Anda di halaman 1dari 52

HEMODIALISA

• Hemodialisis berasal dari kata hemo = darah, dan


dialisis = pemisahan atau filtrasi
• Hemodialisis adalah suatu metode terapi dialisis yang
digunakan untuk mengeluarkan cairan dan produk
limbah dari dalam tubuh ketika secara akut ataupun
secara progresif ginjal tidak mampu melaksanakan
proses tersebut
• Terapi ini dilakukan dengan menggunakan sebuah
mesin yang dilengkapi dengan membran penyaring
semipermeabel (ginjal buatan).
• Hemodialisis dapat dilakukan pada saat toksin atau
zat racun harus segera dikeluarkan untuk mencegah
kerusakan permanen atau menyebabkan kematian.
• Tujuan dari hemodialisis adalah untuk memindahkan
produk-produk limbah yang terakumulasi dalam
sirkulasi klien dan dikeluarkan ke dalam mesin
dialisis.
• Pada klien GGK, tindakan hemodialisis dapat
menurunkan risiko kerusakan organ-organ vital
lainnya akibat akumulasi zat toksik dalam sirkulasi,
tetapi tindakan hemodialisis tidak menyembuhkan
atau mengembalikan fungsi ginjal secara permanen.
GINJAL NORMAL BEKERJA
• Klien GGK biasanya harus menjalani
terapi dialisis sepanjang hidupnya
(biasanya tiga kali seminggu selama
paling sedikit 3 atau 4 jam per kali terapi)
atau sampai mendapat ginjal baru melalui
transplantasi ginjal.ubuh
(ureum,kreatinin, dan sisa metabolisme
lain
Tujuan :
1. Menggantikan fungsi ginjal dalam
ekskresi (membuang sisa metabolisme t
2. Menggantikan fungsi ginjal dalam mengeluarkan cairan tubuh yang seharusnya
dikeluarkan sebagai urine saat ginjal sehat
3. Meningkatkan kualitas hidup pasien yang menderita penurunan fungsi ginjal
4. Menggantikan fungsi ginjal sambil menunggu program pengobatan lain

• Prinsip Hemodialisis
Seperti pada ginjal, ada tiga prinsip yang mendasari kerja hemodialisis, yaitu:
1. difusi, : berpindahnya zat karena adanya perbedaan kadar di dalam darah, makin
banyak yang berpindah ke dialisat.
2. osmosis : proses berpindahnya air karena tenaga kimiawi yaitu perbedaan
osmolalitas dan dialisat.
3. ultrafiltrasi. : proses berpindahnya zat dan air karena perbedaan hidrostatik di
dalam darah dan dialisat
• Luas permukaan membran dan daya saring membran
memengaruhi jumlah zat dan air yang berpindah. Pada
saat dialisis, pasien, dialiser, dan rendaman dialisat
memerlukan pemantauan yang konstan untuk
mendeteksi berbagai komplikasi yang dapat terjadi
(misalnya: emboli udara, ultrafiltrasi yang tidak
adekuat atau berlebihan [hipotensi, kram, muntah],
perembesan darah, kontaminasi, dan komplikasi
terbentuknya pirau atau fistula).
• Skematik sistem hemodialisis
Darah dari arteri dipompa ke dalam dialiser yang
di dalamnya mengalir darah melalui tabung-
tabung selofan yang bekerja sebagai membran
semipermeabel (inset). Larutan dialisat yang
memiliki komposisi kimiawi yang lama seperti
darah kecuali ureum dan produk limbah mengalir
di sekeliling tubulus. Produk limbah dalam darah
berdifusi melalui membran semipermeabel ke
dalam larutan dialisat (inset)
(Smeltzer & Bare,2002).
• Perawat dalam unit dialisis memiliki
peranan yang penting dalam memantau,
serta memberikan dukungan kepada klien
dan untuk melaksanakan program
pengkajian dan pendidikan pasien yang
berkelanjutan.
Indikasi

