Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

KANKER PARU

I. Konsep Medik

A. Pengertian

Menurut medis, kanker merupakan istilah umum yang digunakan

untuk menggambarkan sel-sel yang terlepas dari sistem pengawasan

pertumbuhan dan reproduksi tubuh. Pertumbuhan yang tidak terkontrol

akan menyebabkan sel tumbuh berkembang menjadi tumor yang dapat

menyebar dan berkembang di bagian lain dalam tubuh (Klamerus Justin F.,

dkk, 2016). Salah satu kanker yang paling serius adalah kanker paru

(bronchogenic carcinoma).

Kanker paru (bronchogenic carcinoma) adalah penyakit yang ditandai

dengan tidak terkendalinya pertumbuhan sel dalam jaringan paru,terutama

sel-sel yang melapisi bagian pernapasan (Atiyeh Hashemi, dkk, 2015 ).

Kanker paru adalah neoplasma ganas yang muncul dari epitel bronkus

(Brashers Valentina L., 2018). Kanker paru adalah kanker pada lapisan

epitel saluran napas (karsinoma bronkogenik) (Corwin Elizabeth J., 2016).

B. Klasifikasi

Kanker paru dapat diklasifikasikan menjadi 2 jenis, yaitu Non-small

Cell Lung Cancer (NSCLC) dan Small Cell Lung Cancer (SCLC) (Niluh

Gede Yasmin Asih dan Christantie Effendy, 2014).


1. Non-Small Cell Lung Carcer (NSCLC)

Kanker paru jenis NSCLC merupakan kanker paru yang paling umum,

sekitar 80% dari semua kanker paru adalah jenis ini (Tim

CancerHelps, 2016 ). Berdasarkan jenis sel yang ditemukan dalam

tumor, NSCLC memiliki tiga jenis utama diantaranya (Irman

Somantri, 2017) :

a. Adenokarsinoma

Adenokarsinoma adalah jenis kanker paru yang berkembang

dari sel-sel yang memproduksi lendir atau dahak di permukaan

saluran udara (Tim CancerHelps, 2016). Sekitar 30%-35% dari

kasus NSCLC adalah jenis adenokarsinoma.

b. Karsinoma Sel Skuamosa

Karsinoma sel skuamosa atau dikenal sebagai karsinoma

epidermoid merupakan skuamosa paling sering muncul di tengah

atau cabang bronkhus segmental. Sekitar 30% penderita kanker

paru adalah jenis ini dari kasus NSCLC. Karsinoma sel skuamosa

menyerang bagian dalam paru, menyebar di rongga toraks,

termasuk nodus limfe regional, pleura, dan dinding dada. Kanker

ini sangat berkaitan dengan asap rokok dan berhubungan dengan

toksin-toksin lingkungan, seperti asbestos dan komponen polusi

udara.
c. Karsinoma Sel Besar

Karsinoma sel besar merupakan salah satu jenis sel kanker

yang apabila dilihat di bawah mikroskop berbentuk bundar besar

sehingga sering juga disebut undiffrentiated carcinoma (Tim

Cancer Helps, 2016). Sekitar 11% dari semua jenis kanker adalah

kanker paru ini.

2. Small Cell Lung Carcer (SCLC)

SCLC muncul dari sel neuro endokrin di dalam bronkus. Tumor

ini merupakan tumor yang pertumbuhannya sangat cepat dan biasanya

sudah menyebar saat terdiagnosis (Niluh Gede Yasmin Asih dan

Christantie Effendy, 2014). SCLC terjadi hanya sekitar 20% dari

semua kasus kanker paru. SCLC paling sering ditemui pada perokok

dan hanya 1% dari tumor jenis ini terjadi pada non-perokok.

C. Etiologi

Meskipun etiologi sebenarnya dari kanker paru belum diketahui, tetapi

ada terdapat banyak bentuk faktor risiko untuk berkembangnya kanker

paru, namun risiko yang paling signifikan berasal dari perokok. Sekitar

80%-90% kasus kanker paru disebabkan oleh asap rokok (Brashers

Valentina L., 2018). Faktor-faktor risiko lain yang menyebabkan

kanker paru diantaranya (Klamerus Justin F., dkk, 2017)

1. Perokok pasif atau perokok rokok sisa

Perokok pasif meningkatkan risiko kanker 2-3 kali lebih tinggi daripada

bukan perokok.
2. Terkena gas radon (pecahan produk dari uranium dan radium), asbestos,

dan asap kayu bakar.

