Anda di halaman 1dari 20

Gejala dan Penatalaksanaan Kanker Paru

Inge Pradita, Yono Suhendro, Fitriani, Nevy Olianovi, Carla Octavia


Heryanti, Marsha Islia El Japa, Rachmad Kurniawan, Maria Angelika
Irene T., Muhammad Muzzamil Bin Zolkanain
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Abstrak: Kanker paru adalah jenis kanker yang paling banyak di derita oleh perokok, baik
itu aktif atau pasif. Kanker paru merupakan penyakit yang insidennya tinggi serta dapat
mengakibatkan kematian. Hal ini dikarenakan buruknya prognosis, karena sebagian besar
kanker paru baru terdiagnosis pada stadium lanjut. Kanker paru dapat disebabkan kanker
payudara yang dapat bermetastasis hingga ke paru-paru dan menyebabkan gangguan proses
pernapasan.
Kata kunci: kanker paru, metastasis, penatalaksanaan
Abstract: Lung cancer is a type of cancer most commonly affect smokers, be it active or
passive smokers. Lung canceris disease whose incidience is high and can cause death. This is
because of the poor prognosis, because most of the lung cancer diagnosed an advanced
stage. Lung cancer can be caused by the breast cancer that can metastasize to lung and
cause respiratory process.
Keywords:lung cancer, metastasize, treatment
Pendahuluan
Kanker merupakan masalah paling utama dalam bidang kedokteran dan merupakan
salah satu dari 10 penyebab kematian utama di dunia serta merupakan penyakit keganasan
yang bisa mengakibatkan kematian pada penderitanya karena sel kanker merusak sel lain. Sel
kanker adalah sel normal yang mengalami mutasi atau perubahan genetik dan tumbuh tanpa
terkoordinasi dengan sel-sel tubuh lain. Proses pembentukan kanker (karsinogenesis)
merupakan kejadian somatik dan sejak lama diduga disebabkan karena akumulasi perubahan
genetik dan epigenetik yang menyebabkan perubahan pengaturan normal kontrol molekuler
perkembang biakan sel. Perubahan genetik tersebut dapat berupa aktivasi proto-onkogen dan
inaktivasi gen penekan tumor yang dapat memicu tumorigenesis dan memperbesar
progresinya. Kanker paru-paru berasal dari jaringan paru-paru, biasanya dari lapisan sel di
saluran udara. Dua jenis utama kanker ini adalah small cell lung carcinoma (SCLC) dan nonsmall cell lung carcinoma (NSCLC). Jenis kanker ini didiagnosis berdasarkan bentuk sel di
bawah mikroskop. Lebih dari 80% dari semua kanker paru-paru termasuk dalam jenis
NSCLC. Ada 3 subtipe utama dari NSCLC, yaitu adenocarcinoma, squamous cell carcinoma
dan large cell carcinoma.
Anamnesis
Anamnesis merupakan kumpulan informasi subjektif yang diperoleh dari apa yang
dipaparkan oleh pasien terkait dengan keluhan utama yang menyebabkan pasien mengadakan
1

kunjungan ke dokter. Anamnesis diperoleh dari komunikasi aktif antara dokter dan pasien
atau keluarga pasien. Anamnesis yang baik untuk seorang dewasa mencakupi data klinik yang
ingin didapat guna menegakkan diagnosis penyakit pasien. Data klinik yang ingin didapat
oleh dokter dalam anamnesis terdiri dari identitas, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang,
riwayat penyakit dahulu dan riwayat penyakit keluarga. Dari anamnesis akan didapatkan
keluhan utama dan perjalanan penyakit, serta faktor-faktor lain yang sering membantu
tegaknya diagnosis.1
1. Identitas Pasien
Identitas pasien meliputi nama, tanggal lahir, umur, suku, agama, alamat, pendidikan,
dan pekerjaan
2. Keluhan utama
Batuk darah sejak 4 bulan yang lalu
3. Riwayat penyakit sekarang1
Ada tidaknya batuk? Sejak kapan, intensitasnya bagaimana, batuk terus menerus
atau hanya sesaat, apakah batu produktif atau nonproduktif ?
Apakah adanya dahak? warna, dan jumlah dahak bagaimana ?
Ada tidaknya demam? Sejak kapan, intensitas demam bagaimana, demam tinggi
atau ringan?
Adakah hemoptisis? Berapa banyak?
Ada tidaknya nyeri dada?
Ada tidaknya sesak napas? Perubahan suara menjadi serak?
Ada tidaknya benjolan bagian leher (pembesaran kelenjar getah bening)?
Adak tidaknya penurunan nafsu makan, penurunan berat badan yang drastis?
Ada tidaknya ikterus?
4. Riwayat Penyakit Dahulu1
Adakah riwayat batuk darah sebelumnya ?
Apakah pernah menjalani operasi, radioterapi, kemoterapi ?
Ada tidaknya riwayat pengobatan ?
Ada tidaknya alergi ?
5. Riwayat Penyakit Keluarga1
Apakah ada dalam keluarga yang merokok?
Apakah ada dalam keluarga yang menderita penyakit infeksi seperti tuberkulosis?
Apakah ada dalam keluarga yang mengalami kelainan alergi seperti asma bronkhial?
Apa ada yang menderita bronkitis kronis?
6. Riwayat Pribadi dan Sosial1
Apa ada riwayat merokok? Jika ada sejak kapan, jumlah rokok yang dihisap perhari?
Lingkungan rumah, pekerjaan bagaimana? Apakah adanya kontak dengan asap
rokok?
Adakah riwayat minum alcohol?

