PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit kanker merupakan salah satu penyebab kematian utama seluruh dunia.
Kanker paru, hati, kolorektal dan kanker payudara adalah penyakit terbesar kematian akibat
kanker setiap tahunnya. Lebih dari 30% kematian akibat kanker disebabkan oleh 5 faktor
risiko perilaku dan pola makan, yaitu : indeks massa tubuh; kurang konsumsi buah dan sayur;
kurang aktivitas tubuh; pengguna rokok dan konsumsi alkohol berlebihan. Merokok
merupakan faktor risiko utama kanker yang menyebabkan terjadinya lebih dari 20%
kematian akibat kanker di dunia dan 70% kematian akibat kanker paru diseluruh dunia.
Menurut data dari depkes tahun 2012, angka kejadian baru pasien kanker paru
muncul sekitar 23,1% dan kasus baru penderita kanker paru ada di urutan ketiga setelah
kanker payudara dan kanker prostat. Sedangkan angka kematian pada kasus kanker paru ada
pada urutan pertama sebesar 19,7%. Pada pria kasus kanker paru merupakan kasus terbesar
yaitu 34,2% dan angka kematiannya sebesar 30%. Sedangkan pada wanita angka kejadian
kanker paru sebesar 13,6% dengan angka kematian 11,1%.
Lebih dari 30% penyakit kanker dapat dicegah dengan cara mengubah faktor risiko
perilaku dan pola makan penyebab kanker. Kanker yang diketahui sejak dini memiliki
kemungkinan untuk mendapatkan penanganan lebih baik. Oleh karena itu perlu dilakukan
upaya pencegahan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam mengenali gejala dan
risiko penyakit kanker paru sehingga dapat menentukan langkah-langkah pencegahan dan
pendeteksian dini yang tepat.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar Medis Kanker Paru
Kanker paru adalah semua penyakit keganasan yang menyerang organ paru secara
primer. Kanker paru primer yaitu keganasan yang berasal dari paru.Menurut klasifikasi
WHO tahun 1999 terdapat empat tipe sel keganasan primer di paru yaitu karsinoma sel
kecil, karsinoma sel skuamosa atau epidermoid, adenokarsinoma dan karsinoma sel
besar.
Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel – sel jaringan tubuh
yang berubah menjadi sel kanker. Kanker sering dikenal oleh masyarakat sebagai tumor,
padahal tidak semua tumor adalah kanker. Tumor adalah segala benjolan tidak normal
atau abnormal. Tumor dibagi dalam dua golongan, yaitu tumor jinak dan tumor ganas.
Kanker adalah istilah umum untuk semua jenis tumor ganas. (Brunicardi, et al dalam
www.erepo.unud.ac.id, 2010)
Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel jaringan
tubuh yang tidak normal dan tidak terkontrol sehingga bisa mengganggu dan merusak
sel-sel jaringan lain. Sel-sel kanker akan berkembang dengan cepat, tidak terkendali, dan
akan terus membelah diri, selanjutnya menyusup ke jaringan sekitarnya (invasive) dan
terus menyebar melalui jaringan ikat, darah, dan menyerang organ-organ penting serta
syaraf tulang belakang. Dalam kondisi yang normal, aktivitas sel terkontrol, ia akan
membelah jika ada pergantian sel yang mati atau pun rusak.
(www.linianisfatus.wordpress.com, 2012)
3) Karsinoma Bronkoalveolar
Merupakan subtipe dari adenokarsinoma, dia mengikuti/meliputi
permukaan alveolar tanpa menginvasi atau merusak jaringan paru
(Sudoyo,2009).
Karsinoma bronkoalveolar merupakan subtipe adenokarsinoma yang
jarang ditemukan, dan yang berasal dari epitel alveolus atau bronkeolus
terminalis. Awitan pada umumnya tidak nyata, disertai tanda-tanda yang
menyerupai pneumonia. Prognosisnya buruk, kecuali kalau dilakukan
pembuangan lobus yang terserang pada saat penyakit masih dini (Price dan
Wilson, 2005).
4) Karsinoma Sel Besar
Karsinoma sel besar adalah sel-sel ganas yang besar dan berdiferensiasi
sangat buruk dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam-macam.
Sel-sel ini cenderung timbul pada jaringan paru perifer, tumbuh cepat dengan
penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat-tempat yang jauh (Price dan Wilson,
2005).