3. Bentuk-bentuk tertentu penyakit paru jinak, seperti fibrosis interstisial,

asbestosis, dan penyakit paru obstruktif menahun (PPOK) atau COPD.

4. Faktor Genetik

Pasien dan keluarga seringkali khawatir akan risiko genetic kanker

paru. Walaupun tidak ada satupun gen diindentifikasi, ada sedikit

kemungkinan terkena kanker paru apabila anggota keluarga yang lain

terkena. Risiko ini meningkat bila anggota keluarga yang terkena

kanker paru didiagnosis pada usia muda atau bila kanker paru mengenai

banyak anggota keluarga.

5. Usia lebih dari 40 tahun beresiko terkena kanker paru, tetapi tidak

menutup kemungkinan juga untuk usia di bawah 40 tahun (Tim

Cancer Helps, 2016).

D. Patofisiologi

Sebab-sebab keganasan tumor masih belum jelas, tetapi virus, faktor

lingkungan, hormonal dan factor genetic semuanya berkaitan dengan

faktor risiko terjadinya tumor. Permulaan terjadinya tumor dimulai dari

dengan adanya zat intiation yang merangsang terjadinya perubahan sel.

Diperlukan perangsangan yang lama dan berkesinambungan untuk

memicutimbulnya penyakit tumor.

Intiation agen biasanya bisa berupa unsur kimia, fisik atau biologis

yang berkemampuan bereaksi langsung dan merubah factor dasar dari


komponen genetic (DNA). Keadaan selanjutnya diakibatkan keterpaparan

yang lama ditandai dengan berkembangnya neoplasma dengan

terbentuknya tumor, hal ini berlangsung lama mingguan sampai tahunan.

Kanker paru bervariasi sesuai dengan tipe sel darah asal dan kecepatan

pertumbuhan. Empat tipe sel primer pada kanker paru adalah karsinoma

epidemoid, sel kecil, sel besar dan adenokarsinoma. Sel karsinoma

skuamosa dan sel kecil biasanya terbentuk dijalan utama bronchial.

Karsinoma sel besar dan adenokarsinoma tumbuh sangat cepat sehingga

mempunyai prognosis buruk. Sedangkan pada sel skuamosa dan

adenokar. Paru merupakan organ elastic, berbentuk kerucut dan letaknya

di dalam rongga dada atau torakarsinoma prognosis baik karena

pertumbuhan sel ini lambat.

Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/sub bronkus

menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan

karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan

metaplasia, hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan

oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa

timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus

vertebra. Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus

yang terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan

diikuti dengan supurasi di bagian distal. Herminto (2015), juga

menyatakan bahwa, penurunan fungsi paru akan mulai terlihat pada lam

pernapasan yang terjadi pada dua tahun dan seterusnya akibat debu dan
kebiasaan merokok. Rokok tampaknya mampu merusak fungsi enzim

utama di dalam paru-paru. Keadaan inilah yang dapat menimbulkan

berbagai penyakit pernapasan seperi pnuominia, bronchitis, efusi pleura

dan terutama kanker paru. Hasil penelitian ini dilakukan oleh beberapa

ilmuwan di U.S Departement of Energy’s Brookhaven National

Laboratory dan para koleganya ini dipublikasikan dalam jurnal Nuklear

Medicine edisi September 2016.

Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan

adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke

struktur-struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus,

pericardium, otak, tulang rangka.

E. Manifestasi Klinis

Menurut Murat dan Cevdet, gejala kanker paru diantaranya (Balachandran

K. dan R. Anitha, 2011: 18) :

1) Batuk yang tidak kunjung sembuh dan semakin memburuk dari waktu

ke waktu. Batuk mulai sebagai batuk kering tanpa membentuk sputum,

tetapi berkembang sampai titik dimana berbentuk sputum yang kental

dan purulen dalam berespon terhadap infeksi sekunder. Hal ini

disebabkan oleh iritasi massa yang ada di segmental bronkus paru.

2) Batuk darah (heamoptysis) atau lendir berdarah. Hal ini disebabkan

karena permukaan tumor ulserasi tumor pada paru.


3) Sakit pada dada, bahu atau punggung yang tidak kunjung sembuh

disebabkan penyebaran neoplastik kemediastinum timbul karena

pleuritik dan sering diperparah oleh suara serak yang mendalam.

