Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN PENDAHULUAN

KEJANG DEMAM

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Stage Keperawatan Anak

PEMBIMBING

EVY NOORHASANAH, S. Kep., Ns.,M.Imun


TAUFIK AKBAR, Ns.,M.Kep

DI SUSUN OLEH :

ELLY SAFITRI, S.Kep


NPM : 1914901210104

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU


KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
2020/2021
Definisi
Kejang demam adalah bangkitan kejang LAPORAN PENDAHULUAN Etiologi: Faktor-faktor prenatal,
yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh KEJANG DEMAM PADA ANAK Malformasi otak congenital, Faktor
(suhu mencapai >380C). kejang demam genetika, Penyakit infeksi (ensefalitis,
dapat terjadi karena proses intracranial meningitis), Demam, Gangguan
Toksik ,trauma Penyakit infeksi ekstracranial dll
maupun ekstrakranial. Kejang demam metabolisme, Trauma, Neoplasma,
terjadi pada 2-4% populasi anak toksin, Gangguan sirkulasi, Penyakit
berumur 6 bulan sampai dengan 5 tahun degeneratif susunan saraf dan Respon
(Amid dan Hardhi, NANDA NIC-NOC, Merangsang hipotalamus untuk meningkatkan suhu alergi atau keadaan imun yang abnormal
2013) tubuh

Komplikasi
Tanda gejala HIPERTERMI Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien
Ada 2 bentuk kejang demam
kejang demam antara lain:
(menurut Lwingstone), yaitu:
1.   Dapat terjadi perlukaan misalnya lidah
1. Kejang demam sederhana Pengeluaran mediator kimia epinefrin dan tergigit atau akibat gesekan dengan gigi.
(Simple Febrile Seizure), dengan
prostaglandin 2.   Dapat terjadi perlukaan akibat terkena
ciri-ciri gejala klinis sebagai
benda tajam atau keras yang ada di
berikut :
sekitar anak.
a. Kejang berlangsung Merangsang peningkatan potensi aksi pada 3.   Dapat terjadi perlukaan akibat terjatuh.
singkat, < 15 menit neuron
b. Kejang umum tonik
Selain bahaya akibat kejang,
dan atau klonik
risiko komplikasi dapat terjadi akibat
c. Umumnya berhenti
Merangsang perpindah ion K+ dan ion N+ pemberian obat antikonvulsan yang dapat
sendiri
terjadi di rumah sakit. Misalnya:
d. Tanpa gerakan fokal secara cepat dari luar sel menuju ke dalam
1.   Karena kejang tidak segera berhenti
atau berulang dalam 24 jam sel
padahal telah mendapat fenobarbital
2. Kejang demam komplikata
kemudian di berikan diazepam maka
(Complex Febrile Seizure), dengan
dapat berakibat apnea.
ciri-ciri gejala klinis sebagai
Meningkatkan fase depolarisasi neuron 2.   Jika memberikan diazepam secara
berikut :
dengan cepat intravena terlalu cepat juga dapat
a. Kejang lama > 15
menyebabkan depresi pusat pernapasan.
menit
b. Kejang fokal atau
parsial satu sisi, atau kejang
umum didahului kejang parsial KEJANG
c. Berulang atau lebih
Spasme
Spasme otot Bronkus
ekstermitas
Penurunan
kesadaran
Kekakuan otot
Resiko cidera pernafas