Klasifikasi yang dilakukan oleh Joint Committee of Lung Cancer dari Amerika Serikat
adalah sebagai berikut :
Panitia Gabungan Amerika untuk Penentunan Stadium Kanker dan Laporan Hasil Akhir
Defenisi dan Kategori TNM
Tumor Primer (T)
TIS Karsinoma in situ
T1 Tumor dengan diameter 3 cm atau kuramg, dikelilingi oleh paru
atau pleura viseralis, dan tanpa bukti adanya invasi proksimal ke
bronkus lobaris pada bronkoskopi.
T2 Tumor dengan diameter lebih dari 3 cm, atau tumor dengan
ukuran apapun yang menginvasi pleura viseralis, atau disetai
dengan atelektasis atau pneumonitis obstruktif yang meluas
kedaerah hilus. Pada bronkoskopi tumor yang menyebar ke
proksimal harus terlihat berada didalam bronkus lobaris atau
paling sedikit 2 cm di sebelah distal dari karina. Atelektasis atau
pneumonitis obstruktif yang terjadi harus mengenai kurang dari
satu paru, dan tidak boleh ada efusi pleura.
T3 Tumor dengan ukuran apapun yang menyebar secara langsung
pada struktur yang berdekatan, seperti pleura parietalis atau
dinding toraks, diafragma, atau mediastinum dan isinya, atau
tumor tang mengenai bronkus utama yang dapat diperlihatkan
dengan bronkoskopi dengan ukuran kurang dari 2 cm disebelah
distal karina, atau setiap tumor yang berhubungan dengan
terjadinnya atelektasis atau pneumonitis obstruktif pada seluruh
lapangan paru, atau terdapatnya efusi plura (dengan atau tanpa
ditemukan sel-sel ganas.
Nodus Limfatikus Regional (N)
NO Tidak terdapat metatasis ke nodus limfatikus regional
N1 Terdapat metatasis ke nodus limfatikus peribronkial atau hilus sisi
ipsilateral, atau keduanya. Termasuk penyebaran langsung.
N2 Metatasi ke nodus limfatikus di dalam mediastinum
Metastasis jauh (M)
MO Tidak terdapat metastasis jauh
M1 Terdapat metastasis jauh pada tempat-tempat tertentu, yakni
skalenus, servikalis, atau nodus limfatikus hilus kontralateral, atau
metastasis ke otak, tulang, hati, jaringan lunak, atau paru-paru sisi
kontralateral, dan sebagainya.
Berdasarkan klasifikasi tersebut maka stadium dari kanker paru dapat dibagi atas :
Panitia Gabungan Amerika untuk Penggolongan Kanker dan Laporan Hasil Akhir
Penggolongan Stadium bagi Kanker Paru Amerika
Stadium I
TIS NO MO Karsinoma in situ
T1 NO MO Tumor yang dapat diklasifikasikan kedalam T1
T1 NO/N1 MO Tanpa metatasis atau dengan metastasis ke kelenjar
limfe
Penyebab pasti kanker paru belum diketahui, tapi paparan atau inhalasi
berkepanjangan suatu zat yang bersifat karsinogenik merupakan faktor penyebab utama
di samping adanya faktor lain seperti kekebalan tubuh, genetik, dan lain-lain (Sudoyo
dkk, 2007). Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen atau sub bronkus
menyebabkan sillia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen.
Dengan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan metaplasia,
hiperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh metaplasia,
hiperplasia dan displasia menembus ruang pleura, bisa timbul efusi pleura dan bisa di
ikuti invasi langsung pada kosta dan korpus 14 vertebra. Lesi yang letaknya sentral
berasal dari salah satu cabang bronkus yang besar. Lesi ini menyebabkan obstruksi
dan ulserasi bronkus dengan diikuti supurasi di bagian distal. Gejala-gejala yang
timbul dapat berupa batuk, hemoptisis, dypsnea, demam. Wheezing dapat terdengar
pada auskultasi. Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan
adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke
struktur-struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esophagus, pericardium,
otak, dan tulang rangka (Padila, 2013).
