Tumor adalah hasil perkembangbiakan suatu sel tubuh yang tidak terkontrol,
yang mana dalam keadaan normal perkembangbiakan sel hanya akan terjadi apabila
dibutuhkan tubuh. Ada dua macam tumor yakni jinak dan ganas. Tumor ganas atau
disebut juga kanker adalah sel tumor yang berkembangbiak secara tidak terkontrol dan
menginvasi jaringan sekitar serta dapat menyebar ke bagian tubuh lain. Kanker paru
adalah tumor ganas yang berasal dari epitel bronkus atau karsinoma bronkus
(bronchogenic carcinoma)
bronkus. Pada tempat pertumbuhan tumor tampak berupa nodul kecil kemudian tumbuh
menjadi gumpalan dan meluas ke arah sentral atau sentripetal dan ke arah pleura. Paru
merupakan tempat paling umum untuk metastatis kanker dari berbagai tempat.
linier pada paru, biasanya disertai pembesaran kelenjar getah bening hilus.
berkepanjangan suatu zat yang bersifat karsinogenik (asbestosis, radiasi ion uranium,
radon, arsen, kromium, nikel, vinil klorida, polisiklik hidrokarbon) merupakan faktor
penyebab utama disamping adanya faktor lain seperti merokok, genetik, kekebalan
Pada stadium dini, kanker paru umumnya tidak menimbulkan keluhan. Ia baru
memberikan keluhan apabila telah ada pendesakan atau ada invasi pada struktur
sekitarnya (bronkus). Oleh karena itu, penemuan penderita kanker paru pada stadium
dini sampai saat ini masih merupakan suatu masalah. Penderita datang ke dokter apabila
sudah ada gejala, ini berarti penyakitnya sudah dalam stadium lanjut sehingga
Merokok adalah penyebab nomor satu kanker paru. Hubungan antara kanker
paru dan merokok telah banyak dilaporkan sebelumnya oleh para ilmuwan sejak 1960-
an. Hampir 90 persen orang dengan kanker paru berkembang karena merokok. Jika
seseorang merokok maka ia akan beresiko lebih tinggi untuk terjadinya kanker paru
dibandingkan orang yang tidak merokok. Resiko kematian akibat kanker paru 23 kali
lebih tinggi untuk pria yang merokok dan 13 kali lebih tinggi bagi perempuan yang
penyebab utama kanker paru. Lebih dari 87% penderita kanker paru adalah perokok
namun hanya sekitar 20% dari perokok yang berkembang menjadi kanker paru. Asap
rokok yang dihirup secara langsung maupun tidak langsung (perokok pasif)
mengandung sekitar 4000 zat kimia dan lebih dari 60 zat karsinogen, yang dapat
normal dan sel-sel bronkial. Derajat berat merokok dapat ditentukan berdasarkan
Indeks Brinkman (IB) yaitu perkiraan jumlah rata-rata batang rokok yang dihisap
seharinya, dikalikan dengan lamanya merokok dalam tahun. Ringan antara 0-200,
sedang 200-600 dan berat lebih dari 600. Terdapat literatur yang menyatakan bahwa
indeks brinkmann lebih besar dari 400 merupakan kelompok resiko tinggi menderita
kanker paru.
bagian yaitu.
1. Kanker Paru Karsinoma Sel Kecil (KPKSK) atau Small Cell Lung Cancer (SCLC)
Kanker paru karsinoma sel kecil merupakan kanker paru yang cepat
berkembang. Secara klinis, dibagi dalam dua stadium. Limited stage yang mana
tumor hanya terdapat pada satu paru saja dan extensive stage dengan metastasis pada
paru kontralateral atau metastasis ke organ lain. Hampir 20 sampai 25% pasien
termasuk pada limited disease dan diberikan terapi kuratif. Namun angka tahan
hidup 5 tahun masih sangat rendah (sekitar 15-25% dan < 5% pada extensive
disease) pada pasien ini, multimodal terapi yang direkomendasikan adalah kemo
dan radioterapi yang diikuti dengan irradiasi prfilaksis dari kranial untuk mencegah
metastasis ke otak. Waktu yang optima, dosis dan fraksi dari pengobatan radioterapi
belum dapat dijelaskan. Untuk kanker paru karsinoma sel kecil stadium extensive,
Merupakan tumor paru yang paling ganas di antara semua jenis kanker paru. la
juga disebut Oat cell carcinoma. Jenis tumor ini memberikan gejala-gejala klinik
yang hampir sama dengan jenis tumor lainnya. Tumor ini mempunyai hubungan erat
dengan intensitas beratnya seorang perokok, cepat bermetastasis jauh, dan biasanya
ditegakkan, biasanya penderita hidup paling lama 7 minggu. Jenis tumor ini lebih
percabangan utama bronkus. Kanker paru karsinoma sel kecil memiliki waktu
pembelahan yang tercepat dan prognosis yang terburuk dibandingkan dengan semua
penyakit yang ekstensif (metastatis ke distal) pada saat diagnosis, dan angka
Gambaran histologis kanker paru karsinoma sel kecil yang khas adalah
dominasi sel-sel kecil yang hampir semuanya diisi oleh mucus dengan sebaran
kromatin dan sedikit sekali/tanpa nucleoli. Bentuk sel bervariasi ada fusiform,
2. Kanker Paru Karsinoma Bukan Sel Kecil (KPKBSK) atau Non Small Cell Lung
Cancer (NSCLC)
yaitu antara 30 - 60% dari seluruh tumor paru. Tumor ,ini berasal dari epitel
bronkus. Janis tumor ini sangat erat hubungannya dengan kebiasaan merokok.
