Kanker Paru
Disusun Oleh :
Pembimbing:
dr. Surya Hajar Sp.P M.si (K)
PENDAHULUAN
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
pada subyek dengan resiko tinggi yaitu pasien usia > 40 tahun dengan riwayat
merokok ≥30 tahun dan berhenti merokok dalam kurun waktu 15 tahun sebelum
pemeriksaan, atau pasien ≥50 tahun dengan riwayat merokok ≥20 tahun dan
adanya minimal satu faktor risiko lainnya.
2.4 Klasifikasi
Berdasarkan histologi, Kanker Paru dibagi menjadi 2 kategori utama:8,
1) Small Cell Lung Cancer (SCLC)
SCLC terjadi sekitar 15% dari semua jenis kanker paru, kanker ini
cukupagresif, frekuensinya berhubungan dengan jarak metastasis dan
mempunyaiprognosis yang buruk pada semua kanker paru primer.
Gambaran histologinya yang khas adalah dominasi sel-sel kecil yang
hampir semuanyadiisi oleh mukus dengan sebaran kromatin yang
sedikit sekali tanpanukleoli. Sel-sel yang bermitosis banyak sekali
ditemukan begitu jugagambaran nekrosis.
2) Non-Small Cell Lung Cancer (NSCLC)
NSCLC terjadi sekitar 75% dari semua jenis kanker paru. Terbagi
lagimenjadi 3:
a) Adenokarsinoma
Menempati sekitar 35-40% kanker paru. Khas dengan bentuk
formasiglandular dan kecenderungan ke arah pembentukan
konfigurasipapilari. Biasanya membentuk musin, sering tumbuh
dari bekas kerusakan jaringan paru (scar). Dapat bertipe sentral
ataupun tipeperifer. Adenokarsinoma sejauh ini juga merupakan
4
tumor tersering yang timbul pada perempuan, bukan perokok,
dan pasien berusiakurang dari 45 tahun.
b) Karsinoma sel besar
Ini suatu subtipe yang gambaran histologisnya dibuat secara
eksklusi. Dia termasuk NSCLC tapi tak ada gambaran
diferensiasi skuamosaatau glandular, sel bersifat anaplastik, tak
berdiferensiasi, biasanyadisertai infiltrasi sel netrofil.
c) Karsinoma sel skuamosa
Karsinoma sel skuamosa sekitar 30-3 % dari semua kanker
paru, berciri khas proses keratinisasi dan pembentukan bridge
intraselular. Karsinoma skuamosa terutama timbul di trakea,
bronkus paru tipesentral, karsinoma skuamosa, tipe perifer lebih
jarang.
2.6 Patogenesis
Karsinogenesis merupakan proses yang memberikan hasil suatu
transformasi sel normal menjadi sel neoplastik yang disebabkan oleh perubahan
genetik yang menetap atau mutasi. Transformasi ini dapat terjadi spontan selama
pembelahan sel melalui mutasi acak atau penyusunan kembali gen, namun dapat
juga diinduksi oleh karsinogen viral, fisik dan kimia.Karsinogenesis terjadi dalam
beberapa tahapan yang berkesinambungan.Sekali dimulai, proses selanjutnya
tidak lagi memerlukan hadirnya karsinogen yang terus menerus.7,8
Karsinogenesis diawali oleh 2 tahap utama, yaitu -7,8
1. Inisiasi
Inisiasi adalah induksi perubahan ireversibel pada genom sel. Sel yang
terinisiasi bukanlah sel kanker.Langkah ireversibel ini terjadi apabila kesalahan
transkripsi tidak terdeteksi oleh enzim-enzim pengoreksi dan protein regulator.
2. Promosi
Promosi merupakan proses yang menstimulasi proliferasi klonal dari sel
yang terinisiasi. Efek suatu promotor relatif berusia pendek dan reversibel. Dua
mekanisme genetik yang berperan pada pertumbuhan tumor adalah hilang atau
tidak aktifnya gen resesif inhibitor (gen tumor supresor) dan ekspresi berlebihan
atau abnormal dari gen dominan stimulator (onkogen). Perubahan 10 genetik yang
5
tunggal mungkin tidak mencukupi untuk timbul dan tumbuhnya tumor.Perubahan
genetik ini diturunkan oleh sel anakan.