Pemeriksaan fisik
2

Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses yang dilakukan
seorang ahli medis atau dokter dengan memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda
klinis penyakit. Hasil pemeriksaan fisik akan dicatat dalam rekam medis. Rekam medis dan
pemeriksaan fisik akan membantu dalam penegakkan diagnosis dan perencanaan
penatalaksanaan pada pasien. Pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari
bagian kepala dan berakhir pada anggota gerak. Pemeriksaan fisik yang umum dilakukan
adalah melihat tanda-tanda vital atau pemeriksaan suhu, denyut dan tekanan darah. Setelah
itu dilanjutkan dengan pemeriksaan organ utama yang diperiksa dengan inspeksi, palpasi,
perkusi dan auskultasi.2
1.
Inspeksi
Menilai bagiamana bentuk thoraks, warna kulit, ada tidaknya lesi atau luka bekas
operasi. Kemudian melihat pergerakan dada simetris tidaknya, dan melihat ada tidaknya
retraksi intercostal. Kemudian melihat ada tidaknya masa, atau pembekakan.2
2. Palpasi
Palpasi dilakukan untuk mengkasi kesimetrisan pergerakan dada dan
mengabnormalitas, mengidentifikasi keadaan kulit, serta vocal fermitus. Palpasi thoraks
berguna unutk mengetahui abnormalitas yang terkaji saat inspeksi baik itu berupa
massa, lesi, bengkak, dan perlu dikaji jika pasien mengeluh rasa sakit pada saat
dilakukannya palpasi.2
3. Perkusi
Perkusi untuk mengkasi resonansi pulmoner, organ yang ada disekitarnya, dan
pengembangan diafragma. Suara perkusi abnormal bisa hipersonor yaitu timbul pada
bagaian paru yang berisi udara.2
4. Auskultasi
Pada auskultasi akan didapatkan wheezing atau stridor hal ini terjadi karena
adanya obstruksi saluran napas.2
Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan radiologi
a. Pemeriksaan sinar X
Sekitar 5-10% pasien karsinoma paru dapat tanpa gejala apapun, hanya
berdasarkan pemeriksaan sinar X ditemukan lesi parunya. Metode pemeriksaan sinar
X yang sering dipakai meliputi fluoroskopi sinat X regio toraks, foto toraks postero
anterior-lateral. Pada pemeriksaan foto toraks PA/lateral akan dapat dilihat bila masa
tumor dengan ukuran lebih dari 1 cm. Tanda yang mendukung keganasan adalah tepi
yang ireguler, disertai identasi pleura, tumor satelit tumor dan lain sebaginya. Pada
foto tumor juga dapat ditemukan telah invasi ke dinding dada, efusi pleura, efusi
perikardium dan metastasis intrapulmoner. Sedangkan keterlibatan kelenjar getah
bening menentukan normal agak sulit ditentukan dengan foto toraks saja.3

Gambar 1. Foto toraks tumor sel skuamos di regio hilus3


b. Pemeriksaan CT
Pemeriksaan CT scan toraks kini metode baku untuk memperkirakan luas dan
derajat invasi ontratorakal karsinoma paru, terutama dalam penentuan karsinoma
paru. CT scan dapat mendeteksi tumor dengan ukuran lebih kecil dari 1 cm secara
lebih tepat. Demikian juga tanda-tanda proses keganasan juga tergambar secara lebih
baik, bahkan bila terdapat penekanan terhadap bronkus, tumor intrabronkial,
atelektasis, efusi pleura yang tidak masif dan terjadi invasi ke mediastinum dan
dinding dada meski tanpa gejala.3

Gambar 2. Massa pada CT >3 cm pada lobus atas paru kanan3


c. Pemeriksaan MRI
Pemeriksaan MRI toraks memiliki keunggulan besar dibandingkan CT scan
adalah lebih mudah membedakan hubungan antara tumor padat dan pembuluh darah,
dan dapat dapat memperlihatkan trakeobronkus serta pembuluh darah yang terkena,
bergeser dan terobstruksi. Tapi dalam pemeriksaan nodul kecil dalam paru hasilnya
tidak sebaik CT.3
2. Pemeriksaan sitologi sputum
4

Sitologi sputum adalah tindakan diagnostik yang paling mudah dan paling murah.
Kekurangan pemeriksaan ini terjadi bila tumor ada di perifer, penderita batuk kering
dan tehnik pengumpulan dan pengambilan sputum yang tidak memenuhi syarat.
Dengan bantuan inhalasi NaCl 3% untuk merangsang pengeluaran sputum dapat
ditingkatkan. Semua bahan yang diambil tersebut harus dikirim ke laboratoirum
patologi anataomi untuk pemeriksaan sitologi atau histologi. Pengambilan sputum yang
baik adalah saat bangun padi membatukan sputum dari dalam paru dengan sputum
berserat darah. Pemeriksaan sitologi sputum berturut-turut 3-5 hari dapat meningkatkan
angka temuan positif.3
3. Pemeriksaan serologi
a. Petanda Tumor
Petanda tumor seperti CEA, Cyfra21-1, NSE dan lainya tidak dapat digunakan
untuk mendiagnosis tetapi masih digunakan evaluasi hasil pengobatan.3
b. Pemeriksaan biologi molekuler
Pemeriksaan biologi molekuler semakin berkembang, cara paling sederhana
dapat menilai ekspresi beberapa gen atau produk gen yang terkait dengan kanker
paru seperti protein p53, bcl2, dan lainya. Manfaat utama dari pemeriksaan biologi
molekuler adalah menentukan prognosis penyakit.3
4. Pemeriksaan endoskopi
a. Bronkoskopi
Bronkoskopi adalah pemeriksan dengan tujuan diagnostik sekaligus dapat
dihandalkan untuk dapat mengambil jaringan atau bahan agar dapat dipastikan ada
tidaknya sel ganas. Bronkoskopi dapat melihat langsung lesi di saluran
trakeobronkial. Pemeriksaan ada tidaknya masa intrabronkus atau perubahan
mukosa saluran napas, seperti terlihat kelainan mukosa tumor misalnya, berbenjolbenjol, hiperemis, atau stinosis infiltratif, mudah berdarah.4
b. Mediastinoskopi
Suatu cara diagnosis melalui suatu lubang artifisial di celah depan trakea
dimasukan mediastinoskopi untuk melihat sekitar trakea melalui insisi supra sternal,
sekaligus melakukan biopsi. Pemeriksaan ini sangat berguna dalam memastikan ada
tidaknya metastasi kelenjar limfe mediastinum pada karsinoma paru, merupakan
teknik penting dalam menentukan stadium kanker paru, dan juga untuk diagnosis
banding. Lebih dari 20% kanker paru bermetastasis ke mediastinum, terutama Small
Cell Ca dan Large Cell Ca.4
c. Torakoskopi
Merupakan suatu tindakan invasif, maka pemeriksaan torakoskopi yang
bertujuan diagnosis umumnya baru dipertimbangkan dikerjakan jika teknik
pemeriksaan noninvasif lainnya belum dapat menegakan diagnosis suatu penyakit.
Dengan tindakan ini massa tumor di bagaian perifer paru, pleura viseralis, pleura
parietal dan mediastinum dapat dilihat dan dibiopsi.4
d. Transbronchial Lung Biopsy (TBLB)
Jika lesi kecil dan lokasi agak di perifer serta ada sarana untuk fluoroskopik
maka biopsi paru lewat bronkus (TBLB) harus dilakukan.3
e. Transbronchial Needle Aspiration (TBNA)