Frekuensi pada laki-laki lebih sering daripada wanita. Pada tahun-tahun terakhir
ini di mana makin banyak wanita perokok berat, frekuensi squamous cell
carsinoma pada wanita makin meningkat. Lokasi biasanya di sentral dekat hilus.
gejala yang timbul biasanya batukbatuk, batuk darah, sesak nafas, atelektasis.
Kira-kira 13% dari squamous cell carsinoma pada foto toraks menunjukkan
lokasinya di apeks disebut Pancoast tumor. Biasanya jenis tumor ini lambat
years survival rate 50%. Akan tetapi apabila sudah in operable, five years
survival rate turun menjadi 0,5%. Jenis tumor ini lebih resisten terhadap radio
hilus, dan menonjol ke dalam bronki besar. Diameter tumor jarang melampaui
bening hilus, dinding dada dan mediastinum. Karsinoma sel skuamosa seringkali
disertai batuk dan hemoptisis akibat iritasi atau ulserasi, pneumonia, dan
b. Adenokarsinoma
sering ditemukan pada laki-laki daripada wanita. 50% dari wanita yang
secara kebetulan waktu diadakan check up. Bila tumor sudah cukup besar
barulah memberi gejala-gejala batuk, batuk darah, sesak napas, dada sakit dan
berat badan berkurang. Secara radiologik, biasanya nampak nodul yang soliter
kadang terdapat di daerah sentral dan akan memberi gejala-gejala seperti kanker
pada paru. Oleh karena itu, apabila ada, jaringan sikatriks pada paru yang tenang
dengan baik, oleh karena bentuk soliter dan letaknya di perifer. Tetapi walaupun
termasuk jenis tumor yang cepat bermetastasis, walaupun tidak secepat oat cell
carsinoma. Terapi radiasi dan kemoterapi tak dapat menaikkan persentase five
bronkus dan dapat mengandung mucus. Kebanyakan dari jenis tumor ini timbul
jaringan parut lokal pada paru dan fibrosis interstisial kronik. Lesi sering kali
meluas ke pembuluh darah dan limfe pada stadium dini, dan sering bermetastatis
paru. Karsinoma sel alveolar berasal dari alveoli di dalam paru-paru. Kanker ini
apabila selnya lebih besar dai lekosit. Maka disebut large cell anaplastic
sampai 4% dari seluruh tumor paru primer. Kira-kira 40% dari jenis tumor ini
terdapat di sentral. Kalau terdapat di perifer, biasanya lesi yang nampak lebih
besar dari lesi yang ditimbulkan oleh adenokarsinoma. Biasanya tumor yang
dibandingkan dengan tumor yang letaknya di sentral. Tumor ini termasuk tumor
dengan reseksi hasilnya lebih jelek bila dibandingkan dengan squamous cell
carsinoma, tetapi lebih baik bila dibandingkan dengan small cell carsinoma, dan
Karsinoma sel besar adalah sel-sel ganas yang besar dan berdiferensiasi
sangat buruk dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam-macam.
Sel-sel ini cenderung timbul pada jaringan paru perifer, tumbuh cepat dengan
penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat-tempat yang jauh.
Beberapa gejala klinik ada hubungannya dengan jenis histologi kanker paru.
Karsinoma epidermoid sering tumbuh sentral, memberikan gejala klinik yang sesuai
dan large cell carcinoma, yang sering terletak pada bagian perifer memberikan gejala
yang berhubungan dengan pertumbuhan tumor di perifer seperti nyeri pleuritis, effuse
Gejala klinik kanker paru beraneka ragam, secara garis besar dapat dibagi.
1. Gejala Intrapulmonal
melalui gangguan pada pergerakan silia serta ulserasi bronkus yang memudahkan
terjadinya radang berulang, disamping dapat mengakibatkan obstuksi saluran napas atau
atelektasis.
Gejala dapat berupa batuk lama atau berulang lebih dari 2 minggu yang terjadi
pada 70-90% kasus. Batuk darah yang terjadi sebagai akibat ulserasi terjadi pada 6-51%
kasus. Nyeri dada terjadi pada 42-67% kasus, sesak nafas yang disebabkan oleh tumor
atau obstruksi yang ditimbulkan tumor ataupun karena atelektasis. Keluhan sesak napas
ditemukan pada 4-15% kasus, manifestasi endokrin metabolik terjadi pada 5-12.1%
kasus, manifestasi jaringan ikat dan tulang sering terdapat pada jenis karsinoma
epidermoid, manifestasi vaskuler dan hematologik jarang ditemukan dan bila ditemukan
Penyebaran kanker paru ekstratorakal dapat terjadi pada beberapa tempat baik
secara hematogen maupun limfogen. Lebih dari 50% penderita kanker paru mengalami
metastasis ekstra torakal, sering pada tempat yang berbeda dan sering ditemui kelainan
neurologis fokal, nyeri tulang dan nyeri perut akibat metastasis pada hati atau metastasis
A. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik bukan saja menentukan lokasi tumor, tetapi juga menentukan
kegawatan. Tanda-tanda vital lainnya adalah edema pada wajah dan lengan
kanan disertai peningkatan tekanan vena jugularis dan tampak venektasi di dada.