3. Gen tumor supresor
Ekspresi gen ini akan menekan terjadinya sel kanker. Kelainan bersifat
resesif, yaitu baru akan timbul bila kedua alel menunjukkan kelainan atau tidak
ada. Contoh gen tumor supresor adalah Rb1 dan p53.
4. Onkogen
Gen-gen regulator yang berfungsi normal disebut proto-
onkogen.Perubahan yang dialami proto-onkogen selular menjadi onkogen selalu
bersifat mengaktivasi, yaitu mengakibatkan pertumbuhan dan diferensiasi sel.
Sejauh aktivasi ini terjadi karena mutasi, maka disebut sebagai mutasi
dominan.Proto-onkogen dikonversi menjadi onkogen melalui 3 mekanisme, yaitu
: mutasi titik, translokasi dan amplifikasi gen.
2.6 Diagnosis
Tujuan pemeriksaan diagnosis adalah untuk menentukan jenis
histopatologi kanker, lokasi tumorserta penderajatannya.Upaya diagnosis dimulai
dengan, anamnesis, pemeriksaan klinis, disertai pemeriksaan penunjang dan
prosedur pemeriksaan khusus, baik noninvasif maupun invasif. Apabila semua
prosedur upaya diagnostik baik noninvasif maupun invasif tidak menghasilkan
diagnosis histologis, maka seharusnya dilakukan pembedahan torakotomi
eksplorasi untuk mengambil bahan jaringan untuk menetapkan jenis
histopatologis tersebut.7,9
6
diagnostik maka pendeteksian dini seharusnya dapat dilakukan.Sasaran untuk
deteksi dini terutama ditujukan pada subyek dengan risiko tinggi yaitu:7,9
a. Laki -laki, usia lebih dari 40 tahun, perokok
b. Paparan industri tertentudengan satu atau lebih gejala seperti: batuk
darah,batuk kronik, sesak napas,nyeri dada, nyeri tulang, demam, kelemahan,
obstruksi vena kava superior dan berat badan menurun.
Golongan lain yang perlu diwaspadai adalah perempuan perokok pasif
dengan salah satu gejala di atas dan seseorang yang dengan gejala klinik : batuk
darah, batuk kronik, sakit dada, penurunan beratbadan tanpa penyakit yang jelas.
Riwayat tentang anggota keluarga dekat yang menderita kanker paru juga perlu
jadi faktor pertimbangan. Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk deteksi dini
ini, selain pemeriksaan klinis adalah pemeriksaan radio toraks dan pemeriksaan
sitologi sputum. Jika ada kecurigaan kanker paru, penderita sebaiknya segera
dirujuk ke spesialis paru agar tindakan diagnostik lebih lanjut dapat dilakukan
lebih cepat dan terarah.7,9
7
pasien mungkin datang dalam penurunan kesadaran serta kelumpuhan anggota
tubuh pada satu sisi (hemiparesis). Pemeriksaan funduskopi untuk mendeteksi
peninggian tekanan intrakranial dan terjadinya fraktur sebagai akibat metastasis ke
tulang.7
8
perikard dan metastasis intrapulmoner, sedangkan keterlibatan KGB untuk
menentukan N agak sulit ditentukan dengan foto toraks saja.7
9
4. Pemeriksaan khusus
a. Bronkoskopi
Bronkoskopi adalah pemeriksan dengan tujuan diagnostik sekaligus dapat
dihandalkan untuk dapat mengambil jaringan atau bahan agar dapat dipastikan ada
tidaknya sel ganas. Pemeriksaan ada tidaknya masa intrabronkus atau perubahan
mukosa saluran napas, seperti terlihat kelainan mukosa tumor misalnya,
berbenjol-benjol, hiperemis, atau stinosis infiltratif, mudah berdarah. Tampakan
yang abnormal sebaiknya di ikuti dengan tindakan biopsi tumor/dinding bronkus,
bilasan, sikatan atau kerokan bronkus.7
b. Biopsi aspirasi jarum
Apabila biopsi tumor intrabronkial tidak dapat dilakukan, misalnya karena
sangat mudah berdarah, atau apabila mukosa licin berbenjol, maka sebaiknya
dilakukan biopsi aspirasi jarum, karena bilasan dan biopsi bronkus saja sering
memberikan hasil negatif.7
c. Transbronchial Needle Aspiration (TBNA)
TBNA di karina, atau trakea 1/1 bawah (2 cincin di atas karina) pada posisi
jam 1 bila tumor ada dikanan, akan memberikan informasi ganda, yakni didapat
bahan untuk sitologi dan informasi metastasis KGB subkarina atau paratrakeal.7
d. Transbronchial Lung Biopsy (TBLB)
Jika lesi kecil dan lokasi agak di perifer serta ada sarana untuk fluoroskopik
maka biopsi paru lewat bronkus (TBLB) harus dilakukan.