• Hemodialisis dilakukan jika gagal ginjal menyebabkan beberapa


kondisi, seperti ensefalopati uremik, perikarditis, asidosis yang tidak
memberikan respons terhadap pengobatan lainnya, gagal jantung, dan
hiperkalemia.
• Indikasi segera : koma, perikarditis, efusi pericardium, neuropati
perifer, hiperkalemi, hipertensi, maligna, overhidrasi, edema paru,
oliguri berat dan anuria
• Indikasi dini :
a. Geja uremia mual muntah, perubahan mental, penyakit
tulang, gangguan pertumbuhan, dan perkembangan seks
dan perubahan kualitas hidup
b. Laboratorium abnormal : azidosis, azotemia (kreatinin 8-12
mg%, blood urea nitrogen (BUN) 100 120 mg %, TKK : 5
ml.menit
• Frekuensi hemodialisa :
Bervariasi tergantung kepaada banyaknya
fungsi ginjal yang tersisa, tetapi sebagian besar
penderita menjalani dialisa sebanyak 3 kali
seminggu

Program dikatakan berhasi jika:


1. Penderita kembali menjaalani hidup normal
2. Penderita kembali menjalani diit yang normal
3. Jumlah sel darah merah dapat ditoleransi
4. TD normal
5. Tidak terdapat kerussakan saraf yang progresif
PERALATAN HEMODIALISA
1. Arterial – Venouse Blood Line (AVBL)
2. Dializer / ginjal buatan
3. Air water treatment
4. Larutan diaslisat
5. Mesin hemodialisis
Komplikasi hemodialisa :
1. Kram otot : krena ultrafltrasi (penarikan cairan)
yang cepat dengan volume tinggi
2. Hipotensi : karena pemakaian dialisat asetat,
rendahnya dialisat natrium dn kelebihan
tambahan berat cairan
3. Aritmiaa : karena penurunan kalsium,
magnesium, kalium dan bikarbonat
4. Sindrom ketidakseimbangan dialisa sindrom
5. Hipoksemia
6. Perdarahan
7. Gangguan pencernaan
8. Pembekuan darah
NUTRISI HEMODIALISA
Kebutuhan Jumlah
Asupan 1,2 g/kgBB/hari, bila secara klinis pasien stabil (setidaknya 50% dari diit protein dengan nilai
protein biologi tinggi)
Asupan 35 kcal/kgBB/hari dengan umur < 60 tahun, 30-35 kcal/kgBB/hari dengan umur > 60 tahun
energi
Lemak 30% dari total intake energi
Natrium 750-2000 mg/hari
Kalium 70-80 mEq/L
Fosfor 10-17 mg/kg/hari
Calcium ≤ 1000 mg/hari
Magnesium 200-300 mg/hari
Vitamin B1 1,1-1,2 mg/hari
Vitamin B2 1,1-1,3 mg/hari
Vitamin B5 5 mg/hari
Biotin 30 μg/hari
Niacin 14-16 mg/hari
Vitamin B6 10 mg/hari
Intervensi Rasional/Implikasi Klinik

Pengkajian Anamnesis
Kaji identitas klien Memudahkan kelengkapan asuhan
Kaji adanya program Sebagai peran kolaboratif untuk melaksanakan intervensi
dokter tentang keperawatan yang sesuai dengan program dokter.
pelaksanaan hemodialisis.
Kaji kondisi psikologis, Mekanisme koping maladaptif terutama pada pasien yang
mekanisme koping, dan pertama kali divonis untuk cuci darah dapat memengaruhi
adanya kecemasan pelaksanaan. Peran perawat sangat penting untuk
praprosedur. membantu pasien dalam mencari mekanisme koping yang
positif.
Prosedur kecemasan merupakan hal yang paling sering
dialami pasien yang pertama kali dilakukan hemodialisis.
Peran perawat memberikan dukungan dan penjelasan yang
ringkas dan mudah dimengerti agar bisa menurunkan
Kaji pengetahuan pasien Untuk menentukan tingkat kooperatif dan
tentang prosedur sebagai materi dasar untuk memberikan
hemodialisis. penjelasan prosedur hemodialisis seseuai dengan
tingkat pengetahuannya.

Beri penjelasan prosedur Hemodialisis dapat menimbulkan komplikasi. Klien


pemasangan dan lakukan perlu diberi penjelasan dan menyatakan
penandatangan informed persetujuannya melalui surat persetujuan tindakan.
consent.