B. Pemeriksaan Laboratorium
C. Pemeriksaan Radiologi
mutlak dibutuhkan untuk menentukan lokasi tumor primer dan metastasis, serta
paru yaitu Foto toraks PA/lateral, bila mungkin CT-scan toraks, bone scan, Bone
Pasien dengan kanker paru lebih sering tidak memiliki simptom yang spesifik,
terutama pada pasien-pasien kanker paru stadium awal. Sesak napas, batuk dan nyeri
dada merupakan gejala awal, batuk darah sering mengindikasikan penyakit yang sudah
lanjut. Pasien dengan infeksi berulang pada sistem pernapasannya dan memiliki riwayat
merokok dapat dicurigai sebagai pasien kanker paru, sehingga dibutuhkan pemeriksaan
yang lebih jauh untuk menegakkan diagnosis. Riwayat kesehatan, pemeriksaan fisk, tes
laboratorium, foto toraks, CT Toraks atau MRI (Magnetic Resonance Imaging),
paru. Untuk melakukan staging kanker paru, pemeriksaan tambahan seperti CT ataupun
MRI dari abdomen dan kepala, bone scan dan PET (Positron emission tomography)
diperlukan. Pemeriksaan penanda tumor juga mempunyai peran penting pada diagnosis
International Union Againts Cancer (IUAC) The American Joint on Cancer Comitee
Tabel 1. Sistim TMN versi 6 (2002) dengan versi 7 (2009) dalam penderajatan
KPKBSK.
Versi 6 Versi 7
TX Tumor primer sulit dinilai, atau Tx Tumor primer sulit dinilai, terdapat
terdapat sel ganas pada sputum sel ganas pada sputum atau cairan
atau cairan bronchial lavage, bronchial lavage, tapi tidak
tetapi tidak tampak secara tampak secara radiologis dan
radiologis atau bronkoskopik bronkoskopik
T0 Tidak ada bukti adanya tumor T0 Tidak ada bukti adanya tumor
primer primer
T3 Tumor dengan berbagai ukuran T3 Diameter tumor > 7cm atau tumor
dengan invasi secara langsung berbagai ukuran dengan invasi
pada salah satu struktur berikut secara langsung pada salah satu
ini: struktur berikut ini:
- mediastinum - mediastinum
- jantung - jantung
- pembuluh darah besar - pembuluh darah besar
- trakea - trakea
- nervus laryngeal - nervus laryngeal reccurent
reccurent - esofagus
- esofagus - vertebra
- vertebra - karina
- karina atau penyebaran tumor nodul
atau penyebaran nodul tumor satelit pada lobus berbeda
pada lobus yang sama atau tumor ipsilateral.
dengan efusi pleura ganas atau
efusi perikardial
N Kelenjar getah bening regional NX Kelenjar getah bening regional
X belum dapat di evaluasi belum dapat di evaluasi
N0 Tidak ada metastasis kelenjar N0 Tidak ada metastasis kelenjar
getah bening regional getah bening regional
N1 Metastasis pada kelenjar getah N1 Metastasis pada kelenjar getah
bening peribronkial dan/atau bening peribronkial dan/atau hilus
hilus ipsilateral, termasuk ipsilateral, termasuk perluasan
perluasan tumor secara langsung. tumor secara langsung.
N2 Metastasis pada kelenjar getah N2 Metastasis pada kelenjar getah
bening mediastinum ipsilateral bening mediastinum ipsilateral
dengan atau tanpa metastasis dangan atau tanpa metastasis pada
pada kelenjar getah bening kelenjar getah bening subkarina.
subkarina.
N3 Metastasis pada kelenjar getah N3 Metastasis pada kelenjar getah
bening hilus dan mediastinum bening hilus dan mediastinum
kontralateral, atau KGB kontralateral, atau KGB skalenus /
skalenus / supraklavikula supraklavikula ipsilateral atau
ipsilateral atau kontralateral. kontralateral.
yang tidak lazim untuk jenis dan stadium diffrensiasi sel bersangkutan. Mungkin pula
dan lain-lain.
sebagai petanda tumor atau petanda ganas untuk menunjang diagnosis atau konfirmasi
disekresikan ke dalam cairan tubuh sehingga kadarnya dapat diukur. Pada umumnya
kadar substansi itu sesuai dengan progresifitas tumor. Sebagian lagi dapat dideteksi di
dalam sel atau permukaan sel dan dapat diidentifikasi baik kualitatif maupun kuantitatif
dengan berbagai cara. Sebagian dari perubahan gen dapat diidentifikasi baik struktur
maupun sifatnya sehingga adanya perubahan gen ini dapat digunakan sebagai petanda
ganas molekuler, untuk deteksi dini, menentukan sisa sel kanker atau sebagai faktor
prediksi terjadinya kanker. Pada umumnya petanda molekuler atau petanda genetik ini
lebih mampu menggambarkan sifat biologis tumor, sehingga dapat digunakan untuk
penyakit, tampilan umum dan keuangan. Modalitas terapi lokal adalah dengan
dan target terapi. Dapat diberikan radiokemoterapi, dimana radioterapi dan kemoterapi
pembedahan (terapi ajuvan). Jika histologi tumor gabungan diantara KPKBSK dan
1. Penderita kanker paru jenis karsinoma sel kecil (KPKSK) tanpa atau dengan
gejala.
2. Penderita kanker paru jenis karsinoma bukan sel kecil (KPKBSK) yang tidak
dapat dilakukan pembedahan (stadium IIIB dan IV), jika memenuhi syarat dapat
kemoradioterapi.
karsinoma bukan sel kecil (KPKBSK) stadium I,II dan III yang telah dibedah.