e. Biopsi Transtorakal (Transthoraxic Biopsy, TTB)
Jika lesi terletak di perifer dan ukuran lebih dari 2 cm, TTB dengan bantuan
flouroscopic angiography.Namun jika lesi lebih kecil dari 2 cm dan terletak di
sentral dapat dilakukan TTB dengan tuntunan CT-scan.7
f. Biopsi lain
Biopsi jarum halus dapat dilakukan bila terdapat pembesaran KGB atau teraba
masa yang dapatterlihat superfisial.Biopsi KBG harus dilakukan bila teraba
pembesaran KGB supraklavikula, leher atau aksila, apalagi bila diagnosis
sitologi/histologi tumor primer di paru belum diketahui. Biopsi Daniels dianjurkan
bila tidak jelas terlihat pembesaran KGB suparaklavikula dan cara lain tidak
10
menghasilkan informasi tentang jenis sel kanker. Punksi dan biopsi pleura harus
dilakukan jika ada efusi pleura.7
g. Torakoskopi medik
Dengan tindakan ini massa tumor di bagaian perifer paru, pleura viseralis,
pleura parietal dan mediastinum dapat dilihat dan dibiopsi.
h. Sitologi sputum
Sitologi sputum adalah tindakan diagnostik yang paling mudah dan
murah.Kekurangan pemeriksaan ini terjadi bila tumor ada di perifer, penderita
batuk kering dan tehnik pengumpulan dan pengambilan sputum yang tidak
memenuhi syarat.Dengan bantuan inhalasi NaCl 3% untuk merangsang
pengeluaran sputum dapat ditingkatkan.Semua bahan yang diambil dengan
pemeriksaan tersebut di atas harus dikirim ke laboratorium Patologi Anatomik
untuk pemeriksaan sitologi/histologi. Bahan berupa cairan harus dikirim segera
tanpa fiksasi, atau dibuat sediaan apus, lalu difiksasi dengan alkohol absolut atau
minimal alcohol 50%.7
b. Penderajatan
Kategori TNM untuk Kanker Paru :7
T : Tumor Primer
- Tx: Tumor primer sulit di nilai, atau tumor primer terbukti dari penemuan
sel tumor ganas pada sekret bronkopulmoner tetapi tidak tampak secara
radiologis atau bronkoskopik.
- T0: Tak ada bukti terdapat tumor primer
- Tis: Karsinoma in situ
- T1: Tumor dengan garis tengah terbesar tidak melebihi 3 cm , dikelilingi
oleh jaringan paru atau pleura viseral dan secara bronkoskopik invasi tidak
lebih proksimal dari bronkus lobus ( belum sampai ke bronkus utama).
