PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kanker merupakan masalah paling utama dalam bidang kedokteran dan
merupakan salah satu dari 10 penyebab kematian utama di dunia serta
merupakan penyakit keganasan yang bisa mengakibatkan kematian pada
penderitanya karena sel kanker merusak sel lain. Sel kanker adalah sel normal
yang mengalami mutasi/perubahan genetik dan tumbuh tanpa terkoordinasi
dengan sel-sel tubuh lain. Proses pembentukan kanker (karsinogenesis)
merupakan kejadian somatik dan sejak lama diduga disebabkan karena
akumulasi perubahan genetik dan epigenetik yang menyebabkan perubahan
pengaturan normal kontrol molekuler perkembang biakan sel. Perubahan
genetik tersebut dapat berupa aktivasi proto-onkogen dan atau inaktivasi gen
penekan tumor yang dapat memicu tumorigenesis dan memperbesar
progresinya (Syaifudin, 2007).
Kanker paru adalah salah satu jenis penyakit paru yang memerlukan
penanganan dan tindakan yang cepat dan terarah.Penegakan diagnosis
penyakit ini membutuhkan ketrampilan dan sarana yang tidak sederhana dan
memerlukan pendekatan multidisiplin kedokteran. Penyakit ini membutuhkan
kerja sama yang erat dan terpadu antara ahli paru dengan ahli radiologi
diagnostik, ahli patologi anatomi, ahli radiologi terapi dan ahli bedah toraks,
ahli rehabilitasi medik dan ahli-ahli lainnya (PDPI, 2003).
Menurut data jenis kanker yang menjadi penyebab kematian terbanyak
adalah kanker paru, mencapai 1,3 juta kematian pertahun. Disusul kanker
lambung (mencapai lebih dari 1 juta kematian pertahun), kanker hati (sekitar
662.000 kematian pertahun), kanker usus besar (655.000 kematian pertahun),
dan yang terakhir yaitu kanker payudara (502.000 kematian pertahun) (WHO
2005 dalam Lutfia, 2008).
Di Amerika Serikat kematian karena kanker paru mencapai 36% dari
seluruh kematian kanker pada laki-laki, merupakan urutan pertama penyebab
kematian pada laki-laki (Mangunnegoro, 1990). Mayo Lung mendapatkan
kematian akibat kanker paru terhadap penderita kanker paru didapatkan angka
3,1 per 1000 orang tiap tahun (Alsagaf, 1995).
Pengobatan atau penatalaksaan penyakit ini sangat bergantung pada
kecekatan ahli paru untuk mendapatkan diagnosis pasti. Penemuan kanker
paru pada stadium dini akan sangat membantu penderita, dan penemuan
diagnosis dalam waktu yang lebih cepat memungkinkan penderita
memperoleh kualitas hidup yang lebih baik dalam perjalanan penyakitnya
meskipun tidak dapat menyembuhkannya.
Pilihan terapi harus dapat segera dilakukan, mengingat buruknya respons
kanker paru terhadap berbagai jenis pengobatan.Bahkan dalam beberapa kasus
penderita kanker paru membutuhkan penangan sesegera mungkin meski
diagnosis pasti belum dapat ditegakkan.Kanker paru dalam arti luas adalah
semua penyakit keganasan di paru, mencakup keganasan yang berasal dari
paru sendiri maupun keganasan dari luar paru (metastasis tumor di
paru).Dalam pedoman penatalaksanaan ini yang dimaksud dengan kanker paru
ialah kanker paru primer, yakni tumor ganas yang berasal dari epitel bronkus
atau karsinoma bronkus (bronchogenic carcinoma).
Menurut konsep masa kini kanker adalah penyakit gen. Sebuah sel normal
dapat menjadi sel kanker apabila oleh berbagai sebab terjadi ketidak
seimbangan antara fungsi onkogen dengan gen tumor suppresor dalam proses
tumbuh dan kembangnya sebuah sel.Perubahan atau mutasi gen yang
menyebabkan terjadinya hiperekspresi onkogen dan/atau kurang/hilangnya
fungsi gen tumor suppresor menyebabkan sel tumbuh dan berkembang tak
terkendali. Perubahan ini berjalan dalam beberapa tahap atau yang dikenal
dengan proses multistep carcinogenesis. Perubahan pada kromosom, misalnya
hilangnya heterogeniti kromosom atau LOH juga diduga sebagai mekanisme
ketidak normalan pertumbuhan sel pada sel kanker.
Dari berbagai penelitian telah dapat dikenal beberapa onkogen yang
berperan dalam proses karsinogenesis kanker paru, antara lain gen myc, gen kras sedangkan kelompok gen tumor suppresor antaralain, gen p53, gen rb.
Sedangkan perubahan kromosom pada lokasi 1p, 3p dan 9p sering ditemukan
pada sel kanker paru (PDPI, 2003).
Kanker paru biasanya tidak dapat diobati, pengobatan mungkin hanya
dengan jalan pembedahan, dimana sekitar 13% dari pasien dengan
2
paru?
Bagaimana penatalaksanaan tumor paru?
Apa saja komplikasi yang ditimbulkan tumor paru?
Bagaimana prognosis tumor paru?
Bagaimana web of caution untuk tumor paru?
Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan tumor paru?
1.5 Manfaat
a. Bagi masyarakat
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Tumor paru merupakan keganasan pada jaringan paru (price,
patofisiologi, 1995). Kanker paru merupakan abnormalitas dari sel-sel yang
mengalami proliferasi dalam paru (Underwood, Patologi, 2000 ).
Kanker paru adalah pertumbuhan sel-sel kanker yang tidak dapat
terkendali dalam jaringan paru yang dapat disebabkan oleh sejumlah
karsinogen lingkungan terutama asap rokok (Ilmu Penyakit Dalam, 2001).
Kanker paru dalam arti luas adalah semua penyakit keganasan di paru,
mencakup keganasan yang berasal dari paru sendiri (primer) dan metastasis
tumor di paru. Metastasis tumor di paru adalah tumor yang tumbuh sebagai
akibat penyebaran (metastasis) dari tumor primer organ lain. Definisi khusus
untuk kanker paru primer yakni tumor ganas yang berasal dari epitel bronkus.
Meskipun jarang dapat ditemukan kanker paru primer yang bukan berasal dari
epitel bronkus misalnya bronchial gland tumor. Tumor paru jinak yang sering
adalah hamartoma (Divisi Onkologi Toraks FKUI, 2006)
Tumor paru adalah suatu jenis tumor yang sulit di sembuhkan, tumor ini
tumbuh di organ paru-paru. Tumor paru diakibatkan oleh sel yang membelah
dan tumbuh tidak terkendali di bagian organ paru-paru. Proses keganasan pada
epitel bronkus didahului oleh masa pra kanker. Perubahan pertama yang
terjadi pada masa prakanker disebut metaplasia skuamosa yang ditandai
dengan perubahan bentuk epitel dan menghilangnya silia.
