Anda di halaman 1dari 34

Laporan kasus

Kanker Paru

Disusun Oleh :

Dewi Laila Azhar


NIM. 1708436490

Pembimbing:
dr. Surya Hajar Sp.P M.si (K)

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU PULMONOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU
RSUD ARIFIN ACHMAD
PEKANBARU
2018
BAB I

PENDAHULUAN

Kanker Paru merupakan penyebab utama keganasan di dunia. Data World


Health Organization (WHO) pada tahun 2012 menunjukkan bahwa terdapat
sebanyak 14,1 juta kasus barudan 8,2 juta meninggal akibat kanker paru. Kanker
paru merupakan penyumbang kanker tertinggi pada laki-laki di Indonesia, diikuti
oleh kanker prostat, kolorektal,lambung , dan hepar. Kanker paru merupakan
penyebab pertama kematian kanker pada laki-laki (21,8%) dan penyebab
kematian kedua (9,1%) kanker pada perempuan setelah kanker payudara
(21,4%).1,2
Penelitian pada 100 rumah sakit di Jakarta didapatkan hasil bahwa kanker
paru merupakan kasus keganasan terbanyak pada laki-laki dan nomor 4 terbanyak
pada perempuan, tetapi kanker paru menjadi penyebab kematian utama pada laki-
laki ataupun perempuan. Penelitian yang dilakukan oleh RSUP Persahabatan
mengenai hasil pemeriksaan laboratorium Patologi Anatomi didapatkan hasil
bahwa 50 persen kasus dari semua jenis kanker yang didiagnosa merupakan
kanker paru. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Arifin Achmad Provinsi Riau
mengemukakan bahwa kanker paru merupakan penyakit dengan insidensi
tertinggi di bangsal yaitu 219 kasus dari 810 total kasus yang dirawat pada tahun
2016.3-5
Kanker paru memerlukan penanganan dan tindakan yang cepat dan
terarah. Penegakan diagnosis kanker paru membutuhkan ketrampilan, pendekatan
yang erat dan kerja sama multidisiplin. Penemuan kanker paru pada stadium dini
akan sangat membantu penderita dan penemuan diagnosis dalam waktu yang lebih
cepat memungkinkan penderita memperoleh kualitas hidup yang lebih baik dalam
perjalanan penyakitnya meskipun tidak dapat menyembuhkannya..6,7

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi kanker paru


Kanker merupakan penyakit gen, dimana sebuah sel normal dapat menjadi
sel kanker yang ditandai dengan pertumbuhan sel yang tidak normal dan merusak
sel-sel jaringan yang normal. Pengertian secara luas mengenai kanker paru adalah
semua penyakitkeganasan di paru, mencakup keganasan yang berasal dari paru
sendiri maupun keganasan dari luar paru (metastasis tumor di paru). Pedoman
diagnosis penatalaksanaan di Indonesia oleh PDPI menjelaskan bahwa kanker
paru primer adalah tumor ganas yang berasal dari epitel bronkus atau
karsinomabronkus (bronchogenic carcinoma).8

2.2 Epidemiologi kanker paru


Profil kanker di Indonesia berdasarkan data Cancer Country Profiles pada
tahun 2014 yang dipublikasi oleh WHO menyatakan bahwa jumlah kematian
akibat kanker pada laki-laki berjumlah 103.100 dan kematian pada perempuan
92.200 kematian. Kematian yang disebabkan oleh kanker paru pada laki-laki
berjumlah 21,8% dan pada perempuan berjumlah 9,1%.8
Insidens kanker paru di Indonesia pada tahun 2014 dari 5 kanker
terbanyak yang terjadi pada laki-laki dengan jumlah 25.322 kasus, sedangkan
pada perempuan menempati urutan terakhir dengan jumlah 9.374 kasus.
Perbedaan insiden kanker paru ini dimungkinkan karena kebiasaan merokok pada
laki-laki yang mencapai 66,8% dibandingkan dengan perempuan yang hanya
sebesar 3%.

2.3 Etiologi dan faktor resiko


Penyebab pasti dari kanker paru belum diketahui, tapi paparan inhalasi
berkepanjangan suatu zat yang bersifat karsinogenik menjadi penyebab terjadinya
kanker. Secara umum, rokok merupakan 80% penyebab kanker paru pada laki-
laki, dan 50% pada perempuan. Sasaran untuk deteksi dini terutama ditunjukkan

3
pada subyek dengan resiko tinggi yaitu pasien usia > 40 tahun dengan riwayat
merokok ≥30 tahun dan berhenti merokok dalam kurun waktu 15 tahun sebelum
pemeriksaan, atau pasien ≥50 tahun dengan riwayat merokok ≥20 tahun dan
adanya minimal satu faktor risiko lainnya.

Faktor lain adalah kerentanan genetik (genetic susceptibility), polusi


udara, pajanan radon dan pajanan industri (asbestos, silika, dan lain-lain), riwayat
kanker pada keluarga, dan riwayat penyakit paru seperti PPOK atau fibrosis paru.
Pada pasien dengan berisiko tinggi, dengan anamnesa dan pemeriksaaan fisik
yang mendukung kecurigaan adanya keganasan pada paru-paru, dapat dilakukan
pemeriksaan low-dose CT scan untuk skrining kanker paru setiap tahun, selama 3
tahun, namun tidak dilakukan pada pasien dengan komorbiditas berat lainnya.
Pemeriksaan ini dapat mengurangi mortalitas akibat kanker paru hingga 20%.8

2.4 Klasifikasi
Berdasarkan histologi, Kanker Paru dibagi menjadi 2 kategori utama:8,
1) Small Cell Lung Cancer (SCLC)
SCLC terjadi sekitar 15% dari semua jenis kanker paru, kanker ini
cukupagresif, frekuensinya berhubungan dengan jarak metastasis dan
mempunyaiprognosis yang buruk pada semua kanker paru primer.
Gambaran histologinya yang khas adalah dominasi sel-sel kecil yang
hampir semuanyadiisi oleh mukus dengan sebaran kromatin yang
sedikit sekali tanpanukleoli. Sel-sel yang bermitosis banyak sekali
ditemukan begitu jugagambaran nekrosis.
2) Non-Small Cell Lung Cancer (NSCLC)
NSCLC terjadi sekitar 75% dari semua jenis kanker paru. Terbagi
lagimenjadi 3:
a) Adenokarsinoma
Menempati sekitar 35-40% kanker paru. Khas dengan bentuk
formasiglandular dan kecenderungan ke arah pembentukan
konfigurasipapilari. Biasanya membentuk musin, sering tumbuh
dari bekas kerusakan jaringan paru (scar). Dapat bertipe sentral
ataupun tipeperifer. Adenokarsinoma sejauh ini juga merupakan