Berikut ini adalah berbagai etiologi yang dapat memicu dan mempercepat pertumbuhan
dari kanker paru :
1) Rokok
Merokok merupakan faktor risiko yang paling penting untuk kanker paru,
terhitung sekitar 80% dari kasus kanker paru pada pria dan 50% pada wanita di
seluruh dunia. Hubungan kausal antara merokok dengan kanker paru telah dibuktikan
dengan studi epidemiologis yang dilakukan pada tahun 1950 dan 1960. Rokok
mengandung banyak karsinogen (lebih dari 60) yang telah terbukti menyebabkan
kanker di laboratorium, antara lain :
1) Polycyclic aromatic hydrocarbons (PAH), seperti benzo [α] pyrene menyebabkan
mutasi pada gen p53. G to T transversion dalam gen p53 adalah tanda molekuler
tumor paru-paru yang disebabkan oleh mutagen tembakau.
2) Senyawa N-nitroso adalah kelompok bahan kimia utama yang ditemukan pada
asap tembakau, beberapa di antaranya merupakan karsinogen yang manjur.
Nikotin menyebabkan kecanduan merokok dan juga merupakan promotor
untuk karsinogenesis.
1) Nikotin mengaktivasi saraf simpatik / parasimpatis dengan mengikat dan
mengaktifkan reseptor kolinergik nikotinik, yang terletak pada neuron
postganglionik simpatis dan parasimpatis. Ligan endogen untuk reseptor ini
adalah asetilkolin (nikotin tidak ditemukan secara alami pada manusia). Oleh
karena itu, merokok merangsang baik simpatik (peningkatan denyut jantung,
tekanan darah) dan sistem parasimpatis (motilitas usus, relaksasi), melepaskan
berbagai macam hormon dan neurotransmiter ke dalam sirkulasi.
2) Ketergantungan : nikotin menyebabkan pelepasan dopamin dari nucleus
accumbens, menengahi penghargaan dan kecanduan
3) Karsinogen : nikotin tidak memulai karsinogenesis, tapi mempromosikan sel yang
dipicu oleh sinyal reseptor kolinergik nikotinik di paru-paru. Nikotin telah
terbukti menghambat apoptosis, sel proliferasi, dan menyebabkan angiogenesis
pada tumor paru.
Rokok cerutu dan tembakau menghasilkan partikel yang relatif besar yang
hanya mencapai saluran udara bagian atas, tidak seperti asap rokok, yang
menghasilkan partikel halus yang mencapai saluran udara distal. Penambahan anti-
iritasi (misalnya mentol) pada rokok memungkinkan inhalasi lebih dalam dan
peningkatan kadar nikotin serum yang lebih cepat dan meningkatkan kecanduan
rokok.
Perokok di segala usia bisa mendapatkan keuntungan dari penghentian
merokok; Namun, risikonya tetap tinggi dibandingkan dengan tidak pernah perokok.
Perokok pasif
2) Lingkungan
Polusi udara Polutan pada udara pada daerah urban telah diteliti sebagai agen
penyebab potensial dalam peningkatan epidemi kanker paru di negara-negara industri.
Produk-produk pembakaran dari bahan bakar mesin, terutama hidrokarbon polisiklik
menjadi perhatian khusus. Seseorang yang terpapar asap tar batubara ketika sedang
bekerja di ruang terbuka terjadi peningkatan risiko kanker paru sekitar 50% setelah 20
tahun terpapar, dan 150% meningkat setelah 40 tahun. Benzopiren telah digunakan
sebagai indeks pengganti paparan udara yang dihasilkan oleh bahan bakar mesin dan
berhubungan dengan tingkat mortalitas kanker paru (Pass et al., 2005). Sejumlah
faktor risiko lingkungan telah yang teridentifikasi, sebagian besar berhubungan
dengan eksposur pekerjaan seperti asbes, tar, jelaga, dan sejumlah logam seperti
arsenik, kromium, dan nikel.
Polusi udara juga dapat meningkatkan risiko kanker paru. Indoor Radon-222,
gas radioaktif yang meresap ke tanah dan terkonsentrasi di dalam bangunan sebagai
faktor risiko kanker paru yang signifikan.
Merokok mempengaruhi sejumlah karsinogen bagi paru-paru karena eksposur
pekerjaan, misalnya asbes sehingga risiko bersifat multiplikatif dan bukan aditif.