Perbedaan Kanker dan Tumor
Kanker sering dikenal sebagai tumor, tetapi tidak semua tumor disebut
kanker. Masih banyak masyarakat yang menyalah artikan pengertian antara
tumor dan kanker. Tumor merupakan satu sel liar yang berada dibagian tubuh
dan terus membesar di lokasi yang tetap atau tidak menyebar ke bagian tubuh
yang lain. Akibatnya, terdapat benjolan di bagian tubuh tertentu. Munculnya
benjolan di bagian tubuh tertentu baik disertai rasa sakit maupun tidak patut
diwaspadai sebagai tumor. Jika tidak diobati secara benar sel tumor bias
berubah menjadi kanker.
Tumor dibagi menjadi dua, yakni tumor jinak dan tumor ganas. Tumor
jinak tumbuh lambat, bersimpai (mengandung kista), dan berselaput
pembungkus, sehingga relative tidak berbahaya dan mudah dioperasi atau
diangkat. Tumor ganas adalah kanker yang tumbuh dengan cepat, tidak
bersimpai, dan tumbuhnya menyusup kebagian lain melalui pembuluh darah
dan pembuluh getah bening.
Berbeda dengan tumor yang tidak berkembang, sel kanker justru terus
membelah diri dengan cepat dan tidak terkontrol. Karena itu, sel kanker sangat
mudah menyebar ke beberapa bagian tubuh. Jika tidak segera diobati, sel-sel
kanker akan terus tumbuh menyusup ke jaringan di sekitarnya, lalu membuat
anak sebar ke tempat yang lebih jauh melalui pembuluh darah dan pembuluh
getah bening. Sel kanker yang sudah menyebar ke berbagai tempat sangat sulit
diobati. Bahkan, secara medis harapan sembuhnya cukup kecil.
Secara garis besar, kanker dibagi menjadi empat jenis sebagai berikut.
1. Karsinoma, yakni kanker yang tubuh dan berkembang di sel epitel.
2. Sarcoma, yakni kanker yang tumbuh dan berkembang di jaringan
penunjang, seperti jaringan penunjang payudara.
3. Leukemia, yakni kanker yang menyerang jaringan yang menghasilkan
darah.
4. Limfoma, yakni kanker yang menyerang jaringan limpa.
Kanker mampu menyerang semua bagian tubuh. Karena itu, jenis-jenis
kanker dikenal berdasarkan organ tubuh yang terkena, seperti kanker
payudara, kanker kulit, dan kanker hati. Awalnya, kanker hanya tumbuh di
satu bagian tubuh. Namun, dalam pertumbuhannya, sel-sel kanker dapat
menyebar lebih luas ke bagian-bagian tubuh yang lain dan disebut sebagai
anak sebar atau metastasis. Biasanya kanker tidak dapat disembuhkan jika
telah erjadi metastasis.
Menurut Yale Journal of Biology and Medicine tahun 2006, ada tiga tahapan
sel normal berubah menjadi sel ganas (kanker).
1. Tahap prakasa (initiation phase), tahap ini memiliki ciri-ciri terjadinya
perubahan gen dari sel normal menjadi sel kanker.
2. Tahap promosi (promotion phase), yaitu tahapan perkembangan tumor
yang biasanya dipicu oleh sel-sel abnormal yang berhasil hidup (survive)
dan terus membelah diri.
3. Tahap progresi (progression phase), tahapan ketika terjadi pertumbuhan
tak terkendali sel-sel abnormal tersebut sehingga ukuran tumor menjadi
sangat besar dan atau sel-sel kanker mulai menyebar ke jaringan atau
organ lain.
Gambar dibawah ini mengilustrasikan bagaimana sel normal berubah
menjadi sel tumor jinak, selanjutnya menjadi ganas, tumbuh tak terkendali,
kemudian menyusup kedalam jaringan darah dan menyebar ke organ lain.
Keterangan
1. Sel-sel yang tubuh sebagai tumor jinak di jaringan epitel.
2. Sel-sel tumor yang menerobos lamina basalis.
3. Sel tumor menyerang pembuluh kapiler (perjalanan melalui aliran darah)
kurang dari 1 di dalam 1.000 selakan bertahan dan bermetastasis
4. Sel tumor melekat atau menempel di dinding pembuluh darah di hati.
5. Sel mulai keluar dari pembuluh darah.
6. Sel berkembangbiak dan bermetastasis di salam hati.
2.2 Klasifikasi
Klasifikasi menurut WHO untuk Neoplasma Pleura dan Paru-paru (1977):
Karsinoma Bronkogenik
a. Karsinomaepidermoid
(skuamosa).Kanker
ini
berasal
dari
jarang
(termasuk
karsinoma
sel
Adenokarsinoma
Adenokarsinoma berkembang dari sel-sel yang ada di sepanjang
saluran pernapasan juga, tapi terutama terbentuk dari sel-sel yang
menghasilkan dahak. Biasanya ditemukan di luar jaringan paru-
paru.
Cell Carcinoma Besar
Kanker jenis ini cenderung tumbuh lebih cepat.
Klasifikasi histologist WHO 1999 untuk tumor paru dan tumor pleura : Epithelia
tumors
1. Benign
2. Preinsasive
3. Malignant
4. Large cell carcinoma
5. Adenosquamous carcinoma
6. Carcinoma woth pleomorphic sarcomatoid or sarcomatous element
7. Carcinoid tumor
8. Carcinomas of salicary gland tyepe
2.3Klasifikasi/Stadium
Tingkatan (staging) kanker paru ditentukan oleh tumor (T), keterlibatan
kelenjar getah bening (N) dan penyebaran jauh (M). Beberapa pemeriksaan
tambahan harus dilakukan dokter spesialis paru untuk menentukan staging
penyakit. Pada pertemuan pertama akan dilakukan foto toraks (foto polos
dada). Jika pasien membawa foto yang telah lebih dari 1 minggu pada
umumnya akan dibuat foto yang baru. Foto toraks hanya dapat metentukan
lokasi tumor, ukuran tumor, dan ada tidaknya cairan. Foto toraks belum dapat
10
11
TNM
Tx N0 M0
Carcinom
a
0
IA
IB
IIA
IIB
IIIA
Tis
T1
T2
T1
T2
T1
N0
N0
N0
N1
N1
N2
M0
M0
M0
M0
M0, T3 N0 M0
M0, T2 N2 M0, T3 N1 M0, T3 N2
M0
IIIB
Sebarang T N3 M0, T4 sebarang N M0
IV
Sebarang T sebarang N M1
Tabel 1. Stadium tumor paru
Keterangan TNM untuk Kanker Paru :
1. T: Tumor Primer
To: Tidak ada bukti ada tumor primer
Tx: Tumor primer sulit dinilai, atau tumor primer terbukti dari penemuan
sel tumor ganas pada sekret bronkopulmoner tetapi tidak tampak
secara radiologis atau bronkoskopis.