4) Berat badan menurun dan kehilangan nafsu makan akibat peningkatan

sputum yang menghalagi jalan nafas dan batuk terus menerus

5) Mengi atau bunyi menciut-ciut pada saat bernapas, tetapi bukan

penderita asma.

6) Sesak nafas karena penekanan pada nervus laryngeal recurrent.

7) Masalah berulang-ulang dengan pneumonia atau bronkitis.

8) Kelahan dan kelemahan akibat keursakana parenkim paru yang

berdampak pada pertukaran O2 di paru

9) Serangan baru terhadap mengi atau bunyi menciut-ciut pada saat

bernapas, tetapi bukan penderita asma. Ini disebabkan karena

penekanan nervus laryngeal recurrent oleh tumor.

10) Pembengkakan leher dan wajah. Seiring waktu, kanker dapat

menyebar ke jaringan tubh atau organ tubuh sekitarnya seperti kelenjar

getah bening, hal ini menyebabkan pembengkakan pada leher dan

wajah.

11) Sindrom paraneoplastik yang disebabkan oleh zat aktif biologis yang

dikeluarkan oleh tumor.

12) Demam yang terus menerus karena infeksi berulang dari kompilaksi

kanker paru sepertu penuominia dan bronchitis kronik.


F. Stadium Kanker Paru

Sistem pembagian stadium kanker menentukan rencana pengobatan

standar dan membantu dokter memperkirakan prognosis seorang pasien.

Umumnya, semakin rendah stadium, semakin baik prognosisnya. Stadium

pada kanker paru diantaranya (Tim CancerHelps, 2010: 67-68) :

1. Tahap tersembunyi : tahap ditemukannya sel kanker pada dahak

(sputum) pasien di dalam sampel air saat bronkoskopi, tetapi tumor

tersebut tidak dapat terlihat di dalam paru.

2. Stadium 0 : tahap ditemukannya sel-sel kanker hanya pada lapisan

terdalam paru dan tidak bersifat invasif. Tumor pada tahap 0 disebut

juga carcinoma in situ.

3. Stadium I : tahap kanker yang hanya ditemukan pada paru dan belum

menyebar ke kelenjar getah bening. Pasien mempunyai kesempatan

hidup yang lebih baik.

4. Stadium II : tahap kanker yang ditemukan pada paru dan kelenjar getah

bening di dekatnya.

5. Stadium III : tahap kanker yang telah menyebar ke daerah di sekitarnya,

seperti dinding dada, diafragma, pembuluh besar atau kelenjar getah

bening di sisi yang sama atau sisi berlawanan dari tumor tersebut.

Kanker paru stadium III dibagi menjadi dua, yaitu :


a. Stadium IIIA : kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening di

dada bagian tengah, disisi yang sama dimana kanker bermula.

b. Stadium IIIB : kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening disisi

dada yang lainnya.

6. Stadium IV : tahap kanker yang ditemukan lebih dari satu lobus paru

yang sama atau di paru yang lain. Sel-sel kanker telah menyebar juga ke

organ tubuh lainnya, misalnya ke otak, kelenjar adrenalin, hati, dan

tulang.

G. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Laboratorium

a. Sitologi (Sputum, pleural atau nodus limfe)

Dilakukan untuk mengkaji adanya/tahap karsinoma.

b. Pemeriksaan fungsi paru dan GDA

Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi

kebutuhan ventilasi. Biasanya

c. Tes kulit, jumlah absolute limfosit

Dapat dilkukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada

kanker paru).

2. Pemeriksaan Radiologi

a. Foto thoraks anterior-posterior (PA) dan lateral serta tomografi dada.

Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi

adanya kanker paru. Dapat menyatakan massa udara pada bagian

hilus, effuse pleural, ateletaksis erosi tulang rusuk dan vertebr.


b. Bronkografi

Untuk melihat tumor di percabangan bronkus

3. Pemeriksaan Histopatologi

a. Bronkoskopi

Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian dan pembersihan

sitologi lesi (besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui)

b. Biopsi Trans Torakal (TBB)

Biopsi dengan TBB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan

ukuran < 2 cm, sensitivitasnya mencapai 90-95%.

c. Torakoskopi

Biopsi tumor di daerah pleura untuk memberikan hasil yang lebih

baik dengan cara torakoskopi.

d. Torakostomi

Torakotomi untuk diagnosis kanker paru dikerjakan bil bermacam-

macam prosedur non invasive dan invasive sebelumnya gagal

mendapatkan sel tumor.