Kaji adanya riwayat Untuk memantau reaksi pasca-hemodialisis


dilakukan hemodialisis
sebelymnya.
Kaji pemakaian obat-obatan Klien yang meminum obat-obatan (preparat glikosida jantung,
sebelumnya. antibiotik, antiaritmia, antihipertensi) harus dipantau dengan ketat
untuk memastikan agar kadar obat-obat ini dalam darah dan
jaringan dapat dipertahankan tanpa menimbulkan akumulasi
toksik.
Beberapa obat akan dikeluarkan dari darah pada saat dialisis, oleh
karena itu, penyesuaian dosis oleh dokter mungkin diperlukan.
Obat-obat yang terikat dengan protein tidak akan dikeluarkan
selama dialisis. Pengeluaran metabolit obat yang lain bergantung
pada berat dan ukuran molekulnya.
Apabila seorang pasien menjalani dialisis, semua jenis obat dan
dosisnya harus dievaluasi dengan cermat. Terapi antihipertensi,
yang sering merupakan bagian dari susunan terapi dialisis,
merupakan salah satu contoh di mana komunikasi, pendidikan, dan
evaluasi dapat memberikan hasil yang berbeda. Pasien harus
mengetahui kapan minum obat dan kapan menundanya. Sebagai
contoh, jika obat antihipertensi diminum pada hari yang sama
dengan saat menjalani hemodialisis, efek hipotensi dapat terjadi
selama hemodialisis dan menyebabkan tekanan darah rendah yang
berbahaya.
Timbang berat badan pasien. Sebagai pengukuran standar sebelum dilaksanakan hemodialisis. Berat
badan akan menurun pada saat prosedur selesai dilaksanakan.
Periksa TTV. Sebelum dilakukan prosedur hemodialisis. Denyut nadi dan tekanan darah
biasanya di atas rentang normal. Kondisi ini harus diukur pada saat selesai
prosedur dengan membandingkan Hasil pra dan sesudah prosedur.

