Anda di halaman 1dari 4

Definisi

Kanker paru adalah semua penyakit keganasan di paru, mencakup keganasan yang
berasal dari paru sendiri (primer) Dalam pengertian klinik yang dimaksud dengan kanker
paru primer adalah tumor ganas yang berasal dari epitel bronkus (karsinoma bronkus =
bronchogenic carcinoma).
Epidemiologi
Kanker paru merupakan penyebab utama keganasan di dunia, mencapai hingga 13
persen dari semua diagnosis kanker. Selain itu, kanker paru juga menyebabkan 1/3 dari
seluruh kematian akibat kanker pada laki-laki. Di Amerika Serikat, diperkirakan terdapat
sekitar 213.380 kasus baru pada tahun 2007 dan 160.390 kematian akibat kanker paru.
Berdasarkan data WHO, kanker paru merupakan jenis kanker terbanyak pada laki-laki di
Indonesia, dan terbanyak kelima untuk semua jenis kanker pada perempuan Kanker paru juga
merupakan penyebab kematian akibat kanker terbanyak pada laki laki dan kedua pada
perempuan. Di Indonesia, berdasarkan data GLOBOCAN (International Agency for
Research on Cancer) tahun 2018, terdapat 26.095 orang yang meninggal akibat kanker paru
setiap tahunnya, dengan 30.023 kasus baru, tertinggi di Asia Tenggara. Studi berbasis rumah
sakit dari 100 rumah sakit di Jakarta menunjukkan bahwa kanker paru adalah kanker dengan
jumlah kasus tertinggi pada pria dan nomor 4 tertinggi pada wanita. Menurut hasil
pemeriksaan di laboratorium Patologi Anatomi RSUP Persahabatan tahun 2014, lebih dari
50% kasus kanker yang didiagnosis adalah kanker paru. Kanker paru umumnya dibagi dalam
dua golongan besar, yaitu karsinoma paru sel kecil (Small Cell Lung Cancer, SCLC) dan
karsinoma paru bukan sel kecil (Non-Small Cell Lung Cancer, NSCLC).
Etiologi
Seperti umumnya kanker yang lain penyebab yang pasti dari pada kanker paru belum
diketahui, tapi paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat yang bersifat karsinogenik
merupakan faktor penyebab utama disamping adanya faktor lain seperti kekebalan tubuh,
genetik dan lain-lain. Dari beberapa kepustakaan telah dilaporkan bahwa etiologi kanker paru
sangat berhubungan dengan kebiasaan merokok. Terdapat hubungan antara rata-rata jumlah
rokok yang dihisap per hari dengan tingginya insiden kanker paru.
Etiologi lain dari kanker paru yang pernah dilaporkan adalah sebagai berikut (Dela Cruz,
2011):
 Paparan zat karsinogen, seperti:
o Asbestos, sering menimbulkan mesothelioma
o Radiasi ion pada pekerja tambang uranium
o Radon, arsen, kromium, nikel, polisiklik hidrokarbon, vinil klorida
 Polusi udara
 Penyakit paru seperti pneumonitis intersisial kronik
 Riwayat paparan radiasi daerah torak
 Genetik
Faktor risiko
Jenis kelamin
Laki-laki memiliki tingkat metilasi pada gen Ras Association domain Family 1A
(RASSF1A) yang lebih tinggi, 17,9%, dibandingkan dengan perempuan yaitu 7,5%, dimana
gen RASSF1A merupakan salah satu tumor supresor yang mengkode protein menyerupai
RAS efektor protein, sehingga apabila terjadi metilasi yang menginduksi inaktivasi dari
ekspresi gen tersebut maka akan menimbulkan hilangnya inhibisi pada Cyclin D1 sehingga
cell cycle arrest tidak terjadi. Hal ini tentunya menyebabkan sel
Umur
Risiko terkena kanker akan meningkat seiring bertambahnya usia. Penelitian
terdahulu menunjukkan adanya kecenderungan pola merokok sesuai umur turut
mempengaruhi terjadinya kanker paru. Populasi yang berumur 50-75 tahun, 77% merupakan
perokok aktif, sedangkan pada orang yang berumur diatas 75 tahun, hanya 23% yang
merupakan perokok.
Riwayat keluarga
Berdasarkan hasil penelitian, apabila memiliki riwayat keluarga yang mengidap
kanker paru-paru, akan lebih berisiko terkena penyakit tersebut lebih dini. Hal ini terkait
dengan adanya kerentanan pada kromosom 6q23–25. Risiko kanker paru pada individu
dengan riwayat kanker paru pada keluarga tingkat pertama (first-degree relatives) meningkat
sebesar 50% dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki riwayat keluarga yang
terkena kanker paru
Merokok
Dikatakan bahwa, 1 dari 9 perokok berat akan menderita kanker paru. Selain perokok
aktif, perokok pasif juga memiliki resiko terjadinya kanker paru. Anak-anak yang terpapar
asap rokok selama 25 tahun pada usia dewasa akan terkena risiko kanker paru dua kali lipat
dibandingkan dengan yang tidak terpapar, dan perempuan yang hidup dengan
suami/pasangan perokok juga terkena risiko kanker paru 2-3 kali lipat. Diperkirakan 25 %
kanker paru dari bukan perokok adalah berasal dari perokok pasif.
Paparan pekerjaan
Faktor ini cukup memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kanker paru-paru.
Dua penelitian mengungkapkan perkiraan proporsi penyebab kasus kanker paru-paru karena
paparan zat saat bekerja adalah 14.5% di Inggris dan 12.5% pada pria di Perancis. Zat
karsinogenik tersebut antara lain asbestos, silika, radon, logam berat , dan polycyclic
aromatic hydrocarbons
Klasifikasi
a. Small Cell Lung Cancer (SCLC)
SCLC adalah jenis kanker paru yang tumbuh lebih cepat daripada jenis kanker NSCLC, akan
tetapi pertumbuhan SCLC lebih dapat terkendali dengan kemoterapi. Sekitar 20% kasus
kanker paru adalah SCLC, atau sekitar 30.000 pasien setiap tahunnya terdiagnosis penyakit
tersebut.
Stadium pada SCLC ada 2 yaitu:
 Stage terbatas (limited) jika hanya melibatkan satu sisi paru (hemitoraks)
 Stage luas (extensived) jika sudah meluas dari satu hemitoraks atau
menyebar ke organ lain
b. Non-Small Cell Lung Cancer (NSCLC)
Sekitar 75%-80% kasus kanker paru adalah NSCLC. Terdapat 3 tipe NSCLC, yaitu:
1) Adenokarsinoma Adenokarsinoma adalah jenis dari NSCLC yang paling umum dari
kanker paru dan lebih banyak muncul pada wanita. Kanker tipe ini berkembang dari sel-sel
yang memproduksi lendir pada permukaan saluran udara.
2) Karsinoma skuamosa (
Jenis ini paling umum dari kanker paru serta paling banyak terjadi pada pria dan orang tua.
Karsinoma skuamosa berkembang dalam sel yang mengisi saluran udara, dan kanker ini
tumbuh relatif lambat.
3) Karsinoma sel besar (Large Cell ca)
Karsinoma sel besar Pertama kali muncul biasanya di saluran pernapasan yang lebih kecil
dan dapat menyebar dengan cepat. Tipe ini sering disebut juga karsinoma tidak
berdiferensiasi karena bentuk sel kanker ini bundar besar.

