Lung Cancer
(Kanker Paru-Paru)
Bab I
Pendahuluan
Kanker merupakan masalah paling utama dalam bidang kesehatan dan merupakan salah
satu dari 10 penyebab kematian utama di dunia serta merupakan penyakit keganasan yang
bisa mengakibatkan kematian pada penderitanya karena sel kanker merusak sel lain. Sel
kanker adalah sel normal yang mengalami mutasi atau perubahan genetik dan tumbuh tanpa
terkoordinasi dengan sel-sel tubuh lain.
Proses pembentukan kanker atau karsinogenesis merupakan kejadian somatik dan sejak
lama diduga disebabkan karena akumulasi perubahan genetik dan epigenetik yang
menyebabkan perubahan pengaturan normal kontrol molekuler perkembang biakan sel.
Perubahan genetik tersebut dapat berupa aktivasi proto-onkogen dan atau inaktivasi gen
penekan tumor yang dapat memicu tumorigenesis dan memperbesar progresinya.
Kanker paru dalam arti luas adalah semua penyakit keganasan di paru, mencakup
keganasan yang berasal dari paru sendiri maupun keganasan dari luar paru atau disebut
metastasis tumor di paru. Dalam pedoman penatalaksanaan ini yang dimaksud dengan kanker
paru ialah kanker paru primer, yakni tumor ganas yang berasal dari epitel bronkus atau
karsinoma bronkus atau bronchogenic carcinoma.
1.2 Tujuan
Mengetahui tentang penyakit kanker paru-paru(lung kanker).
Bab II
Pembahasan
2.1 Pengertian
Kanker paru adalah tumor berbahaya yang tumbuh diparu, sebagian besar kanker paru
berasal dari sel-sel didalam paru tapi dapat juga berasal dari bagian tubuh lain yang terkena
kanker.Kanker paru, juga dikenal sebagai suatu bronchogenic carcinomas .Penyakit kanker
paru-paru adalah penyakit yang diakibatkan adanya pertumbuhan sel kanker yang tidak
terkendali dalam jaringan paru. Penyakit ini biasanya akan mengganggu penapasan pada
penderitanya. Penyebab utama munculnya penyakit kanker paru-paru adalah rokok. Semakin
banyak rokok yang dihisap, semakin besar pula risiko untuk menderita kanker paru-
paru.Gejala penyakit kanker paru-paru biasanya berupa batuk.Gejala pada kanker paru
umumnya tidak terlalu terlihat, sehingga kebanyakan penderita kanker paru yang mencari
bantuan medis telah berada dalam stadium lanjut. Kasus-kasus kanker paru-paru stadium dini
atau awal sering ditemukan tanpa sengaja ketika seseorang melakukan pemeriksaan
kesehatan rutin.
2.2 Etiologi
1. Merokok
Merupakan penyebab utama Ca paru. Suatu hubungan statistik yang defenitif telah
ditegakkan antara perokok berat yaitu perokok yang lebih dari dua puluh batang sehari,
dari kanker paru atau disebut karsinoma bronkogenik. Perokok seperti ini mempunyai
kecenderung sepuluh kali lebih besar dari pada perokok ringan. Selanjutnya orang
perokok berat yang sebelumnya dan telah meninggalkan kebiasaannya akan kembali ke
pola resiko bukan perokok dalam waktu sekitar 10 tahun. Hidrokarbon karsinogenik
telah ditemukan dalam ter dari tembakau rokok yang jika dikenakan pada kulit hewan,
menimbulkan tumor.
2. Iradiasi.
Insiden karsinoma paru yang tinggi pada penambang kobalt di Schneeberg dan
penambang radium di Joachimsthal (lebih dari 50 % meninggal akibat kanker paru)
berkaitan dengan adanya bahan radioaktif dalam bentuk radon. Bahan ini diduga merupakan
agen etiologi operatif.