4. Pencitraan

CT-Scaning, umtuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan

pleura Hasil pemeriksaan radiologis adalah salah satu pemeriksaan

penunjang yang mutlak dibutuhkan untuk menentukan lokasi tumor

primer dan metastasis, serta penentuan stadium penyakit berdasarkan

sistem TNM. Pemeriksaan radiologi paru yaitu Foto toraks PA/lateral,

bila mungkin CT-scan toraks, bone scan, Bone survey, USG abdomen
dan Brain-CT dibutuhkan untuk menentukan letak kelainan, ukuran

tumor dan metastasis.

H. Penatalaksanaan

1. Pembedahan

Reseksi bedah adalah metoda yang lebih dipilih untuk pasien dengan

tumor setempat tanpa adanya penyebaran metastatic dan mereka yang

fungsi jantung paru yang baik. Tiga tipe reseksi paru mungkin

dilakukan : lobektomi (satu lonus paru diangkat), lobektomi sleeve

(lobus yang mengalami kanker diangkat dan segmen bronkus besar

doreseksi), dan pneumonektomi (pengangkatan seluruh paru)

2. Terapi radiasi

Terapi radiasi dapat menyembuhkan pasien dalam persentase yang

kecil. Terapi radiasi ini sangat bermanfaat dalam pengendalian

neoplasma yang tidak dapat direseksi tetapi yang responsive terhadap

radiasi. Terapi radiasi biasanya adalah toksik bagi jaringan normal di

dalam bidang radiasi. Komplikasi radiasi termasuk esofagitis,

pneumonitis, dan radiasi fibrosis paru, yang dapat merusak kapasitas

ventilasi dan difusi serta secara signifikan mengurangi ketersediaan

paru. Radiasi juga dapat mempengaruhi jantung.

3. Kemoterapi

Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor,

untuk menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan

metastasis luas, dan untuk melengkapi bedah atau terapi radiasi.


Kemoterapi memberikan peredaan, terutama nyeri, tetapi kemoterapi

tidak menyembuhkan dan jarang dapat memperpanjang hidup.

Kemoterapi bermanfaat dalam mengurangi gejala-gejala tekanan dari

kanker paru dalam mengobati metastasis otak, medulla spinalis, dan

pericardium.

II. Konsep Keperawatan

A. Pengkajian

1. Aktivitas/ istirahat.

Gejala : Kelemahan, ketidakmampuan mempertahankan kebiasaan

rutin,dispnea karena aktivitas.

Tanda : Kelesuan( biasanya tahap lanjut).

2. Sirkulasi.

Gejala : JVD (obstruksi vana kava).

Bunyi jantung : gesekan pericardial (menunjukkan efusi).

Takikardi/ disritmia.

Jari tabuh.

3. Integritas ego

Gejala : Perasaan taku. Takut hasil pembedahan

Menolak kondisi yang berat/ potensi keganasan.

Tanda : Kegelisahan, insomnia, pertanyaan yang diulang-ulang.

4. Eliminasi.

Gejala : Diare yang hilang timbul (karsinoma sel kecil).


Peningkatan frekuensi/ jumlah urine (ketidakseimbangan

hormonal, tumor epidermoid)

5. Makanan/ cairan

Gejala : Penurunan berat badan, nafsu makan buruk, penurunan

masukan makanan

Kesulitan menelan

Haus/ peningkatan masukan cairan.

Tanda : Kurus, atau penampilan kurang berbobot (tahap lanjut)

Edema wajah/ leher, dada punggung (obstruksi vena kava),

edema wajah/ periorbital (ketidakseimbangan hormonal,

karsinoma sel kecil)

Glukosa dalam urine (ketidakseimbangan hormonal, tumor

epidermoid).

6. Nyeri/ kenyamanan

Gejala : Nyeri dada (tidak biasanya ada pada tahap dini dan tidak

selalu pada tahap lanjut) dimana dapat/ tidak dapat

dipengaruhi oleh perubahan posisi.

Nyeri bahu/ tangan (khususnya pada sel besar atau

adenokarsinoma)

Nyeri abdomen hilang timbul.

7. Pernafasan

Gejala : Batuk ringan atau perubahan pola batuk dari biasanya dan

atau produksi sputum.


Nafas pendek

Pekerja yang terpajan polutan, debu industri

Serak, paralysis pita suara.