Pola nafas tidak


efektif

Penatalaksanaan
1. Pengobatan
a. Pengobatan fase akut
Obat yang paling cepat menghentikan kejang demam adalah diazepam yang diberikan melalui interavena atau indra vectal.
Dosis awal : 0,3 – 0,5 mg/kg/dosis IV (perlahan-lahan).
Bila kejang belum berhenti dapat diulang dengan dosis yang sama setelah 20 menit.
b. Turunkan panas
Anti piretika : parasetamol / salisilat 10 mg/kg/dosis.
Kompres air PAM / Os
c. Mencari dan mengobati penyebab
Pemeriksaan cairan serebro spiral dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan meningitis, terutama pada pasien kejang demam
yang pertama, walaupun demikian kebanyakan dokter melakukan pungsi lumbal hanya pada kasus yang dicurigai sebagai
meningitis, misalnya bila aga gejala meningitis atau bila kejang demam berlangsung lama. 
d. Pengobatan profilaksis
Pengobatan ini ada dalam cara : profilaksis intermitten / saat demam dan profilaksis terus menerus dengan antikanulsa setiap hari.
Untuk profilaksis intermitten diberikan diazepim secara oral dengan dosis 0,3 – 0,5 mg/hgBB/hari.
e. Penanganan sportif: Bebaskan jalan napas, Beri zat asam, Jaga keseimbangan cairan dan elektrolit danPertahankan tekanan darah
2. Pencegahan
a. Pencegahan berkala (intermitten) untuk kejang demam sederhana. Beri diazepam dan antipiretika pada penyakit-penyakit yang
disertai demam.
b. Pencegahan kontinu untuk kejang demam komplikata. Dapat digunakan : (Fero barbital=5-7 mg/kg/24 jam dibagi 3 dosis),
(Fenitorri=2-8 mg/kg/24 jam dibagi 2-3 dosis), (Klonazepam=(indikasi khusus)
No Jenis Pemeriksaan Nilai Normal Manfaat
1 Elektro encephalograft Gelombang normal Untuk pemeriksaan ini dirasa kurang
mempunyai nilai prognostik. EEG abnormal
tidak dapat digunakan untuk menduga
kemungkinan terjadinya epilepsi atau kejang
demam yang berulang dikemudian hari.
2 Pemeriksaan cairan Bakteri ( - ) Hal ini dilakukan untuk menyingkirkan
cerebrospinal kemungkinan adanya meningitis, terutama pada
pasien kejang demam yang pertama. Pada bayi
yang masih kecil seringkali gejala meningitis
tidak jelas sehingga harus dilakukan lumbal
pungsi pada bayi yang berumur kurang dari 6
bulan dan dianjurkan untuk yang berumur
kurang dari 18 bulan.
3 Darah a. Glukosa Darah (N a. Hipoglikemia merupakan predisposisi kejang
< 200 mq/dl)
b. BUN: 5-20ml/dl b. Peningkatan BUN mempunyai potensi
kejang dan merupakan indikasi nepro toksik
akibat dari pemberian obat.
c. Elektrolit: Kalium c. Ketidakseimbangan elektrolit merupakan
(N 3,80 – 5,00 predisposisi kejang
meq/dl), Natrium
(N 135 – 144
meq/dl)

DIANGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN


Dx 1: Hipertermi Dx 2: Pola napas tidak efektif Dx 3: Risiko cedera
NOC: NOC: NOC:
Termoregulation, dengan kriteria Status pernapasan, dengan Kontrol risiko, dengan kriteria
hasil: suhu tubuh dalam rentang kriteria hasil: frekuensi dalam hasil: tidak ada melaporkan
normal, Nadi dan RR dalam rentang normal saturasi O2 dalam terjadinya cedera
rentang normal dan tidak ada rentang normal dan kepatenan
perubahan warna kulit dan tidak jalan napas terjaga. NIC:
ada pusing NIC: - Environment Manajemen
- Monitor pernapasan (monitor (Manajemen lingkungan)
NIC: irama, kedalaman dan ada
- Vital sign monitoring nya otot bantu napas serta
(monitor ttv dan untuk suhu monitor saturasi O2)
setiap minimal 2 jam) - Manajemen jalan napas
- Temperature regulation (pemasangan OPA,
(tingkatkan intake cairan, miringkan tubuh pasien)
pakaian yang tipis)
- Fever treatment (kompres
dingin dan kolaborasi
pemberian antipiretik)

Daftar Pustaka

Nanda 2011-2012. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan. Jakarta : Primamedika.

Ridha, Nabiel. 2014. Buku Ajar Keperawatan Anak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Wilkinson, Judith M. 2012. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 9. Jakarta : EGC.

Wong, Donna L. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Edisi 6. Jakarta: EGC

Banjarmasin, Februari 2109


Ners Muda

(Ilham Wahyudi)

Preseptor Akademik,

(Evy Norhasanah, Ns., M.Imun)

Anda mungkin juga menyukai