3. Zat-zat yang terhirup ditempat kerja .
Terdapat insiden yang tinggi dari pekerja yang terpapar dengan karbonil nikel atau
pelebur nikel dan arsenic atau pembasmi rumput. Pekerja pemecah hematite dan orang
– orang yang bekerja dengan asbestos dan dengan kromat juga mengalami peningkatan
insiden. Contoh zat –zat yang biasanya terhirup adalah radon, nikel, radiasi dan arsen.
4. Polusi Udara
Mereka yang tinggal di kota mempunyai angka kanker paru yang lebih tinggidari pada
mereka yang tinggal di desa dan walaupun telah diketahui adanya karsinogen dari industri
dan uap diesel dalam atmosfer di kota. Contohnya adalah pemaparan gas RT, asap
kendaraan atau pembakaran.
5. Genetik.
Terdapat perubahan atau mutasi beberapa gen yang berperan dalam kanker paru,yakni :
a. Proton oncogen.
b. Tumor suppressor gene.
c. Gene encoding enzyme.
Teori Onkogenesis.
Terjadinya kanker paru didasari oleh tampilnya gen suppresor tumor dalam genom
(onkogen). Adanya inisiator mengubah gen supresor tumor dengan cara menghilangkan
(delesi/del) atau penyisipan (insersi/ inS) sebagian susunan pasangan basanya, tampilnya gen
erbB1 dan atau neu/erbB2 berperan dalam anti apoptosis (mekanisme sel untuk mati secara
alamiah- programmed cell death). Perubahan tampilan gen kasus ini menyebabkan sel sasaran
dalam hal ini sel paru berubah menjadi sel kanker dengan sifat pertumbuhan yang autonom.
Dengan demikian kanker merupakan penyakit genetic yang pada permulaan terbatas pada sel
sasaran kemudian menjadi agresif pada jaringan sekitarnya.
6. Diet
Dilaporkan bahwa rendahnya konsumsi betakaroten, seleniumdan vitamin A menyebabkan
tingginya resiko terkena kanker paru. (Ilmu Penyakit Dalam, 2001).
2.3 Patofisiologi
Awalnya menyerang percabangan segmen atau sub bronkus yang menyebabkan cilia
hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya
pengendapan karsinogen maka menyebabkan metaplasia, hyperplasia dan displasia. Bila lesi
perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura,
biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra.
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini
menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di bagian distal.
Kanker-kanker yang menyebar atau metastastatic cancers dari tumor-tumor primer lain
didalam tubuh seringkali ditemukan didalam paru-paru. Tumor-tumor dari mana saja didalam
tubuh mungkin menyebar ke paru-paru melalui salah satu dari aliran darah atau sistim
limfatik, atau langsung dari organ-organ yang berdekatan. Tumor-tumor yang menyebar
(metastatic tumors) kebanyakan banyak, tersebar keseluruh paru, dan terkonsentrasi pada
area-area sekeliling daripada di pusat organ.
2.5 Manifestasi klinis
Gejala kanker paru yang paling sering adalah batuk, kemungkinan akibat iritasi yang
disebab kan oleh massa tumor. Individu sering mengabaikan gejala ini dan menghubungkan
dengan merokok. Batuk mulai sebagai batuk kering, tanpa membentuk sputum, tetapi
berkembang sebagai titik dimana dibentuk sputum yang kental, purulen dalam berespon
terhadap infeksi sekunder.Batuk yang karakternya berubah membangkitkan kecurigaan
terhadap kanker paru.
Pada beberapa pasien, demam kambuhan terjadi sabagai gejala dini dalam berespons
terhadap infeksi yang menetap pada area pneumonitis kearah distal tumor. Pada
kenyataannya, kanker paru harus dicurigai pada individu yang mengalami infeksi saluran
pernapasan atas berulang yang tidak sembuh-sembuh. Nyeri adalah manifestasi akhir dan
sering ditemukan dengan metastasis ke tulang.Jika dilihat dari manifestasi klinisnya, dapat
dikategorikan menjadi gejala intrapulmonal intratorakal, gejala ekstrapulmonal
intratorakal, gejala ekstrato rakal non metastasis dan gejala ekstratorakal metastasis
1. Manifestasi Lokal Kanker Paru (Intrapulmonal Intratorakal)
Gejala yang paling sering adalah batuk kronis dengan atautanpa produksi sputum.