Tumor superfisial sembarang ukuran dengan komponen invasif terbatas
pada dinding bronkus yang meluas ke proksimal bronkus utama Tumor
dengan ukuran tidak lebih dari 2 cm Tumor dengan ukuran lebih dari 2 cm
tetapi tidak melebihi 3 cm
11
T1a: Tumor dengan ukuran tidak lebih dari 2 cm
T1b: Tumor dengan ukuran lebih dari 2 cm tetapi tidak melebihi 3
cm
- T2: Setiap tumor dengan ukuran lebih dari 3 cm tetapi tidak lebih dari 7
cm atau tumor dengan gambaran ( tumor T2 dengan gambaran seperti
yang klasifikasikan pada T2a jika ukuran tidak melebihi 5cm) : Garis
tengah terbesar lebih dari 3 cm- Mengenai bronkus utama, 2 cm atau lebih
distal dari karina.
T2a: Tumor dengan ukuran lebih dari 3 cm tetapi tidak melebihi 5
cm.
T2b: Tumor dengan ukuran lebih dari 5 cm tetapi tidak melebihi 7
cm
- T3: Tumor dengan ukuran lebih dari 7 cm atau dengan perluasan langsung
pada: Pleura parietal (PL3), dinding dada (Termasuk tumor sulkus
superior), diafragma, nervus frenikus, pleura mediastinum atau
pericardium parietal. Tumor dalam bronkus utama yang jaraknya kurang
dari 2 cm sebelah distal karina atau tanpa melibatkan karina, tumor yang
berhubungan dengan atelektasis atau pneumonitis obstruktif seluruh paru
atau tumor nodul terpisah pada lobus yang sama.
- T4 : Tumor sembarang ukuran yang mengenai mediastinum atau jantung,
pembuluh besar, trakhea, esofagus, nervus laringeal rekuren, korpus
vertebra, karina, tumor yang disertai dengan efusi pleura ganas atau satelit
tumor nodul ipsilateral pada lobus yang sama dengan tumor primer.
12
- N3: Metastasis pada hilus atau mediastinum kontralateral atau KGB
skalenus/ supra klavikula ipsilateral/ kontralateral.
M: Metastasis Jauh
- M0: Tidak ditemukan anak sebar jauh
- M1: Ditemukan anak sebar jauh
- M1a: Metastase tumor nodul pada lobus kontralateral atau tumor dengan
nodus pleura atau efusi pleura/perikardium maligna
- M1b: Metastase jauh
Staging kanker paru dapat dilakukan secara diagnosis klinis (c TNM),
reseksi surgical patologis (p TNM), evaluasi surgical (s TNM), retreatment (r
TNM) dan autopsy (a TNM). Untuk staging kanker paru, sedikitnya diperlukan
pemeriksaan CT Scan toraks, USG abdomen (atau CT Scan abdomen), CT Scan
otak dan bone scanning.
13
C. Tampilan Umum
Tampilan umum menjadi suatu parameter untuk menentukan prognosis
penyakit, indikasi untuk menentukan jenis terapi dan agresivitas pengobatan.
2.8 Penatalaksanaan
Manajemen terapi dibagi atas:
1. kanker paru jenis karsinoma bukan sel kecil (KPKBSK+ non small
cellcarcinoma)
2. kanker paru jenis karsinoma sel kecil (KPKSK= small cell carcinoma)
2.8.1 Kanker paru jenis karsinoma bukan sel kecil (KPKBSK)
Pilihan pengobatan sangat tergantung pada stadium penyakit dan tampilan
umum penderita, komorbiditas, tujuan pengobatan dan cost effektifenes. Modalitas
penanganan yang tersedia adalah bedah, radiasi, kemoterapi, dan terapi target.
14
Gambar: Alur penatalaksanaan kanker paru jenis karsinoma bukan sel
kecil
2.8.1. Pembedahan
Modalitas ini adalah terapi utama untuk sebagian besar KPKBSK,
terutama stadium I, II dan stadium III A yang masih dapat direseksi setelah
kemoterapi neoadjuvan, jenis pembedahan yang dpat dilakukan adalah lobektomi,
segmentektomi dan reseksi sublobularis, pilihan utama adalah lobektomi yang
menghasilkan angaka kehidupan lebih tinggi, namun pada pasien dengan
komorbiditas kardiovaskular atau kapasitas paru yang lebih rendah
segmentektomi dan reseksi sublobularis menjadi pilihan utama.