4. Kemoterapi neoadjuvan yakni kemoterapi pada penderita kanker paru stadium
IIIA dan beberapa kasus kanker paru stadium IIIB yang akan menjalani
Pemilihan obat yang digunakan tergantung pada jenis histologis. Oleh karena itu
Apabila ahli patologi sulit menentukan jenis yang pasti, maka bagi kepentingan
kemoterapi minimal harus dibedakan antara kanker paru jenis karsinoma sel kecil,
jenis karsinoma bukan sel kecil, yaitu karsinoma sel skuamosa, adenokarsinoma dan
WHO 2
Hemoglobin > 10 g%. Bila perlu, transfusi darah diberikan sebelum pemberian
obat.
Sedangkan untuk pemberian siklus berikutnya, jika nilai-nilai di atas itu lebih
rendah maka beberapa jenis obat masih dapat diberikan dengan penyesuaian dosis.
4. Sebaiknya faal hati dalam batas normal
5. Faal ginjal dalam batas normal, terutama bila akan digunakan obat yang nefrotoksik.
lebih besar daripada 70 ml/menit. Apabila nilai ini lebih kecil, sedangkan kreatinin
Dalam pemilihan obat kemoterapi ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan
yakni mengetahui efikasi dan toksisiti obat yang akan digunakan. Masing-masing obat
mempunyai keunggulan yang berbeda. Faktor-faktor untuk menilai efikasi obat antara
lain:
Selain tergantung jenis histologis sel kanker, obat yang dipilih sebaiknya obat yang
mempunyai efek samping paling rendah. Pengobatan dengan dosis suboptimal tidak
memberikan hasil yang memuaskan sedangkan dosis yang berlebihan memberi efek
toksik yang lebih berat. Karena itu harus ditentukan dosis optimal. Pada umumnya dosis
obat ditentukan berdasarkan luas permukaan badan, yang dapat diperhitungkan dari
tinggi dan berat badan penderita. Bila digunakan obat karboplatin, dosis perlu
disesuaikan dengan kadar kreatinin atau kreatinin klirens, untuk menentukan area under
Hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah penggunaan lebih dari 1 jenis obat
dalam paduan obat dengan mekanisme kerja yang berbeda. Penggunaan obat baru (new
agent atau second line drugs) dalam satu paduan obat memberikan efikasi yang lebih
baik, dan bahkan beberapa obat itu mulai diuji coba untuk menjadi first line drugs.
ditentukan lebih lanjut berapa lama keseluruhan pengobatan akan berlangsung. Evaluasi
berturut-turut selama 4 6 siklus dengan masa tenggang antara satu siklus ke siklus
kemoterapi dapat atau tidak dapat diteruskan. Jika dapat diteruskan apakah paduan obat
yang digunakan sama atau perlu diganti dengan paduan obat yang lain.
2. Evaluasi toksisiti
Ukuran tumor
Ukuran tumor perlu dinilai pada foto toraks dan diambil garis tengah yang terbesar.
Complete response (CR atau respons komplet), tumor menghilang sama sekali,
minggu.
Partial response (PR atau respons sebagian), pengurangan ukuran tumor sebesar
50% atau lebih, ditentukan melalui dua observasi dengan jarak waktu sekurang-
tumor kurang dari 50% atau penambahan ukuran tumor kurang dari 25%.
Progressive disease (PD atau perburukan), penambahan ukuran tumor lebih dari
1. Keluhan/gejala
tetapi nilai tersebut harus kembali ke nilai sebelum pemberian obat. Bila tampilan
berkurang sampai skala Karnofsky 50 atau skala WHO, maka pemberian obat yang
3. Berat Badan
berbeda sesuai dengan farmakokinetik dan farmakodinamik obat itu. Semua obat
sitostatik mempunyai pengaruh depresi pada sumsum tulang Beberapa obat mempunyai
efek samping yang berhubungan dengan dosis. Adriamisin mempunyai efek samping
karboplatin mempunyai efek toksik pada ginjal dan saraf. Paklitaksel dan dosetaksel
mempunyai efek samping hipersensitiviti serta gangguan susunan saraf pusat. Alopesia
amat sering ditemukan. Gejala gastrointestinal berupa mual dan muntah disertai rasa
Pada pasien kanker paru karsinoma bukan sel kecil, terutama pada stadium awal
radioterapi atau kemoterapi adjuvant setelah dilakukan reseksi dari tumor hanya
memiliki sedikit manfaat. Namun, dari data yang diperoleh ada peningkatan dari
survival rate pada pasien-pasien kanker paru yang diberi kemoterapi adjuvant. Five year
survival rates tergantung dari stadium tumor, five year survival dilaporkan pada pasien
kanker paru stadium I sebanyak 60-70%, 40-50% kanker paru stadium II dan 15-30%
pada kanker paru stadium IIIA. Sekarang ini beberapa pasien kanker paru karsinoma
bukan sel kecil yang tidak dapat dilakukan pembedahan, stadium lanjut (IIIB dan IV)
diberikan terapi pengobatan. Median survival untuk pasien kanker paru stadium Ivyang
stabil adalah 8 sampai 10 tahun. Walaupun respon dari radioterapi dan kemoterapi
rendah, beberapa studi telah menunjukkan adanya peningkatan angka tahan hidup,
perjalanan penyakit yang tidak progressif dan kualitas dari hidup penderita kanker
paru.