Tis: Karsinoma in situ.
T1: Tumor dengan garis tengah terbesar tidak melebihi 3 cm, dikelilingi
oleh jaringan paru atau pleura viseral dan secara bronkoskopik invasi
tidak lebih proksimal dari bronkus lobus (belum sampai ke bronkus
utama). Tumor sembarang ukuran dengan komponen invasif terbatas
pada dinding bronkus yang meluas ke proksimal bronkus utama.
12
(termasuk
tumor
sulkus
superior),
diafragma,
pleura
13
Meskipun etiologi sebenarnya dari kanker paru belum diketahui, tetapi ada
beberapa faktor yang agaknya bertanggung jawab dalam peningkatan insiden
kanker paru :
1. Merokok
Tak diragukan lagi merupakan faktor utama.Suatu hubungan
statistik yang defenitif telah ditegakkan antara perokok berat (lebih dari
dua puluh batang sehari) dari kanker paru (karsinoma
bronkogenik).Perokok seperti ini mempunyai kecenderung sepuluh kali
lebih besar dari pada perokok ringan. Selanjutnya orang perokok berat
yang sebelumnya dan telah meninggalkan kebiasaannya akan kembali ke
pola resiko bukan perokok dalam waktu sekitar 10 tahun. Hidrokarbon
karsinogenik telah ditemukan dalam ter dari tembakau rokok yang jika
dikenakan pada kulit hewan, menimbulkan tumor.
2. Iradiasi
Insiden karsinoma paru yang tinggi pada penambang kobalt di
Schneeberg dan penambang radium di Joachimsthal (lebih dari 50 %
meninggal akibat kanker paru) berkaitan dengan adanya bahan radioaktif
dalam bentuk radon. Bahan ini diduga merupakan agen etiologi operatif.
3. Kanker paru akibat kerja
Terdapat insiden yang tinggi dari pekerja yang terpapar dengan
karbonil nikel (pelebur nikel) dan arsenic (pembasmi rumput).Pekerja
pemecah hematite (paru paru hematite) dan orang orang yang bekerja
dengan asbestos dan dengan kromat juga mengalami peningkatan insiden.
4. Polusi udara
Mereka yang tinggal di kota mempunyai angka kanker paru yang
lebih tinggi dari pada mereka yang tinggal di desa dan walaupun telah
diketahui adanya karsinogen dari industri dan uap diesel dalam atmosfer di
kota.
( Thomson, Catatan Kuliah Patologi,1997).
5. Genetik
Terdapat perubahan/ mutasi beberapa gen yang berperan dalam
kanker paru, yakni :
a. Proton oncogen.
14
15
16
17
3) Anoreksia
4) Lelah
5) Berkurangnya berat badan
2.7 Pemeriksaan Diagnostik
1
Gambaran Radiologis
Hasil pemeriksaan radiologis adalah salah satu pemeriksaan
penunjang yang mutlak dibutuhkan untuk menentukan lokasi tumor
primer dan metastasis, serta penentuan stadium penyakit berdasarkan
sistem TNM. Pemeriksaan radiologi paru yaitu Foto toraks PA/lateral,
bila mungkin CT-scan toraks, bone scan, Bone survey, USG abdomen
dan Brain-CT dibutuhkan untuk menentukan letak kelainan, ukuran
tumor dan metastasis.
a
Foto thorax
Pada pemeriksaan foto toraks PA/lateral akan dapat dilihat
bila masa tumor dengan ukuran tumor lebih dari 1 cm. Tanda yang
mendukung keganasan adalah tepi yang ireguler, disertai identasi
pleura, tumor satelit tumor, dll. Pada foto tumor juga dapat
ditemukan telah invasi ke dinding dada, efusi pleura, efusi perikar
dan metastasis intrapulmoner.Sedangkan keterlibatan KGB untuk
menentukan N agak sulit ditentukan dengan foto toraks saja.
Kewaspadaan dokter terhadap kemungkinan kanker paru
pada seorang penderita penyakit paru dengan gambaran yang tidak
khas untuk keganasan penting diingatkan.Seorang penderita yang
tergolong dalam golongan resiko tinggi (GRT) dengan diagnosis
penyakit paru, harus disertai difollow up yang teliti. Pemberian
OAT yang tidak menunjukan perbaikan atau bahkan memburuk
setelah 1 bulan harus menyingkirkan kemungkinan kanker paru,
tetapi lain masalahnya pengobatan pneumonia yang tidak berhasil
setelah pemberian antibiotik selama 1 minggu juga harus
menimbulkan dugaan kemungkinan tumor dibalik pneumonia
tersebut
19
Pemeriksaan Khusus
a
Bronkoskopi
Bronkoskopi adalah pemeriksan dengan tujuan diagnostik
sekaligus dapat dihandalkan untuk dapat mengambil jaringan atau
bahan agar dapat dipastikan ada tidaknya sel ganas.Pemeriksaan
ada tidaknya masa intrabronkus atau perubahan mukosa saluran
20
hiperemis,
atau
stinosis
infiltratif,
mudah
Biopsi lain
Biopsi jarum halus dapat dilakukan bila terdapat pembesaran
KGB atau teraba masa yang dapat terlihat superfisial.Biopsi KBG
harus dilakukan bila teraba pembesaran KGB supraklavikula, leher
atau aksila, apalagi bila diagnosis sitologi/histologi tumor primer di
paru belum diketahui. Biopsi Daniels dianjurkan bila tidak jelas
terlihat pembesaran KGB suparaklavikula dan cara lain tidak
21
Toraskokopi medik
Dengan tindakan ini massa tumor di bagaian perifer paru,
pleura viseralis, pleura parietal dan mediastinum dapat dilihat dan
dibiopsi.
Sitologi sputum
Sitologi sputum adalah tindakan diagnostik yang paling
mudah dan murah.Kekurangan pemeriksaan ini terjadi bila tumor
ada di perifer, penderita batuk kering dan tehnik pengumpulan dan
pengambilan sputum yang tidak memenuhi syarat.Dengan bantuan
inhalasi NaCl 3% untuk merangsang pengeluaran sputum dapat
ditingkatkan.
Semua bahan yang diambil dengan pemeriksaan tersebut di
atas harus dikirim ke laboratorium Patologi Anatomik untuk
pemeriksaan sitologi/histologi. Bahan berupa cairan harus dikirim
segera tanpa fiksasi, atau dibuat sediaan apus, lalu difiksasi dengan
alkohol absolut atau minimal alkohol 90%. Semua bahan jaringan
harus difiksasi dalamformalin 4%.