4
tumor tersering yang timbul pada perempuan, bukan perokok,
dan pasien berusiakurang dari 45 tahun.
b) Karsinoma sel besar
Ini suatu subtipe yang gambaran histologisnya dibuat secara
eksklusi. Dia termasuk NSCLC tapi tak ada gambaran
diferensiasi skuamosaatau glandular, sel bersifat anaplastik, tak
berdiferensiasi, biasanyadisertai infiltrasi sel netrofil.
c) Karsinoma sel skuamosa
Karsinoma sel skuamosa sekitar 30-3 % dari semua kanker
paru, berciri khas proses keratinisasi dan pembentukan bridge
intraselular. Karsinoma skuamosa terutama timbul di trakea,
bronkus paru tipesentral, karsinoma skuamosa, tipe perifer lebih
jarang.
2.6 Patogenesis
Karsinogenesis merupakan proses yang memberikan hasil suatu
transformasi sel normal menjadi sel neoplastik yang disebabkan oleh perubahan
genetik yang menetap atau mutasi. Transformasi ini dapat terjadi spontan selama
pembelahan sel melalui mutasi acak atau penyusunan kembali gen, namun dapat
juga diinduksi oleh karsinogen viral, fisik dan kimia.Karsinogenesis terjadi dalam
beberapa tahapan yang berkesinambungan.Sekali dimulai, proses selanjutnya
tidak lagi memerlukan hadirnya karsinogen yang terus menerus.7,8
Karsinogenesis diawali oleh 2 tahap utama, yaitu -7,8
1. Inisiasi
Inisiasi adalah induksi perubahan ireversibel pada genom sel. Sel yang
terinisiasi bukanlah sel kanker.Langkah ireversibel ini terjadi apabila kesalahan
transkripsi tidak terdeteksi oleh enzim-enzim pengoreksi dan protein regulator.
2. Promosi
Promosi merupakan proses yang menstimulasi proliferasi klonal dari sel
yang terinisiasi. Efek suatu promotor relatif berusia pendek dan reversibel. Dua
mekanisme genetik yang berperan pada pertumbuhan tumor adalah hilang atau
tidak aktifnya gen resesif inhibitor (gen tumor supresor) dan ekspresi berlebihan
atau abnormal dari gen dominan stimulator (onkogen). Perubahan 10 genetik yang

5
tunggal mungkin tidak mencukupi untuk timbul dan tumbuhnya tumor.Perubahan
genetik ini diturunkan oleh sel anakan.
3. Gen tumor supresor
Ekspresi gen ini akan menekan terjadinya sel kanker. Kelainan bersifat
resesif, yaitu baru akan timbul bila kedua alel menunjukkan kelainan atau tidak
ada. Contoh gen tumor supresor adalah Rb1 dan p53.
4. Onkogen
Gen-gen regulator yang berfungsi normal disebut proto-
onkogen.Perubahan yang dialami proto-onkogen selular menjadi onkogen selalu
bersifat mengaktivasi, yaitu mengakibatkan pertumbuhan dan diferensiasi sel.
Sejauh aktivasi ini terjadi karena mutasi, maka disebut sebagai mutasi
dominan.Proto-onkogen dikonversi menjadi onkogen melalui 3 mekanisme, yaitu
: mutasi titik, translokasi dan amplifikasi gen.

2.6 Diagnosis
Tujuan pemeriksaan diagnosis adalah untuk menentukan jenis
histopatologi kanker, lokasi tumorserta penderajatannya.Upaya diagnosis dimulai
dengan, anamnesis, pemeriksaan klinis, disertai pemeriksaan penunjang dan
prosedur pemeriksaan khusus, baik noninvasif maupun invasif. Apabila semua
prosedur upaya diagnostik baik noninvasif maupun invasif tidak menghasilkan
diagnosis histologis, maka seharusnya dilakukan pembedahan torakotomi
eksplorasi untuk mengambil bahan jaringan untuk menetapkan jenis
histopatologis tersebut.7,9

2.6.1 Deteksi dini


Keluhan dan gejala penyakit ini tidak spesifik, seperti batuk darah, batuk
kronik, berat badan menurun dan gejala lain yang juga dapat dijurnpai pada jenis
penyakit paru lain. Penemuan dini penyakit ini berdasarkan keluhan saja jarang
terjadi, biasanya keluhan yang ringan terjadi pada mereka yang telah memasuki
stage II dan III. Di Indonesia kasus kanker paru terdiagnosis ketika penyakit telah
berada pada staging lanjut. Dengan rneningkatnya kesadaran masyarakat tentang
penyakit ini, disertai dengan meningkatnya pengetahuan dokter dan peralatan

6
diagnostik maka pendeteksian dini seharusnya dapat dilakukan.Sasaran untuk
deteksi dini terutama ditujukan pada subyek dengan risiko tinggi yaitu:7,9
a. Laki -laki, usia lebih dari 40 tahun, perokok
b. Paparan industri tertentudengan satu atau lebih gejala seperti: batuk
darah,batuk kronik, sesak napas,nyeri dada, nyeri tulang, demam, kelemahan,
obstruksi vena kava superior dan berat badan menurun.
Golongan lain yang perlu diwaspadai adalah perempuan perokok pasif
dengan salah satu gejala di atas dan seseorang yang dengan gejala klinik : batuk
darah, batuk kronik, sakit dada, penurunan beratbadan tanpa penyakit yang jelas.
Riwayat tentang anggota keluarga dekat yang menderita kanker paru juga perlu
jadi faktor pertimbangan. Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk deteksi dini
ini, selain pemeriksaan klinis adalah pemeriksaan radio toraks dan pemeriksaan
sitologi sputum. Jika ada kecurigaan kanker paru, penderita sebaiknya segera
dirujuk ke spesialis paru agar tindakan diagnostik lebih lanjut dapat dilakukan
lebih cepat dan terarah.7,9

2.7 Prosedur diagnostik


2.7.1 Anamnesis
Batuk lama, batuk berdarah, sesak nafas, nyeri dada, suara serak, sulit atau
nyeri menelan yang tidak merespons dengan pengobatan atau penurunan berat
badan dalam waktu singkat, nafsu makan menurun, demam hilang timbul,
sakitkepala, nyeri di tulang atau parese, dan pembengkakan, atau ditemukan
benjolan di leher, aksila atau dinding dada.8

2.7.2 Pemeriksaan Fisik


Tumor paru ukuran kecil dan terletak di perifer dapat memberikan
gambaran normal pada pemeriksaan. Tumor dengan ukuran besar, terlebih bila
disertai atelektasis sebagai akibat kompresi bronkus, efusi pleura atau penekanan
vena kava akan memberikan hasil yang lebih informatif. Pemeriksaan ini juga
dapat memberikan data untuk penentuan stage penyakit, seperti pembesaran KGB
atau tumor diluar paru. Metastasis keorgan lain juga dapat dideteksi dengan
perabaan hepar, pada keadaan lanjut jika metastasis mencapai ke otak maka