Riwayat merokok

Tanda : Dispnea, meningkat dengan kerja

Peningkatan fremitus taktil (menunjukkan konsolidasi)

Krekels/ mengi pada inspirasi atau ekspirasi (gangguan

aliran udara), krekels/ mengi menetap; pentimpangan

trakea ( area yang mengalami lesi).

Hemoptisis.

8. Keamanan

Tanda : Demam mungkin ada (sel besar atau karsinoma)

Kemerahan, kulit pucat (ketidakseimbangan hormonal,

karsinoma sel kecil)

9. Seksualitas

Tanda : Ginekomastia (perubahan hormone neoplastik, karsinoma

sel besar)

Amenorea/ impotent (ketidakseimbangan hormonal,

karsinoma sel kecil)

10. Penyuluhan.

Gejala : Faktor resiko keluarga, kanker(khususnya paru), tuberculosis

Kegagalan untuk membaik.


B. Daignosa Keperawatan

1. Kerusakan pertukaran gas b/d Hipoventilasi.


Kriteria hasil :
a. Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenisi adekuat dengan
GDA dalam rentang normal dan bebas gejala distress pernafasan.
b. Berpartisipasi dalam program pengobatan, dalam kemampuan/
situasi.
Intervensi :
a. Kaji status pernafasan dengan sering, catat peningkatan frekuensi
atau upaya pernafasan atau perubahan pola nafas.
Rasional: Dispnea merupakan mekanisme kompensasi adanya
tahanan jalan nafas.
b. Catat ada atau tidak adanya bunyi tambahan dan adanya bunyi
tambahan, misalnya krekels, mengi.
Rasional: Bunyi nafas dapat menurun, tidak sama atau tak ada pada
area yang sakit.Krekels adalah bukti peningkatan cairan dalam area
jaringan sebagai akibat peningkatan permeabilitas membrane
alveolar-kapiler. Mengi adalah bukti adanya tahanan atau
penyempitan jalan nafas sehubungan dengan mukus/ edema serta
tumor.
c. Kaji adanmya sianosis
Rasional: Penurunan oksigenasi bermakna terjadi sebelum sianosis.
Sianosis sentral dari “organ” hangat contoh, lidah, bibir dan daun
telinga adalah paling indikatif.
d. Kolaborasi pemberian oksigen lembab sesuai indikasi
Rasional: Memaksimalkan sediaan oksigen untuk pertukaran.
e. Awasi atau gambarkan seri GDA.
Rasional: Menunjukkan ventilasi atau oksigenasi. Digunakan
sebagai dasar evaluasi keefktifan terapi atau indikator kebutuhan
perubahan terapi.
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif.
Dapat dihubungkan :
a. Kehilangan fungsi silia jalan nafas
b. Peningkatan jumlah/ viskositas sekret paru.
c. Meningkatnya tahanan jalan nafas
Kriteria hasil :
a. Menyatakan/ menunjukkan hilangnya dispnea.
b. Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih
c. Mengeluarkan sekret tanpa kesulitan.
d. Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki/ mempertahankan
bersiahn jalan nafas.
Intervensi :
a. Catat perubahan upaya dan pola bernafas.
Rasional : Penggunaan otot interkostal/ abdominal dan pelebaran
nasal menunjukkan peningkatan upaya bernafas.
b. Observasi penurunan ekspensi dinding dada dan adanya.
Rasional : Ekspansi dad terbatas atau tidak sama sehubungan
dengan akumulasi cairan, edema, dan sekret dalam lobus.
c. Catat karakteristik batuk (misalnya, menetap, efektif, tak efektif),
juga produksi dan karakteristik sputum.
Rasional : Karakteristik batuk dapat berubah tergantung pada
penyebab/ etiologi gagal perbafasan. Sputum bila ada mungkin
banyak, kental, berdarah, adan/ atau puulen.
d. Pertahankan posisi tubuh/ kepala tepat dan gunakan alat jalan nafas
sesuai kebutuhan.
Rasional : Memudahkan memelihara jalan nafas atas paten bila
jalan nafas pasein dipengaruhi.
e. Kolaborasi pemberian bronkodilator, contoh aminofilin, albuterol
dll. Awasi untuk efek samping merugikan dari obat, contoh
takikardi, hipertensi, tremor, insomnia.
Rasional : Obat diberikan untuk menghilangkan spasme bronkus,
menurunkan viskositas sekret, memperbaiki ventilasi, dan
memudahkan pembuangan sekret. Memerlukan perubahan dosis/