Pemeriksaan Lain
22
a. Petanda Tumor
Petanda tumor yang telah, seperti CEA, Cyfra21-1, NSE dan
lainya tidak dapat digunakan untuk mendiagnosis tetapi masih
digunakan evaluasi hasil pengobatan.
b. Pemeriksaan biologi molekuler
Pemeriksaan biologi molekuler telah semakin berkembang,
cara paling sederhana dapat menilai ekspresi beberapa gen atau
produk gen yang terkait dengan kanker paru,seperti protein p53,
bcl2, dan lainya. Manfaat utama dari pemeriksaan biologi
molekuler adalah menentukan prognosis penyakit.
2.8 Penatalaksanaan
Pengobatan tergantung pada tipe sel, tahap penyakit, dan status fisiologi
(terutama status jantung dan paru) pasien.Secara umum, pengobatan dapat
mencakup pembedahan, terapi radiasi, kemoterapi, dan imunoterapi yang
digunakan secara terpisah atau dalam kombinasi.
1. Pembedahan
Reseksi bedah adalah metode yang lebih dipilih untuk pasien
dengan tumor setempat tanpa adanya penyebaran metastatik dan mereka
yang fungsi jantung paru yang baik. Tipe-tipe reseksi paru mungkin
dilakukan: lobektomi (satu lobus paru diangkat), lobektomi sleeve (lobus
yang mengalami kanker diangkat dan segmen bronkus besar direseksi),
dan pneumonektomi (pengangkatan seluruh paru).
Reseksi bedah yang menghasilkan penyembuhan sempurna sangat
jarang terjadi.Biasanya pembedahan untuk kanker sel kecil paru tidak
disarankan karena tipe kanker ini berkembang dengan cepat serta cepat
bermetastasis dan sangat luas.Pada banyak pasien dengan kanker
bronkogenik,
lesi
kanker
tidak
dapat
dioperasi
pada
waktu
disembuhkan
paru).Keseluruhan
paru
adalah
dapat
lobektomi
diangkat
(pengangkatan
lobus
(pneumonektomi)
dalam
23
2. Terapi Radiasi
Terapi radiasi dapat menyembuhkan pasien dalam persentasi yang
kecil.Terapi radiasi ini sangat bermanfaat dalam pengendalian neoplasma
yang tidak dapat direseksi tetapi yang responsif terhadap radiasi.Tumor sel
kecil dan epidermoid biasanya sensitif terhadap radiasi.Radiasi dapat juga
digunakan untuk mengurangi ukuran tumor untuk membuat tumor yang
tidak dapat dioperasi menjadi dapat dioperasi atau radiasi dapat digunakan
sebagai pengobatan paliatif untuk menghilangkan tekanan tumor pada
struktur vital.Terapi radiasi dapat mengendalikan metastasis medula
spinalis dan kompresi vena kava superior.Juga, iradiasi otak profilatik
digunakan pada pasien tertentu untuk mengatasi metastasis mikroskopik
ke otak.Radiasi dapat membantu menghilangkan batuk, nyeri dada,
dyspnea, hemoptisis, dan nyeri tulang dan hepar.Hilangnya gejala-gejala
dapat berlangsung dari beberapa minggu sampai beberapa bulan dan
penting dalam meningkatkan kualitas sisa hidup yang masih tersisa.
Terapi radiasi biasanya adalah toksik bagi jaringan normal di dalam
bidang radiasi.Komplikasi radiasi termasuk esophagitis, pneumonitis, dan
radiasi fibrosis paru yang dapat merusak kapasitas ventilasi dan difusi
serta secara signifikan mengurangi ketersediaan paru.Radiasi juga dapat
mempengaruhi jantung.
Indikasi terapi radiasi adalah:
24
alkaloid
(vinblastin
dan
vindesin)
dan
etoposid
(V-16)
memberikan
peredaan,
terutama
nyeri,
tetapi
25
2.9 Komplikasi
Berbagai komplikasi dapat terjadi dalam penatalaksanaan kanker
paru.Reseksi bedah dapat mengakibatkan gagal napas, terutama ketika sistem
jantung paru terganggu sebelum pembedahan dilakukan.Terapi radiasi dapat
mengakibatkan penurunan fungsi jantung paru.Fibrosis paru, perikarditis,
myelitis, dan kor pulmonal adalah sebagian dari komplikasi yang
diketahui.Kemoterapi, terutama dalam kombinasi dengan terapi radiasi, dapat
menyebabkan pneumonitis.Toksisitas paru dan leukemia adalah potensial efek
samping dari kemoterapi.
Komplikasi yang sering muncul pada penderita tumor paru adalah:
a.
b.
c.
d.
Nyeri
Supresi sumsum tulang (anemia, leukemia, trombositopenia)
Ketidak seimbangan cairan dan biokimia.
Gejala-gejala disfungsi organ seperti kanker yang menyebar ke tempat yang
lebih jauh (otak, hepar, paru-paru, tulang, organ reproduksi, dll)
2.10 Prognosis
Sebagian besar kanker paru tidak bisa disembuhkan secara total.Pada lebih
dari 50% pasien yang diagnosis, kanker telah menyebar ke seluruh tubuh
(metastasis).Melalui aliran darah dan getah bening, sel kanker dapat menyebar
ke tulang, otak, hati dan kelenjar adrenal.
Pada prognosis kanker paru adalah menentukan stadium penyakit.Pada
kasus kanker paru jenis NSCLC yang dilakukan tindakan pembedahan,
kemungkinan hidup 5 tahun adalah 30%. Pada karsinoma in situ, kemampuan
hidup setelah dilakukan pembedahan adalah 70%, pada stadium I, sebesar 3540% pada stadium II, sebesar 10-15% pada stadium III, dan kurang dari 10%
pada stadium IV. Kemungkinan hidup rata-rata tumor metastasis bervariasi
dari 6 bulan sampai dengan 1 tahun.Hal ini tergantung pada status penderita
dan luasnya tumor.Sedangkan untuk kasus SCLC, kemungkinan hidup ratarata adalah 1-2 tahun pasca pengobatan.Sedangkan ketahanan hidup SCLC
tanpa terapi hanya 3-5 bulan (Wilson, 2005).
26
Tidak ada yang dapat memastikan harapan hidup pasien. Hal ini sangat
tergantung pada tahap apa kanker ditemukan, kondisi dan usia pasien, dan
bagaimana respon kanker terhadap pengobatan. Karsinoma sel kecil seringkali
Sejarah kanker paru
ditemukan
terlambat
sehingga
penyembuhan
tidak
mungkin
Polusi udara
Diet tidak sehat lagi.Kelangsungan hidup rata-rata pasien ini sekitar 8-9 bulan.Pasien
karsinoma non-sel kecil cenderung memiliki prospek lebih baik, bisa sampai 5
tahun sejak didiagnosis.