7
pasien mungkin datang dalam penurunan kesadaran serta kelumpuhan anggota
tubuh pada satu sisi (hemiparesis). Pemeriksaan funduskopi untuk mendeteksi
peninggian tekanan intrakranial dan terjadinya fraktur sebagai akibat metastasis ke
tulang.7

Gambar 2.1 Alur deteksi dini kanker paru7

2.7.3 Pemeriksaan Penunjang


a. Pemeriksaan radiologis
Hasil pemeriksaan radiologis adalah salah satu pemeriksaan penunjang
yang mutlak dibutuhkan untuk menentukan lokasi tumor primer dan metastasis,
serta penentuan stadium penyakit berdasarkan sistem TNM. Pemeriksaan
radiologi paru y
aitu Foto toraks PA/lateral, bila mungkin CT-scan toraks, bone scan, Bone
survey, USG abdomen dan Brain-CT dibutuhkan untuk menentukan letak
kelainan, ukuran tumor dan metastasis.7
1. Foto toraks
Pada pemeriksaan foto toraks PA/lateral akan dapat dilihat bila masa tumor
dengan ukuran tumor lebih dari 1 cm. Tanda yang mendukung keganasan adalah
tepi yang ireguler, disertai identasi pleura, tumor satelit tumor, dll. Pada foto
tumor juga dapat ditemukan telah invasi ke dinding dada, efusi pleura, efusi

8
perikard dan metastasis intrapulmoner, sedangkan keterlibatan KGB untuk
menentukan N agak sulit ditentukan dengan foto toraks saja.7

Kewaspadaan dokter terhadap kemungkinan kanker paru pada seorang


penderita penyakit paru dengan gambaran yang tidak khas untuk keganasan
penting diingatkan.Seorang penderita yang tergolong dalam golongan resiko
tinggi (GRT) dengan diagnosis penyakit paru, harus disertai difollow-up yang
teliti.
Bila foto toraks menunjukkan gambaran efusi pleura yang luas harus diikuti
dengan pengosongan isi pleura dengan punksi berulang atau pemasangan WSD
dan ulangan foto toraks agar bila ada tumor primer dapat diperlihatkan.
Keganasan harus difikirkan bila cairan bersifat produktif, dan/atau cairan
serohemoragik.7
2. CT-Scan toraks
Teknik pencitraan ini dapat menentukan kelainan di paru secara lebih baik
daripada foto toraks. CT-scan dapat mendeteksi tumor dengan ukuran lebih kecil
dari 1 cm secara lebih tepat. Demikian juga tanda-tanda proses keganasan juga
tergambar secara lebih baik, bahkan bila terdapat penekanan terhadap bronkus,
tumor intra bronkial, atelektasis, efusi pleura yang tidak masif dan telah terjadi
invasi ke mediastinum dan dinding dada meski tanpa gejala. Lebih jauh lagi
dengan CT-scan, keterlibatan KGB yang sangat berperan untuk menentukan stage
juga lebih baik karena pembesaran KGB (N1 s/d N3) dapat dideteksi.Demikian
juga ketelitiannya mendeteksi kemungkinan metastasis intrapulmoner.7
3. Pemeriksaan radiologik lain
Kekurangan dari foto toraks dan CT-scan toraks adalah tidak mampu
mendeteksi telah terjadinya metastasis jauh. Untuk itu dibutuhkan pemeriksaan
radiologik lain, misalnya Brain-CT untuk mendeteksi metastasis di tulang kepala /
jaringan otak, bone scan dan/atau bone survey dapat mendeteksi metastasis
diseluruh jaringan tulang tubuh. USG abdomen dapat melihat ada tidaknya
metastasis di hati, kelenjar adrenal dan organ lain.7

9
4. Pemeriksaan khusus
a. Bronkoskopi
Bronkoskopi adalah pemeriksan dengan tujuan diagnostik sekaligus dapat
dihandalkan untuk dapat mengambil jaringan atau bahan agar dapat dipastikan ada
tidaknya sel ganas. Pemeriksaan ada tidaknya masa intrabronkus atau perubahan
mukosa saluran napas, seperti terlihat kelainan mukosa tumor misalnya,
berbenjol-benjol, hiperemis, atau stinosis infiltratif, mudah berdarah. Tampakan
yang abnormal sebaiknya di ikuti dengan tindakan biopsi tumor/dinding bronkus,
bilasan, sikatan atau kerokan bronkus.7
b. Biopsi aspirasi jarum
Apabila biopsi tumor intrabronkial tidak dapat dilakukan, misalnya karena
sangat mudah berdarah, atau apabila mukosa licin berbenjol, maka sebaiknya
dilakukan biopsi aspirasi jarum, karena bilasan dan biopsi bronkus saja sering
memberikan hasil negatif.7
c. Transbronchial Needle Aspiration (TBNA)
TBNA di karina, atau trakea 1/1 bawah (2 cincin di atas karina) pada posisi
jam 1 bila tumor ada dikanan, akan memberikan informasi ganda, yakni didapat
bahan untuk sitologi dan informasi metastasis KGB subkarina atau paratrakeal.7
d. Transbronchial Lung Biopsy (TBLB)
Jika lesi kecil dan lokasi agak di perifer serta ada sarana untuk fluoroskopik
maka biopsi paru lewat bronkus (TBLB) harus dilakukan.
e. Biopsi Transtorakal (Transthoraxic Biopsy, TTB)
Jika lesi terletak di perifer dan ukuran lebih dari 2 cm, TTB dengan bantuan
flouroscopic angiography.Namun jika lesi lebih kecil dari 2 cm dan terletak di
sentral dapat dilakukan TTB dengan tuntunan CT-scan.7
f. Biopsi lain
Biopsi jarum halus dapat dilakukan bila terdapat pembesaran KGB atau teraba
masa yang dapatterlihat superfisial.Biopsi KBG harus dilakukan bila teraba
pembesaran KGB supraklavikula, leher atau aksila, apalagi bila diagnosis
sitologi/histologi tumor primer di paru belum diketahui. Biopsi Daniels dianjurkan
bila tidak jelas terlihat pembesaran KGB suparaklavikula dan cara lain tidak

10
menghasilkan informasi tentang jenis sel kanker. Punksi dan biopsi pleura harus
dilakukan jika ada efusi pleura.7
g. Torakoskopi medik
Dengan tindakan ini massa tumor di bagaian perifer paru, pleura viseralis,
pleura parietal dan mediastinum dapat dilihat dan dibiopsi.