pilihan obat.
3. Nyeri (akut)
Dapat dihubungkan :
a. Insisi bedah, trauma jaringan, dan gangguan saraf internal.
b. Adanya selang dada.
c. Invasi kanker ke pleura, dinding dada
Kriteria hasil :
a. Melaporkan neyri hilang/ terkontrol.
b. Tampak rileks dan tidur/ istirahat dengan baik.
c. Berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/ dibutuhkan.
Intervensi :
a. Tanyakan pasien tentang nyeri. Tentukan karakteristik nyeri. Buat
rentang intensitas pada skala 0 – 10.
Rasional : Membantu dalam evaluasi gejala nyeri karena kanker.
Penggunaan skala rentang membantu pasien dalam mengkaji tingkat
nyeri dan memberikan alat untuk evaluasi keefktifan analgesic,
meningkatkan control nyeri.
b. Kaji pernyataan verbal dan non-verbal nyeri pasien.
Rasional : Ketidaklsesuaian antar petunjuk verbal/ non verbal dapat
memberikan petunjuk derajat nyeri, kebutuhan/ keefketifan
intervensi.
c. Catat kemungkinan penyebab nyeri patofisologi dan psikologi.
Rasional : Insisi posterolateral lebih tidak nyaman untuk pasien dari
pada insisi anterolateral. Selain itu takut, distress, ansietas dan
kehilangan sesuai diagnosa kanker dapat mengganggu kemampuan
mengatasinya.
d. Dorong menyatakan perasaan tentangnyeri.
Rasional : Takut/ masalah dapat meningkatkan tegangan otot dan
menurunkan ambang persepsi nyeri.
e. Berikan tindakan kenyamanan. Dorong dan ajarkan penggunaan
teknik relaksasi
Rasional : Meningkatkan relaksasi dan pengalihan perhatian.
4. Intoleransi aktivitas
Dapat dihubungkan :
a. Kelemahan umum
b. Tirah baring dan imobilisasi
c. Imobilitas
Kriteria Hasil
a. Mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari
b. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan
tekanan darah, nadi dan RR
c. Mampu berpindah dengan atau tanpa bantuan alat
Intervensi
a. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
Rasional : memberikan klien kesempatan untuk memilih aktivitas
mandiri
b. Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang
diperlukan untuk aktivitas yang di inginkan
Rasional : Agar klien mengetahui sumber yang mampu digunakan
dan menggunakan sumber yang di inginkan
c. Bantu untuk mengidentifikasi aktivtas yang disukai
Rasional : Aktivitas yang disukai dapat memotivasi klien untuk
beraktivitas
d. Bantu klien untuk membuat jadwal latihan aktivitas harian
Rasional : Jadwal harian akan memudahkan klien dalam melkukan
aktivitas yang disukai diwaktu luang
5. Ketakutan/Anxietas.
Dapat dihubungkan :
a. Krisis situasi
b. Ancaman untuk/ perubahan status kesehatan, takut mati.
c. Faktor psikologis
Kriteria hasil :
a. Menyatakan kesadaran terhadap ansietas dan cara sehat untuk
mengatasinya.
b. Mengakui dan mendiskusikan takut.
c. Tampak rileks dan melaporkan ansietas menurun sampai tingkat
dapat diatangani.
d. Menunjukkan pemecahan masalah dan pengunaan sumber efektif.
Intervensi :
a. Observasi peningkatan gelisah, emosi labil.
Rasional : Memburuknya penyakit dapat menyebabkan atau
meningkatkan ansietas.
b. Pertahankan lingkungan tenang dengan sedikit rangsangan.
Rasional : Menurunkan ansietas dengan meningkatkan relaksasi
dan penghematan energi.
c. Tunjukkan/ Bantu dengan teknik relaksasi, meditasi, bimbingan
imajinasi.
Rasional : Memberikan kesempatan untuk pasien menangani
ansietasnya sendiri dan merasa terkontrol.
d. Identifikasi perspsi klien terhadap ancaman yang ada oleh situasi.
Rasional :Membantu pengenalan ansietas/ takut dan
mengidentifikasi tindakan yang dapat membantu untuk individu.
e. Dorong pasien untuk mengakui dan menyatakan perasaan.
Rasional : Langkah awal dalam mengatasi perasaan adalah
terhadap identifikasi dan ekspresi. Mendorong penerimaan situasi
dan kemampuan diri untuk mengatasi.

Anda mungkin juga menyukai