Mesotelioma CA PARU
Sejarah keluarga
Penyakit paru kronis
27
CA PARU
B1 (Breath)
Sesak nafas
Batuk terus menerus
Nyeri dada
B2 (Blood)
Batuk darah
B3 (Brain)
Sakit kepala
B5 (Bowel)
B6 (Bone)
Sulit menelan
Berat badan menurun
Tulang retak
Gangguan mobilitas fi
eransi aktivitas
gguan rasa nyaman - sesak
Gelisah
Takut akan kondisinya
Intoleransi aktivitas
Batuk kering
RADIOTERAPI-KEMOTERAPI
FARMAKOLOGI
Pre therapy
Kurang pengetahuan
Anxietas, takut
Sindroma
Obat
vena
antikanker
kava superior
dalam kombinasi regimen kemoterapi
gkap dengan
jaringan
KGB cukup
intrapulmoner
Post teraphy
Faal
paru tidak
untuk lobektomi
Efek samping:
- kompresi sumsum tulang bela
Nyeri tulang akibat invasi tumor
- trombositopeni, leukopenia
PEMBEDAHAN
radioterapi
kemoterapi
Pre therapy
Kurang
pengetahuan
sayatan diperiksa dengan potong beku (bebas
tumor
atau tidak)
Anxietas, takut
Post teraphy
Efek samping:
cara sistematis serta patologi anatomis
- kompresi sumsum tulang belakang
- trombositopeni, leukopenia
29
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
3.1.1 Pengumpulan Data
1. Keadaan umum: lemah, sesak yang disertai dengan nyeri dada.
2. Kebutuhan dasar:
- Pola makan : nafsu makan berkurang karena adanya secret dan
terjadi kesulitan menelan (disfagia), penurunan berat badan.
- Pola minum : frekuensi minum meningkat (rasa haus)
- Pola tidur : susah tidur karena adanya batuk dan nyeri dada
- Aktivitas
: keletihan, kelemahan
3. Pemeriksaan fisik
1. Sistem pernafasan
- Sesak nafas, nyeri dada
- Batuk produktif tak efektif
- Suara nafas: mengi pada inspirasi
- Serak, paralysis pita suara.
b. Sistem kardiovaskuler
a.tachycardia, disritmia
b.
menunjukkan efusi (gesekan pericardial)
c. Sistem gastrointestinal
a.Anoreksia, disfagia, penurunan intake makanan, berat badan
menurun.
d. Sistem urinarius Peningkatan frekuensi/jumlah urine.
e. Sistem neurologis
a.Perasaan takut/takut hasil pembedahan
b.
Kegelisahan
4. Data Penunjang
- Foto dada, PA dan lateral
30
- CT scan/MRI
- Bronchoscope
- Sitologi TTB, biopsy kelenjar getah bening leher.
3.1.2 Pengelompokan Data
1. Data Subjektif
Perasaan lemah, Sesak nafas, nyeri dada, Batuk tak efektif, Serak,
haus, Anoreksia, disfalgia, berat badan menurun, Peningkatan
frekuensi/jumlah urine, Takut
2. Data Objektif
Batuk produktif, Tachycardia/disritmia, Menunjukkan efusi,
3.1.3
Batuk produktif
Tachycardia
Bunyi nafas mengi
Masalah
jalan
inefektif
Tumor paru
Metaplasia sel skuamosa pada
bronchus
Obstruksi bronchus
Obstruksi bronchus
Gangguan pertuka
Empisema
Gelisah
Sianosis
Anoreksia, disfagia
Penurunan BB
Kelemahan
Nutrisi
kurang
kebutuhan
DO:
-
Bersihan
DO:
DS:
-
Penyebab
Rokok
Demam
Batuk
Batuk
Anoreksia
Intake menurun
DS:
- Kelemahan
DO:
Intoleransi aktivit
31
3.2
Sesak nafas
Sianosis
Tachycardia
Kelemahan/letih
Intoleransi aktivitas
Diagnosa keperawatan
1. Bersihan jalan nafas inefektif berhubungan dengan obstruksi bronchus,
ditandai dengan:
- Sesak nafas
- Bunyi nafas mengi
- Batuk produktif tidak efektif
- Lemah, gelisah
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan empisema, ditandai
dengan:
- Sesak nafas (dyspneu)
- Gelisah
- Sianosis
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake menurun,
ditandai dengan:
- Anoreksia, disfagia, penurunan BB
- Kelemahan
- Demam
- Batuk
4. Intoleransi aktivitas berhungan dengan suplai O2 ke jaringan menurun,
ditandai dengan:
- Kelemahan
- Sesak nafas
- Sianosis
- Tachycardia
Tujuan dan
Kriteria Hasil
Tujuan:
Bersihan jalan
nafas efektif
KH:
- Tidak sesak
- Batuk
berkurang/hilan
g
- Tidak ada
mengi
- Nyeri dada
Tidakan/Intervensi
Rasional
Mandiri:
- Auskultasi dada
untuk karakter
bunyi nafas dan
adanya secret
- Bantu pasien untuk
nafas efektif, batuk
efektif dengan
posisi duduk dan
menekan daerah
dada.
Pernafasan ronkhi
menunjukkan tertahannya
secret atau obstruksi jalan
nafas.
Posisi duduk memungkinkan
ekspansi paru dan penekanan
menguatkan upaya batuk
untuk memobilisasi.
Lebih merangsang terjadinya
batuk efektif
32
hilang
Tachycardia
berkurang/hilan
g
Tidak gelisah
Penghisapan bila
batuk lemah
Kaji nyeri dan
kelemahan
Kolaborasi:
- Gunakan oksigen
humidifikasi,
berikan cairan
tambahan melalui
IV sesuai indikasi
Gangguan
pertukaran gas
b.d empisema
Tujuan:
Pertukaran gas
lancer
KH:
- Sianosis hilang
- Edema hilang
Berikan
bronchodilator,
expectorant atau
analgesic sesuai
indikasi
Mandiri:
- Auskultasi paru
untuk gerakan
udara dan bunyi
nafas tidak normal
Selidiki
kegelisahan dan
perubahan mental
Pertahankan
kepatenan jalan
nafas dengan
memberikan posisi
duduk terlentang
sampai posisi
miring
Catat terjadinya
demam
33
Nutrisi kurang
dari kebutuhan
b.d intake
menurun
Tujuan:
Kebutuhan nutrisi
terpenuhi
KH:
- Nafsu makan
meningkat
- Disfagia hilang
- Berat badan
dapat
dipertahankan
atau bahkan
meningkat
Kolaborasi:
- Berikan oksigen
tambahan
- Awasi atau
gambaran GDA
nadi oksimetri,
catat kadar Hb.
