteri dan vena. Kiri bawah: sebuah fistula
arteriovenosa dibuat dengan cara anastomosis side-to-side pada pembuluh arteri
dan vena. Kanan: akses vaskular pada subklavia (Lewis, S.M. et alTipe akses
vaskular pada hemodialisis. Kiri atas: sebuah Shunt (tandur) dapat dibuat di
antara pembuluh arteri dan vena. Kiri bawah: sebuah fistula arteriovenosa dibuat
dengan cara anastomosis side-to-side pada pembuluh arteri dan vena. Kanan:
akses vaskular pada subklavia (Lewis, S.M. et al
Intervensi Rasional/Implikasi Klinik
- Fistula arteri-vena. Fistula tersebut memerlukan waktu 4 hingga 6 minggu untuk
menjadi “matang” sebelum siap digunakan. Waktu ini diperlukan
untuk memberi kesempatan agar fistula pulih dan segmen-vena
fistula berdilatasi dengan baik sehingga dapat menerima jarum
berlumen besar dengan ukuran -14 sampai -16. Jarum ditusukkan
ke dalam pembuluh darah agar cukup banyak aliran darah yang
akan mengalir melalui dialiser. Segmen-arteri fistula digunakan
untuk aliran darah arteri dan segmen-vena digunakan untuk
memasukkan kembali (reinfus) darah yang sudah didialisis. Untuk
menampung aliran darah ini, segmen-arterivena fistula tersebut
harus lebih besar daripada pembuluh darah normal. Pasien
dianjurkan untuk melakukan latihan guna meningkatkan ukuran
pembuluh darah ini (yaitu: dengan meremas-remas bola karet
untuk melatih fistula yang dibuat di lengan bawah) sehingga
pembuluh darah yang sudah lebar dapat menerima jarum
berukuran besar yang digunakan dalam proses hemodialisis.
- Shunt/Tandur. Dalam menyediakan lumen sebagai tempat
penusukan jarum dialisis, sebuah tandur dapat
dibuat dengan cara menjahit sepotong pembuluh
arteri atau vena dari sapi, material Gore-Tex
(heterograft) atau tandur vena safena dari pasien
sendiri. Biasanya tandur tersebut dibuat bila
pembuluh darah pasien sendiri tidak cocok untuk
dijadikan fistula. Tandur biasanya dipasang pada
lengan bawah, lengan atas atau paha bagian atas.
Pasien dengan sistem vaskular yang terganggu,
seperti pasien diabetes, biasanya memerlukan
pemasangan tandur sebelum menjalani hemodialisis.
Oleh karena tandur tersebut merupakan pembuluh
darah artifisial, risiko infeksi akan meningkat.
Pengkajian Penunjang
Kelebihan profuk metabolit pada sirkulasi b.d. ketidakmampuan ginjal dalam mengekspresikan
keluar tubuh, ketidakmampuan dalam pembentukan urine.
Tujuan: Dalam waktu 3-4 jam kelebihan sisa metabolit teratasi.
Kriteria evaluasi:
- Kadar BUN dan kreatindalam rentang normal.
Intervensi Rasional
Persiapan hemodialisis: Persiapan yang optimal
dapat mempermudah
Lakukan persiapan alat:
perawat dalam melakukan
Mesin dialiser (berbagai tipe fiber, paralel plate atau coil)
intervensi.
1.000 ml cairan IV normal saline
Persiapan alat yang ideal
Makrodrop administration set
Jarum (jarum metal (AV. Fistula G.16,15,14) 1-1 ¼ inch. Jarum
untuk pelaksanaan
Intervensi Rasional