Kaji adanya akses vaskular. Pengkajian akses vaskular diperlukan dalam pengkajian praprosedur.
- Subklavia dan femoralis Akses segera ke dalam sirkulasi darah pasien pada hemodialisis darurat
dicapai melalui kateterisasi subklavia untuk pemakaian sementara. Kateter
dwi-lumen atau multi-lumen dimasukkan ke dalam vena subklavia.
Meskipun metode akses vaskular ini memiliki risiko (misalnya: dapat
menyebabkan cedera vaskular seperti hematom, pneumotoraks, infeksi,
trombosis vena subklavia, dan aliran darah yang tidak adekuat), namun
metode tersebut biasanya dapat digunakan selama beberapa minggu. Kateter
femoralis dapat dimasukkan ke dalam pembuluh darah femoralis untuk
pemakaian segera dan sementara. Kateter tersebut dikeluarkan jika sudah
tidak diperlukan karena kondisi pasien telah membaik atau terdapat cara
akses yang lain. Oleh karena mayoritas pasien hemodialisis jangka panjang
yang harus dirawat di rumah sakit merupakan pasien dengan kegagalan akses
sirkulasi yang permanen, maka salah satu prioritas dalarn perawatan pasien
hemodialisis adalah perlindungan terhadap akses sirkulasi tersebut.
- Fistula arteri-vena Fistula yang lebih permanen dibuat melalui
pembedahan (yang biasanya dilakukan pada
lengan bawah) dengan cara menghubungkan
atau menyambung (anastomosis) pembuluh
arteri dengan vena secara side to side
(dihubungkan antar-sisi) atau end. to-side
(dihubungkan antara ujung dan sisi
pembuluh darah).
• Tipe akses vaskular pada hemodialisis. Kiri atas: sebuah Shunt (tandur) dapat
dibuat di antara pembuluh arteri dan vena. Kiri bawah: sebuah fistula
arteriovenosa dibuat dengan cara anastomosis side-to-side pada pembuluh arteri
dan vena. Kanan: akses vaskular pada subklavia (Lewis, S.M. et alTipe akses
vaskular pada hemodialisis. Kiri atas: sebuah Shunt (tandur) dapat dibuat di
antara pembuluh arteri dan vena. Kiri bawah: sebuah fistula arteriovenosa dibuat
dengan cara anastomosis side-to-side pada pembuluh arteri dan vena. Kanan:
akses vaskular pada subklavia (Lewis, S.M. et al
Intervensi Rasional/Implikasi Klinik
- Fistula arteri-vena. Fistula tersebut memerlukan waktu 4 hingga 6 minggu untuk
menjadi “matang” sebelum siap digunakan. Waktu ini diperlukan
untuk memberi kesempatan agar fistula pulih dan segmen-vena
fistula berdilatasi dengan baik sehingga dapat menerima jarum
berlumen besar dengan ukuran -14 sampai -16. Jarum ditusukkan
ke dalam pembuluh darah agar cukup banyak aliran darah yang
akan mengalir melalui dialiser. Segmen-arteri fistula digunakan
untuk aliran darah arteri dan segmen-vena digunakan untuk
memasukkan kembali (reinfus) darah yang sudah didialisis. Untuk
menampung aliran darah ini, segmen-arterivena fistula tersebut
harus lebih besar daripada pembuluh darah normal. Pasien
dianjurkan untuk melakukan latihan guna meningkatkan ukuran
pembuluh darah ini (yaitu: dengan meremas-remas bola karet
untuk melatih fistula yang dibuat di lengan bawah) sehingga
pembuluh darah yang sudah lebar dapat menerima jarum
berukuran besar yang digunakan dalam proses hemodialisis.
- Shunt/Tandur. Dalam menyediakan lumen sebagai tempat
penusukan jarum dialisis, sebuah tandur dapat
dibuat dengan cara menjahit sepotong pembuluh
arteri atau vena dari sapi, material Gore-Tex
(heterograft) atau tandur vena safena dari pasien
sendiri. Biasanya tandur tersebut dibuat bila
pembuluh darah pasien sendiri tidak cocok untuk
dijadikan fistula. Tandur biasanya dipasang pada
lengan bawah, lengan atas atau paha bagian atas.
Pasien dengan sistem vaskular yang terganggu,
seperti pasien diabetes, biasanya memerlukan
pemasangan tandur sebelum menjalani hemodialisis.
Oleh karena tandur tersebut merupakan pembuluh
darah artifisial, risiko infeksi akan meningkat.
Pengkajian Penunjang

Kaji pemeriksaaan Pemeriksaan laboratorium menjadi


laboratorium.
parameter untuk dilakukan hemodialisis,
meliputi: Hb, hematokrit, kadar albumin,
BUN, kreatinin, dan elektrolit.
Konfirmasi Preventif perawat dalam menjaga atau
pemeriksaan HBSag
mempertahankan universal precaution
dan status HIV.
dan mencegah penularan.
Kaji adanya Menilai keterlibatan hati dengan melihat
peningkatan kadar
peningkatan enzim serum hati.
SGOT/PT.
Diagnosis Keperawatan
• Kelebihan produk sisa metabolit pada sirkulasi b.d. ketidakmampuan ginjal
dalam mengeksresikan keluar tubuh, ketidakmampuan dalam pembentukan
urine.
• Kelebihan volume cairan b.d. penurunan volume urine, retensi cairan dan
natrium, peningkatan aldosteron sekunder dari penurunan GFR.
• Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit b.d. ketidakmampuan ginjal dalam
mengatur reabsorpsi dan sekresi elektrolit.
• Aktual/risiko tinggi terjadi cedera (profil darah abnormal) b.d. tindakan
invasif hemodialisis, gangguan faktor pembekuan, peningkatan kerapuhan
vaskular.
• Risiko tinggi infeksi b.d. adanya port de entree (pintu masuk kuman) respons
sekunder dari tindakan invasif hemodialisis.
• Kurangnya pengetahuan tentang prosedur tindakan hemodialisis b.d.
tindakan hemodialisis yang pertama kali.
• Gangguan konsep diri (gambaran diri) b.d. penurunan fungsi tubuh, tindakan
dialisis, koping maladaptif.
• Kecemasan b.d. prognosis penyakit dan tindakan hemodialisis yang pertama
• Rencana Keperawatan
risiko infeksi dan kecemasan dapat disesuaikan dengan masalah yang sama pada pasien batu