Angka tahan hidup (ATH ) menunjukkan persentase penderita yang masih hidup
pada waktu tertentu setelah pengobatan. Biasanya dihitung angka tahan hidup 1 tahun, 2
tahun dan 5 tahun. Masa tengah tahan hidup (MTTH) ialah waktu, ketika separuh
jumlah penderita masih hidup setelah pengobatan. Kedua parameter ini dapat dilihat
dengan membuat kurva ketahanan hidup penderita yang diobati. Apabila secara periodik
digambarkan jumlah penderita yang hidup setelah pengobatan, maka akan didapatkan
kurva yang menggambarkan perjalanan penyakit penderita setelah kurun waktu tertentu
sampai seluruh atau sebagian besar penderita meninggal. Kurva atau grafik yang curam
menunjukkan hasil pengobatan yang kurang baik. Sedangkan hasil pengobatan yang
baik tergambar dari grafik yang bentuknya landai atau tidak terlalu curam. Pada grafik
yang lebih landai, masa tengah tahan hidup biasanya lebih panjang dan angka ketahanan
hidup dapat diikuti sampai masa yang lebih lama, masanya 1, 2 atau 5 tahun.
PETANDA TUMOR
Setiap jenis sel memiliki tanda molekul yang unik, ini dikenal sebagai petanda
tumor, yang mana menggambarkan karakteristik seperti tingkat atau jumlah maupun
aktifitas dari gen (kemampuan gen atau protein untuk menjalankan fungsi mereka),
memprediksi respon terhadap terapi. Lebih dari 11 juta orang didiagnosis dengan
kanker setiap tahun. Diperkirakan akan ada 16 juta kasus baru setiap tahun oleh 2020.
dan ekspresi beberapa gen yang memberikan manfaat kelangsungan hidup dan potensi
Sel-sel kanker menampilkan spektrum yang luas dari perubahan genetik yang
mencakup penyusunan ulang gen, mutasi titik, dan amplifikasi gen, menyebabkan
gangguan pada jalur molekuler yang mengatur pertumbuhan sel, kelangsungan hidup,
dan metastasis. Saat perubahan tersebut terwujud dalam mayoritas pasien dengan jenis
tumor tertentu, ini dapat digunakan sebagai petanda tumor untuk deteksi dan target
terapi yang sedang berkembang, selain memprediksi respon terhadap berbagai terapi
yang diberikan.
Petanda tumor adalah zat yang biasanya peptida, disekresikan oleh sel-sel tumor.
Zat-zat tersebut biasanya tidak ada dalam serum (atau dijumpai dalam konsentrasi yang
sangat rendah), karena mereka tidak disekresikan (atau disekresikan dalam jumlah yang
kanker.
Pemeriksaan petanda tumor yang paling sederhana adalah pemeriksaan atau pengukuran
konsentrasi serum marker. Petanda tumor dapat digunakan dengan tujuan untuk alat skrining
populasi yang sehat dan populasi dengan resiko tinggi, dapat menentukan diagnosis kanker
ataupun jenis kanker yang spesifik, dapat juga menentukan prognosis pasien dan evaluasi
terapi.
Dalam memonitor efek kemoterapi dengan penanda tumor, penurunan yang substansial
sering dikorelasikan dengan respon pada terapi yang mana peningkatan maupun
penurunan dari kadar penanda tumor tersebut dihubungkan dengan progressifitas dari
penyakit sendiri maupun kombinasi untuk mendiagnosis dini kanker paru pada populasi yang
asimtomatik atau pada kelompok risiko tinggi (perokok). Petanda tumor berperan untuk
mendiagnosis banding dan menentukan jenis histologi terutama tumor paru yang tidak
diketahui asalnya.
pengobatan dan deteksi kekambuhan kanker paru. Peningkatan petanda tumor akibat terjadi
kerusakan jaringan normal dan tumor tetapi beberapa waktu kemudian terjadi penurunan
imunofenotipik sel T terdiri dari limfosit T helper, disebut juga clusters of differentiation 4
(CD4) karena mempunyai molekul CD4+ pada permukaannya, jumlahnya 65% dari limfosit
T darah tepi. Sebagian kecil (35%) lainnya berupa limfosit T supresor atau sitotoksik,
mempunyai molekul CD8+ pada permukaannya dan sering juga disebut CD8
Sel T helper (CD4) berproliferasi dan berdiferensiasi menjadi sel T helper 1 (Th1)
dan sel T helper 2 (Th2). Sel Th1 membuat dan membebaskan sitokin tipe 1 meliputi IL-2,
IL-12, IFN- dan tumor nekrosis faktor alfa (TNF-). Sel Th2 membuat dan membebaskan
sitokin tipe 2 antara lain IL-4, IL-5, IL-6, IL-9, dan IL-10. Sitokin tipe 2 menghambat
proliferasi sel Th1, sebaliknya sitokin tipe 1 menghambat produksi dan pembebasan sitokin
tipe 2. Interaksi antara pejamu dan kuman dalam setiap lesi merupakan kelainan yang berdiri
Makrofag teraktivasi dapat membunuh atau menghambat kuman yang ditelannya. Sel
sitotoksik dapat secara langsung maupun tidak langsung membunuh makrofag tidak
teraktivasi yang berisi kuman TB yang sedang membelah secara aktif dalam sitoplasmanya.
Di alveolus makrofag merupakan komponen sel fagosit yang paling aktif memfagosit
karena sel ini mempunyai sejumlah lisozim didalam sitoplasma. Lisozim ini mengandung
enzim hidrolase maupun peroksidase yang merupakan enzim perusak. Selain itu makrofag
Bahan-bahan tersebut antara lain adalah oksigen reaktif dan nitrogen oksida. Kedua gas
ini akan menghambat pertumbuhan dan membunuh kuman. Makrofag juga menghasilkan IL-
12 yang merupakan umpan balik positif dan makin memperkuat jalur tersebut. Meskipun IL-4
dan IL-10 bisa menghambat fungsi makrofag dan sel NK namun IFN- yang banyak terdapat
dalam paru pasien TB mampu menekan fungsi sel Th2 Sistem imun seluler berperan utama
Definisi Imunisasi
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif
terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak terpapar dengan penyakit tidak akan menderita
penyakit tersebut karena sistem memori (daya ingat), ketika vaksin masuk kedalam
tubuh maka akan dibentuk antibodi untuk melawan vaksin tersebut dan sistem memori
kesakitan) dan mortalitas (angka kematian) penyakit infeksi pada bayi dan anak.
Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten. Imunisasi terhadap
suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja,
Imunisasi merupakan salah satu program pemerintah yang bertujuan untuk menurunkan
angka kesakitan dan kematian dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi seperti
Imunisasi dapat dilakukan pada anak-anak maupun orang dewasa. Pada anak- anak
karena sistem imun yang belum sempurna, sedangkan pada usia 60 tahun terjadi penuaan
sistem imun nonspesifik seperti perubahan fungsi sel sistem imun, dengan demikian usia
lanjut lebih rentan terhadap infeksi penyakit auto imun dan keganasan.
Imunisasi adalah suatu proses pemberian imunisasi dasar : BCG, Campak, Polio,
DPT/HB, DT, TT yang diberikan kepada balita Untuk meningkatkan kekebalan tubuhnya
terhadap penyakit Sehingga jika terpajan pada penyakit tersebut maka ia tidak akan
menjadi sakit.
Tujuan Imunisasi
b. Tujuan dan kegunaan imunisasi adalah untuk melindungi dan mencegah penyakit-
c. Tujuan diberikan imunisasi adalah diharapkan anak menjadi kebal terhadap penyakit
sehingga dapat menurunkan angka morbilitas dan mortilitas serta dapat mengurangi
pada penderitanya.
Tabel 1. Jadwal Lima Imunisasi Dasar Lengkap (LIL) untuk bayi usia di bawah 1 tahun.
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit TBC. Sebab
terjadinya TBC yang primer atau ringan dapat terjadi walaupun sudah dilakukan imunisasi
BCG, seperti TBC pada selaput otak, TBC Miller (pada seluruh lapangan paru) atau TBC
tulang.
a. Cara Pemberian :
5) Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari, harus disimpan pada suhu 2-8C,
BCG diberikan 1 kali sebelum anak berumur 2 bulan. BCG ulangan tidak dianjurkan
b. Efek Samping :
1) Reaksi lokal : 1-2 minggu setelah penyuntikan, pada tempat penyuntikan timbul
kemerahan dan benjolan kecil yang teraba keras. Kemudian benjolan ini berubah
menjadi pustula (gelembung berisi nanah), lalu pecah dan membentuk luka terbuka
(ulkus). Luka ini akhirnya sembuh secara spontan dalam waktu 8-12 minggu dengan
2) Reaksi regional : pembesaran kelenjar getah bening ketiak atau leher, tanpa disertai
nyeri tekan maupun demam, yang akan menghilang dalam waktu 3-6 bulan.
Jenis-jenis penyakit menular yang saat ini masuk ke dalam program imunisasi adalah
1. Tuberkulosis Berat
Penyakit TBC merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh sejenis bakteri yang
berbentuk batang disebut Mycobacterium Tuberculosis. Dan dikenal juga dengan Basil Tahan
Asam. Penyakit TBC berat pada anak adalah Tuberculosis Milier (penyakit paru berat) yang
menyebar ke seluruh tubuh dan Meningitis Tuberculosis yang menyerang otak, yang
menyebabkan sejumlah penyakit berat pada manusia dan penyebab terjadinya infeksi. Masih
atau tidak dapat terklasifikasikan erkulosis, difteri, pertusis, tetanus, polio, campak, dan
Tuberculosis milier dapat mengenai bayi, terbanyak pada usia 1-6 bulan. Tidak ada
perbedaan antara lelaki dan perempuan. Gejala dan tanda tersering pada bayi adalah demam,
berat badan turun atau tetap, anoreksia, pembesaran kelenjar getah bening, dan
hepatosplenomegali . Gejala spesifik tuberkulosis pada anak biasanya tergantung pada bagian
tubuh mana yang terserang, misalnya Tuberkulosis otak dan saraf yaitu meningitis dengan
WHO melaporkan terdapat lebih dari 250.000 anak menderita TB dan 100.000 di
tuberkulosis pada anak belum diketahui pasti karena sulit mendiagnosa, namun bila angka
kejadian tuberkulosis dewasa tinggi dapat diperkirakan kejadian tuberkulosis pada anak
akan tinggi pula. Hal ini terjadi karena setiap orang dewasa dengan BTA positif akan
Penularan dari orang dewasa yang menderita TB ini biasanya melalui inhalasi butir sputum
penderita yang mengandung kuman tuberkulosis, ketika penderita dewasa batuk, bersin dan
berbicara.
Diagnosis TB pada anak ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit, gejala klinis, uji
tuberkulin (Mantoux Test) serta pemeriksaan penunjang seperti laboratorium dan radiologi.
Uji tuberkulin (Mantoux Test) menjadi alat diagnostik utama pada kasus TB anak.
dengan imunisasi BCG (Bacille Calmette Geurin). Vaksin ini terbuat dari kuman TBC yang
hidup, namun telah dilemahkan. BCG dapat mengurangi risiko terjadinya komplikasi TB
2. Difteri
Adalah penyakit akut saluran napas bagian atas yang sangat mudah menular.