Mandiri:
- Kaji kemampuan
pasien untuk
makan, batuk dan
mengatasi sekresi
- Timbang BB sesuai
indikasi
Tingkatkan
kenyamanan
lingkungan yang
baik untuk
sosialisasi saat
makan
Berikan makan
dalam jumlah kecil
dan dalam waktu
yang sering dan
teratur
Kolaborasi:
- Konsultasi dengan
ahli gizi
Intoleransi
aktivitas b.d
suplai O2 ke
jaringan
menurun
Tujuan:
Aktivitas kembali
normal
KH:
- Tidak lemah
- Sianosis hilang
Untuk pemberian
NGT
Mandiri:
- Berikan
lingkungan tenang
dan batasi
pengunjung selama
perawatan, dorong
34
Tidak sesak
penggunaan
manajemen stress
dan pengalihan
yang cepat.
Perhatikan dispneu,
peningkatan
kelemahan
perubahan tanda
vital, tachycardia
selama dan setelah
aktivitas.
Jelaskan
pentingnya
istirahat dalam
rencana
pengobatan dan
perlunya
keseimbangan
aktivitas dan
istirahat
Menetapkan kemampuan
pasien dan memudahkan
pilihan intervensi
Bantu aktivitas
perawatan diri.
Berikan
peningkatan
aktivitas selama
fase penyembuhan.
3.4 Implementasi
Dilaksanakan sesuai dengan intervensi berdasarkan prioritas masalah
3.5 Evaluasi
Ditentukan berdasarkan pencapaian tujuan dengan keberhasilan kriteria
yang telah ditentukan.
BAB IV
35
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mediastinum adalah suatu bagian penting dari thorax. Mediastinum
terletak di antara kavita pleuralis dan mengandung banyak organ penting dan
struktur vital. Proses penting yang melibatkan mediastinum mencakup
emfisema, infeksi, perdarahan serta banyak jenis kista dan tumor primer.
Kelainan sistemik seperti karsinoma metastatic dan banyak penyakit
granulomatosa juga bisa terlibat dalam mediastinum. Lesi terutama berasal
dari esophagus, trakea, jantung dan pembuluh darah besar biasanya
berhubungan dengan susunan organik spesifik yang terlibat daripada
mediastinum. (Sabiston, 1994 )
Data frekuensi tumor mediasinum di Indonesia antara lain didapat dari
SMF Nedah Toraks RS Persahabatan Jakarta dan RSUD Dr. Sutomo
Surabaya. Pada tahun1970 - 1990 di RS Persahabatan dilakukan operasi
terhadap 137 kasus, jenis tumor yang ditemukan adalah 32,2% teratoma, 24%
timoma, 8% tumor syaraf, 4,3% limfoma. Data RSUD Dr. Soetomo
menjelaskan
lokasi
tumor
pada
mediastinum
anterior
67%
kasus,
germ
36
37
BAB V
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Mediastinum
Mediastinum yaitu rongga yang berada di antara paru kanan dan kiri.
Mediastinum berisi jantung, pembuluh darah arteri, pembuluh darah vena,
trakea, kelenjar timus, syaraf, jaringan ikat, kelenjar getah bening dan
salurannya. (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003)
Mediastinum adalah suatu rongga yang terletakdi bagian tengah
toraks dan mempunyai batas-batas anatomi sebagai berikut:
Atas
38
Bawah
: diafragma
Lateral
: pleura mediastinalis
Posterior
Anterior
: sternum.
Secara garis besar mediastinum dibagi atas 4 bagian penting, antara
lain:
a. Mediastinum superior, mulai pintu atas rongga dada sampai ke vertebra
torakal ke-5 dan bagian bawah sternum. Serta berisi pembuluh darah
besar (vena dan arteri), saluran dada, trakea, esophagus, timus, nervus.
b. Mediastinum anterior, dari garis batas mediastinum superior ke diafargma
didepan jantung. Serta berisi timus dengan jaringan limfoid dan adipose
c. Mediastinum posterior, dari garis batas mediastinum superior ke
diafragma dibelakang jantung. Serta berisi esophagus, duktus toraksikus
aorta desenders, dan trunkus nervus otonom.
d. Mediastinum medial (tengah), dari garis batas mediastinum superior ke
diafragma di antara mediastinum anterior dan posterior. Serta berisi
jantung, pericardium, aorta, trakea, cabang bronkus utama, dan limfonodu
yang berhubungan.
39
2.2 Definisi
Tumor adalah suatu benjolan abnormal yang ada pada tubuh,
sedangkan mediastinum adalah suatu rongga yang terdapat antara paru-paru
kanan dan paru-paru kiri yang berisi jantung, aorta, dan arteri besar, pembuluh
darah vena besar, trakea, kelenjar timus, saraf, jaringan ikat, kelenjar getah
bening dan salurannya. Jadi, Tumor mediastinum adalah tumor yang berada di
daerah mediastinum (Agus Rahmadi, 2010)
Tumor mediastinum sebagian besar adalah metastasis dari tempat lain
(yang paling sering karsinoma bronkogenik), kemudian limfoma, sebagian
kecil lagi dari tumor neurogenic, teratoma, timoma dan lipoma.
Tumor neurogen adalah tumor primer mediastinum yang tersering,
umumnya terletak di dekat mediastinum posterior dekat lekukan para
vertebral. Umumnya bersifat jinak antara lain neurofibroma, schwannoma dan
ganglioneuroma. (FKUI, 1990)
2.3 Klasifikasi
2.3.1 Timoma
Timoma adalah tumor epitel yang bersifat jinak atau tumor dengan
derajat keganasan rendah yang berasal dari epitel thymus dan ditemukan
pada mediastinum anterior. Timoma termasuk jenis tumor yang tumbuh
lambat. Sering terjadi invasi lokal ke jaringan sekitar tetapi jarang
bermetastasis ke luar toraks. Kebanyakan terjadi setelah usia lebih dari
40 tahun dan jarang dijumpai pada anak dan dewasa muda. Tidak
terdapat preferensi jenis kelamin, suku bangsa atau geografi. Jika pasien
datang dengan keluhan maka keluhan yang sering ditemukan adalah
nyeri dada, batuk, sesak atau gejala lain yang berhubungan dengan
invasi atau penekanan tumor ke jaringan sekitarnya. Satu atau lebih
tanda dari sindrom paratimik sering ditemukan pada pasien timoma,
misalnya miastenia gravis, hipogamaglobulinemi dan aplasia sel darah
merah.
40
a.
b.
c.
d.