3) Genetik
Terdapat bukti bahwa anggota keluarga pasien kanker paru berisiko lebih
besar terkena penyakit ini. Penelitian sitogenik dan genetik molekuler
memperlihatkan bahwa mutasi pada protoonkogen dan gen-gen penekan tumor
memiliki arti penting dalam timbul dan berkembangnya kanker paru. Gen yang
membantu sel-sel tumbuh dan membelah disebut onkogen. Gen yang memperlambat
pembelahan sel atau menyebabkan sel mati pada waktu yang tepat disebut gen
supresor tumor. Kanker dapat disebabkan oleh perubahan DNA yang mengaktifkan
onkogen atau mematikan gen supresor tumor. Beberapa orang mewarisi mutasi DNA
dari orang tua mereka yang sangat meningkatkan risiko mereka untuk menderita
kanker tertentu. Hal ini sangat berperan pada beberapa keluarga dengan riwayat
kanker paru. Studi gen kandidat telah mengidentifikasi beberapa enzim dalam sistem
sitokrom P-450 sebagai faktor risiko kanker paru-paru. Salah satu gen tersebut adalah
CYP1A1 yang mengkategorikan aril hidrokarbon hidroksilase. Beberapa alel
CYP1A1 diperkirakan dapat meningkatkan risiko kanker paru-paru melalui
peningkatan aktivasi metabolik procarcinogen yang berasal dari asap rokok.
4) Penyakit paru
Penyakit paru seperti tuberkulosis dan penyakit paru obstruktif kronik juga
dapat menjadi risiko kanker paru. Seseorang dengan penyakit paru obstruktif
kronik berisiko empat sampai enam kali lebih besar terkena kanker paru.
5) Lesi perkusor
Kanker paru yang merupakan metastase dari organ lain adalah kanker paru
sekunder. Paru-paru menjadi tempat berakhirnya sel kanker yang ganas.
Meskipun stadium penyakitnya masih awal, seolah-olah pasien menderita
penyakit kanker paru stadium akhir. Di bagian organ paru, sel kanker terus
berkembang dan bisa mematikan sel imunologi. Artinya, sel kanker bersifat
imortal dan bisa menghancurkan sel yang sehat supaya tidak berfungsi. Paru- paru
itu adalah end organ bagi sel kanker atau tempat berakhirnya sel kanker, yang
sebelumnya dapat menyebar di area payudara, ovarium, usus, dan lain- lain.
2. Patofisiologi
Dari etiologi yang menyebabkan Ca paru ada 2 jenis yaitu primer dan sekunder.
Primer yaitu berasal dari merokok, asap pabrik, zat karsinogen, dll dan sekunder berasal
dari metastase organ lain, Etiologi primer menyerang percabangan segmen/sub bronkus
menyebabkan cilia hilang. Fungsi dari cilia ini adalah menggerakkan lendir yang akan
menangkap kotoran kecil agar keluar dari paru-paru. Jika silia hilang maka akan terjadi
deskuamasi sehingga timbul pengendapan karsinogen. Dengan adanya pengendapan
karsinogen maka akan menimbulkan ulserasi bronkus dan menyebabkan metaplasia,
hyperplasia dan displasia yang selanjutnya akan menyebabkan Ca Paru (Nurarif &
Kusuma, 2015).
Sinar X, gamma, radiasi Zat karsinogen pada Virus DNA Herediter Bahan iritan fisik
makanan yang diawetkan
dan rokok
Pembentukan ion dalam Menyusup ke kromosom Abrasi sel terus menerus sampai
sel jaringan jaringan rusak
Apoptosis ↙
Kebutuhan nutrisi ↗ Angiogenik Mitosis sel kanker ↗ Sel kanker terlepas dan Ikut pembuluh darah atau limfe
menyebar
ansietas Defisit
pengetahuan Tumor Kanker di organ lain
Inflamasi
Alveoli
Trakea Bronkus Pleura
6. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis Manifestasi klinis Ca Paru sesuai dengan lokasinya menurut Tan 2017.
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada kanker paru ini adalah
boratorium. Pemeriksaan laboratorium ditujukan untuk (Purba & Wibisono,
2015):
b. kerusakan pada paru dapat dinilai dengan pemeriksaan faal paru atau
pemeriksaan analisis gas.
c. menilai seberapa jauh kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker paru pada
organ-organ lainnya.
d. menilai seberapa jauh kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker paru pada
jaringan tubuh baik oleh karena tumor primernya maupun oleh karena metastasis.
a. Radiologi
c. Bronkoskopi
Setiap pasien yang dicurigai menderita tumor bronkus merupakan indikasi untuk
bronkoskopi. Dengan menggunakan bronkoskop fiber optik, perubahan
mikroskopik mukosa bronkus dapat dilihat berupa nodul atau gumpalan daging.