Kelebihan profuk metabolit pada sirkulasi b.d. ketidakmampuan ginjal dalam mengekspresikan
keluar tubuh, ketidakmampuan dalam pembentukan urine.
Tujuan: Dalam waktu 3-4 jam kelebihan sisa metabolit teratasi.
Kriteria evaluasi:
- Kadar BUN dan kreatindalam rentang normal.
Intervensi Rasional
Persiapan hemodialisis: Persiapan yang optimal
dapat mempermudah
Lakukan persiapan alat:
perawat dalam melakukan
 Mesin dialiser (berbagai tipe fiber, paralel plate atau coil)
intervensi.
 1.000 ml cairan IV normal saline
Persiapan alat yang ideal
 Makrodrop administration set
 Jarum (jarum metal (AV. Fistula G.16,15,14) 1-1 ¼ inch. Jarum
untuk pelaksanaan

dengan kateter (IV catheter G.16,15,14) 1-1¼ inci) hemodialisis. Pada


 Anestesi lokal (lidocain, procain) pelaksanaannya di klinik,
 Desinfektan (alkohol betadin) kondisi alat disesuaikan
Kelebihan produk sisa metabolit pada sirkulasi b.d. ketidakmampuan
ginjal dalam mengeksresikan keluar tubuh, ketidakmampuan dalam
pembentukan urine.
Intervensi Rasional
Siapkan mesin dialisis. Mempertahankan kestabilan
 Sambungkan kabel listrik.
pelaksanaan hemodialisis.
 Murnikan cairan dengan cara
filtrasi, softening, deionisai,
reverense osmosis.
 Siapkan sistem drainase secara
rinse, desinfeksi dan pemanasan,
dialisis.
Siapkan Sirkulat Dialisat.
 Periksa adanya pesanan medis Pencampuran dialisat yaitu
tentang komposisi pencampuran. dialisat pekat (concetrate) dan air
 Lakukan pencampuran dialisat yang sudah diolah dengan
dengan cara bath system atau perbandingan 1 : 34.
propotioning system. Batch system adalah dialisis
sudah dicampur lebih dahulu
sebelum HD dimulai.
Propotioning system:
AsetatBikarbonat, Dialisat pekat :
air = 1:34. Campuran ini
dipompakan sekali saja
kompartemen dialisit, kemudian
dibuang.
Siapkan Sirkulat Dialisat.
 Periksa adanya pesanan medis Pencampuran dialisat yaitu
tentang komposisi pencampuran. dialisat pekat (concetrate) dan
 Lakukan pencampuran dialisat air yang sudah diolah dengan
dengan cara bath system atau perbandingan 1 : 34.
propotioning system. Batch system adalah dialisis
sudah dicampur lebih dahulu
sebelum HD dimulai.
Propotioning system:
AsetatBikarbonat, Dialisat
pekat : air = 1:34. Campuran
ini dipompakan sekali saja
Siapkan Sirkulasi.
 Lakukan priming atau pengisian Tindakan priming bertujuan untuk
pertama sirkulasi ekstrakorporeal. mengisi (Filing), membilas (rinsing)
 Keluarkan alat dari pembungkusnya dan membasahi atau melembapkan
(dialiser, AVBL, slang infus, NaCl). (soaking).
 Tempatkan dialiser pada tempatnya Persiapan alat yang diperlukan:
(holder) dengan posisi inlet di atas  Dialiser (ginjal buatan)
(merah) dan outlet di bawah (biru).  AVBL
 Hubungkan slang dialisat ke dialiser:  Set infus
a. Inlet dari bawah (ke ginjal).  NaCl (cairan fisiologis) 500 cc ( 2-3
b. Outlet dari atas (dari ginjal). Kolf)
c. Kecepatan dialisat (QD) 500 cc/menit).  Spuit 1 cc
d. Berikan tekanan negatif 100 mmHg.  Heparin injeksi (2.000 unit)
e. Biarkan proses ini berlangsung 10 menit  Klem
Lakukan prosedur.
1. Perawat cuci tangan dan pasang gaun. Prosedur hemodialisis yang dilakukan
2. Keluarkan peralatan dari dengan sistematis akan menurunkan
pembungkusnya (dialiser, AVBL/akses risiko komplikasi tindakan.
arteri-vena, selang infus, NaCl).
3. Tempatkan dialiser pada tempatnya
(holder) dengan posisi inlet di atas
(merah) outlet di bawah (biru).
4. Hubungkan selang dialisat ke dialiser.
5. Pasang ABL (akses arteri), tempatkan
segmen pump pada pompa darah (blood
pump) dengan baik.
6. Pasang VBL (akses vena) dan bubble
trap (perangkap udara) dengan posisi
tegak.
Dengan teknik aseptik, buka Menurunkan risiko
penutup (pelindung yang kontaminasi
terdapat di ujung ABL dan mikroorganisme.
tempatkan pada dialiser)
(inlet). Demikian juga dengan
VBL.
Hubungkan selang monitor Memudahkan monitoring.
tekanan arteri (arterial
pressure) dan selang monitor
tekanan vena (venous pressure).
Kelebihan produk sisa metabolit pada sirkulasi b.d.
ketidakmampuan ginjal dalam mengeksresikan keluar tubuh,
ketidakmampuan dalam pembentukan urine.
Intervensi Rasional
 Atur 1.000 cc NaCl, masukan 2.000 μ Cairan ini gunanya untuk
Heparin ke dalam kolf (2.000 μ/11). membilas dan mengisi
 Siapkan NaCl 1 kolf lagi (500 cc) sirkulasi ekstrakorporeal.
untuk digunakan selama HD bilamana
diperlukan, dan sebagai pembilas pada
waktu akhir HD.
 Hubungkan NaCl melalui set infus ke
ABL, yakinkan bahwa set infus bebas
 Tempatkan ujung VBL ke Menghindari kesalahan
dalam penampung. Hindarkan dalam melakukan prosedur.
kontaminasi dengan
penampung dan jangan sampai
terendam cairan yang keluar.