Klasifikasi Timoma
Timoma (klasifikasi Muller Hermerlink)
Tipe meduler
Tipe campuran
Tipe kortikal predominan
Tipe kortikal
Timik karsinoma
41
Stage
I
Makroskopis
berkapsul,
tidak
makroskopis
Stage
jaringan
II
Stage
secara mikroskopis.
Invasi secara makroskopis ke organ
III
Stage
IV.A
Stage
lemak
sekitar
ke
pleura
sekitarnya.
Penyebaran ke pleura atau perikard.
Metastasis
limfogen
atau
IV.B
hematogen.
Tabel 2. Staging berdasarkan sistem Masaoka
Penatalaksanaan timoma sangat bergantung pada invasif atau
tidaknya tumor, staging dan klinis penderita. Terapi untuk timoma adalah
bedah, tetapi sangat jarang kasus datang pada stage I atau noninvasif
maka multimodaliti terapi (bedah, radiasi dan kemoterapi) memberikan
hasil lebih baik. Jenis tindakan bedah untuk timoma adalah Extended
Thymo Thymectomy (ETT) atau reseksi komplet yaitu mengangkat
kelenjar timus beserta jaringan lemak sekitarnya. ETT + ER yaitu
tindakan reseksi komplet, sampai dengan jaringan perikard dan
debulking reseksi sebagian yaitu pengangkatan massa tumor sebanyak
mungkin. Jenis operasi ini sangat bergantung pada staging dan klinis
penderita. Reseksi komplet diyakini dapat mengurangi risiko invasi dan
meningkatkan umur harapan hidup.
Radioterapi tidak direkomendasikan untuk timoma yang telah
menjalani reseksi komplet tetapi harus diberikan pada timoma invasif
atau reseksi sebagian untuk kontrol lokal. Dosis radiasi 3500-5000 cGy.
Untuk mencegah terjadi radiation-induced injury pemberian radiasi lebih
dari 6000 cGy harus dihindarkan.
Kemoterapi diberikan dengan berbagai rejimen tetapi hasil terbaik
adalah cisplatin based rejimen. Rejimen yang sering digunakan adalah
kombinasi sisplatin, doksorubisin dan siklofosfamid (CAP). Rejimen
42
Terapi
ETT (Extended Thymo
Stage II
Thymecthomy).
ETT, dilanjutkan dengan radiasi.
ETT dan extended resection
Stage III
Stage IV.A
Stage IV.B
kemoterapi.
Debulking dianjutkan dengan
kemoterapi dan radioterapi.
Kemoterapi dan radioterapi
tampak
sebagai
massa
besar
yang
homogen.
Jinak (benigna)
Ganas (maligna)
Dengan unsur germinal
Dengan unsur non-germinal
Immature
Tabel 3. Klasifikasi histologi tumor sel germinal
Terapi tumor sel germinal bergantung pada subtipe sel tumor dan
staging penyakit. Bedah adalah terapi pilihan untuk teratoma jinak,
teratoma ganas diterapi dengan kemoterapi dan kalau perlu dilakukan
reseksi setelah kemoterapi. Terapi untuk seminoma tergantung pada
44
2.3.3
Terapi
Bedah
Kemoterapi + reseksi
Bedah + radiasi + kemoterapi
Metastasis
Kemoterapi
Nonseminoma
Kemoterapi
Tabel 6. Penatalaksanaan tumor sel germinal
Tumor Neurogenik
Tumor neurogen merupakan tumor mediastinal yang terbanyak
terdapat, manifestasinya hampir selalu sebagai tumor bulat atau oval,
berbatas licin, terletak jauh di mediastinum belakang. Tumor ini dapat
berasal dari saraf intercostals, ganglia simpatis, dan dari sel-sel yang
mempunyai ciri kemoreseptor. Tumor ini dapat terjadi pada semua
umur, tetapi relative frekuen pada umur anak (Aru W. Sudoyo, 2006).
Banyak Tumor Nerogenik menimbulkan beberapa gejala dan
ditemukan pada foto thoraks rutin. Gejala biasanya merupakan akibat
dari penekanan pada struktur yang berdekatan. Nyeri dada atau
punggung biasanya akibat kompresi atau invasi tumor pada nervus
interkostalis atau erosi tulang yang berdekatan. Batuk dan dispneu
merupakan gejala yang berhubungan dengan kompresi batang
trakeobronchus. Sewaktu tumor tumbuh lebih besar di dalam
mediastinum posterosuperior, maka tumor ini bisa menyebabkan
sindrom pancoast atau Horner karena kompresi pleksus brakhialis atau
rantai simpatis servikalis.
Tumor neurogen dapat bersifat jinak atau ganas dan biasanya
diklasifikasi berdasarkan jaringan yang membentuknya, dibagi atas
neural sheath yang sering bersifat jinak (schwannoma) dan
neurofibroma yang paling sering ditemukan (Elisna Syahruddin dkk).
Tumor yang bersifat jinak sangat jarang menjadi ganas.
Meskipun dikatakan sering pada anak tetapi juga dapat ditemukan
pada orang dewasa.
45
untuk
semua
tumor
neurogenik
adalah
46
tumbuhnya
jaringan/sel-sel
kankerpadajaringan
47
struktur
mediastinum,
sedangkan
tumor
ganas
dapat
48
49
50
lesi
mediastinum.
Teknik
ini
sangat
bermanfaat
dalam
51
Obstruksi trachea
Sindrom Vena Cava Superior
Invasi vascular dan catastrophic hemorrhage, dan
Rupture esophagus
2.10 Prognosis
Prognosis Tumor Mediastinum jinak cukup baik, terutama jika tanpa
gejala. Berbeda variai prognosisnya pada pasien dengan tumor mediastinum
ganas, dimana hasil diagnostic spesifik, derajat keparahan penyakit, dan
keadaan spesifik pasien yang lain (komorbid) akan mempengaruhi.