TBNA di karina, atau trakea bawah (2 cincin di atas karina) pada posisi jam 1
bila tumor ada dikanan, akan memberikan informasi ganda, yakni didapat bahan
untuk sitologi dan informasi metastasis kelenjar getah bening (KGB) subkarina atau
paratrakeal.3
f. Biopsi Transtorakal (Transthoraxic Biopsy, TTB)
Jika lesi terletak di perifer dan ukuran lebih dari 2 cm, TTB dengan bantuan
fluoroskopik angiografi. Namun jika lesi lebih kecil dari 2 cm dan terletak di sentral
dapat dilakukan TTB dengan tuntunan CT scan.3
Diagnosis kerja
Kanker paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalam jaringan paru
yang disebabkan oleh sejumlah karsinogen lingkungan, terutama asap rokok. Menurut WHO
kanker paru merupakan penyebab kematian utama dalam kelompok kanker baik pada pria
maupun wanita. Sebagian besar kanker paru berasal dari sel-sel dalam paru, tetapi bisa juga
berasal dari kanker di bagian tubuh lain yang menyebar ke paru. Terdapat empat jenis umum
kanker paru: tiga karsinoma sel besar dan satu karsinoma sel kecil.5
1. Small Cell Lung Cancer (SCLC)
Gambaran histologinya yang khas adalah dominasi sel-sel kecil yang hampir
semua diisi oleh mukus dengan sebaran kromatin yang sedikit sekali tanpa nukleoli.
Disebut juga oat cell carsinoma karena bentuknya mirip dengan bentuk biji gandum,
sel kecil ini cenderung berkumpul sekeliling pembuluh darah halus menyerupai
pseudoroset. SCLC sejenis tumor yang bersifat sangat anaplastik, atau embrionik,
sehingga memperlihatkan insiden metastasis yang tinggi. Walaupun biasanya telah
mencapai metastasis pada saat didiagnosis karena perjalanan penyakit yang agresif dan
pertumbuhannya yang cepat, SCLC merupakan tipe kanker paru yang paling sensitif
terhadap kemoterapi dan radiasi, oleh karena itu kanker ini sering terjadi pada bagian
tengah dari toraks, biasanya akan terjadi pneumonia pascaobstruktif dan atelektasis.
Tempat-tempat sebagai manisfestasi metastasis jauh adalah otak, hari, sumsusm tulang.
Manisfestasi paru yang timbul pada tumor ini juga disebabkan obstruksi aliran udara.
Tumor jenis ini mungkin merupakan jenis yang paling sering dijumpai pada perokok,
dan memiliki prognosis paling buruk.2,4,5

Gambar 3. Small cell lung cancer5


2. Non Small Cell Lung Cancre (NSCLC)
6

a. Squamous cell carcinoma


Karsinoma sel skuamosa berciri khas proses keratinisasi dan pembentukan
bridge intraseluler, studi sitologi memperlihatkan perubahan yang nyata dari
displasia skuamosa ke karsinoma insitu. Berdiferensiasi sedang atau buruk, terdapat
pada bagian tengah paru, dapat timbul sebagai tumor pancoast dan dapat
menyebabkan awitan hiperkalemia yang tiba-tiba.2,4,5
b. Adenocarcinoma
Tumor epitel ganas dengan diferensiasi kelenjar atau pembentukan musin oleh
sel tumor. Meperlihatkan pola pertumbuhan, baik murni atau yang lebih sering
campuran.2,4,5
c. Bronchoalveolar carcinoma
Merupakan suatu subtipe dari adenokarsinoma, meliputi parenkim paru tanpa
menginvasi atau merusak jaringan paru.4
d. Large cell carcinoma
Ini suatu subtipe yang gambaran histyologinya dibuat secara ekslusi. Dia
termasuk NSCLC tapi tidak ada gambaran diferensiasi skuamosa atau glandulae, sel
bersifat anaplastik, tak berdiferensiasi, biasanya disertai infiltrasi sel netrofil.2,4,5
Penggolongan stadium karsinioma paru selalu menggunakan cara TNM dari persatuan
Antikanker Internasional (UICC). Pada tahunn 2002 UICC mengumumkan penggolongan
stadium kanker paru internasional yang telah direvisi. Ini memiliki makna klinis penting
dalam hal penentuan lingkup lesi, formula terapi, kesamaan standar efektivitas terapi dan
estimasi prognosis.2
Tabel 1.Staging sistem TNM2
Gambarn TNM
Tumor primer (T)
T0
Tx

Tis
T1
T2

T3

Defenisi
Tidak terbukti adanya tumor primer
Kanker yang tersembunyi terlihat pada sitologi bilasan
bronkus tetapi tidak terlihat pada radiogram atau
bronkoskopi
Karsinoma in situ
Tumor dengan diameter 3 cm dikelilingi paru paru
atau pleura viseralis yang normal.
Tumor dengan diameter 3 cm atau dalam setiap ukuran
dimana sudah menyerang pleura viseralis atau
mengakibatkan atelektasis yang meluas ke hilus; harus
berjarak 2 cm distal dari karina.
Tumor dalam setiap ukuran dengan perluasan langsung
pada dinding dada, diafragma, pleura mediastinalis, atau
pericardium tanpa mengenai jantung, pembuluh darah
besar, trakea, esofagus, atau korpus vertebra; atau dalam
jarak 2 cm dari karina tetapi tidak melibat karina.

T4

Tumor dalam setiap ukuran yang sudah menyerang


mediastinum atau mengenai jantung, pembuluh darah
besar, trakea, esofagus, koepua vertebra, atau karina;
atau adanya efusi pleura yang maligna.

Kelenjar limfe regional (N)


N0

Tidak dapat terlihat metastasis pada kelenjar limfe


regional.
Metastasis pada peribronkial dan/ atau kelenjar
kelenjar hilus ipsilateral.
Metastasis pada mediastinal ipsi lateral atau kelenjar
limfe subkarina.
Metastasis pada mediastinal atau kelenjar kelenjar
limfe hilus kontralateral; kelenjar kelenjar limfe
skalenus atau supraklavikular ipsilateral atau
kontralateral.

N1
N2
N3

Metastasis jauh (M)


M0
M1

Tidak diketahui adanya metastasis jauh


Metastasis jauh terdapat pada tempat tertentu (seperti
otak).