h. Sitologi sputum
Sitologi sputum adalah tindakan diagnostik yang paling mudah dan
murah.Kekurangan pemeriksaan ini terjadi bila tumor ada di perifer, penderita
batuk kering dan tehnik pengumpulan dan pengambilan sputum yang tidak
memenuhi syarat.Dengan bantuan inhalasi NaCl 3% untuk merangsang
pengeluaran sputum dapat ditingkatkan.Semua bahan yang diambil dengan
pemeriksaan tersebut di atas harus dikirim ke laboratorium Patologi Anatomik
untuk pemeriksaan sitologi/histologi. Bahan berupa cairan harus dikirim segera
tanpa fiksasi, atau dibuat sediaan apus, lalu difiksasi dengan alkohol absolut atau
minimal alcohol 50%.7

b. Penderajatan
Kategori TNM untuk Kanker Paru :7
T : Tumor Primer
- Tx: Tumor primer sulit di nilai, atau tumor primer terbukti dari penemuan
sel tumor ganas pada sekret bronkopulmoner tetapi tidak tampak secara
radiologis atau bronkoskopik.
- T0: Tak ada bukti terdapat tumor primer
- Tis: Karsinoma in situ
- T1: Tumor dengan garis tengah terbesar tidak melebihi 3 cm , dikelilingi
oleh jaringan paru atau pleura viseral dan secara bronkoskopik invasi tidak
lebih proksimal dari bronkus lobus ( belum sampai ke bronkus utama).
Tumor superfisial sembarang ukuran dengan komponen invasif terbatas
pada dinding bronkus yang meluas ke proksimal bronkus utama Tumor
dengan ukuran tidak lebih dari 2 cm Tumor dengan ukuran lebih dari 2 cm
tetapi tidak melebihi 3 cm

11
T1a: Tumor dengan ukuran tidak lebih dari 2 cm
T1b: Tumor dengan ukuran lebih dari 2 cm tetapi tidak melebihi 3
cm
- T2: Setiap tumor dengan ukuran lebih dari 3 cm tetapi tidak lebih dari 7
cm atau tumor dengan gambaran ( tumor T2 dengan gambaran seperti
yang klasifikasikan pada T2a jika ukuran tidak melebihi 5cm) : Garis
tengah terbesar lebih dari 3 cm- Mengenai bronkus utama, 2 cm atau lebih
distal dari karina.
T2a: Tumor dengan ukuran lebih dari 3 cm tetapi tidak melebihi 5
cm.
T2b: Tumor dengan ukuran lebih dari 5 cm tetapi tidak melebihi 7
cm
- T3: Tumor dengan ukuran lebih dari 7 cm atau dengan perluasan langsung
pada: Pleura parietal (PL3), dinding dada (Termasuk tumor sulkus
superior), diafragma, nervus frenikus, pleura mediastinum atau
pericardium parietal. Tumor dalam bronkus utama yang jaraknya kurang
dari 2 cm sebelah distal karina atau tanpa melibatkan karina, tumor yang
berhubungan dengan atelektasis atau pneumonitis obstruktif seluruh paru
atau tumor nodul terpisah pada lobus yang sama.
- T4 : Tumor sembarang ukuran yang mengenai mediastinum atau jantung,
pembuluh besar, trakhea, esofagus, nervus laringeal rekuren, korpus
vertebra, karina, tumor yang disertai dengan efusi pleura ganas atau satelit
tumor nodul ipsilateral pada lobus yang sama dengan tumor primer.

N : Keterlibatan Kelenjar Getah Bening Regional


- Nx: Kelenjar getah bening tak dapat dinilai
- N0: Tak terdapat metastase ke kelenjar getah bening
- N1: Metastasis pada kelenjar getah bening peribronkhial dan atau hilus
ipsilateral dan nodus intrapulmoner, termasuk perluasan tumor secara
langsung
- N2: Metastasis pada kelenjar getah bening mediastinum ipsilateral dan
atau KGB sub karina

12
- N3: Metastasis pada hilus atau mediastinum kontralateral atau KGB
skalenus/ supra klavikula ipsilateral/ kontralateral.

M: Metastasis Jauh
- M0: Tidak ditemukan anak sebar jauh
- M1: Ditemukan anak sebar jauh
- M1a: Metastase tumor nodul pada lobus kontralateral atau tumor dengan
nodus pleura atau efusi pleura/perikardium maligna
- M1b: Metastase jauh
Staging kanker paru dapat dilakukan secara diagnosis klinis (c TNM),
reseksi surgical patologis (p TNM), evaluasi surgical (s TNM), retreatment (r
TNM) dan autopsy (a TNM). Untuk staging kanker paru, sedikitnya diperlukan
pemeriksaan CT Scan toraks, USG abdomen (atau CT Scan abdomen), CT Scan
otak dan bone scanning.

Tabel 2.1 Staging Internasional kanker paru versi.7 tahun 2007


Stage TNM
IA : T1a N0 M0
T1b N0 M0
IB : T2a N0 M0
IIA : T1a N1 M0
T1b N1 M0
T2a N1 M0
IIB : T2b N0 M0
T3 (>7 cm)
IIIA : Tia N2 M0
T1a N2 M0
T2a N2 M0
T2b N2 M0
T3 N1 M0
T4 N0 M0
T4 N1 M0
IIIB : T4 N2 M0
Sebarang T N3 M0
IV : Sebarang T Sebarang N M1a (pleura,
Sebarang T Sebarang N paru
kontralateral
M1b (metastasis
jauh)

13
C. Tampilan Umum
Tampilan umum menjadi suatu parameter untuk menentukan prognosis
penyakit, indikasi untuk menentukan jenis terapi dan agresivitas pengobatan.

Tabel 2.2 Tampilan menurut skala Karnofsky dan WHO

Niai Skala Nilai Skala Keterangan


Karnofsky WHO

90-100 0 Aktifitas normal


70 -80 1 Ada keluhan tetapi masih aktif dan dapat mengurus diri sendiri.
50-60 2 Cukup aktif, namun kadang memerlukan bantuan.
30-40 3 Kurang aktif, perlu rawatan.
Tidak dapat meninggalkan tempat tidur, perlu rawat di rumah
10 - 20 4
sakit.
0-10 - Tidak sadar

2.8 Penatalaksanaan
Manajemen terapi dibagi atas:
1. kanker paru jenis karsinoma bukan sel kecil (KPKBSK+ non small
cellcarcinoma)
2. kanker paru jenis karsinoma sel kecil (KPKSK= small cell carcinoma)
2.8.1 Kanker paru jenis karsinoma bukan sel kecil (KPKBSK)
Pilihan pengobatan sangat tergantung pada stadium penyakit dan tampilan
umum penderita, komorbiditas, tujuan pengobatan dan cost effektifenes. Modalitas
penanganan yang tersedia adalah bedah, radiasi, kemoterapi, dan terapi target.