Pembedahan dapat juga dilakukan pada stadium lanjut, akan tetapi lebih
bersifat paliatif. Pembedahan paliatif mereduksi tumor agar radioterapi dan
15
kemoterapi lebih efektif, dengan demikian kualitas hidup penderita kanker paru
dapat menjadi lebih baik.8
Hal terpenting sebelum melakukan tindakan bedah adalah mengetahui
toleransi penderita terhadap jenis tindakan bedah yang akan dilakukan. Toleransi
penderita yang akan dibedah dapat diukur dengan nilai uji faal paru dan jika tidak
memungkinkan dapat dinilai dari hasil analisi gas darah (AGD).8
2.8.2 Radioterapi
Radioterapi pd kanker paru dapat bersifat paliatif dan kuratif. Radioterapi
dapat dilakukan pada NCLC stadium awal atau karena kondisi tertentu tidak dapat
dilakukan pembedahan, misalnya tumor terletak pada bronkus utama sehingga
teknik pembedahan sulit dilakukan dan keadaan umum pasien tidak mendukung
untuk dilakukan pembedahan.Terapi radiasi dilakukan dengan menggunakan sinar
X untuk membunuh sel kanker.Pada beberapa kasus, radiasi diberikan dari luar
tubuh (eksternal).7
Tetapi ada juga radiasi yang diberikan secara internal dengan cara
meletakkan senyawa radioaktif di dalam jarum, dengan menggunakan kateter
dimasukkan ke dalam atau dekat paru-paru. Terapi radiasi banyak dipergunakan
sebagai kombinasi dengan pembedahan atau kemoterapi.7
16
Syarat standar sebelum penderita diradiasi adalah :7
1. Hb>10 g%
2. Trombosit > 100.000/dl
3. Leukosit > 3000/dl
Radiasi paliatif diberikan pada unfavourablegroup, yakni :
a. tampilan < 70%
b. penurunan BB > 5% dalam 2 bulan
c. fungsi paru buruk
2.8.3 Kemoterapi
Kemoterapi pada kanker paru merupakan terapi yang paling umum
diberikan pada SCLC atau pada kanker paru stadium lanjut yang telah
bermetastasis ke luar paru seperti otak, ginjal, dan hati. Kemoterapi dapat
digunakan untuk memperkecil sel kanker, memperlambat pertumbuhan, dan
mencegah penyebaran sel kanker ke organ lain. Kadang-kadang
kemoterapidiberikan sebagai kombinasi pada terapi pembedahan atau
radioterapi.Penatalaksanaan ini menggunakan obat-obatan (sitostatika) untuk
membunuh sel kanker.Kombinasi pengobatan ini biasanya diberikan dalam satu
seri pengobatan, dalam periode yang memakan waktu berminggu-minggu atau
berbulan-bulan agar kondisi tubuh penderita dapat pulih.8
Syarat standar yang harus dipenuhi sebelum kemoterapi :7
- Tampilan lebih dari 70-80 atau kurang dari 2 skala WHO. Bila tampilan
kurang 70 atau usia lanjut, dapat diberikan obat antikanker dengan
regimen tertentu atau jadwal tertentu
- Hb > 10 gr, pada penderita anemia ringan tanpa perdarahan akut, meski
Hb < 10gr% tidak perlu transfusi darah segera, cukup diberi terapi sesuai
dengan penyebab anemia
- Granulosit > 1500/mm3
- Trombosit > 100.000/mm3
- Fungsi hati baik
- Fungsi ginjal baik ( creatinin clearance lebih dari 70 ml/menit.
Prinsip pemilihan jenis antikanker dan pemberian sebuah regimen kemoterapi
adalah: 7
17
1. Platinum based therapy ( sisplatin atau karboplatin)
2. Respons obyektif satu obat antikanker 15%
3. Toksisiti obat tidak melebihi grade 3 skala WHO
4. Harus dihentikan atau diganti bila setelah pemberian 2 siklus pada penilaian
terjadi tumor progresif.