Bronkoskopi akan lebih mudah dilakukan pada tumor yang letaknya di sentral.
Tumor yang letaknya di perifer sulit dicapai oleh ujung bronkoskop. d. Biopsi
Transtorakal Biopsi aspirasi jarum halus transtorakal banyak digunakan untuk
mendiagnosis tumor pada paru terutama yang terletak di perifer. e. Torakoskopi
Torakoskopi adalah cara lain untuk mendapatkan bahan guna pemeriksaan
histopatologik untuk kanker paru. Torakoskopi adalah pemeriksaan dengan alat
torakoskop yang ditusukkan dari kulit dada ke dalam rongga dada untuk melihat
dan mengambil sebagian jaringan
8. Komplikasi
1. Hematorak.
2. Pneumotorak.
3. Endokarditis.
4. Abses paru.
5. Atelektasis.
9. Penatalaksanaan
a. Bedah
Terapi utama untuk sebagian besar KPBSK, terutama stadium I-II dan stadium IIIA yang masih
dapat direseksi setelah kemoterapi neoadjuvan. Jenis pembedahan yang dapat dilakukan adalah
lobektomi, segmentektomi dan reseksi sublobaris. Pasien dengan kardiovaskular atau kapasitas
paru yang lebih rendah, pembedahan segmentektomi dan reseksi sublobaris paru dilakukan.
b. Radioterapi
Radioterapi dalam tatalaksana kanker paru Bukan Sel Kecil (KPKBSK) dapat berperan di semua
stadium KPKBSK sebagai terapi kuratif definitif, kuratif neoajuvan atau ajuvan maupun paliatif.
Radioterapi dapat diberikan pada stadium I yang menolak dilakukan operasi setelah evaluasi
bedah thoraks dan pada stadium lokal lanjut (Stadium II dan III) konkuren dengan kemoterapi.
Pada pasien Stadium IIIA resektabel, kemoterapi pre operasi dan radiasi pasca operasi
merupakan pilihan. Pada pasien Stadium IV, radioterapi diberikan sebagai paliatif atau
pencegahan gejala (nyeri, perdarahan, obstruksi).
c. Kemoterapi
Kemoterapi dapat diberikan sebagai modalitas neoadjuvant pada stadium dini, atau sebagai
adjuvant pasca pembedahan. Terapi adjuvant dapat diberikan pada KPKBSK stadium IIA, IIB
dan IIIA. Pada KPKBSK stadium lanjut, kemoterapi dapat diberikan dengan tujuan pengobatan
jika tampilan umum pasien baik. Kemoterapi adalah sebagai terapi paliatif pada pasien dengan
stadium lanjut. Terapi lini pertama untuk NSCLC dengan mutasi EGFR melibatkan terapi yang
ditargetkan. Reseptor faktor pertumbuhan epidermal (Epidermal growth factor receptor /
EGFR): faktor pertumbuhan epidermal (EGF) merangsang proliferasi sel dengan mengikat
EGFR dan menyebabkan aktivasi tirosin kinase dari efektor. NSCLC sering menyimpan mutasi
EGFR yang membuat reseptor lebih aktif, menandakan efektor hilir untuk meningkatkan
proliferasi sel. Dua kelas obat menargetkan protein penyimpang ini: inhibitor tirosin kinase
EGFR (erlotinib dan gefitinib) dan antibodi monoklonal yang ditargetkan pada EGFR
(cetuximab). Kedua kelas obat biasanya efektif awalnya pada tumor dengan mutasi EGFR,
namun kambuh sering terjadi karena akumulasi mutasi lainnya.
Penatalaksanaan kanker paru karsinoma sel kecil (KPKSK) berbeda dengan KPBSK, pasien
dengan KPKSK, penatalaksanaan dilakukan berdasarkan stadium, antara lain :
a. Stadium terbatas
Pilihan modalitas terapi pada stadium ini adalah kombinasi dari kemoterapi berbasis-platinum
dan terapi radiasi toraks. Kemoterapi dilakukan paling banyak 4-6 siklus, dengan peningkatan
toksisitas yang signifikan jika diberikan lebih dari 6 siklus. Regimen terapi kombinasi yang
memberikan hasil paling baik adalah concurrent therapy, dengan terapi radiasi dimulai dalam 30
hari setelah awal kemoterapi. Regimen kemoterapi yang tersedia untuk stadium ini adalah EP,
sisplatin/karboplatin dengan etoposid (pilihan utama, sisplatin/karboplatin dengan irinotekan.