Produksi sputum yang berlebih merupakan suatu gejala karsinoma sel bronkoalveolar atau
disebut bronchoalveolar cell carcinoma. Hemoptisis atau disebut batuk darah merupakan
gejala pada hampir 50% kasus. Nyeri dada juga umum terjadi dan bervariasi mulai dari nyeri
pada lokasi tumor atau nyeri yang lebih berat oleh karena adanya invasi ke dinding dada atau
mediastinum. Susah bernafas ( dyspnea) dan penurunan berat badan juga sering dikeluhkan
oleh pasien kanker paru. Pneumonia fokal rekuren dan pneumonia segmental mungkin terjadi
karena lesi obstruktif dalam saluran nafas. Mengi unilateral dan monofonik jarang terjadi
karena adanya tumor bronkial obstruksi. Stridor dapat ditemukan bila trakea sudah terlibat.
2. Manifestasi Ekstrapulmonal Intratorakal
Manifestasi ini disebabkan oleh adanya invasi atau ekstensi kanker paru ke struktur
atau organ sekitarnya. Sesak nafas dan nyeri dada bisa disebabkan oleh keterlibatan pleura
atau perikardial. Efusi pleura dapat menyebabkan sesak nafas, dan efusi perikardial dapat
menimbulkan gangguan kardiovaskuler. Tumor lobus atas kanan atau kelenjar mediastinum
dapat menginvasi atau menyebabkan kompresi vena kava superior dari eksternal. Dengan
demikian pasien tersebut akan menunjukkan suatu sindroma vena kava superior, yaitu nyeri
kepala, wajah sembab/plethora, lehar edema dan kongesti, pelebaran vena-vena dada. Tumor
apeks dapat meluas dan melibatkan cabang simpatis superior dan menyebabkan sindroma
Horner, melibatkan pleksus brakialis dan menyebabkan nyeri pada leher dan bahu dengan
atrofi dari otot-otot kecil tangan. Tumor di sebelah kiri dapat mengkompresi nervus la ringeus
rekurens yang berjalan di atas arcus aorta da n menyebabkan suara serak dan paralisis pita
suara kiri. Invasi tumor langsung atau kelenjar mediastinum yang membesar dapat
menyebabkan kompresi esophagus dan akhirnya disfagia.
3. Manifestasi Ekstrato rakal Non Metastasis
Kira-kira 10-20% pasien kanker paru mengalami sindroma paraneoplastik. Biasanya hal ini
terjadi bukan disebabkan oleh tumor, melainkan karena zat hormon atau peptida yang
dihasilkan oleh tumor itu sendiri. Pasien dapat menunjukkan gejala-gejala seperti mudah
lelah, mual, nyeri abdomen, confusion , atau gejala yang lebih spesifik seperti galaktorea
(galactorrhea). Produksi hormon lebih sering terjadi pada karsinoma sel kecil dan beberapa
sel menunjukkan karakter istik neuro-endokrin. Peptida yang disekresi berupa
adrenocorticotrophic hormone (ACTH), antidiuretic hormone (ADH), kalsitonin, oksitosin
da n hormon paratiroid. Walaupun kadar peptide-peptida ini tinggi pada pasi en-pasien
kanker paru, namun hanya sekitar 5% pasien yang menunjukkan sindroma klinisnya. Jari
tabuh (clubbing finger ) dan hypertrophic pulmonary osteo-arthropathy (HPOA) juga
termasuk manifestasi non metastasis dari kanker paru. Neuropati perifer dan sindroma
neurologi seperti sindroma miastenia Lambert-Eaton juga dihubungkan dengan kanker paru.