Dosis obat anti-kanker dapat dihitung berdasarkan ketentuan farmakologik
masing masing. Ada yang menggunakan rumus antara lain, mg/kg BB, mg/luas
permukaan tubuh (BSA), atau obat yang menggunakan rumusan AUC (area under
the curve) yang menggunakan CCT untuk rumusnya. Luas permukaan tubuh
(BSA) diukur dengan menggunakan parameter tinggi badan dan berat badan, lalu
dihitung dengan menggunakan rumus atau alat pengukur khusus (nomogram yang
berbentuk mistar) .1
LPB (m2) = BB x TB
Untuk obat anti-kanker yang mengunakan AUC ( misal AUC 5), maka
dosis dihitung dengan menggunakan rumus atau menggunakan nomogram. Dosis
(mg) = (target AUC) x ( GFR + 25) Nilai GFR atau gromenular filtration rate
dihitung dari kadar kreatinin dan ureum darah penderita.7
18
3. Menetap {stable disease, SD) : bila ukuran tumor tidak berubahatau mengecil >
25% tetapi < 50%.
4. Tumor progresif (progresive disease) : bila terjadi petambahan ukuran tumor >
25% atau muncul tumor/lesi baru di paru atau di tempat lain.
19
2.10 Prognosis
Terpenting pada prognosis kanker paru adalah menentukan stadium
penyakit.Pada kasus kanker paru jenis NSCLC yang dilakukan tindakan
pembedahan, kemungkinan hidup 5 tahun adalah 30%. Pada karsinoma in situ,
kemampuan hidup setelah dilakukan pembedahan adalah 70%, pada stadium I,
sebesar 35-40% pada stadium II, sebesar 10-15% pada stadium III, dan kurang
dari 10% pada stadium IV. Kemungkinan hidup rata-rata tumor metastasis
bervariasi dari 6 bulan sampai dengan 1 tahun.8
Hal ini tergantung pada status penderita dan luasnya tumor.Sedangkan untuk
kasus SCLC, kemungkinan hidup rata-rata adalah 1-2 tahun pasca
pengobatan.Sedangkan ketahanan hidup SCLC tanpa terapi hanya 3-5
bulan.Angka harapan hidup 1 tahun untuk kanker paru sedikit meningkat dari 35
% pada tahun 1975-1979 menjadi 41% di tahun 2000-2003. Walaupun begitu,
angka harapan hidup 5 tahun untuk semua stadium hanya 15%.7
20
BAB III
LAPORAN KASUS
ANAMNESIS: Autoanamnesa
Keluhan utama :
Nyeri dada 1 minggu SMRS
Pasien pernah dilakukan pungsi pleura sebanyak 2 kali.Yang pertama pada bulan
oktober 2017 sebanyak 400 cc berwarna kuning kemerahan dan pada bulan
november 2017 sebanyak 1000 cc warna coklat kehijauan, keruh.
1 minggu SMRS pasien mengeluhkan nyeri dada sebelah kiri. Nyeri dirasakan
hilang timbul dan seperti ditusuk-tusuk. Nyeri semakin terasa pada saat pasien
batuk. Demam (-) mual (-), muntah (-), nafsu makan menurun (-), penurunan berat
badan (+). Penurunan berat badan mencapai 10 kg.
21
Riwayat penyakit dahulu:
Riwayat asma (-)
Riwayat minum obat OAT (-)
Riwayat TB (-)
Riwayat hipertensi (-)
Riwayat DM (-)
Riwayat penyakit jantung (-)
Riwayat penyakit ginjal (-)
Riwayat keganasan (-)
2 bulan yang lalu pasien pertama dirawat di rumah sakit dengan keluhan
yang sama dan telah didiagnosa tumor paru kanan dengan jenis adenoma
karsinoma dan akan di rencanakan kemoterapi
Rumah tidak dekat dengan lokasi pabrik maupun dengan tempat udara
tercemar lainnya.