14
Gambar: Alur penatalaksanaan kanker paru jenis karsinoma bukan sel
kecil

2.8.1. Pembedahan
Modalitas ini adalah terapi utama untuk sebagian besar KPKBSK,
terutama stadium I, II dan stadium III A yang masih dapat direseksi setelah
kemoterapi neoadjuvan, jenis pembedahan yang dpat dilakukan adalah lobektomi,
segmentektomi dan reseksi sublobularis, pilihan utama adalah lobektomi yang
menghasilkan angaka kehidupan lebih tinggi, namun pada pasien dengan
komorbiditas kardiovaskular atau kapasitas paru yang lebih rendah
segmentektomi dan reseksi sublobularis menjadi pilihan utama.
Pembedahan dapat juga dilakukan pada stadium lanjut, akan tetapi lebih
bersifat paliatif. Pembedahan paliatif mereduksi tumor agar radioterapi dan

15
kemoterapi lebih efektif, dengan demikian kualitas hidup penderita kanker paru
dapat menjadi lebih baik.8
Hal terpenting sebelum melakukan tindakan bedah adalah mengetahui
toleransi penderita terhadap jenis tindakan bedah yang akan dilakukan. Toleransi
penderita yang akan dibedah dapat diukur dengan nilai uji faal paru dan jika tidak
memungkinkan dapat dinilai dari hasil analisi gas darah (AGD).8

Syarat untuk reseksi paru :


- Risiko ringan untuk pneumonektomi, bila KVP paru kontralateral baik dan
VEP1>60%
- Risiko sedang untuk pneumonektomi, bila KVP paru kontralateral > 35%
dan VEP1 > 60%.

Pembedahan untuk mengobati kanker paru dapat dilakukan dengan cara :


1. Wedge Resection, yaitu melakukan pengangkatan bagian paru yang berisi
tumor, bersamaan dengan margin jaringan normal.
2. Lobectomy, yaitu pengangkatan keseluruhan lobus dari satu paru.
3. Pneumonectomy, yaitu pengangkatan paru secara keseluruhan. Hal ini
dilakukan jika diperlukan dan jika pasien memang sanggup bernafas dengan
satu paru.

2.8.2 Radioterapi
Radioterapi pd kanker paru dapat bersifat paliatif dan kuratif. Radioterapi
dapat dilakukan pada NCLC stadium awal atau karena kondisi tertentu tidak dapat
dilakukan pembedahan, misalnya tumor terletak pada bronkus utama sehingga
teknik pembedahan sulit dilakukan dan keadaan umum pasien tidak mendukung
untuk dilakukan pembedahan.Terapi radiasi dilakukan dengan menggunakan sinar
X untuk membunuh sel kanker.Pada beberapa kasus, radiasi diberikan dari luar
tubuh (eksternal).7
Tetapi ada juga radiasi yang diberikan secara internal dengan cara
meletakkan senyawa radioaktif di dalam jarum, dengan menggunakan kateter
dimasukkan ke dalam atau dekat paru-paru. Terapi radiasi banyak dipergunakan
sebagai kombinasi dengan pembedahan atau kemoterapi.7

16
Syarat standar sebelum penderita diradiasi adalah :7
1. Hb>10 g%
2. Trombosit > 100.000/dl
3. Leukosit > 3000/dl
Radiasi paliatif diberikan pada unfavourablegroup, yakni :
a. tampilan < 70%
b. penurunan BB > 5% dalam 2 bulan
c. fungsi paru buruk

2.8.3 Kemoterapi
Kemoterapi pada kanker paru merupakan terapi yang paling umum
diberikan pada SCLC atau pada kanker paru stadium lanjut yang telah
bermetastasis ke luar paru seperti otak, ginjal, dan hati. Kemoterapi dapat
digunakan untuk memperkecil sel kanker, memperlambat pertumbuhan, dan
mencegah penyebaran sel kanker ke organ lain. Kadang-kadang
kemoterapidiberikan sebagai kombinasi pada terapi pembedahan atau
radioterapi.Penatalaksanaan ini menggunakan obat-obatan (sitostatika) untuk
membunuh sel kanker.Kombinasi pengobatan ini biasanya diberikan dalam satu
seri pengobatan, dalam periode yang memakan waktu berminggu-minggu atau
berbulan-bulan agar kondisi tubuh penderita dapat pulih.8
Syarat standar yang harus dipenuhi sebelum kemoterapi :7
- Tampilan lebih dari 70-80 atau kurang dari 2 skala WHO. Bila tampilan
kurang 70 atau usia lanjut, dapat diberikan obat antikanker dengan
regimen tertentu atau jadwal tertentu
- Hb > 10 gr, pada penderita anemia ringan tanpa perdarahan akut, meski
Hb < 10gr% tidak perlu transfusi darah segera, cukup diberi terapi sesuai
dengan penyebab anemia
- Granulosit > 1500/mm3
- Trombosit > 100.000/mm3
- Fungsi hati baik
- Fungsi ginjal baik ( creatinin clearance lebih dari 70 ml/menit.
Prinsip pemilihan jenis antikanker dan pemberian sebuah regimen kemoterapi
adalah: 7

17
1. Platinum based therapy ( sisplatin atau karboplatin)
2. Respons obyektif satu obat antikanker 15%
3. Toksisiti obat tidak melebihi grade 3 skala WHO
4. Harus dihentikan atau diganti bila setelah pemberian 2 siklus pada penilaian
terjadi tumor progresif.
Dosis obat anti-kanker dapat dihitung berdasarkan ketentuan farmakologik
masing masing. Ada yang menggunakan rumus antara lain, mg/kg BB, mg/luas
permukaan tubuh (BSA), atau obat yang menggunakan rumusan AUC (area under
the curve) yang menggunakan CCT untuk rumusnya. Luas permukaan tubuh
(BSA) diukur dengan menggunakan parameter tinggi badan dan berat badan, lalu
dihitung dengan menggunakan rumus atau alat pengukur khusus (nomogram yang
berbentuk mistar) .1
LPB (m2) = BB x TB

Akar dari 3600

Untuk obat anti-kanker yang mengunakan AUC ( misal AUC 5), maka
dosis dihitung dengan menggunakan rumus atau menggunakan nomogram. Dosis
(mg) = (target AUC) x ( GFR + 25) Nilai GFR atau gromenular filtration rate
dihitung dari kadar kreatinin dan ureum darah penderita.7

Evaluasi hasil pengobatan


Umumnya kemoterapi diberikan sampai 6 siklus/sekuen, bila penderita
menunjukkan respons yang memadai.Evaluasi respons terapi dilakukan dengan
melihat perubahan ukuran tumor pada foto toraks PA setelah pemberian (siklus)
kemoterapi ke-2 dan kalau memungkinkan menggunakan CT-Scan toraks setelah
4 kali pemberian.Evaluasi dilakukan terhadap - Respons subyektif yaitu
penurunan keluhan awal - Respons semisubyektif yaitu perbaikan tampilan,
bertambahnya berat badan.Efek samping obat Respons obyektif dibagi atas 4
golongan dengan ketentuan :7
1. Respons komplit (complete response , CR) : bila pada evaluasi tumor hilang
100% dan keadan ini menetap lebih dari 4 minggu.
2. Respons sebagian (partial response, PR) : bila pengurangan ukuran tumor >
50% tetapi < 100%.