Kebanyakan tumor mediastinum ganas berespon baik terhadap terapi
konvensional. Besarnya variasi individual penyakit mengakibatkan terjadinya
berbagai kelainan mediastinum beragam. (Aru W. Sudoyo, 2006)
52
Virus
Faktor hormonal
Faktor lingkungan
Faktor genetik
Struktur
dasar DNA
berubah
Adanya zat
yang bersifat
initiation
Initiation agent
(unsure kimia.
fisik, dan
biologis)
Memerlukanwaktu
yang lama,
minggubahkansamp
aitahunan
Terbentuk
formasi
tumor
Vena leher
mengembang
pada
sindroma vena
cava superior
Memerlukanwaktu
yang lama
danberkesinambung
an
Memicu terbentuk
nyasel tumor
Terbentuk
neoplasm
a
Nervus
vagus
tertekan
Serangan
batuk dan
spasme
bronkus
Terjadi
perubahan
struktur sel
Nerves
laryngeus
inferior
tertekan
Kompresi
esofagus
Trakea
tertekan
Suara
serak
Gangguan
menelan
Batuk
atau
stridor
MK: gangguan
konsep diri
MK: gangguan
nutrisi
MK:
gangguan
rasa nyaman
53
Penatalaksaan
Pembedah
Pre
Op
Obat
Kemoterapi
Post
Op
Kurang
Pengetahua
n
Ansiet
as
Kemotera
pi
Tindak
an
Invasif
Inkontuinit
as
Jaringan
Nyer
i
MK
Nyeri
Laser
asi
MK
Risiko
Infeksi
Membunuh
sel yg
berkembang
pesat
Sel rambut
tumbuh
pesat
Kerontok
an
MK
Gangguan
Citra Tubuh
Immunoterapi
Demam
Radiolo
gi
Mempengar
uhi sel
normal di
lambung
Sel
lambung
kirim sinyal
ke pusat
muntah di
Rasa lemah
tak
bertenaga
MK
Intoleran
si
Nyeri,
Stress
,
Kuran
g
MK
Ganggua
n Rasa
Nyaman
Mual
dan
MK
Mual
MK Ketidak
Seimbangan
Nutrisi kurang
dari Kebutuhan
Tubuh
MK Hipertermia
MK Ganguan Rasa Nyaman
54
Tumor Sel
Germinal
Timoma
Stage
I
Teratoma
Jinak
Stage
IV.B
Stage
III
Seminoma
Teratoma
Ganas
Stage
IV. A
Stage
II
Tumor Neurogenik
Nonseminoma
Metastasis
Kemoterapi
Bedah
Kemotera
pi
Bedah
Pembedahan
Radiasi
Reseksi
+
Kemoterap
i
ETT
ETT
+
ETT
Extended
Resection
Debulking
Kemoterap
i
+
Radioterapi
Radiasi
Radioterapi
Kemotera
pi
Kemoterap
i
Radioterapi
+
Debulking
55
BAB VI
TINJAUAN KASUS
Tn. N usia 40 tahun. Dirawat di ruang inap paru laki RSU Dr. Soetomo dengan
keluhan sesak, dada terasa nyeri pada saat bernafas dan terasa berat, rasa sesak
tidak hilang meskipun istirahat, dan tidak nafsu makan. Hasil pemeriksaan fisik
didapatkan : berat badan 60 kg, 180 cm, nadi 100 X/menit, pernapasan 30 X/
menit, tekanan darah 100 / 60 mmHg. Riwayat penyakit masa lalu merokok sejak
usia 25 tahun sekitar 2 bungkus per hari. Hasil pemeriksaan penunjang pada CT
Scan, pasien didiagnosis timoma.
A. Pengkajian:
Biodata
a. Identitas Pasien :
1. Nama
: Tn. N
2. Usia
: 40 th
3. Jenis kelamin
: Laki-laki
4. Suku/ bangsa
: Jawa/ Indonesia
5. Agama
: Islam
6. Status
: Menikah
7. Pendidikan/ pekerjaan
: SLTP/ Swasta
: Ny. I
: Istri
3. Umur
: 35 th
4. Pendidikan/ pekerjaan
: SD/ -
Pemeriksaan Persistem
B1 (Breathing) :
a. Data subyektif : sesak napas, dada tertekan, nyeri dada berulang
56
b.
b) Data Objektif:
- BB : 75 kg
- TB : 180 cm
- TD : 100/60 mmHg
- Nadi : 100x/menit
- RR : 36x/menit
Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Masa Lalu
-
57
ANALISA DATA
No.
1.
DATA
MASALAH
pola nafas
ETIOLOGI
Sel Tumor
membesar
Batuk produktif
Sesak napas
Takipneau
Vena leher
mengembang
Resiko tertekannya
faring dan laring
Saluran nafas
tersumbat
58
2.
S: -
Intoleransi
aktivitas
Tumor Mediatinum
keluarga.
-
Dilakukan raditerapi
Badan lemah
tempat tidur.
3.
Gangguan nutrisi
Terbentuknya
kurang dari
formasi tumor
kebutuhan tubuh.
Penekanan Esofagus
4.
Gangguan
keseimbangan
cairan dan
elektrolit
Gangguan menelan
Tumor mediastinum
Dilakukan
kemoterapi
Diare
Diagnosa
Tujuan
Kriteria Hasil
Diagnosa
Intoleransi
aktivitas
berhubungan
dengan
Diagnosa
Kriteria hasil
- Intake adekuat
- Tidak ada muntah dan diare
- Suhu tubuh dalam batas normal
Intervensi :
1. Catat intake dan output
2. Kaji dan catat suhu setiap 4 jam tanda deficit cairan.
3. Catat pengeluaran feses tiap 4 jam atau bila perlu.
4. Lakukan perawatan mulut tiap 4 jam
60
61
BAB VII
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kanker paru yang diderita seseorang bisa bersifat benigna atau
maligna.Tumor paru terjadi sering kali karena aliran darah yang membawa
sel-sel kanker yang bebas dari kanker primer dimana saja didalam tubuh ke
paru. Pada hampir 70% pasien kanker paru mengalami penyebaran ketempat
limfatik regional dan tempat lain pada saat di diagnosis.
Beragam faktor telah dikaitkan dengan terjadinya kanker paru-paru :
Asap tembakau, perokok pasif, polusi udara, radon, masukan vitamin A,
PPOM, dan tuberkolosis. Gejala kanker paru yang paling sering adalah batuk,
nyeri dada, sesak, kelemahan, anoreksia, penueunan berat badan dan
anemia.Kebanyakan kasus kanker paru dapat dicegah jika merokok
dihilangkan.
Mediastinum adalah suatu bagian penting dari thorax. Mediastinum
terletak di antara kavita pleuralis dan mengandung banyak organ penting dan
struktur vital. Tumor mediastinum adalah tumor yang terdapat di dalam
mediastinum yaitu rongga di antara paru-paru kanan dan kiri yang berisi
jantung, aorta, dan arteri besar, pembuluh darah vena besar, trakea, kelenjar
timus, saraf, jaringan ikat, kelenjar getah bening dan salurannya. Kebanyakan
tumor mediastinum tumbuh lambat sehingga pasien sering datang setelah
tumor cukup besar, disertai keluhan dan tanda akibat penekanan tumor
terhadap organ disekitarnya.
4.2 Saran
Setelah membaca makalah kami ini, kami berharap kepada pembaca,
khususnya pada mahasiswa keperawatan dapat lebih memahami lebih dalam
mengenai tumor paru dan tumor mediastinum.
62
DAFTAR PUSTAKA
63
64