Penularannya melalui droplet (ludah) yang melayang-layang di udara dalam sebuah ruangan
dengan penderita atau melalui kontak memegang benda yang terkontaminasi oleh kuman
diphteria dan melalui kontak dari orang ke orang. Penyebab penyakit ini adalah bakteri
Corynebacterium diphteriae. Kuman ini tahan beberapa minggu dalam air, suhu dingin (es),
susu, serta lendir yang mengering. Manusia adalah natural host dari bakteri C. diphteriae.
putih keabu-abuan, yang berlokasi utamanya di nasofaring atau daerah tenggorokan, selain itu
Secara umum gejala penyakit difteri ditandai dengan adanya demam yang tidak terlalu
tinggi, kemudian tampak lesu, pucat, nyeri kepala, anoreksia (gejala tidak mampu makan)
dan gejala khas pilek, napas yang sesak dan berbunyi (stridor).
Untuk pencegahan penyakit ini, vaksin difteri diberikan secara bersama dengan vaksin
pertusis dan tetanus toxoid, yang dikenal sebagai vaksin trivalen yaitu DPT (difteri, pertusis,
dan tetanus).
3. Pertusis
Penyakit yang dikenal sebagai penyakit batuk rejan, menyerang bronkhus yakni
saluran napas bagian atas. Cara penularan melalui airborne (jalan udara). Penyakit ini dapat
menyerang semua umur, namun terbanyak berumur 1-5 tahun. Penyebab pertusis adalah
Gejala awal berupa batuk-batuk ringan pada siang hari. Makin hari makin berat
disertai batuk paroksismal selama dua hingga enam minggu. Batuk tersebut dikenal sebagai
whooping cough, yaitu batuk terus tak berhenti-henti yang diakhiri dengan tarikan napas
panjang berbunyi suara melengking khas. Gejala lain adalah anak menjadi gelisah, muka
merah karena menahan batuk, pilek, serak, anoreksia (tidak mau makan), dan gejala lain
yang mirip influenza. Pencegahan penyakit ini dengan melakukan imunisasi DPT (difteri,
pertusis, tetanus).
4. Tetanus
Penyakit tetanus adalah penyakit menular yang tidak menular dari manusia ke manusia
secara langsung. Penyebabnya sejenis kuman yang dinamakan Clostridium tetani. Binatang
Gejala umum penyakit tetanus pada awalnya dapat dikatakan tidak khas bahkan gejala
penyakit ini terselimuti oleh rasa sakit yang berhubungan dengan luka yang diderita. Dalam
waktu 48 jam penyakit ini dapat menjadi buruk. Penderita akan mengalami kesulitan
membuka mulut, tengkuk terasa kaku, dinding otot perut kaku dan terjadi rhisus sardonikus,
yaitu suatu keadaan berupa kekejangan atau spasme otot wajah dengan alis tertarik ke atas,
sudut mulut tertarik keluar dan ke bawah, bibir tertekan kuat pada gigi.
a. Tipe pertama penderita hanya mengalami kontraksi otot-otot lokal, jadi tidak mengalami
rhisus sardonikus.
b. Tipe generalized, yakni spasme otot khususnya otot dagu, wajah dan otot seluruh badan.
c. Tipe cephalic (tipe susunan saraf pusat), tipe ini jarang terjadi. Gejalanya timbul
Masa inkubasi biasanya 3-21 hari, walaupun rentang waktu bisa satu hari sampai
beberapa bulan. Hal ini tergantung pada ciri, letak dan kedalaman luka. Rata-rata masa
inkubasi adalah 10 hari. Kebanyakan kasus terjadi dalam waktu 14 hari. Pada umumnya,
makin pendek masa inkubasi biasanya karena luka terkontaminasi berat, akibatnya makin
5. Polio
Polio atau penyakit infeksi yang menyebabkan kelumpuhan kaki. Penyakit polio
disebabkan oleh poliovirus (genus enterovirus) tipe 1,2 dan 3. Semua tipe dapat menyebabkan
kelumpuhan. Tipe 1 dapat diisolasi dari hampir semua kelumpuhan. Tipe 3 lebih jarang,
demikian pula tipe 2 paling jarang. Tipe 1 paling sering menyebabkan kejadian luar biasa.
Sebagian besar kasus vaccine associated disebabkan oleh tipe 2 dan 3.
Masa inkubasi umumnya 7-14 hari untuk kasus paralitik, dengan rentang waktu antara
3-35 hari. Reservoir satu-satunya adalah manusia, dan sumber penularan biasanya penderita
tanpa gejala (inapparent infection) terutama anak- anak.
Penularan terutama terjadi dari orang ke orang melalui orofecal, virus lebih mudah dideteksi
dari tinja, dalam jangka waktu panjang dibandingkan dari sekret tenggorokan. Di daerah
dengan sanitasi lingkungan yang baik penularan lebih sering terjadi melalui sekret faring dari
pada melalui rute orofecal.
Cara pencegahan dengan memberikan imunisasi polio (OPV/Oral Polio Vaccine) yang
sangat efektif memproduksi antibodi terhadap virus polio. Satu dosis OPV menimbulkan
kekebalan terhadap ke tiga tipe virus polio pada sekitar 50% penerima vaksin. Dengan 3 dosis
OPV, 95% penerima vaksin akan terlindungi dari ancaman poliomielitis, diperkirakan seumur
hidup. Dosis ke empat akan meningkatkan serokonversi sehingga 3 dosis OPV. Disamping
itu, virus yang ada pada OPV dapat mengimunisasi orang-orang disekitarnya dengan cara
6. Campak
Penyakit ini merupakan penyakit menular yang bersifat akut dan menular lewat udara
melalui sistem pernapasan, terutama percikan ludah seorang penderita. Penyebab penyakit
campak adalah virus yang masuk ke dalam genus Morbilivirus dan keluarga
Paramyxoviridae. Masa inkubasi berkisar antara 10 hingga 12 hari, kadang 2-4 hari.