 Putar dialiser dan peralatannya Memonitor fungsi alat.


sehingga inlet di bawah, outlet
di atas (posisi terbalik)
 Buka semua klem termasuk
klem infus.
 Lakukan pengisian dan pembilasan Untuk mengeluarkan udara lakukan
sirkulasi ekstrakorporeal dengan cara: tekanan secara intermiten dengan
a) Jalankan pompa darah dengan menggunakan klem pada VBL
kecepatan (qb) 100 cc/menit. (tekanan tidak boleh lebih dari 200
b) Perangkap udara (bubble trap) diisi ¾ mmHg).
bagian.

 Teruskan priming sampai NaCL habis Mendeteksi persiapan alat.


1 liter dan sirkulasi bebas dari udara
yang sudah kolf yang baru (500 cc).
 Ganti kolf NaCl yang sudah kosong
dengan kolf yang baru (500 cc).
 Matikan pompa darah, klem kedua Persiapan akhir untuk memulai
ujung AVBL, kemudian hubungkan hemodialisis dengan parameter
kedua ujung dengan konektor, pemeriksaan temperatur dialisat,
semua klem dibuka. konduktivitas, aliran (flow),
 Lakukan sirkulasi selama 5 menit monitor tekanan, detektor udara,
dengan qb + 200 cc/menit. dan kebocoran darah.
 Matikan pompa darah, kembalikan
dialiser ke posisi semula.
 Periksa fungsi peralatan yang lain
sebelum HD dimulai.
Kelebihan produk sisa metabolit pada sirkulasi b.d. ketidakmampuan ginjal dalam
mengeksresikan keluar tubuh, ketidakmampuan dalam pembentukan urine.
Intervensi Rasional
Pada pungsi fistula
 Desinfeksi daerah daerah yang akan di Prosedur pelaksanaan pungsi yang
punksi dengan betadin dan alkohol sistematis akan menurunkan risiko
 Letakkan duk sebagai pengalas dan komplikasi.
penutup
 Lakukan punksi outlet (vena), yaitu
jalan masuknya darah ke dalam tubuh.
 Ambil darah untuk pemeriksaan lab
(bila diperlukan).
 Bolus heparin injeksi yang sudah
diencerkan dengan NaCl (dosis awal).
 Fiksasi dan tempat punksi ditutup kasa.
Pada Shunt atau tandur Prosedur
 Desinfeksi daerah-daerah yang akan dipunksi dengan pelaksanaan
betadin dan alkohol. pungsi yang
 Desinfeksi kanula, konektor dan daerah di mana shunt sistematis akan
terpasang. menurunkan risiko
 Letakkan duk sebagai pengalas dan penutup. komplikasi.
 Klein kedua kanula (arteri dan vena), sebelumnya dialasi
dengan kasa.
 Lepaskan/buka konektor dan cek kedua kanula apakah
alirannya lancar.
 Ambil darah untuk pemeriksaan laboratorium (bila
diperlukan).
 Bolus Heparin injeksi yang sudah diencerkan dengan NaCl
(dosis awal).
 Fiksasi dan tutup daerah exit site.
Kelebihan produk sisa metabont pada sirkulasi b.d. ketidakmampuan ginjal dalam
mengeksresikan keluar tubuh, ketidakmampuan dalam pembentukan urine.
Intervensi Rasional