Kelompok stadium
Karsinoma
TxN0M0
tersembunyi
Stadium 0
TisN0M0
Stadium I
T1N0M0
T2N0M0
Stadium II

Stadium IIIa

Stadium IIIb

Stadium IV

Sputum mengandung sel sel ganas tetapi tidak dapat


dibuktikan adanya tumor primer atau metastasis.
Karsinoma in situ.
Tumor termasuk klasifikasi T1 atau T2 tanpa adanya
bukti metastasis pada kelenjar limfe regional atau
tempat yang jauh.
T1N1M0
Tumor termasuk klasifikasi T1 atau T2 dan terdapat
T2N1M0
bukti adanya metastasis pada kelenjar limfe peribronkial
atau hilus ipsilateral.
T3N0M0
Tumor termasuk klasifikasi T3 dengan atau tanpa bukti
metastasis pada kelenjar limfe peribronkial atau hilus
ipsilateral; tidak ada metastasis jauh.
Setiap TN3M0 Setiap tumor dengan metastasis pada kelenjar limfe
Setiap T4NM0 hilus tau mediastinal kontralateral, atau pada kelenjar
limfe skalenus atau supraklavikular; atau setiap tumor
yang termasuk klasifikasi T4 dengan atau tanpa
metastasis kelenjar limfe regional; tidak ada metastasis
jauh.
Setiap T, setiap Setiap tumor dengan metastsis jauh.
N, M1

Diagnosis banding
1

Tuberkulosis (TB)
8

Merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis


penularannya terjadi melalui udara yaitu dari droplet infeksi. Gejalanya dapat berupa
batuk lebih dari 3 minggu, berdahak, batuk darah, nyeri dada, sesak nafas, demam,
keringat malam, malaise, nafsu makan menurun dan berat badan menurun. Pada
pemeriksaan fisik penderita TB tidak khas untuk membedakannya dengan penyakit paru
lain. Bila terdapat limfadenitis tuberkulosa didapatkan pembesaran kelenjar limfe, sering
di daerah leher, kadang disertai skrofuloderma. Pada pemeriksaan laboratorium pasien
yang diambil dari sputum penderita maka akan ditemukan adnya BTA (Batang Tahan
Asam). Pada foto toraks TB yang aktif maka akan didapatkan gambaran berupa:6
Bayangan berawan atau nodular disegmen apical dan posterior lobus atas dan
segmen superior lobus bawah paru.
Kavitas, terutama lebih dari satu, dikelilingi bayangan opak berawan atau nodular.
Bayangan bercak milier.
Efusi pleura.

Gambar 4. Rontgen foto paru penderita tuberkulosis.6


Squamous cell carcinoma
Karsinoma sel skuamosa berciri khas proses keratinisasi dan pembentukan bridge
intraseluler, studi sitologi memperlihatkan perubahan yang nyata dari displasia skuamosa
ke karsinoma insitu. Berdiferensiasi sedang atau buruk, terdapat pada bagian tengah paru,
dapat timbul sebagai tumor pancoast dan dapat menyebabkan awitan hiperkalemia yang
tiba-tiba.2,4,5
Adenokarsinoma
Adenokarsinoma adalah tipe NSCLC yang paling umum dimana adenokarsinoma
dikaitkan dengan merokok. Seperti kanker-kanker paru lainnya, tipe ini terutama diamati
juga pada bukan perokok yang mengembangkan kanker paru. Kebanyakan
adenokarsinoma timbul pada area-area bagian luar atau sekeliling dari paru-paru.3
Bronchioloalveolar carcinoma
Bronchioloalveolar carcinoma adalah suatu subtipe dari adenokarsinoma yang
seringkali berkembang pada berbagai tempat di paru-paru dan menyebar sepanjang
dinding-dinding alveoli yang telah ada sebelumnya. Squamous cell carcinoma juga dikenal
sebagai epidermoid carcinoma, timbul paling sering di arah pusat dada di bronchi.3
Large cell carcinoma

Large cell carcinoma kadangkala dirujuk sebagai karsinoma-karsinoma yang tidak


dapat dibedakan atau disebut undifferentiated carcinoma, adalah tipe NSCLC yang paling
tidak umum. Campuran dari tipe-tipe NSCLC yang berbeda juga ditemukan.3
Epidemiologi
Kanker paru masih menjadi salah satu keganasan yang paling sering, berkisar 20%
dari seluruh kasus kanker pada laki-laki dengan risiko terkena 1 dari 13 orang dan 12% dari
semua kasus kanker pada perempuan dengan risiko terkena 1 dari 23 orang. Di Inggris ratarata 40.000 kasus baru dilaporkan setiap tahun. Perkiraan insidensi kanker paru pada laki-laki
tahun 2005 di Amerika Serikat adalah 92.305 dengan rata-rata 91.537 orang meninggal
karena kanker.3
Risiko terjadinya kanker paru sekitar 4 kali lebih besar pada laki-laki dibandingkan
perempuan dan risiko meningkat sesuai dengan usia. Di Eropa insidensi kanker paru 7 dari
100.000 laki-laki dan 3 dari 100.000 perempuan pada usia 35 tahun, tetapi pada pasien >75
tahun, insidensi 440 pada laki-laki dan 72 pada perempuan.3
Variasi insidensi kanker paru secara geografik yang luas juga dilaporkan dan hal ini
terutama berhubungan dengan kebiasaan merokok yang bervariasi di seluruh dunia. Menurut
Departemen Kesehatan melalui pusat promosi kesehatan menyatakan Indonesia merupakan
salah satu negara berkembang yang memiliki tingkat konsumsi rokok dan produksi rokok
tertinggi. Berdasarkan data dari WHO, prevalensi merokok di kalangan orang dewasa
meningkat ke 31,5% pada tahun 2001 dari 26,9% pada tahun 1995. Pada tahun 2001, 62,2%
dari pria dewasa merokok, dibandingkan dengan 53,4% pada tahun 1995.3
Rata - rata umur mulai merokok yang semula 18,8 tahun pada tahun 1995 menurun ke
18,4 tahun pada tahun 2001. Prevalensi merokok pada pria meningkat cepat seiring dengan
bertambahnya umur; dari 0,7% (10- 14 tahun), ke 24,2% (15- 19 tahun), melonjak ke 60,1%
(20 - 24 tahun). Remaja pria umur 15-19 tahun mengalami peningkatan konsumsi sebesar
65% antara 1995 dan 2001 lebih tinggi dari kelompok lain manapun. Dapat dilihat bahwa
terjadi peningkatan prevalensi merokok dalam jangka waktu 5 tahun.3
Pada awal Abad ke-20, kanker paru menjadi masalah global. Kanker paru
merupakan kanker yang paling sering di dunia. Saat ini, 1,2 juta orang meninggal karena
kanker paru-paru setiap tahun dan kejadian global kanker paru-paru semakin meningkat.3
Hasil survei penyakit tidak menular oleh Direktorat Jenderal PPM & PL di 5 rumah
sakit propinsi di Indonesia (Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung, dan Sumatera
Selatan) pada tahun 2004, menunjukkan angka kesakitan disebabkan oleh kanker paru
sebesar 30% (Depkes RI, 2004).3
Tingginya angka merokok pada masyarakat Indonesia akan menjadikan kanker paru
sebagai salah satu masalah kesehatan di Indonesia.3
Patofisiologi
Sel mukosal bronkial mengalami perubahan metaplastik sebagai respon terhadap
paparan kronis dari partikel yang terhirup dan kemudian melukai paru. Sebagai respon dari
adanya luka selular tersebut, maka terjadilah peradangan. Awalnya partikel menyerang
percabangan segmen atau sub bronkus yang menyebabkan silia hilang dan deskuamasi
10

sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Sel basal mukosal akan mengalami proliferasi dan
terdiferensiasi menjadi sel goblet yang mensekresi mukus. Dengan adanya pengendapan
karsinogen maka menyebabkan metaplasia, hiperplasia dan displasia. Aktivitas metaplastik
terjadi akibat pergantian lapisan epitelium kolumnar dengan epitelium skuamus, yang disertai
dengan atipia selular dan peningkatan aktivitas mitotik yang berkembang menjadi displasia
mukosal. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hiperplasia dan displasia
menembus ruang pleura, bisa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada costae
dan corpus vertebra. Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang
terbesar. Lesi ini menyebabkan obstruksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti supurasi di
bagian distal.7
Kanker paru terjadi apabila tumbuhnya sel epitel dalam sistem pernafasan bagian
bawah yang berasal dari percabangan bronkus dan diperkirakan bahwa inhalasi jangka
panjang dari bahan karsinogen diantaranya rokok yang mengandung fraksi neutral dan fraksi
basa dan polusi udara.7
Bahan bahan tersebut masuk kesaluran pernafasan dan menyebar melalui alveolus,
lobus paru, dan jaringan paru sehingga merangsang pertumbuhan sel yang abnormal
kemudian terjadilah tumor paru sehingga disana terjadi diantaranya metastase pada bagianbagian paru seperti pada bagian traktus superior. Kerja silia menurun dan muskularis di
saluran pernafasan disana terdapat penumpukan sekret maka terjadi sesak nafas.7
Terjadinya metastase ke daerah pleura dinding paru, tulang, atau syaraf, di columna
vetebralis torakal dan lumbal sehingga dapat terjadi invasi pada syaraf nyeri kronik dan
keterbatasan gerakan dinding dada sehingga sekret tidak bisa dikeluarkan dan tertelan di
traktus digestivus maka mengakibatkan mual.7
Metastase epiglotis mengakibatkan suara serak, tidak jelas dan hilang dan pada
metastase sistem peredaran darah dapat mengenai kerja jantung pada arteri koronaria
sehingga terjadi infark miokard, gangguan fungsi jantung dan penurunan kerja jantung.7

Etiologi
Meskipun etiologi sebenarnya dari kanker paru belum diketahui, tetapi ada beberapa
faktor yang agaknya bertanggung jawab dalam peningkatan insiden kanker paru:2
1.
Merokok
Tak diragukan lagi merupakan faktor utama. Suatu hubungan statistik yang
defenitif telah ditegakkan antara perokok berat (lebih dari dua puluh batang sehari) dari
kanker paru (karsinoma bronkogenik). Perokok seperti ini mempunyai kecenderung
sepuluh kali lebih besar dari pada perokok ringan. Selanjutnya orang perokok berat
yang sebelumnya dan telah meninggalkan kebiasaannya akan kembali ke pola resiko
bukan perokok dalam waktu sekitar 10 tahun. Hidrokarbon karsinogenik telah
ditemukan dalam ter dari tembakau rokok yang jika dikenakan pada kulit hewan,
menimbulkan tumor.2
2.
Perokok Pasif
Serat-serat asbes (asbestos fibers) adalah serat-serat silikat (silicate fibers) yang
dapat menetap untuk seumur hidup dalam jaringan paru seiring dengan paparan pada
asbes-asbes. Tempat kerja adalah suatu sumber paparan pada serat-serat asbes yang
11

umum, karena asbes-asbes digunakan secara meluas di masa lalu untuk kedua-duanya
yaitu sebagai materi-materi isolasi panas dan akustik. Sekarang, penggunaan asbes
dibatasi atau dilarang pada banyak negara, termasuk Amerika. Kedua-dua kanker paru
dan mesothelioma (suatu tipe kanker dari pleura atau dari lapisan rongga perut yang
disebut peritoneum) dikaitkan dengan paparan pada asbes-asbes. Menghisap rokok
secara dramatis meningkatkan kemungkinan mengembangkan suatu kanker paru yang
berhubungan dengan asbes pada pekerja-pekerja yang terpapar. Pekerja-pekerja asbes
yang tidak merokok mempunyai suatu risiko sebesar lima kali mengembangkan kanker
paru daripada bukan perokok, dan pekerja-pekerja asbes yang merokok mempunyai
suatu risiko sebesar 50 sampai 90 kali lebih besar daripada bukan perokok.2
Asap yang dihasilkan rokok mengandung tar. Tar itu sendiri mengandung banyak
bahan beracun ke dalam tubuh. Ini adalah substansi, tebal lengket, dan ketika
menghirup itu melekat pada silia di paru-paru. Silia melindungi paru-paru dari kotoran
dan infeksi, tapi ketika tertutup tar, silia tidak dapat melakukan fungsinya. Tar juga
melapisi dinding sistem respirasi secara keseluruhan, mempersempit bronchiole dan
mengurangi elastisitas paru-paru. Yang pada akhirnya menyebabkan kanker paru dan
penyakit pernafasan kronis.2
Selain itu asap ini juga mengandung karbon monoksida. Karbon monoksida
adalah bahan kimia beracun ditemukan dalam asap buangan mobil. Hal inilah yang
kemudian bisa menurunkan jumlah oksigen dalam darah dan menghalangi semua
kinerja organ yang membekalkan oksigen di dalam tubuh. Karena tubuh kurang
oksigen membuat jantung mengalami penebalan dan bekerja lebih keras memompa
darah. Inilah penyebab utama seorang perokok bisa mengalami serangan jantung secara
mendadak.2
3.
Asap tembakau
Asap tembakau mengandung lebih dari 4,000 senyawa-senyawa kimia, banyak
darinya telah ditunjukkan menyebabkan kanker, atau karsinogenik. Karsinogenik utama
didalam asap tembakau adalah bahan kimia yang dikenal sebagai nitrosamines dan
polycyclic aromatic hydrocarbons. Risiko mengembangkan kanker paru berkurang
setiap tahun seiring dengan penghentian merokok ketika sel-sel normal tumbuh dan
menggantikan sel-sel yang rusak di dalam paru.2
4.
Radon Gas
Radon gas adalah suatu gas mulia secara kimia dan alami yang adalah suatu
pemecahan produk uranium alami. Ia pecah atau hancur membentuk produk-produk
yang mengemisi suatu tipe radiasi yang mengionisasi. Radon gas adalah suatu
penyebab kanker paru yang dikenal, dengan suatu estimasi 12% dari kematiankematian kanker paru diakibatkan oleh radon gas, atau 15,000 sampai 22,000 kematiankematian yang berhubungan dengan kanker paru setiap tahun di Amerika, membuat
radon penyebab utama kedua dari kanker paru di Amerika. Seperti dengan paparan pada
asbes, merokok yang serentak meningkatkan sangat besar risiko kanker paru dengan
paparan pada radon. Radon gas dapat bergerak melalui tanah dan masuk kedalam
rumah melalui celah-celah diantara fondasi-fondasi, pipa-pipa, saluran-saluran, atau
tempat-tempat terbuka lainnya. United States Environmental Protection Agency
memperkirakan bahwa satu dari setiap 15 rumah-rumah di Amerika mengandung
12

5.