4. Manifestasi Ekstratorakal Metastasis
Penurunan berat badan >20% dari berat badan sebelumnya (bulan sebelumnya)
sering mengindikasikan adanya metastasis. Pasien dengan metastasis ke hepar sering
mengeluhkan penurunan berat badan. Kanker paru umumnya juga bermetastasis ke kelenjar
adrenal, tulang, otak, dan kulit. Keterlibatan organ-organ ini dapat menyebabkan nyeri local.
Metastasis ke tulang dapat terjadi ke tulang mana saja namun cenderung melibatkan tulang
iga, vertebra, humerus, dan tulang femur. Bila terjadi metastasis ke otak, maka akan terdapat
gejala-gejala neurologi, seperti confusion , perubahan kepribadian, dan kejang. Kelenjar geta
h bening supraklavikular dan servikal anterior dapat terlibat pada 25% pasien dan sebaiknya
dinilai secara rutin dalam mengevaluasi pasien kanker paru.
2.6 Komplikasi
Berbagai komplikasi dapat terjadi pada kanker paru di antaranya adalah sebagai berikut:
1.Reseksi Bedah dapat mengakibatkan gagal napas
2.Terapi radiasi dapat mengakibatkan penurunan fungsi jantung paru
3.Kemoterapi kombinasi radiasi dapat menyebabkan pneumonitis
4.Kemoterapi menyebabkan toksisitas paru dan leukemia
1. Pemeriksaan jasmani
Pemeriksaan jasmani harus dilakukan secara menyeluruh dan teliti. Hasil yang didapat
sangat bergantung pada kelainan saat pemeriksaan dilakukan. Tumor paru ukuran kecil dan
terletak di perifer dapat memberikan gambaran normal pada pemeriksaan. Tumor dengan
ukuran besar, terlebih bila disertai atelektasis sebagai akibat kompresi bronkus, efusi pleura
atau penekanan vena kava akan memberikan hasil yang lebih informatif. Pemeriksaan ini
juga dapat memberikan data untuk penentuan stage penyakit, tumor diluar paru. Metastasis ke
organ lain juga dapat dideteksi dengan perabaan hepar, pemeriksaan funduskopi untuk
mendeteksi peninggian tekanan intrakranial dan terjadinya fraktur sebagai akibat metastasis
ke tulang .
2. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan radiologis adalah salah satu pemeriksaan penunjang yang mutlak dibutuhkan
untuk menentukan lokasi tumor primer dan metastasis, serta penentuan stadium penyakit.
a. Foto toraks :
Pada pemeriksaan foto toraks lateral akan dapat dilihat bila masa tumor dengan ukuran
tumor lebih dari 1 cm. Tanda yang mendukung keganasan adalah tepi yang ireguler, disertai
identasi pleura, tumor satelit tumor, dan lain-lain. Pada foto tumor juga dapat ditemukan telah
invasi ke dinding dada, efusi pleura, efusi perikar dan metastasis intrapulmoner. Bila foto
toraks menunjukkan gambaran efusi pleura yang luas harus diikuti dengan pengosongan isi
pleura dengan punksi berulang atau pemasangan WSD dan ulangan foto toraks agar bila ada
tumor primer dapat diperlihatkan. Keganasan harus difikirkan bila cairan bersifat produktif,
dan atau cairan serohemoragik.
b. CT-Scan toraks :
Tehnik pencitraan ini dapat menentukan kelainan di paru secara lebih baik daripada foto
toraks. CT-scan dapat mendeteksi tumor dengan ukuran lebih kecil dari 1 cm secara lebih
tepat. Demikian juga tanda-tanda proses keganasan juga tergambar secara lebih baik, bahkan
bila terdapat penekanan terhadap bronkus, tumor intra bronkial, atelektasis, efusi pleura yang
tidak masif dan telah terjadi invasi ke mediastinum dan dinding dada meski tanpa gejala.
c. Pemeriksaan radiologik lain :
Kekurangan dari foto toraks dan CT-scan toraks adalah tidak mampu mendeteksi telah
terjadinya metastasis jauh. Untuk itu dibutuhkan pemeriksaan radiologik lain, misalnya
Brain-CT untuk mendeteksi metastasis di tulang kepala ataupun jaringan otak, bone scan atau
bone survey dapat mendeteksi metastasis diseluruh jaringan tulang tubuh. USG abdomen
dapat melihat ada tidaknya metastasis di hati, kelenjar adrenal dan organ lain dalam rongga
perut.