18
3. Menetap {stable disease, SD) : bila ukuran tumor tidak berubahatau mengecil >
25% tetapi < 50%.
4. Tumor progresif (progresive disease) : bila terjadi petambahan ukuran tumor >
25% atau muncul tumor/lesi baru di paru atau di tempat lain.

2.9 Pengobatan Paliatif dan Rehabilitatif


2.9.1 Pengobatan Paliatif
Hal yang perlu ditekankan dalam terapi paliatif adalah tujuannya untuk
meningkatkan kualitas hidup penderita sebaik mungkin. Pengobatan paliatif untuk
kanker paru meliputi radioterapi, kemoterapi, medikamentosa, fisioterapi, dan
psikososial. Pada beberapa keadaan intervensi bedah, pemasangan stent dan
cryotherapy dapat dilakukan.7

2.9.2 Rehabilitasi Medik


Pada penderita kanker paru dapat terjadi gangguan muskuloskeletal
terutama akibat metastasis ke tulang.Manifestasinya dapat berupa inviltrasi ke
vetebra atau pendesakan syaraf.Gejala yang tirnbul berupa kesemutan, baal, nyeri
dan bahkan dapat terjadi paresis sampai paralisis otot, dengan akibat akhir
terjadinya gangguan mobilisasi/ambulasi.Upaya rehabilitasi medik tergantung
pada kasus, apakah operabel atau tidak.Bila operabel tindakan rehabilitasi medik
adalah preventif dan restoratif.Bila non-operabel tindakan rehabilitasi medik
adalah suportif dan paliatif.7
Untuk penderita kanker paru yang akan dibedah perlu dilakukan
rehabilitasi medik prabedah dan pascabedah, yang bertujuan membantu
memperoleh hasil optimal tindakan bedah, terutama untuk mencegah komplikasi
pascabedah (misalnya: retensi sputum, paru tidak mengembang) dan mempercepat
mobilisasi. Tujuan program rehabilitasi medik untuk kasus yang nonoperabel
adalah untuk memperbaiki dan mempertahankan kemampuan fungsional
penderita yang dinilai berdasarkan skala Karnofsky.Upaya ini juga termasuk
penanganan paliatif penderita kanker paru dan layanan hospis (dirumah sakit atau
dirumah).8

19
2.10 Prognosis
Terpenting pada prognosis kanker paru adalah menentukan stadium
penyakit.Pada kasus kanker paru jenis NSCLC yang dilakukan tindakan
pembedahan, kemungkinan hidup 5 tahun adalah 30%. Pada karsinoma in situ,
kemampuan hidup setelah dilakukan pembedahan adalah 70%, pada stadium I,
sebesar 35-40% pada stadium II, sebesar 10-15% pada stadium III, dan kurang
dari 10% pada stadium IV. Kemungkinan hidup rata-rata tumor metastasis
bervariasi dari 6 bulan sampai dengan 1 tahun.8
Hal ini tergantung pada status penderita dan luasnya tumor.Sedangkan untuk
kasus SCLC, kemungkinan hidup rata-rata adalah 1-2 tahun pasca
pengobatan.Sedangkan ketahanan hidup SCLC tanpa terapi hanya 3-5
bulan.Angka harapan hidup 1 tahun untuk kanker paru sedikit meningkat dari 35
% pada tahun 1975-1979 menjadi 41% di tahun 2000-2003. Walaupun begitu,
angka harapan hidup 5 tahun untuk semua stadium hanya 15%.7

20
BAB III

LAPORAN KASUS

Nama pasien : Tn. Y


Umur :33 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Supir
MRS : 05 januari 2018
Tanggal pemeriksaan : 09 januari 2018

ANAMNESIS: Autoanamnesa

Keluhan utama :
Nyeri dada 1 minggu SMRS

Riwayat Penyakit sekarang


3 bulan SMRS pasien mengeluhkan sesak nafas, sesak nafas dirasakan tiba-tiba,
sesak tidak dipengaruhi aktivitas dan tidak bekurang dengan istirahat. Sesak nafas
dirasakan terutama pada saat pasien batuk,Batuk dirasakan hilang timbul, batuk
berdahak,berwarna putih (+) darah (-). Pasien juga mengeluhkan Demam. Demam
dirasakan hilang timbul dan mual (-), muntah (-), nafsu makan menurun (-).

Pasien pernah dilakukan pungsi pleura sebanyak 2 kali.Yang pertama pada bulan
oktober 2017 sebanyak 400 cc berwarna kuning kemerahan dan pada bulan
november 2017 sebanyak 1000 cc warna coklat kehijauan, keruh.

1 minggu SMRS pasien mengeluhkan nyeri dada sebelah kiri. Nyeri dirasakan
hilang timbul dan seperti ditusuk-tusuk. Nyeri semakin terasa pada saat pasien
batuk. Demam (-) mual (-), muntah (-), nafsu makan menurun (-), penurunan berat
badan (+). Penurunan berat badan mencapai 10 kg.

21
Riwayat penyakit dahulu:
 Riwayat asma (-)
 Riwayat minum obat OAT (-)
 Riwayat TB (-)
 Riwayat hipertensi (-)
 Riwayat DM (-)
 Riwayat penyakit jantung (-)
 Riwayat penyakit ginjal (-)
 Riwayat keganasan (-)
 2 bulan yang lalu pasien pertama dirawat di rumah sakit dengan keluhan
yang sama dan telah didiagnosa tumor paru kanan dengan jenis adenoma
karsinoma dan akan di rencanakan kemoterapi

Riwayat penyakit keluarga


 Riwayat TB atau batuk lama, dan menjalani pengobatan selama 6 bulan
disangkal
 kanker paru, ( kakek pasien) sudah meninggal
 Penyakit DM (-)
 Penyakit hipertensi (-)
 Penyakit jantung (-)
 Penyakit asma (-)

Riwayat pekerjaan, kebiasaan, dan sosial ekonomi


 Pasien bekerja, sebagai supir
 Riwayat merokok (-), namun beberapa anggota keluarga perokok dan
merokok dirumah
 Riwayat konsumsi alkohol (-)

 Rumah tidak dekat dengan lokasi pabrik maupun dengan tempat udara

tercemar lainnya.