Reseksi bedah dapat dilakukan dengan kemoterapi adjuvant atau kombinasi kemoterapi dan
radiasi terapi adjuvant pada TNM stadium dini, dengan/tanpa pembesaran kelenjar getah bening.
b. Stadium lanjut
Pilihan utama modalitas terapi stadium ini adalah kemoterapi kombinasi. Regimen kemoterapi
yang dapat digunakan pada stadium ini adalah: sisplatin/karboplatin dengan etoposid (pilihan
utama), atau sisplatin/karboplatin dengan irinotekan. Pilihan lain adalah radiasi paliatif pada lesi
primer dan lesi metastasis.
A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Pasien Kanker Paru
1. Pengkajian
a. Pemeriksaan fisik umum kanker
1) Inspeksi
a) Mengamati kondisi mental pasien, fisik dan status gizinya, untuk menentukan
tingat pengaruh tumor terhadap keseluruhan tubuhnya.
b) Inspeksi lokal harus dimulai dari kepala, muka, pancaindera, leher, dada,
perut, punggung, vertebrata, 4 anggota badan, anus dan organ reproduktif luar
dan lain-lain.
c) Mengamati dari luas ukuran, bentuk dan penampilan abnormaal tumor,
memahami situasi setempat tumor. Jika tepinya terangkat, dasarnya ulkus
bergelombang tak rata, umumnya kanker kulit.
d) Oedema subkutis daerah kepala, muka, leher, dinding toraks, daerah kepala,
muka leher, dinding toraks, pelebaran hebat pembuluh vena leher dan dada
atasm nafas memburu, umumnya disebabkan tumor mediastinum mendesak
vena kava superior dan trakea.
2) Palpasi
Ini adalah metode pemeriksaan penting untuk tumor permukaan tubuh dan
bagian dalam. Setiap tumor di kulit tubuh, jaringan lunak, tulang rangka, kelenjar
limfatik, kelenjar liur, tiroid, mamae, kavum oris, nasofaring, kanalis analis,
rektum, uterus dan salping, vagina dan peritoneum dan lain-lain, semua perlu
dilakukan pemeriksaan palpasi atau bimanual. Palpasi dapat memberi kepastian
awal lokasi timbulnya tumor, kondisi permukaan, bentuk, batas, tingkat aktivitas,
konsistensi, ukuran, ada tidak undulasi, nyeri tekan, denyutan, suhu lokal apakah
naik, kelenjar limfatik lokal dan organ sekitar apakah terkena.
3) Perkusi
Biasanya untuk pemeriksaan organ rongga toraks dan abdomen. Ketika
kanker paru disertai efusi pleura, nada perkusi sisi sakit menjadi redup. Kanker
menginvasi perikard, jantung, timbul efusi perikard, perkusi jantung menemukan
area redup bertambah lebar. Perkusi abdomen pekak mungkin terdapat tumor
padat, tapi bila diatas tumor terbentang usus maka nada perkusi terdengar
timpanik.
4) Auskultasi
Kanker laring merusak pita suara, kanker tiroid atau tumor mediastinum
mendesak searaf rekuren laringeus, timbul suara parau. Kanker paru
menimbulkan atelektasis, waktu asukultasi dapat dijumpai suara nafas melemah
atau lenyap. Kenkar kolon, rektum bila disertai ileus obstruktif, dari dinding
abdomen dapat terdengar bunyi hiperperistalsis usus dan bunyi gas melewati
cairan. Tumor yang kaya osteosarkoma, kanker tiroid, hepatoma, kanker pankreas
dan hemangioma rasemosa, aneurisma dan lain-lain, sering terdengar bunyi
getaran atau bruit yang keras.