3. Pemeriksaan khusus
a. Bronkoskopi
Bronkoskopi adalah pemeriksan dengan tujuan diagnostik sekaligus dapat dihandalkan untuk
dapat mengambil jaringan atau bahan agar dapat dipastikan ada tidaknya sel ganas.
Pemeriksaan ada tidaknya masa intrabronkus atau perubahan mukosa saluran napas, seperti
terlihat kelainan mukosa tumor misalnya, berbenjol-benjol, hiperemis, atau stinosis infiltratif,
mudah berdarah. Tampakan yang abnormal sebaiknya di ikuti dengan tindakan biopsi
tumor/dinding bronkus, bilasan, sikatan atau kerokan bronkus.
2.8 Pengobatan
1. Penderita kanker paru jenis karsinoma sel kecil tanpa atau dengan gejala.
2. Penderita kanker paru jenis karsinoma bukan sel kecil yang inoperabel (stage IIIB & IV),
jika memenuhi syarat dapat dikombinasi dengan radioterapi, secara konkuren, sekuensial atau
alternating kemoradioterapi.
3. Kemoterapi adjuvan yaitu kemoterapi pada penderita kanker paru jenis karsinoma bukan
sel kecil (KPKBSK) stage I, II dan III yang telah dibedah.
4. Kemoterapi neoadjuvan yaitu kemoterapi pada penderita stage IIIA dan beberapa kasus
stage IIIB yang akan menjalani pembedahan. Dalam hal ini kemoterapi merupakan bagian
terapi multimodaliti.
c. Pengobatan lain
Pengobatan lain yang dapat dilakukan kepada penderita kanker paru adalah Imunoterapi,
Hormonoterapi dan Terapi Gen. Namun untuk ketiga pengobatan ini masih dalam tahap
ujicoba dan belum dipakai secara luas di Indonesia.
Rehabilitasi
Penderita kanker yang menjadi cacat karena komplikasi penyakitnya atau karena pengobatan
kanker, perlu direhabilitasi untuk mengembalikan bentuk dan/atau fungsi organ yang cacat itu
supaya penderita dapat hidup dengan layak dan wajar di masyarakat. Ada bermacam-macam
rehabilitasi yang perlu dilakukan seperti rehabilitasi mental, rehabilitasi pekerjaan,
rehabilitasi sosial dan lain-lain (Sukardja, 2000).
1. Rehabilitasi mental
Penderita kanker paru yang mengetahui dirinya mengidap kanker dapat menjadi stres dan
merasa ia cepat mati dalam keadaan yang menyedihkan, ia juga merasa dirinya tidak berguna
lagi untuk hidup yang hanya memberatkan beban keluarganya.
Depresi mental yang dihadapi penderita kanker dan juga keluarganya umumnya
disebabkan kurang pengertiannya terhadap kanker atau karena salah persepsi akan penyakit
kanker paru itu. Untuk mengatasi depresi mental itu, perlu penderita dan atau kelurganya
diberi bimbingan mental dan penyuluhan tentang penyakit kanker itu. Kalau perlu dengan
bantuan seorang psikolog, ahli agama, atau tokoh masyarakat. Penderita perlu diketahui
bahwa sebenarnya penyakit kanker dapat disembuhkan asal saja dapat diobati pada stadium
dini. Bila tidak dapat disembuhkan lagi perlu pula diberitahu bagaimana sebaiknya ia hidup
dengan kanker, dan diajar bagaimana menyesuaikan kehidupan dirinya dengan penyakit
kanker yang dideritanya dan kenyataan yang dihadapinya.