22
Pemeriksaan fisik: 9/1/2018
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran: kompos mentis
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 100x/menit
Pernafasan : 24x/menit
Suhu : 36,2 0C
Tinggi badan : 160 Cm
Berat badan : 61 kg
IMT : (normowight)
SPO2 : 98%
Mata
Konjungtiva tidak pucat (-/-)
Sklera tidakkuning (-/-)
Pupil bulat, isokor diameter 2mm/2mm,
Telinga : tidak ada kelainan
Hidung : tidak ada kelainan
Mulut : bibir pucat (-), sianosis (-), lidah kotor (-)
Leher : pembesaran KGB (+) pembesaran tiroid (-) peningkatan JVP (-)
Thoraks:
Paru-paru
Inspeksi : Statis normochest, dinamis gerakan dinding dada kiri
tertinggal, otot bantu nafas (-), pelebaran sela iga (-)
Palpasi : vokal fremitus melemah di paru kiri.
Perkusi : redup pada paru kiri, dan sonor seluruh lapangan paru
kanan
Auskultasi: suara napas vesikuler melemah pada paru kiri, vesikuler
normal pada lapangan paru kanan, ronkhi(-/-), wheezing (-/-).
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba di linea midklavikularis sinistra SIK 5
23
Perkusi : batas jantung kanan linea parasternalis dekstra SIK 4
batas jantung kiri sulit dinilai
Auskultasi: S1 & S2 normal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : bentuk perut rata simetris, supel, nyeri tekan epigastrium
(-)
Auskultasi: bising usus (+), 8x/ menit.
Perkusi : timpani seluruh lapangan abdomen, shifting dullness (-)
Palpasi : supel, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan epigastrium
(-), turgor kulit kembali cepat
Ekstremitas : atas oedem (–)
bawah oedem (-)
akral hangat, capillary refill time < 2 detik, sianosis (-)
Pemeriksaan laboratorium
Darah rutin (05/01/2018)
Hb : 12 g/dL 14-18 g/dL
Ht : 36 % 42-52%
Leukosit : 14.210/µL 4.800- 10.800/µL
Trombosit : 259.000/µL 150.000- 450.000/µL
Kimia darah
(05/01/2018)
GDS : 300 mg/dl 74-106 mg/dL
Creatinin : 0,4 ml/menit (0,55-1,30 mg/dl)
Ureum : 14 mg/dl (15-14 mg/dl)
Elektrolit
Na+ : 139 mmol/L ( 135-145 mmol/L)
K+ : 3,1 mmol/L (3,5-55 mmol/L)
Cl : 102 mmol/L (97-107 mmol/L)
24
Pemeriksaan Penunjang
25
CT Scan toraks
kesan:
26
Bronkoskopi
27
Sitologi pleura (16 november 2017)
Diagnosis kerja :
Adenokarsinoma paru kiri T4N2M1a (efusi pleura) stage IV ps 0
Diagnosis Differensial
Karsinoma sel squamosa
karsinoma sel besar
Penatalaksanaan :
Non farmakologi:
1. Istirahat/bed rest
Farmakologi:
1. IVFD Ringger lactat 20 tpm
2. Injeksi Ranitidin 2 x 1
3. Curcuma 2x1 tab PO
4. Ambroksol 2 x 30 mg PO
28
Rencana pemeriksaan dan tindakan
Pro kemoterapi lini I siklus 1
Follow Up
05 januari 2018
S :Nyeri dada (+), Batuk (+)
O : TD : 120/80 mmHg RR : 28 x/mnt Saturasi O2 : 96%
HR : 100x/mnt T : 36,7 C
Pem. Toraks paru : Gerakan dinding dada kiri tertinggal, penggunaan otot bantu
pernafasan (-), VF melemah di paru kiri bagian tengah dan bawah, perkusi paru
kiri bagian tengah redup, Vesikuler (+/↓), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
A : tumor paru kiri jenis (Adenokarsinoma )
P :Injeksi Ranitidin 2 x 1
Curcuma 2x1 tab PO
Ambroksol 2 x 30 mg PO
06 Januari 2018
S : Nyeri dada(+), Batuk (berkurang),
O : TD : 110/80 mmHg RR : 24 x/mnt Saturasi O2 : 96%
HR : 100x/mnt T : 36,5 C