Penyakit ini sering menyebabkan kejadian luar biasa (KLB). Perkembangan frekuensi
kemerahan pada mata seperti sakit mata, serta gejala radang tracheo bronchitis yakni daerah
a. Stadium kataral, berlangsung selama 4-5 hari disertai panas, malaise, batuk, fotofobia
(takut terhadap suasana terang atau cahaya), konjunctivis dan coryza. Menjelang akhir
stadium kataral timbul bercak berwarna putih kelabu khas sebesar ujung jarum dan dikelilingi
b. Stadium erupsi, dengan gejala batuk yang bertambah serta timbul eritema di mana-mana.
c. Stadium konvalesen.
Pencegahan penyakit campak dapat dilakukan dengan pemberian imunisasi campak yang
7. Hepatitis B
Penyakit hepatitis adalah penyakit peradangan atau infeksi liver pada manusia, yang
disebabkan oleh virus. Sedangkan hepatitis B adalah penyakit liver (hati) kronik hingga akut,
umumnya kronik-subklinik dan sembuh sendiri (self limited). Penularan penyakit ini dapat
melalui ibu ke bayi dalam kandungan (vertical transmission), jarum suntik yang tidak steril
dan hubungan seksual. Masa inkubasi biasanya berlangsung 45-180 hari, rata-rata 60-90 hari.
Paling sedikit diperlukan waktu selama 2 minggu untuk bisa mendeteksi HBsAg dalam darah,
Oleh Karena Itu, Uji Tuberkulin Dapat Dilakukan Pada Orang Yang:
Mungkin pernah berdekatan dengan orang yang didiagnosa mengidap tuberkulosis
Termasuk dalam golongan berisiko TB tinggi
Berimigrasi dari negara di mana tuberkulosis lazim terdapat
Menghadapi risiko di tempat kerja, seperti tenaga profesional bidang kesehatan
Mau mengadakan perjalanan ke negara di mana tuberkulosis lazim terdapat
Akan mengadakan perjalanan selama kurun waktu yang cukup lama ke negara berisiko
TB tinggi
Pernah mengadakan perjalanan selama kurun waktu yang cukup lama ke negara
berisiko TB Tinggi.
Cara Pemberian dan Pembacaan
Uji tuberkulin dilakukan dengan injeksi 0,1 ml secara intradermal (dengan metode
Mantoux) di volar / permukaan belakang lengan bawah. Injeksi tuberkulin menggunakan
jarum gauge 27 dan spuit tuberkulin, saat melakukan injeksi harus membentuk sudut 30
antara kulit dan jarum. Penyuntikan dianggap berhasil jika pada saat menyuntikkan
didapatkan indurasi diameter 6-10 mm. Uji ini dibaca dalam waktu 48-72 jam setelah
suntikan. Hasil uji tuberkulin dicatat sebagai diameter indurasi bukan kemerahan dengan cara
palpasi. Standarisasi digunakan diameter indurasi diukur secara transversal dari panjang axis
lengan bawah dicatat dalam milimeter.
Interpretasi Uji Tuberkulin (Mantoux)
Secara umum, hasil uji tuberkulin adalah diameter indurasi 0-4 mm dinyatakan uji
tuberkulin negatif. Diameter 5-9 mm dinyatakan positif meragukan, karena dapat disebabkan
oleh infeksi Mycobacterium atipic dan BCG, atau memang karena infeksi TB. Untuk hasil
yang meragukan ini jika perlu diulang. Untuk menghindari efek booster tuberkulin, ulangan
dilakukan 2 minggu kemudian.
Diameter indurasi 10 mm dinyatakan positif tanpa melihat status BCG pasien. Pada
anak balita yang telah mendapat BCG, diameter indurasi 10-15 mm masih mungkin
disebabkan oleh infeksi TB alamiah, tetapi masih mungkin disebabkan oleh BCGnya.
Sedangkan bila ukuran indurasi 15 mm hasil positif ini sangat mungkin karena infeksi TB
alamiah. Pengaruh BCG terhadap reaksi positif tuberkulin paling lama berlangsung hingga 5
tahun setelah penyuntikan. Jika membaca tuberkulin pada anak-anak di atas usia 5 tahun
faktor BCG dapat diabaikan.
Pada anak tanpa risiko tetapi tinggal di daerah endemis TB, uji tuberkulin perlu dilakukan
pada umur 1 tahun, 4-6 tahun, dan 11-16 tahun. Tetapi pada anak dengan risiko tinggi di
daerah endemis TB, uji tuberkulin perlu dilakukan setiap tahun.
Faktor- faktor yang mempengaruhi Uji Tuberkulin
Terjadinya infeksi tuberkulosis pada anak dengan tes tuberkulin positif dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain : karakteristik anak (umur, jenis kelamin, BCG skar), karakteristik
orang tua (pendidikan dan pekerjaan orang tua), gejala klinis tuberkulosis, riwayat sakit,
jumlah anggota keluarga (kepadatan hunian). Faktor lainnya adalah: pemberian
kortikosteroid/kemoterapi, infeksi mikobakterium lain, infeksi HIV, kontak panderita TB, dan
keganasan serta malnutrisi.