6.

7.

8.

tingkat-tingkat radon gas yang berbahaya. Radon gas tidak terlihat dan tidak berbau,
namun ia dapat terdeteksi dengan kotak-kotak tes yang sederhana.2
Kontak industrial
Asbestos, arsen, uranum, nikel, kronium, adalah faktor resiko penyebab
karsinoma paru.2
Polusi udara
Mereka yang tinggal di kota mempunyai angka kanker paru yang lebih tinggi dari
pada mereka yang tinggal di desa dan walaupun telah diketahui adanya karsinogen dari
industri dan uap diesel dalam atmosfer di kota.2
Genetik
Terdapat bukti bahwa anggota keluarga pasien kanker paru berisiko lebih besar
terkena penyakit ini. Penelitian sitogenik dan genetik molekuler memperlihatkan bahwa
mutasi pada protoonkogen dan gen-gen penekan tumor memiliki arti penting dalam
timbul dan berkembangnya kanker paru. Tujuan khususnya adalah pengaktifan onkogen
(termasuk juga gen-gen K-ras dan myc) dan menonaktifkan gen-gen penekan tumor
(termasuk gen rb, p53, dan CDKN2).2
Teori onkogenesis
Terjadinya kanker paru didasari oleh tampilnya gen suppresor tumor dalam
genom (onkogen). Adanya inisiator mengubah gen supresor tumor dengan cara
menghilangkan (delesi/del) atau penyisipan (insersi/ inS) sebagian susunan pasangan
basanya, tampilnya gen erbB1 dan atau neu/erbB2 berperan dalam anti apoptosis
(mekanisme sel untuk mati secara alamiah- programmed cell death). Perubahan
tampilan gen kasus ini menyebabkan sel sasaran dalam hal ini sel paru berubah menjadi
sel kanker dengan sifat pertumbuhan yang otonom.2
Predisposisi
Inisitor

Gen supresor tumor

Delesi/insersi
Promotor
Tumor/autonomi
Progresor
Ekspansi/metastasis
Gambar 5. Kaskade onkogenesis2
9.

Diet
Dilaporkan bahwa rendahnya konsumsi betakaroten, selenium dan vitamin A
menyebabkan tingginya resiko terkena kanker paru.2

13

Gambar 6. Penyebab kanker paru2


Gejala klinis
Gejala-gejala kanker paru bervariasi tergantung dari mana dan berapa luas tersebarnya
tumor. Tanda-tanda peringatan dari kanker paru tidak selalu hadir atau mudah
diidentifikasikan. Seseorang dengan kanker paru mungkin mempunyai macam-macam dari
gejala-gejala berikut:3
1. Tidak ada gejala-gejala
Pada sampai dengan 25% dari orang-orang yang mendapat kanker paru, kanker
pertama kali ditemukan pada suatu x-ray toraks dan CT scan secara rutin sebagai suatu
massa kecil yang terpencil kadangkala disebut suatu lesi coin (coin lesion). Pasienpasien ini dengan massa-massa tunggal yang kecil seringkali melaporkan tidak ada
gejala-gejala kanker paru pada saat itu ditemukan.3
2. Gejala berhubungan dengan kanker
Pertumbuhan kanker dan invasi jaringan paru dan lingkungannya mungkin
mengganggu pernapasan, menjurus pada gejala-gejala seperti batuk, sesak napas,
mencuit-cuit (wheezing), nyeri dada, dan batuk darah (hemoptysis). Jika kanker telah
menyerang syaraf-syaraf, contohnya, ia mungkin menyebabkan nyeri pundak yang
bergerak kebawah bagian luar lengan (disebut Pancoast's Syndrome) atau kelumpuhan
pita-pita suaru menjurus pada suara serak (parau). Penyerangan kerongkongan mungkin
menjurus pada kesulitan menelan (dysphagia). Jika suatu saluran udara yang besar
terhalangi, mengempisnya sebagian dari paru mungkin terjadi dan menyebabkan
infeksi-infeksi (abses, pneumonia) pada area yang terhalangi.3
3. Gejala yang berhubungan dengan metastasis
Kanker paru yang telah menyebar ke tulang-tulang mungkin menghasilkan sakit
yang sangat menyiksa pada tempat-tempat tulang yang terlibat. Kanker yang telah
menyebar ke otak mungkin menyebabkan sejumlah gejala-gejala penyakit syaraf yang
mungkin termasuk penglihatan yang kabur, sakit kepala, serangan-serangan (seizures),
atau gejala-gejala stroke seperti kelemahan atau mati rasa pada bagian-bagian tubuh.3
4. Gejala paraneoplastic
Kanker-kanker paru seringkali diiringi oleh apa yang disebut paraneoplastic
syndromes yang berakibat dari produksi unsur-unsur yang menyerupai hormon oleh
sel-sel tumor. Paraneoplastic syndromes terjadi paling umum dengan SCLC namun
14

mungkin terlihat dengan tipe tumor mana saja. Suatu paraneoplastic syndrome yang
umum yang dikaitkan dengan SCLC adalah produksi dari suatu hormon yang disebut
adrenocorticotrophic hormone (ACTH) oleh sel-sel kanker, menjurus pada pengeluaran
hormon kortisol yang berlebihan oleh kelenjar-kelenjar adrenal (Cushing's syndrome).
Sindrom paraneoplastik yang paling sering terlihat dengan NSCLC adalah produksi
dari suatu unsur serupa dengan hormon paratiroid, berakibat pada tingkat-tingkat
kalsium yang meningkat dalam aliran darah.3
5. Gejala Nonspesifik
Gejala-gejala nonspesifik yang terlihat dengan banyak kanker termasuk kanker
paru meliputi kehilangan berat badan, kelemahan, dan kelelahan. Gejala-gejala
psikologi seperti depresi dan perubahan-perubahan suasana hati adalah juga umum.3
Gejala kanker paru yang paling sering adalah batuk, kemungkinan akibat iritasi yang
disebabkan oleh massa tumor. Individu sering mengabaikan gejala ini dan menghubungkan
dengan merokok. Batuk mulai sebagai batuk kering, tanpa membentuk sputum, tetapi
berkembang sebagai titik dimana dibentuk sputum yang kental, purulen dalam berespon
terhadap infeksi sekunder. Batuk yang karakternya berubah membangkitkan kecurigaan
terhadap kanker paru.3
Pada beberapa pasien, demam kambuhan terjadi sabagai gejala dini dalam berespons
terhadap infeksi yang menetap pada area pneumonitis kearah distal tumor. Pada
kenyataannya, kanker paru harus dicurigai pada individu yang mengalami infeksi saluran
pernapasan atas berulang yang tidak sembuh-sembuh. Nyeri adalah manifestasi akhir dan
sering ditemukan dengan metastasis ke tulang.3

Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan kanker:8
Kuratif: menyembuhkan atau memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan
angka harapan hidup pasien.
Paliatif: mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.
Rawat rumah (Hospice care) pada kasus terminal: mengurangi dampak fisik maupun
psikologis kanker baik pada pasien maupun keluarga.
Suportif: menunjang pengobatan kuratif paliatif dan terminal seperti pemberian nutrisi,
transfusi darah dan komponen darah, obat anti nyeri dan obat anti infeksi.
Terdapat beda fundamental perangai biologis Non Small Cell Lung Cancer (NSCLC)
dengan Small Cell Lung Cancer (SCLC) sehingga pengobatannya harus dibedakan.
NSCLC
Staging TMN yang didasarkan ukuran tumor (T) kelenjar getah bening yang terlibat
(N) dan ada setidaknya metastasis (M) bermanfaat sekali dalam penentuan tata laksana
NSCLC ini.Staging dimulai dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang teliti dengan
perhatian khusus kepada keadaan sistemik kardiopulmonal, neurologi dan skeletal. Hitung
15

jenis sel darah tepi dan pemeriksaan kimia darah diperlukan untuk mencari kemungkinan
adanya metastasis ke sumsum tulang, hati dan tengkorak.8
Terapi bedah adalah pilihan pertama pada stadium I atau II pada pasien dengan sisa
cadangan parenkim paru yang cukup. Reseksi paru biasanya ditoleransi baik bila prediktif
post reseksi FEV yang didapat dari pemeriksaan spirometri preopratif dan kuantitatif
ventilasi perfusi scanning melebihi 1000 ml.Luasnya penyebaran intra torak yang ditemui
saat operasi menjadi pegangan luas prosedur operasi yang dilaksanakan. Lobektomi atau
pneumonektomi tetap sebagai standar dimana sekmentektomi dan reseksi baji bilobektori
atau reseksi sleeve menjadi pilihan pada situasi tertentu.8

Gambar 7. Tipe pembedahan paru8


Survival pasien yang dioperasi pada stadium I mendekati 60%, pada stadium II 2637%, dan II A 17-36,3%. Pada stadium III A masih ada kontroversi mengenai keberhasilan
operasi bila kelenjar mediastinum ipsilateral atau dinding toraks terdapat metastasis.8
Pasien stadium III b dan IV tidak dioperasi.Combined modality therapy yaitu gabungan
radiasi, kemoterapi dengan operasi (dua atau tiga modalitas) dilaporkan memperpanjang
survival dari studi-studi yang masih berlangsung.8
1. Radioterapi
Pada beberapa kasus yang inoperable, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan
kuratif dan bisa juga sebagai terapi adjuvant/paliatif pada tumor dengan komplikasi,
seperti mengurangi efek obstruksi/penekanan terhadap pembuluh darah/bronkus.8
Efek samping yang sering adalah disfagia karena esofagitis pasca
radiasi,sedangkan pneumonitis pasca radiasi jarang terjadi (<10%). Radiasi dengan
dosis paruh yang bertujuan kuratif secara teoritis bermanfaat pada kasus yang
inoperable, tetapi belum disokong data percobaan klinis yang sahih.Keberhasilan
memperpanjang survival sampai 20% dengan cara radiasi dosis paruh ini didapat dari
kasus-kasus stadium I usia lanjut, kasus dengan penyakit penyerta sebagai penyulit
operasi atau pasien yang menolak dioperasi.8
16

Pada pasien dengan metastasis sebatas N1-2 atau saat operasi terlihat tumor sudah
merambat sebatas sayatan operasi,maka radiasi pasca operasi dianjurkanuntuk
diberikan.Radiasi pre operasi untuk mengecilkan ukuran tumor agar misalnya pada
reseksi lebih komplit pada tumor pancoast atau stadium III b dilaporkan bermanfaat
dari beberapa sentra kanker.Radiasi paliatif pada kasus sindrom vena kava superior atau
kasus dengan komplikasi dalam rongga dada akibat kanker seperti hemoptisis, batuk
refrakter, atelektasis, mengurangi nyeri akibat metastasis ke kranium dan tulang, juga
amat berguna.8
2. Kemoterapi
Sel kanker memiliki sifat perputaran daur sel lebih tinggi dibandingkan sel
normal dengan demikian tingkat mitosis dan proliferasi tinggi.Sitostatik kebanyakan
efektif terhadap sel bermitosis. Ada beberapa hal yang mempengaruhi kegagalan
pencapaian target pengobatan antara lain: a)resistensi terhadap sitostatik, b) penurunan
dosis sitostatik di mana penurunan dosis sebesar 20% akan menurunkan angka harapan
sembuh sekitar 50%, c) penurunan intensitas obat, karena jumlah obat yang diterima
selama kurun waktu tertentu kurang. Untuk mengatasi hal tersebut di atas, dosis obat
harus diberikan secara optimal dan sesuai jadwal pemberian. Kecuali terjadi hal-hal
yang jika diberikan sitostatik akan lebih membahayakan jiwa.8
Penggunaan rejimen kemoterapi agresif (dosis tinggi) harus didampingi dengan
rescue sel induk darah yang berasal sumsum tulang atau darah tepi yang akan
menggantikan sel induk darah akibat mieloablatif.Penilaian respons pengobatan kanker
dapat dibagi menjadi 5 golongan seperti : a) remisi komplit, tidak tampak seluruh tumor
terukur atau lesi terdeteksi selama lebih dari 4 minggu, b) remisi parsial, tumor
mengecil >50% tumor terukur atau >50% jumlah lesi terdeteksi menghilang, c) stable
disease, pengecilan 50%atau <25% membesar, d) progresif, tampak beberapa lesi baru
atau > 25% membesar, e) lokoprogresif, tumor membesar di dalam radius tumor
(lokal).8
Penggunaan kemoterapi digunakan sebagai terapi baku untuk pasien mulai dari
stage III A dan untuk pengobatan paliatif.Kemoterapi neoadjuvan diberikan mulai
dari stage II dengan sasaran lokoregional tumor dapat direseksi lengkap. Terapi
definitive dengan pembedahan, radioterapi, atau keduanya diberikan diantara siklus
pemberian kemoterapi.8
Kemoradioterapi konkomitan, bertujuan untuk meningkatkan control
lokoregional, radioterapi mulai dari stage III (Unresectable locoregional).Pemberian
kemoterapi bersama-sama radioterapi.8
3. Pemilihan obat
Kebanyakan obat sitostatik mempunyai aktivitas cukup baik pada NSCLC dengan
tingkat respons antara 15-33%, walaupun demikian penggunaan obat tunggal tidak
mencapai remisi komplit. Kombinasi beberapa sitostatik telah banyak diteliti untuk
meningkatkan tingkat respons yang akan berdampak pada harapan hidup. Mula-mula
rejimen CAMP yang terdiri dari siklofosfamid, doksorubisin, metofreksat dan
prokarbasin, tingkat respons rejimen ini 26%. Beberapa protokol rejimen lainnya
17