Pem. Toraks paru : Gerakan dinding dada kiri tertinggal, penggunaan otot bantu
pernafasan (-), VF melemah di paru kiri bagian tengah dan bawah, perkusi paru
kananbagian tengah redup, Vesikuler (↓/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
A : tumor paru kiri jenis (adenokarsinoma)
P: Injeksi Ranitidin 2 x 1
Curcuma 2x1 tab PO
Ambroksol 2 x 30 mg PO
29
07 januari 2018
7 januari 2018
S :Nyeri dada (+), Batuk (+),
O : TD : 110/80 mmHg RR : 22 x/mnt Saturasi O2 : 96%
HR : 85x/mnt T : 36,7 C
Pem. Toraks paru : Gerakan dinding dada kiri tertinggal, penggunaan
otot bantu pernafasan (-), VF melemah di paru kiri , perkusi paru kiri
bagian tengah redup, Vesikuler (+/↓), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
A : tumor paru kiri jenis (adenokarsinoma)T4N2M1a
P : RL/12 jam
Injeksi Ranitidin 2 x 1
Curcuma 3x1 tab P.O
Ambroksol 2 x 10 mg PO
8 januari 2018
S :Nyeri dada kiri (+), Batuk (+),
O : TD : 110/80 mmHg RR : 22 x/mnt Saturasi O2 : 96%
HR : 85x/mnt T : 36,7 C
Pem. Toraks paru : Gerakan dinding dada kiri tertinggal, penggunaan
otot bantu pernafasan (-), VF melemah di paru kiri , perkusi paru kiri
bagian tengah redup, Vesikuler (+/↓), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
A : tumor paru kiri jenis (adenokarsinoma)T4N2Mia
P : RL 500 cc /12 jam
Injeksi Ranitidin 2 x 1
Curcuma 3x1 tab P.O
Ambroksol 2 x 10 mg PO
9 januari 2018
S :Nyeri dada kiri (+),
O : TD : 110/80 mmHg RR : 20 x/mnt Saturasi O2 : 96%
HR : 100x/mnt T : 36,5 C
30
Pem. Toraks paru : Gerakan dinding dada kiri tertinggal, penggunaan
otot bantu pernafasan (-), VF melemah di paru kiri , perkusi paru kiri
bagian tengah redup, Vesikuler (+/↓), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
A : tumor paru kiri jenis (adenokarsinoma)T4N2Mia stage iv
P : RL 500 cc /12 jam
Injeksi Ranitidin 2 x 1
Curcuma 3x1 tab P.O
Ambroksol 2 x 10 mg PO
31
BAB III
PEMBAHASAN
Pada pasien ini staging T4 N2 M1a, ukuran tumor sebarang namun telah
melibatkan atau invasi ke subkarin dan telah mengalami metastase ke efusi pleura
Pasien mengeluhkan nyeri dada yang dirasakan hilang timbul, nyeri yang
dirasakan seperti ditusuk-tusuk, menandakan terjadi gejala invasi lokal yang
disebabkan oleh massa intratorakal yang menekan pleura parietal yang biasanya
dirasakan saat inspirasi atau saat batuk. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
perkusi redup pada paru kiri bagian tengah menandakan adanya suatu massa atau
pada paru kiri yang didukung dengan hasil pemeriksaan penunjang foto thoraks,
CT Scan dan bronkoskopi, tetapi pemeriksaan penunjang sitologi untuk
menentukan jenis tumor yang telah didapatkan hasil adenokarsinoma7,9. Terapi
yang diberikan pada pasien ini bertujuan untuk mengurangi keluhan nyeri yaitu
asam mefanamat, menghilangkan gejala batuk diberikan ambroksol dan terapi
definitif pada pasien berupa kemoterapi.
32
DAFTAR PUSTAKA
33
2. Fact sheets by population, estimated age-standardised incidence and
mortality rates: both sexes [World]. International Agency for Research on
Cancer, World Health Organization [Internet]. Diunduh dari:
http://globocan.iarc.fr/Pages/ fact_sheets_population.aspx. [Diakses
tanggal 13 oktober 2017]
34