2) Kardiovaskuler
a) Anamnesa : Klien mengeluh nyeri dada (tidak biasanya ada pada tahap dini
dan tidak selalu ada pada tahap lanjut) dimana dapat/tidak dipengaruhi oleh
perubahan posisi
b) Auskultasi : Bunyi jantung : gesekan pericardial (menunjukan efusi),
takikardi/disritmia.
c) Inspeksi : Edema wajah/leher, dada punggung (obstruksi vena kava),
konjungtiva pucat, CRT : > 3 menit, JVD (obstruksi vena kava)
d) Perkusi : Pekak.
3) Gastrointestinal
a) Inspeksi : Diare yang hilang timbul (karsinoma sel kecil), penurunan berat
badan
b) Anamnesa : Klien mengeluh nyeri abdomen (hilang timbul), tidak nafsu
makan kesulitan menelan.
c) Auskultasi : bising usus lebih dari 8x/menit
d) Perkusi : hipertymphani.
e) Palpasi : nyeri tekan pada kuadran kanan atas.
4) Perkemihan
a) Anamnesa : Klien mengeluh sering kencing.
b) Inspeksi : Peningkatan frekuensi/jumlah urine (ketidakseimbangan hormonal,
tumor epidermoid)
5) Endokrin
Inspeksi : Wajah periorbital (ketidakesimbangan hormonal, karsinoma sel kecil).
6) Pernafasan
a) Anamnesa : Klien mengeluh batuk ringan atau perubahan pada batuk dari
biasanya dan atau produksi sputum
b) Inspeksi : Nafas pendek, serak, paralysis pita suara, dispnea, meningkat
dengan kerja, sputum disertai darah, cupping hidung, penggunaan otot
pernapasan tambahan, bentuk dada : barrel chest.
c) Palpasi : Peningkatan fremitus taktil (menunjukan konsolidasi)
d) Auskultasi : Krekels/wengi pada inspirasi atau ekspirasi (gangguan aliran
darah), krekels/mengi menetap; pertimbangan trakea (area yang mengalami
lesi)
e) Perkusi : Pekak pada daerah tumor di lapang paru.
7) Integumen
Inspeksi : kemerahan, kulit pucat (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel
kecil).
8) Reproduksi
a) Anamnesa : klien amenore/impotent (ketidakseimbangan hormonal,
karsinoma sel kecil).
b) Inspeksi : Ginekomastia (perubahan hormon neoplastik, karsinoma sel besar)
2. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
a. Preoperasi
1) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi-perfusi, perubahan membran
alveolus- kapiler (D.0003)
Kelebihan Tanda dan gejala mayor: Pertukaran gas Pemantauan respirasi (I.01014):
atau DS: dispnea meningkat (L.01003) 1) monitor frekuensi ,irama, - Dispnea merupakan mekanisme
kekurangan DO: Definisi: kedalaman dan upaya nafas, kompensasi adanya tahanan jalan
oksigenasi 1) PCO2 meningkat/ Oksigenasi dan atau monitor pola nafas (seperti nafas.
dan/ atau menurun eliminasi bradipnea, takipnea, Bunyi nafas dapat menurun, tidak
eliminasi 2) PO2 menurun karbondioksida pada hiperventilasi, kussmaul, sama atau tak ada pada area yang
karbondioksi 1) Takikardi membran alveolus- Cheyne-Stokes, Biot) sakit. Krekels adalah bukti
da pada 2) pH arteri meningkat/ kapiler dalam batas peningkatan cairan dalam area
membran menurun normal jaringan sebagai akibat
alveolus- 3) Bunyi napas peningkatan permeabilitas
kapiler tambahan membrane alveolar-kapiler.
Tanda gejala minor: Mengi adalah bukti adanya
DS: pusing, penglihatan tahanan atau penyempitan jalan
kabur nafas sehubungan dengan mukus
DO: atau edema serta tumor.
