Fitry magfirah
105131101119
UNIVERSITAS
MUHAMMADYAH
MAKASSAR
CA PARU
a. Definisi
Kanker paru adalah keganasan yang berasal dari luar paru (metastasis tumor paru)
maupun yang berasal dari paru sendiri, dimana kelainan dapat disebabkan oleh kumpulan
perubahan genetika pada sel epitel saluran nafas, yang dapat mengakibatkan proliferasi
sel yang tidak dapat dikendalikan. Kanker paru primer yaitu tumor ganas yang berasal
dari epitel bronkus atau karsinoma bronkus (Purba, 2015).
b. Patofisiologi
Kanker paru dimulai oleh aktivitas onkogen dan inaktivasi gen supresor tumor.
Onkogen merupakan gen yang membantu sel-sel tumbuh dan membelah serta diyakinin
sebagai penyebab seseorang untuk terkena kanker (Novitayanti, 2017). Proto-onkogen
berubah menjadi onkogen jika terpapar karsinogen yang spesifik. Sedangkan inaktivasi
gen supresor tumor disebabkan oleh rusaknya kromosom sehingga dapat menghilangkan
keberagaman heterezigot. Zat karsinogen merupakan zat yang merusak jaringantubuh
yang apabila mengenai sel neuroendrokin menyebabkan pembentukan small cell lung
cancer dan apabila mengenai sel epitel menyebabkan pembentukan non small cell lung
cancer.
Wanita yang hidup dengan pasangan perokok juga terkena risiko kanker
paru 2-3 kali lipat (Rahmawan, 2010). Pada usia muda terjadi perubahan gen
tertentu sehingga menyebabkan pertumbuhan sel yang tidak normal dan dapat 12
Poltekkes Kemenkes Yogyakarta berlanjut menjadi kanker. Beberapa gen berisi
instruksi untuk mengontrol ketika sel-sel tumbuh, membelah untuk membuat
selsel baru dan untuk mati. Kanker dapat disebabkan oleh perubahan DNA yang
mengaktifkan onkogen atau mematikan gen supresor tumor. Beberapa orang
mewarisi mutasi DNA dari orang tua mereka yang sangat meningkatkan risiko
mereka untuk menderita kanker tertentu. Hal ini sangat berperan pada beberapa
keluarga dengan riwayat kanker paru (Husen, 2016)
DIAGNOSIS
Gejala klinis kanker paru tidak khas tetapi batuk, sesak napas, atau nyeri dada
(gejala respirasi) yang muncul lama atau tidak kunjung sembuh dengan pengobatan
biasa pada “kelompok risiko” harus ditindak lanjuti untuk prosedur diagnosis kanker
paru. Gejala yang berkaitan dengan pertumbuhan tumor langsung, seperti batuk,
hemoptisis, nyeri dada dan sesak napas/stridor.
Batuk merupakan gejala tersering (60-70%) pada kanker paru. Gejala lain
berkaitan dengan pertumbuhan regional, seperti efusi pleura, efusi perikard, sindorm
vena kava superior, disfagia, Pancoast syndrome, paralisis diafragma. Pancoast
syndrome merupakan kumpulan gejala dari kanker paru yang tumbuh di sulkus superior,
yang menyebabkan invasi pleksus brakial sehingga menyebabkan nyeri pada lengan,
sindrom Horner (ptosis, miosis, hemifacial anhidrosis)
Pemeriksaan Fisik
Tampilan umum
Skor WHO Batasan Karnofsky 90 – 100 0 Aktivitas normal 70 – 80 1 Ada keluhan, tapi
masih aktif, dapat mengurus diri sendiri 50 – 60 2 Cukup aktif; namun kadang
memerlukan bantuan 30 – 40 3 Kurang aktif, perlu perawatan 10 – 20 4 Tidak dapat
meninggalkan tempat tidur, perlu di rawat di Rumah Sakit 0 – 10 - Tidak sadar
Pemeriksaan Pencitraan
1. Foto toraks AP/lateral merupakan pemeriksaan awal untuk menilai pasien dengan
kecurigaan terkena kanker paru. Berdasarkan hasil pemeriksaan ini, lokasi lesi dan
tindakan selanjutnya termasuk prosedur diagnosis penunjang dan penanganan dapat
ditentukan. Jika pada foto toraks ditemukan lesi yang dicurigai sebagai keganasan, maka
pemeriksaan CT scan toraks wajib dilakukan untuk mengevaluasi lesi tersebut.
3. CT scan kepala dengan kontras diindikasikan bila penderita mengeluh nyeri kepala
hebat untuk menilai kemungkinan adanya metastasis ke otak.
Pemeriksaan Khusus
1. Bronkoskopi adalah prosedur utama untuk mendiagnosa kanker paru. Prosedur ini
dapat membantu menentukan lokasi lesi primer, pertumbuhan tumor intraluminal dan
mendapatkan spesimen untuk sitologi dan biopsi, sehingga diagnosa dan stadium kanker
paru dapat ditentukan. Salah satu metode terkini adalah bronkoskopi fleksibel yang
dapat menilai paru hingga sebagian besar bronkus derajat ke-empat, dan kadang hingga
derajat ke-enam. Spesimen untuk menghasilkan pemeriksaan sitologi dan histopatologi
didapat melalui bilasan bronkus, sikatan bronkus dan biopsi bronkus. Prosedur ini dapat
memberikan hingga >90% diagnosa kanker paru dengan tepat, terutama kanker paru
dengan lesi pada regio sentral. Kontraindikasi prosedur bronkoskopi ini adalah
hipertensi pulmoner berat, instabilitas kardiovaskular, hipoksemia refrakter 3 akibat
pemberian oksigen tambahan, perdarahan yang tidak dapat berhenti, dan hiperkapnia
akut. Komplikasi yang dapat terjadi adalah pneumotoraks dan perdarahan.
4. Tindakan biopsi lain, seperti aspirasi jarum halus kelenjar untuk pembesaran kelenjar
getah bening, maupun biopsi pleura dapat dilakukan bila diperlukan.