2. Rehabilitasi Sosial
Rehabilitasi penting agar penderita setelah pulang dari rumah sakit dapat hidup keembali
secara normal di masyarakat, dapat hidup mandiri di lingkungan keluarga dan masyarakat
secara wajar. Masyarakat juga perlu dipersiapkan agar dapat menerima penderita.
3. Rehabilitasi Pekerjaan
Setelah penderita pulang dari rumah sakit dan terbebas dari penyakit kanker yang
dideritanya, diharapkan dapat bekerja lagi di masyarakat dengan normal seperti sediakala.
Bila tidak mungkin dapat lagi bekerja seperti sedia kala, penderita diberi bimbingan dan
latihan kerja (vocational training), supaya dapat bekerja dengan pekerjaan lain sesuai dengan
keadaan fisik dan mentalnya (Sukardja, 2000).
Prognosis
Prognosis penyakit buruk bukan hanya karena keterlambatan diagnosis tetapi juga akibat
respons sel kanker yang rendah terhadap berbagai obat sitostatik yang ada.. Angka tahan
hidup 1 tahun 2347 penderita kanker paru yang diteliti oleh National Cancer Institute pada
tahun 1983-1998, dihitung dengan life table method hanya 41,8% dan angka tahan hidup 5
tahun 12,0 %. Berbagai data memperlihatkan bahwa hal itu berkaitan dengan stage penyakit
pada saat ditemukan (Greene, 2002).
Usaha–usaha preventif seharusnya dapat dilakukan karena kaitan antara bahan
karsinogen yang terkandung dalam asap rokok dan polusi udara telah dapat dibuktikan secara
ilmiah sebagai bagian dari patogenesis kanker paru. Tetapi usaha preventif primer yaitu
mencegah orang merokok sangat sulit untuk dilakukan, demikian juga usaha penemuan
penyakit pada tahap dini juga belum menggembirakan. Akibatnya sangat sedikit penderita
yang terdeteksi pada stage dini, hal ini mengakibatkan terapi tidak dapat lagi diberikan untuk
tujuan kuratif. Di sisi lain tampak bahwa pemberian multi-modality terapi pada penderita
dapat memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan mereka yang hanya menerima modaliti
tunggal. Bagaimanapun pembedahan masih merupakan pengobatan kanker paru yang
memberikan hasil yang paling baik, bila dilakukan pada derajat yang operabel, yaitu stage I
dan II (intrapulmoner, intratorakal) serta pada jenis histologis yang cocok untuk tindakan
tersebut. Tetapi kesimpulan dari berbagai data menunjukkan bahwa umur tahan hidup 5 tahun
penderita kanker paru dengan TNM stage T1N0 dan T2N0 serta telah menjalani reseksi
lengkap (complete resection) masih berkisar antara 40-50% (Deslauriers, 2000). Di luar
negeri angka tersebut cukup tinggi, sedangkan data di Indonesia hanya 10-25% penderita
menjalani pembedahan (Busroh, 1988) dengan angka tahan hidup penderita kanker yang
dibedah 1 tahun 56,6%, 2 tahun 16,4% dan 5 tahun 2,4% ( Burhan, 2004).
2.9.1 Pengkajian
Contoh kasus pada Tn.J
B1 ( Breathing ) :
- RR 26x/mnt
- tidak ada retraksi dada
- menggunakan alat bantu nafas nassal canul 1 lpm
- Batuk: (-) Sputum: (-)
-
Maslah keperawatan:Kerusakan pertukaran gas b.d hipoventilasi
B2 ( Blood ) :- Irama jantung teratur, nadi 88x/mnt
B3 ( Brain ) :
B4 ( Bladder ) :
- Buang air kecil lancar
- Jumlah urine kurang lebih 1500cc per hari
- BAB lancar 1x/hr, konsistensi lembek biasa
B5 ( Bowel ) :
- Tidak kembung
- Bising usus normal
- Nafsu makan normal
- Makan 3kali sehari, diet bubur
B6 ( Bone ) :