1) sianosis 2) monitor adanya sputum dan - Melihat adanya
2) diaforesis sumbatan jalan napas tahanan/sumbatan di jalan napas
3) gelisah 3) monitor kemampuan batuk - melihat kemampuan pasien
4) nafas cuping hidung efektif mengeluarkan dahak
5) pola nafas abnormal 4) palpasi kesimetrisan - membandingkan pengembangan
(cepat/lambat, ekspansi paru paru kanan dengan kiri
reguler/ireguler, 5) auskultasi bunyi napas
dalam/dangkal) 6) monitor saturasi oksigen - melihat kecukupan oksigen di
6) warna kulit abnormal perifer
misal pucat/ kebiruan 7) monitor nilai AGD (ph: -
kesadaran menurun 7,35-7,45, PaO2: 70- - sebagai dasar untuk menunjukan
100mmhg, PCO2; 35- ventilasi dan oksigenasi
45mmhg, HCO3: 22-26
meg/I)
8) atur interval pemantauan
respirasi sesuai kondisi
9) jelaskan tujuan dan - memberi penjelasan dapat
prosedur pemantauan, mengurangi kecemasan dan
informasikan hasil memberi dan menciptakan trust
pemantauan jika perlu
2) Bersihkan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan hyperplasia dinding jalan nafas; hipersekresi jalan napas;
sekresi yang tertahan (D.0001)
8) Lakukan hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal -Oksigen adekuat
9) Berikan oksigen jika perlu -mempermudah pengeluaran
10) Ajarkan teknik batuk efektif sekret
-obat diberikan untuk
11) Kolaborasi pemberian menghilangkan spasme bronkus,
bronkodilator, ekspektoran, menurunkan viskositas sekret,
mukolitik jika perlu memperbaiki ventilasi, dan
memudahkan pembuangan sekret.
Memerlukan perubahan dosis
atau pilihan obat.
3) Ansietas berhubugan dengan krisis situasional; ancaman terhadap kematian, ancaman terhadap konsep diri, kurang
terpapar informasi (D.0080)
4) Defisit pengetahuan mengenai kondisi, tindakan, prognosis berhubungan dengan kurang terpapar informasi;
kekeliruan mengikuti anjuran; kurang mampu mengingat, keterbatasan kognitif , gangguan fungsi kognitif (D.0111)
1) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi-perfusi, perubahan membran alveolus-
kapiler akibat pengangkatan jaringan paru (D.0003)
2) Bersihkan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan hyperplasia dinding jalan nafas; hipersekresi jalan napas; sekresi
yang tertahan, adanya jalan napas buatan (D.0001)
4) Ansietas berhubugan dengan krisis situasional; ancaman terhadap kematian, ancaman terhadap konsep diri, kurang
terpapar informasi (D.0080)
Kanker paru atau disebut juga karsinoma bronkogenik merupakan tumor ganas primer
sistem pernapasan bagian bawah yang bersifat epitelial dan berasal dari mukosa percabangan
bronkus. Kanker paru diklasifikasikan menjadi 2 Menurut Sudoyo (2009) yaitu Small Cell Lung
Cancer (SCLC) dan Non Small Cell Lung Carsinoma (NSCLC). Etiologi dari kanker paru
adalah sebagai berikut menurut Tabrani, 2013 yaitu rokok, polusi udara, jenis pekerjaan
(asbestosis), faktor paru (fibrosa, bebagai faktor benda asing, granuloma, tuberkulosis).
Manifestasi klinis terberat sebelum kematian adalah penyebaran yang ke area organ tubuh lain
seperti ke kelenjar mediastinum, metastasis ke cerebral yang dapat menimbulkan kejang,
metastasis ke medula spinal dapat menimbulkan parese (kelumpuhan) dan “back pain” (nyeri
punggung). Untuk dapat menegakkan diagnosa kanker paru ada beberapa hal yang bisa
dilakukan yaitu dengan pemeriksaan radiologi thorax foto, pemeriksaan cytologi, biopsi,
angiografi dan ct scan thorax. Sedangkan penatalaksanaan medik pada penderita kanker dapat
dilakukan dengan operasi, khemotherapi atau radiotherapi.
DAFTAR PUSTAKA
Kresno, S.B. 2012. Ilmu Dasar Onkologi Ed. 3. Jakarta : Badan Penerbit FKUI.
Price dan Wilson. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed 6. Jakarta: EGC
Sudoyo, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Ed V. Jakarta: Interna Publishing.
Tao dan Kendall. 2014. Sinopsis Organ System Pulmonologi. Tangerang: Karisma.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia edisi 1 Cetakan
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia edisi 1 Cetakan II.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia edisi 1 Cetakan II.
www.ciptacendekia.com
www.depkes.go.id>infodatin-kanker
www.erepo.unud.ac.id
www.informazone.com
www.klikparu.com
www.linianisfatus.wordpress.com
www.pathophys.org/lung-cancer/McMasterPathophysiolgyReview
www.slideplayer.info
www.softilmu.com