22
Pemeriksaan fisik: 9/1/2018
 Keadaan umum : tampak sakit sedang
 Kesadaran: kompos mentis
 Tanda-tanda vital
 Tekanan darah : 110/70 mmHg
 Nadi : 100x/menit
 Pernafasan : 24x/menit
 Suhu : 36,2 0C
 Tinggi badan : 160 Cm
 Berat badan : 61 kg
 IMT : (normowight)
 SPO2 : 98%
 Mata
 Konjungtiva tidak pucat (-/-)
 Sklera tidakkuning (-/-)
 Pupil bulat, isokor diameter 2mm/2mm,
 Telinga : tidak ada kelainan
 Hidung : tidak ada kelainan
 Mulut : bibir pucat (-), sianosis (-), lidah kotor (-)
 Leher : pembesaran KGB (+) pembesaran tiroid (-) peningkatan JVP (-)
 Thoraks:
 Paru-paru
 Inspeksi : Statis normochest, dinamis gerakan dinding dada kiri
tertinggal, otot bantu nafas (-), pelebaran sela iga (-)
 Palpasi : vokal fremitus melemah di paru kiri.
 Perkusi : redup pada paru kiri, dan sonor seluruh lapangan paru
kanan
 Auskultasi: suara napas vesikuler melemah pada paru kiri, vesikuler
normal pada lapangan paru kanan, ronkhi(-/-), wheezing (-/-).
 Jantung
 Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
 Palpasi : Ictus cordis teraba di linea midklavikularis sinistra SIK 5

23
 Perkusi : batas jantung kanan linea parasternalis dekstra SIK 4
batas jantung kiri  sulit dinilai
 Auskultasi: S1 & S2 normal, murmur (-), gallop (-)
 Abdomen
 Inspeksi : bentuk perut rata simetris, supel, nyeri tekan epigastrium
(-)
 Auskultasi: bising usus (+), 8x/ menit.
 Perkusi : timpani seluruh lapangan abdomen, shifting dullness (-)
 Palpasi : supel, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan epigastrium
(-), turgor kulit kembali cepat
 Ekstremitas : atas  oedem (–)
bawah  oedem (-)
akral hangat, capillary refill time < 2 detik, sianosis (-)

Pemeriksaan laboratorium
Darah rutin (05/01/2018)
Hb : 12 g/dL 14-18 g/dL
Ht : 36 % 42-52%
Leukosit : 14.210/µL 4.800- 10.800/µL
Trombosit : 259.000/µL 150.000- 450.000/µL

Kimia darah
(05/01/2018)
GDS : 300 mg/dl 74-106 mg/dL
Creatinin : 0,4 ml/menit (0,55-1,30 mg/dl)
Ureum : 14 mg/dl (15-14 mg/dl)

Elektrolit
Na+ : 139 mmol/L ( 135-145 mmol/L)
K+ : 3,1 mmol/L (3,5-55 mmol/L)
Cl : 102 mmol/L (97-107 mmol/L)

24
Pemeriksaan Penunjang

Foto toraks 08 Desember 2017


Foto thoraks dilakukan dengan posisi PA didapatkan kesan tampak perselubungan
homogen hemitoraks kiri

25
CT Scan toraks

kesan:

 Massa paru kiri dengan atelectasis paru kiri


 Limfadenopati subcarina
 Efusi pleura kiri
 Tidak tampak nodul / infiltrate di paru kanan
 Tidak tampak metastasis intrahepatal.

26
Bronkoskopi

Hasil pemeriksaan ditemukan :

Plika vokalis : Orifisum terbuka, mukosa licin, tidak hiperemis

Trakea : Orifisum terbuka, mukosa kasar, hiperemis

Karina : Orifisum tumpul, mukosa kasar, hiperemis

BUKA : Orifisum penyempitan, mukosa kasar, hiperemis

LAKA : Orifisum penyempitan, mukosa kasar, hiperemis

LMKA : Orifisum terbuka, mukosa licin, tidak hiperemis

LBKA : Orifisum terbuka, mukosa licin, tidak hiperemis

BUKI : Orifisum terbuka, mukosa licin, hiperemis


LAKI : Orifisum terbuka, mukosa licin Hiperemis

LINGULA : Orifisum terbuka, mukosa licin Hiperemis

LBKI : Orifisum terbuka, mukosa licin, Hiperemis

Kesan : peradangan saluran napas kiri


Saran : PA

27
Sitologi pleura (16 november 2017)

Mikroskopik : Sitologi cairan pleura mengandung sel mesothel, sel makrofag


dan sel-sel limfosit tampak diantaranya sel –sel tumor yang sebagian
berkelompok, dengan inti pleomorfik, hiperkromatk, anak inti mencolok,
sitoplasma eosinofil.

Kesan : ditemukan gambaran sitologi Positif tumor ganas jenis Adenokarsinoma

Diagnosis kerja :
 Adenokarsinoma paru kiri T4N2M1a (efusi pleura) stage IV ps 0

Diagnosis Differensial
 Karsinoma sel squamosa
 karsinoma sel besar

Penatalaksanaan :
Non farmakologi:
1. Istirahat/bed rest

Farmakologi:
1. IVFD Ringger lactat 20 tpm
2. Injeksi Ranitidin 2 x 1
3. Curcuma 2x1 tab PO
4. Ambroksol 2 x 30 mg PO

28
Rencana pemeriksaan dan tindakan
Pro kemoterapi lini I siklus 1

Follow Up
05 januari 2018
S :Nyeri dada (+), Batuk (+)
O : TD : 120/80 mmHg RR : 28 x/mnt Saturasi O2 : 96%
HR : 100x/mnt T : 36,7 C
Pem. Toraks paru : Gerakan dinding dada kiri tertinggal, penggunaan otot bantu
pernafasan (-), VF melemah di paru kiri bagian tengah dan bawah, perkusi paru
kiri bagian tengah redup, Vesikuler (+/↓), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
A : tumor paru kiri jenis (Adenokarsinoma )
P :Injeksi Ranitidin 2 x 1
Curcuma 2x1 tab PO
Ambroksol 2 x 30 mg PO

06 Januari 2018
S : Nyeri dada(+), Batuk (berkurang),
O : TD : 110/80 mmHg RR : 24 x/mnt Saturasi O2 : 96%
HR : 100x/mnt T : 36,5 C
Pem. Toraks paru : Gerakan dinding dada kiri tertinggal, penggunaan otot bantu
pernafasan (-), VF melemah di paru kiri bagian tengah dan bawah, perkusi paru
kananbagian tengah redup, Vesikuler (↓/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
A : tumor paru kiri jenis (adenokarsinoma)
P: Injeksi Ranitidin 2 x 1
Curcuma 2x1 tab PO
Ambroksol 2 x 30 mg PO