- Kekuatan otot normal
- Kaki dan tangan tidak ada kelumpuhan
2.9.2 Analisa data.
Dari keluhan yang didapat maka diagnosa yang dapat timbul yaitu :
1. Kerusakan pertukaran gas
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif
Intervensi Rasional
Kaji status pernafasan dengan sering, catat Dispnea merupakan mekanisme kompensasi
peningkatan frekuensi atau upaya adanya tahanan jalan nafas.
pernafasan atau perubahan pola nafas.
Intervensi Rasional
Catat perubahan upaya dan pola bernafas. Penggunaan otot interkostal/ abdominal dan
pelebaran nasal menunjukkan
BAB III
Penutup
3.1 Kesimpulan
Kanker paru adalah tumor berbahaya yang tumbuh diparu, sebagian besar kanker paru
berasal dari sel-sel didalam paru tapi dapat juga berasal dari bagian tubuh lain yang terkena
kanker.Kanker paru, juga dikenal sebagai suatu bronchogenic carcinomas .Penyakit kanker
paru-paru adalah penyakit yang diakibatkan adanya pertumbuhan sel kanker yang tidak
terkendali dalam jaringan paru. Penyakit ini biasanya akan mengganggu penapasan pada
penderitanya.
Penyebab utama munculnya penyakit kanker paru-paru adalah rokok. Semakin banyak
rokok yang dihisap, semakin besar pula risiko untuk menderita kanker paru-paru.Gejala
penyakit kanker paru-paru biasanya berupa batuk.Gejala pada kanker paru umumnya tidak
terlalu terlihat, sehingga kebanyakan penderita kanker paru yang mencari bantuan medis telah
berada dalam stadium lanjut. Kasus-kasus kanker paru-paru stadium dini atau awal sering
ditemukan tanpa sengaja ketika seseorang melakukan pemeriksaan kesehatan rutin.
Awalnya menyerang percabangan segmen atau sub bronkus yang menyebabkan cilia
hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya
pengendapan karsinogen maka menyebabkan metaplasia, hyperplasia dan displasia. Bila lesi
perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura,
biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra.
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini
menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di bagian distal.
Daftar Pustaka
1. Alsagaf, H. 1995. Kanker Paru dan Terapi Paliatif. Penerbit Airlangga, Surabaya:11-14
2. http://akmal-rsfr.blogspot.com/2013/01/makalah-kanker-paru.html
3. http://kesmas-unsoed.info/2011/03/makalah-kanker-paru.html
Dhintea:)
Diposting oleh diana liee di 21.35
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest
2 komentar:
1.
Balas
Balasan
Balas
2.
Mengobati kencing nanah tanpa obat mungkin sangat kecil kemungkinan yang
bisa dilakukan dengan cara ini. Karena jika anda menderita penyakit maka
anda harus melakukan pemeriksaan dan pengobatan dengan dokter yang
tentunya akan diberikan obat yang sesuai dengan penyebabnya.
Apa yang anda rasakan jika anda terkena atau terinfeksi penyakit menular
seksual ini?
"Jika anda merasakan gejala atau tanda2 kencing nanah, jangan merasa malu
untuk melakukan pemeriksaan. segera lakukan pengobatan secepat mungkin
untuk membantu anda agar terhindar dari infeksi penyakit lain yang dapat di
timbulkan dari penyakit kencing nanah."
Silahkan konsultasikan keluhan yang anda rasakan pada kami. Klinik apollo
merupakan salah satu klinik sepesialis kulit dan klamin terbaik di jakata.
Ditunjang tekhnologi modern serta dokter yang sudah berpengalaman
dibidangnya, kami dapat membantu memberikan solusi untuk keluhan
penyakit kelamin yang anda rasakan.
Balas
Balasan
Muat yang lain...