Pada punksi femoral
 Desinfeksi daerah daerah yang akan di punksi dengan betadin dan Prosedur
alkohol. pelaksanaan pungsi
 Desinfeksi daerah lipatan paha dan daerah outlet akan dipunksi. yang sistematis
akan menurunkan
 Letakan duk sebagai pengalas dan penutup. risiko komplikasi.
 Punksi outlet (vena) yaitu jalan masuknya darah ke dalam tubuh,
k/p lakukan anestesi lokal.
 Ambil darah untuk pemeriksaan laboratorium (bila diperlukan).

 Bolus heparin injeksi yang sudah diencerkan dengan NaCl (dosis


awal).
 Fiksasi dan tempat punksi ditutup dengan kasa.
1. Alirkan darah ke dalam sirkulasi Menghindari kontaminasi
ekstrakorporeal mikroorganisme.
 Hubungkan ABL dengan inlet
(Punksi Inlet atau kanula arteri).
Ujung ABL disuci-hamakan terlebih
dahulu.
 Tempat ujung VBL di dalam wadah Menjaga drainase dialisat ke
pengukur. tempat pembuangan.
Perhatikan jangan sampai
terkontaminasi.
 Buka klem AVBL, kanula arteri,
klem slang infus ditutup, klem
kanula vena tetap tertutup.
Kelebihan volume cairan b.d. penurunan volume urine, retensi cairan dan
natrium, peningkatan aldosteron respons sekunder dari penurunan GFR

Tujuan: Dalam waktu 3-4 jam kelebihan volume cairan teratasi


Kriteria evaluasi:
- Terjadi penurunan berat badan dalam rentang normal.

Intervensi Rasional

Periksa berat badan sebelum prosedur. Sebagai parameter awal dalam


menentukan keberhasilan prosedur
hemodialisis.
Lakukan prosedur hemodialisis. Intervensi utama untuk menurunkan
kelebihan volume cairan.

Periksa berat badan pascaprosedur. Untuk menentukan keberhasilan


prosedur hemodialisis.
 Programkan  Pasien dengan gagal ginjal kronik akan
HD memerlukan intervensi HD berikutnya.
berikutnya. Pemberian informasi tentang jadwal
selanjutnya pada pasien akan mempermudah
bagi pasien dan keluarga untuk mengatur
jadwal yang sesuai pada kondisi individu.

 Lakukan  Dokumentasi merupakan bagian yang penting


pencatatan (isi untuk menilai keberhasilan dari intervensi HD.
formulir HD).
 Rapikan  Akan memudahkan perawat dalam melakukan
peralatan. intervensi HD pada pasien berikutnya.
Aktual/risiko tinggi terjadi cedera (profil darah
abnormal) b.d. tindakan invasif hemodialisis,
gangguan faktor pembekuan, peningkatan kerapuhan
vaskular.
Tujuan: Dalam waktu 3-4 jam tidak terjadi cedera.
Kriteria evaluasi:
- Tidak terdapat hematom pada tempat punksi,
prosedur hemodialisis berjalan tanpa ada
komplikasi atau bila ada komplikasi dapat teratasi.
Intervensi Rasional

Kaji adanya riwayat dilakukan Untuk memantau reaksi pasca-


hemodialisis sebelumnya. hemodialisis.