Gejala Klinis
Gambaran penyakit kanker paru terdiri dari keluhan subjektif dan gejala objektif.
Keluhan utama dapat berupa batuk-batuk atau tanpa dahak, batuk darah, sesak napas, suara
serak, sakit dada, sulit menelan, dan terdapat benjolan di pangkal leher. Gejala atau keluhan
akibat metastasis di luar paru, seperti kelainan yang timbul karena kompresi hebat di otak,
pembesaran hepar, dan berat badan berkurang juga merupakan ciri dari adanya kanker paru
Diagnosis
Deteksi dini
Hingga saat ini belum ada metode skrining yang sesuai bagi kanker paru secara
umum. Metode skrining yang telah direkomendasikan untuk deteksi kanker paru terbatas
pada kelompok pasien risiko tinggi. Kelompok pasien dengan risiko tinggi mencakup pasien
usia > 40 tahun dengan riwayat merokok ≥30 tahun dan berhenti merokok dalam kurun waktu
15 tahun sebelum pemeriksaan, atau pasien ≥50 tahun dengan riwayat merokok ≥20 tahun
dan adanya minimal satu faktor risiko lainnya. Faktor risiko kanker paru lainnya adalah
pajanan radiasi, paparan okupasi terhadap bahan kimia karsinogenik, riwayat kanker pada
pasien atau keluarga pasien, dan riwayat penyakit paru seperti PPOK atau fibrosis paru.
Pada pasien berisiko tinggi, dengan anamnesa dan pemeriksaan fisik yang mendukung
kecurigaan adanya keganasan pada paru-paru, dapat dilakukan pemeriksaan low-dose CT
scan untuk skrining kanker paru setiap tahun, selama 3 tahun, namun tidak dilakukan pada
pasien dengan komorbiditas berat lainnya. Pemeriksaan ini dapat mengurangi mortalitas
akibat kanker paru hingga 20%.
Pada pasien yang tidak memenuhi kriteria “kelompok risiko tinggi”, pemeriksaan low-dose
CT scan tidak direkomendasikan. Selain itu, pada pasien yang tidak dapat menjalani terapi
kanker paru akibat keterbatasan biaya atau kondisi kesehatan yang tidak memungkinkan,
maka pemeriksaan ini tidak disarankan.
Rekomendasi Skrining Pemeriksaan low-dose CT scan dilakukan pada pasien risiko
tinggi yaitu:
a. Rekomendasi A: Pasien usia 40 tahun dengan riwayat merokok ≥30 tahun dan
berhenti merokok dalam kurun waktu 15 tahun sebelum pemeriksaan.
b. Rekomendasi B: Pasien ≥50 tahun dengan riwayat merokok ≥20 tahun dan adanya
minimal satu faktor risiko lainnya
Anamnesis

Anda mungkin juga menyukai