kemudian dikembangkan dan diperbandingkan dengan CAMP,seperti CAP memberikan


tingkat respons 26%.Obat-obat baru saat ini telah banyak dihasilkan dan dicobakan
sebagai obat tunggal seperti Paclitaxel, Docetaxsel, Vinorelbine, Gemcitabine, dan
Irenotecan dengan hasil yang cukup menjanjikan.Begitu juga bila dimasukkan ke
rejimen lama membentuk rejimen baru.Kemoterapi ajuvan dengan atau tanpa
radioterapi yang mula-mula yang dikembangkan adalah protocol CAP
(siklofosfamid,doksorubisin, dan cisplatin).Kemoterapi konkomitan yang mula-mula
digunakan adalah protokol dengan basis cisplatin misalnya FP (5-Fluorouracil dan
cisplatin),selanjutnya dikembangkan dengan memasukkan etoposide menjadi protocol
EFP.Hasilnya dengan FP 68%menjadi komplit resektable sedangkan dengan EFP
komplit resektable menjadi76% pada EP 65% menjadi komplit resectable.8
SCLC
SCLC dibagi menjadi dua: yaitu 1.limited-stage disease yang diobati dengan tujuan
kuratif (kombinasi kemoterapi dan radiasi) dan angka keberhasilan terapi sebesar 20% serta
2.extensive-stage disease yang diobati dengan kemoterapi dan angka respon terapi inisial
sebesar 60-70% dan angka respon terapi komplit sebesar 20-30%.Angka median-survival
time untuk limited-stage disease adalah 18 bulan dan untuk extensive-stage disease adalah 9
bulan.8

Komplikasi
Berbagai komplikasi dapat terjadi pada kanker paru di antaranya adalah sebagai
berikut:9
1. Reseksi bedah dapat mengakibatkan gagal napas.
2. Terapi radiasi dapat mengakibatkan penurunan fungsi jantung paru.
3. Kemoterapi kombinasi radiasi dapat menyebabkan pneumonitis.
4. Kemoterapi menyebabkan toksisitas paru dan leukemia.
Pencegahan
Cara utama untuk seseorang mengurangi terkena kanker paru adalah berhenti merokok.
Seorang perokok yang telah berhasil berhenti 10 tahun lamanya berarti telah dapat
menurunkan risiko 30-50 persen untuk terkena kanker paru. Usaha pencegahan kanker
lainnya adalah dengan menjaga daya tahan tubuh melalui pola hidup sehat, yaitu:10
1 Pola makan yang teratur dan mengkonsumsi suplemen
2 Olah raga secara teratur
3 Hindari gaya hidup yang merusak kesehatan, seperti minuman keras, merokok
4
Isilah waktu dengan kegiatan yang berguna dan menyenangkan, sehingga hidup anda
menjadi bebas stress.
18

Prognosis
Tergantung tipe histologi, staging, resektabilitas dan operabilitas. Harapan hidup untuk
pasien dengan tumor terlokalisir adalah 75%, namun harapan hidup untuk 5 tahun adalah
13% untuk seluruh pasien tanpa memandang stadium penyakit pasien saat diagnnosis.
Prognosis terbaik bagi pasien dengan kanker paru sel skuamosa yang berdiferensiasi baik.
Pasien yang berobat jalan dapat mentolerir terapi lebih baik dibandingankan dengan mereka
yang menjalankan rawat inap dengan 50% waktu di luar tempat tidur.2
Kesimpulan
Kanker paru adalah tumor berbahaya yang tumbuh pada paru, sebagian besar kanker
paru berasal dari sel-sel didalam paru tapi dapat juga berasal dari bagian tubuh lain yang
terkena kanker. Kanker paru juga dikenal sebagai suatu bronchogenic carcinomas. Penyakit
kanker paru-paru adalah penyakit yang diakibatkan adanya pertumbuhan sel kanker yang
tidak terkendali dalam jaringan paru. Penyakit ini biasanya akan mengganggu penapasan
pada penderitanya. Penyebab utama munculnya penyakit kanker paru-paru adalah rokok.
Semakin banyak rokok yang dihisap, semakin besar pula risiko untuk menderita kanker paruparu. Gejala penyakit kanker paru-paru biasanya berupa batuk. Gejala pada kanker paru
umumnya tidak terlalu terlihat, sehingga kebanyakan penderita kanker paru yang mencari
bantuan medis telah berada dalam stadium lanjut.

Daftar Pustaka
1.
2.

3.

4.
5.
6.
7.
8.
9.

Gleadle J. At a glance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Erlangga;


2005.h.171.
Amin Z. Kanker paru. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, K Simadibrata M,
Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi V. Jilid III. Jakarta: FKUI;
2009.h.2254-62.
Aru W. Sudoyo, Bambang S, Idrus Alwi, Marcellus S dan Siti Setiati. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jilid 2. Edisi ke-4. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam
FKUI; 2007.h.1005-11.
Desen W. Buku ajar onkologi klinis. Edisi ke-2. Jakarta: FKUI; 2008.h.337-50.
Suryo J. Herbal penyembuh gangguan sistem pernapasan. Yogyakarta: Bentang
pustaka; 2010.h.27-36.
Amin Z, Bahar A. Tuberkulosis paru. Ed 5th. Jilid I. Jakarta: Interna Publishing;
2009.h.2230-9.
Robbins dan Cotran. Dasar patologis penyakit. Edisi ke-7. Jakarta: EGC; 2010.h.8956.
Amin Z. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Kanker paru. Jilid III. Edisi ke-5. Jakarta:
Internal Publishing; 2010.h.2260-1
Prince dan Wilson. Patofisiologi Konsep Klinis dan Proses Penyakit. Volume 1. Edisi
ke-6. Jakarta: EGC; 2003.h.488.
19

10. Bickley LS. Buku ajar pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan. Ed 8 th. Jakarta: EGC;
2009.

20

Anda mungkin juga menyukai