29
07 januari 2018
 7 januari 2018
 S :Nyeri dada (+), Batuk (+),
 O : TD : 110/80 mmHg RR : 22 x/mnt Saturasi O2 : 96%
 HR : 85x/mnt T : 36,7 C
 Pem. Toraks paru : Gerakan dinding dada kiri tertinggal, penggunaan
otot bantu pernafasan (-), VF melemah di paru kiri , perkusi paru kiri
bagian tengah redup, Vesikuler (+/↓), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
 A : tumor paru kiri jenis (adenokarsinoma)T4N2M1a
 P : RL/12 jam
 Injeksi Ranitidin 2 x 1
 Curcuma 3x1 tab P.O
 Ambroksol 2 x 10 mg PO

 8 januari 2018
 S :Nyeri dada kiri (+), Batuk (+),
 O : TD : 110/80 mmHg RR : 22 x/mnt Saturasi O2 : 96%
 HR : 85x/mnt T : 36,7 C
 Pem. Toraks paru : Gerakan dinding dada kiri tertinggal, penggunaan
otot bantu pernafasan (-), VF melemah di paru kiri , perkusi paru kiri
bagian tengah redup, Vesikuler (+/↓), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
 A : tumor paru kiri jenis (adenokarsinoma)T4N2Mia
 P : RL 500 cc /12 jam
 Injeksi Ranitidin 2 x 1
 Curcuma 3x1 tab P.O
 Ambroksol 2 x 10 mg PO

 9 januari 2018
 S :Nyeri dada kiri (+),
 O : TD : 110/80 mmHg RR : 20 x/mnt Saturasi O2 : 96%
 HR : 100x/mnt T : 36,5 C

30
 Pem. Toraks paru : Gerakan dinding dada kiri tertinggal, penggunaan
otot bantu pernafasan (-), VF melemah di paru kiri , perkusi paru kiri
bagian tengah redup, Vesikuler (+/↓), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
 A : tumor paru kiri jenis (adenokarsinoma)T4N2Mia stage iv
 P : RL 500 cc /12 jam
 Injeksi Ranitidin 2 x 1
 Curcuma 3x1 tab P.O
 Ambroksol 2 x 10 mg PO

31
BAB III

PEMBAHASAN

Penegakan diagnosis kanker paru dapat berdasarkan anamnesis,


pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis didapatkan usia
pasien 33 tahun, dengan keluhan nyeri dada kiri tidak di pengeruhi oleh aktivitas,
sejak 1 minggu, riwayat batuk kering tidak berdarah dan tidak berdahak dan dari
anggota keluarga pasien memiliki riwayat kanker paru yaitu kakek pasien.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan inspeksi statis thoraks normochest,


simetris (+/+), dinamis paru kiri tertinggal ketika bernafas, otot bantu pernapasan
(-). Palpasi vokal fremitus melemah di paru kiri. Auskultasi didapatkan bunyi
vesikuler di melemah dikiri dan vesikuler di kanan. Pada foto thoraks didapatkan
perselubungan homogen dengan hampir di paru kiri lobus atas curiga massa.
Pemeriksaan lanjutan seperti CT scan dan brokoskopi dilakukan untuk
menentukan jenis dan metastasis tumor.dari hasil CT scan dan bronkoscopi
didapatkan T4N2 M1a dengan jenis adenokarsinoma.

Pada pasien ini staging T4 N2 M1a, ukuran tumor sebarang namun telah
melibatkan atau invasi ke subkarin dan telah mengalami metastase ke efusi pleura
Pasien mengeluhkan nyeri dada yang dirasakan hilang timbul, nyeri yang
dirasakan seperti ditusuk-tusuk, menandakan terjadi gejala invasi lokal yang
disebabkan oleh massa intratorakal yang menekan pleura parietal yang biasanya
dirasakan saat inspirasi atau saat batuk. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
perkusi redup pada paru kiri bagian tengah menandakan adanya suatu massa atau
pada paru kiri yang didukung dengan hasil pemeriksaan penunjang foto thoraks,
CT Scan dan bronkoskopi, tetapi pemeriksaan penunjang sitologi untuk
menentukan jenis tumor yang telah didapatkan hasil adenokarsinoma7,9. Terapi
yang diberikan pada pasien ini bertujuan untuk mengurangi keluhan nyeri yaitu
asam mefanamat, menghilangkan gejala batuk diberikan ambroksol dan terapi
definitif pada pasien berupa kemoterapi.

32
DAFTAR PUSTAKA

1. Jusuf A, Haryanto A, Syahruddin E, Endart S, Mudjiantoro S, Sutantio N.


Kanker paru jenis karsinoma bukan sel kecil. Pedoman diagnosis dan
penatalaksanaan kanker paru jenis karsinoma bukan sel kecil di Indonesia.
PDPI &POI, Jakarta. 2015.

33
2. Fact sheets by population, estimated age-standardised incidence and
mortality rates: both sexes [World]. International Agency for Research on
Cancer, World Health Organization [Internet]. Diunduh dari:
http://globocan.iarc.fr/Pages/ fact_sheets_population.aspx. [Diakses
tanggal 13 oktober 2017]

3. Fact sheets by population, incidence, mortality and 5-year prevalence:


both sexes [Indonesia]. International Agency for Research on Cancer,
World Health Organization [Internet]. Diunduh dari:
http://globocan.iarc.fr/Pages/f act_sheets_population.aspx. [Diakses
tanggal 13 oktober 2017]

4. Laporan Tahunan 2014. Departemen Pulmonologi dan Kedokteran


Respirasi FKUI-RSUP Persahabatan.2014.

5. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Arifin Achmad Provinsi Riau. 10


Penyakit di ruang paru terpadu RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau tahun
2016. [diakses pada tanggal 13 oktober 2017] diunduh dari
ttp://rsuhdarifinachmad.riau.go.id/.

6. Divisi Onkologi Toraks Departemen Pulmonologi dan Kedokteran


Respirasi FKUI/RS Persahabatan. Kanker Paru. 2006.
http://kankerparu.org/main. [diakses 13 oktober 2017].

7. Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan kanker paru di Indonesia. Jakarta:


Perhimpunan Dokter Paru Indonesia;2016.

8. Pedoman nasional pelayanan kedokteran kanker paru. Jakarta: Komite


Penanggulangan Kanker Paru Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia;2015.

9. Jusuf A. Dasar-dasar diagnosis kanker paru. Departemen Pulmonologi dan


Kedokteran Respirasi FKUI-RSUP Persahabatan. Jakarta:UI-Press; 2017.

34

Anda mungkin juga menyukai