Lakukan prosedur hemodialisis Intervensi secara prosedur akan


secara prosedur. meningkatkan kehati-hatian
dalam upaya menurunkan
risiko cedera.

Lakukan Manajemen Komplikasi Hemodialisis


Masalah/Komplikasi Intervensi

Hipervolemia (Fluid over load) Ultratiltrasi Sequential (SU)


Tanda dan gejala:
Berat badan diturunkan dengan
 Berat badan naik secara berlebihan.
menggunakan UF tinggi (TMP tinggi,
 Sesak napas atau napas pendek,
pilih dialiser dengan kuff tinggi)
kadang-kadang batuk berdarah.
 Edema.
Bila sesak berikan oksigen.
 Hipertensi.
 Vena leher membesar/melebar Observasi penurunan berat badan
(melembung). supaya mencapai DW (Kalau perlu
 Ronkhi paru-paru. timbang berat badan di tengah HD)
Hipovolemia (Fluid Depresention) HD tanpa penurunan berat
Tanda dan gejala: badan/tanpa UF.
 Berat badan menurun secara TMP = 0., pilih dialiser dengan Kuff
berlebihan. rendah.
 Edema, kadang-kadang mata Membatasi cairan yang keluar (cairan
cekung. priming tidak perlu dikeluarkan).
 Hipotensi
Menambah cairan yang masuk
 Turgor (Elastisitas) menurun.
melalui IV dan peroral.
 Lemas kadang-kadang gemetar.
 Vena leher rata. Observasi berat badan (timbang BB
 Mulut dan lidah kering, kadang- di tengah HD)
kadang suara serak atau parau.
Hiperkalemia HD tanpa kalium.
Tanda dan gejala: Monitor EKG
 Kadar kalium darah (gelombang T tinggi).
tinggi. Membatasi intake kalium.
 Perubahan gambaran
Periksa kalium darah pre,
EKG.
on, dan post-hemodialisis.
 Gelisah.
 Lemas. Penyuluhan kesehatan

 Kadang-kadang sesak. tentang diet.

 Denyut jantung cepat. Tindakan darurat dengan


Hipokalemi Posisi tidur horizontal atau rata tanpa
Tanda dan gejala: bantal.
 Berat badan naik secara berlebihan. QB dan TMP diturunkan.
 Tekanan darah turun mendadak.
Hati-hati dalam pemberian cairan
 Lemas, berkeringat, pandangan
secara intravena.
berkunang-kunang (gelap).
 Mual atau muntah, sesak. Memberikan pengobatan untuk
menaikkan tekanan darah
(vasopresor).

Hipertensi akut QB dan TMP diturunkan.


Tanda dan Gejala:
Observasi TD.
 TD meningkat
Kolaborasi pemberian obat
 Sakit kepala.
antihipertensi.
Aktual/risiko tinggi terjadi cedera (profit darah abnormal) b.d.
tindakan invasif hemodialisis, gangguan faktor pembekuan,
peningkatan kerapuhan vaskular.
Masalah/Komplikasi Intervensi

Kedinginan, menggigil demam  Memasang selimut tebal.


 Kompres hangat.
 Memberikan obat antipiretik.
 Bila mengigilnya hebat. Beri
obat penenang, darah diperiksa
dan diukur.
Mual dan muntah.  QB dan TMP diturunkan.
 Memberikan obat anti mual
dan muntah.
 Jika perlu bent cairan.

Nyeri dada (angina)  QB dan TMP diturunkan.


 Berikan oksigen.
 Berikan Isosorbide dinitrate.

Kram otot  QB dan TMP diturunkan.


 Bila memungkinkan pasien
berdiri atau menginjakkan
telapak kaki.
 Lakukan masase otot.
 Memberikan kalsium glukonat
Kejang  QB dan TMP diturunkan.
Penyebab : Hipertensi berat,  Berikan oksigen.
emboli udara  Berikan obat penenang
bila tekanan darah
memungkinkan.
 Pertahankan jalan napas.
 Bila muntah, kepala
dimiringkan.
 Kalau perlu HD distop
sementara.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai