FITRY MAGFIRAH
105131101119
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADYAH MAKASSAR
2021
Soal
1. Tuliskanpengertian tablet menurut 5 literatur
Menurut FI Edisi IV Tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan
obat denganbahanatautanpabahanpengisi.
Menurut USP 26 (hal : 2406) Tablet adalahsediaanbentukpadat yang
mengandungobatatautanpabahan .Berdasarkanmetodepembuatannya,
dapatdiklarifikasisebagai tablet ataukompresi .
Menurut British Pharmacopeae (BP 2002) Tablet adalahsediaanpadat yang
mngandungsatudosisdaribeberapabahanaktifdanbiasanyadibuatdenganmen
gempasejumlahpartikel yang seragam.
MenurutFormulariumNasionalEdisi II , Tablet adalahsediaanpadatkompak,
dibuatdengancarakempacetakdalambentukumumnyatabungpipih yang
keduapermukaannya rata ataucembyng,
mengandungobatdenganatautanpazatpengisi.
Menurut ANSEL Edisi IV , Tablet
adalahbahanobatdalambentuksediaanpadat yang
biasanyadibuatdenganpenambahanbahantambahanfarmasetika yang sesuai.
2. Tuliskankeuntungandankekurangan tablet menurut 3 literatur
Keuntungan
Menurut DOM (781)
Dosis yang akurat : tiap 1 tablet mewakili 1 dosis, sehingga tablet
memilikidosis yang seragamsatusama lain.
TidakmengandungAlkohol ;
adanyaAlkoholdapatmelarutkanbahanpenyusunobat yang dalam
proses
pembuatannyadapatmenyebabkanpenyebaranbahanobattersebuttida
kmerata.
Konsentrasi yang bervariasi : suatu tablet
tersediadalambeberapakonsentrasipadabeberapabentuk.
Disukaiolehpasien ; karenamudahdibawa, bentuknyakompak,
kestabilan yang besar , ekonomis, fleksibilitas yang luas,
mudahdidapatkan , mudahdigunakan.
Kenyaman ; mudahdibuat, praktis , efisiendalampengobatan,
bagifarmasismudahuntukpengepakan,
penyaluranbaikdalampembuatanjugamudahdalamproduksi,
perdagangan , transportasi.
Prescription (125)
Memudahkantransportasidlampembuatan,
bagiahlifarmasidanpasien.
Semuabentuksediaanfarmasetikadalahdaribentuksediaan yang
akurtdanbiasanya tablet kompresiadalahsediaanakuratdalamsatu
tablet yang diberikandalamsatudosis.
Tablet mungkindimasukkandalam ½ atau ¼ dan tablet
seragamdibagisecarapraktisolehpasienkedalam ½ atau ¼ dari total
dosisdalam tablet utuh.
Rasa yang tidakenakdariobatdapatdiubahdengan tablet yang
disalut.
Pasienumumnyamenemukan tablet
dalambentuksediaansederhanauntukpenggunaansendiri.
Parrot (73)
Untukanak-anak yang tidakmungkinmenelanobat, tablet
dapatdihaluskandandibasahi air umtuktujuanpemakaian.
Tablet dapatdisalutuntukmenutupi rasa tidakenak.
Penyalut,pewarna,desain,dankemasanmenarikdapatmembuatanak-
anaktertarik.
Tablet kompakdanmudahdibungkus, ditransportasi,
dandidagangkan.
Pasienmudahmembawanyadantidakdantidakmembutuhkansendokte
huntukpengukuranpenggunaan.
Tablet dapatdibuatmenjadi ½ ¼
karenamudahdibelahdalamdosiskecil.
Kekurangan
Menurut DOM (781)
Kerugian yang paling
nyataadalahbahwabeberapapegalamankejiwaandariindividumenyakitaknda
lmpemakaianataumenelanobat.
Menurut prescription (125)
Warna tablet cenderungmemberikanbahaya
Meningkatnyabahayapadabayidananakanakdariwarna tablet yang terang,
anakanaksecaraalamitertarikpadatabltyngkelihatansepertigulagula.
Tablet cetak yang dibuat dari bahan yang mudah larut atau melarut
sempurna dalam air, umumnya dulu digunakan untuk membuat
sediaan injeksi hipodermik.
e. Tablet Bukal
Tablet bukal digunakan dengan cara meletakkan tablet diantara pipi dan
gusi.
f. Tablet Sublingual
Tablet sublingual digunakan dengan cara meletakkan tablet dibawah lidah,
sehingga zat aktif diserap secara langsung melalui mukosa mulut. Tablet
nitrogliserin merupakan salah satu obat yang mudah diserap dengan cara
ini.
g. Tablet Efervesen
Tablet efervesen yang larut, dibuat dengan cara dikempa. Selain zat aktif,
tablet efervesen juga mengandung campuran asam (asam sitrat, asam
tartrat) dan natrium bikarbonat, yang jika dilarutkan dalam air akan
menghasilkan karbon dioksida. Tablet harus disimpan dalam wadah
tertutup rapat atau dalam kemasan tahan lembab, dan pada etiket tertera
tablet tidak untuk langsung ditelan.
h. Tablet Kunyah
Tablet ini dimaksudkan untuk dikunyah, memberikan residu dengan rasa
enak dalam rongga mulut. Jenis tablet ini digunakan dalam formulasi
tablet untuk anak, terutama multivitamin, antasida dan antabiotik tertentu.
Tablet ini dibuat dengan cara dikempa, pada umumnya menggunakan
manitol, sorbitol atau sukrosa sebagai bahan pengikat dan bahan pengisi,
serta mengandung bahan pewarna dan bahan pengaroma untuk
meningkatkan penampilan dan rasa.
i. Tablet Lepas-Lambat
Tablet lepas-lambat atau tablet dengan efek diperpanjang. Tablet ini dibuat
sedemikian rupa sehingga zat aktif akan tersedia selama jangka waktu
tertentu setelah obat diberikan
Menurut Ansel (1989), ada 13 jenis tablet, yaitu:
a) . Tablet Kompresi
Yaitu tablet kompresi dibuat dengan sekali tekanan menjadi berbagai
bentuk tablet dan ukuran, biasanya kedalam bahan obatnya diberi
tambahan sejumlah bahan pembantu.
Bahan tambahan pembantu pada tablet kompresi antara lain:
5. Tuliskanbentukdanukuran tablet
Ukuran dan Bobot Tablet
Selain mempunyai bentuk, tablet juga mempunyai ukuran, bobot,
kekerasan, ketebalan, sifat solusi dan disintegrasi serta dalam aspek lain,
tergantung pada penggunaan yang dimaksud dan metode pembuatannya.
Berikut adalah penjelasan mengenai ukuran tablet yang diperoleh dari
berbagai sumber, antara lain:
Menurut R.Voigt (sebutkan tahunnya), tablet memiliki garis tengah yang
pada umumnya berkisar antara 15-17 mm dengan bobot tablet pada
umumnya berkisar 0.1 - 1 gram. Menurut
Lachman (sebutkan tahunnya), tablet oral biasanya berukuran 3/16 - 1/2
inc dengan berat ,tablet berkisar antara 120 - 700 mg ≥ 800 mg dan
berdiameternya 1/4 – 7/6 inci. Sementara itu, menurut FI III dan
Formularium Nasional kecuali dinyatakan lain, diameter tablet tidak
lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 1/3 kali tebal tablet.
6. Tuliskankerusakanpada tablet menurut 3 literatur
Macam-macam Kerusakan Pada Pembuatan Tablet
Kerusakan tablet yang lazim terjadi pada proses pembuatannya yaitu:
a. Binding merupakan kerusakan tablet disebabkan masa yang akan
dicetak melekat pada dinding die. Cara mengatasi binding dengan
meningkatkan lubrikan, menggunakan lubrikan yang lebih efisien,
merubah distribusi dari pelicin dengan penyaringan melalui
pengayak mesh 30, mengurangi ukuran dari granul, merubah
penguapan dari granulasi, menggunakan die yang telah dilicinkan,
mengempa dengan kelembapan yang rendah.
b.Capping merupakan kerusakan tablet berupa membelahnya tablet
di bagian tengahnya. Cara mengatasi capping dengan mengubah
prosedur granulasi, mengganti atau menambah bahan pengikat,
menambahkan pengikat kering (seperti gom arab, serbuk sorbitol,
serbuk gula), menambah atau mengubah lubrikan, mengurangi atau
mengubah lubrikan, menggunakan cetakan lain, mengurangi diameter atas
lubang cetakan dari 0,0005-0,002 inchi sesuai
ukuran.
c. Sticking and Picking merupakan kerusakan tablet berupa pelekatan
yang terjadi antara punch atas dengan bawah yang disebabkan
permukaan yang licin, pencetakan masih ada lemaknya, zat pelicin
kurang, masanya basa. Cara mengatasinya yaitu dengan
menambahkan bahan pelicin (Lieberman, 1990).
d. Whiskering merupakan kerusakan tablet yang disebabkan oleh letak
dari pencetak tidak sesuai dengan ruang cetakan, akibatnya tablet
yang dihasilkan mempunyai bentuk yang tidak sesuai dengan ruang
cetakan.
e. Crumbling (tablet menjadi retak dan rapuh), penyebabnya adalah
kurang tekanan pada pencetakan tablet dan zat pengikat kurang. Cara
mengatasi crumbling yaitu dengan menambah tekanan pada
saat mencetak tablet, menambahkan pengikat atau mengganti
dengan pengikat yang lebih efektif (Syamsuni, 2006).
Kerusakan Tablet
Kerusakan pada tablet terdapat tujuh macam, yaitu binding, sticking,
whiskering, splitting, capping, mottling, dan crumbling (Syamsuni,
2006:175).
a. Binding, kerusakan pada tablet akibat massa yang akan dicetak melekat
pada,dinding ruang cetakan.
b. Sticking/picking, perlekatan yang terjadi pada punch atas dan bawah
akibatpermukaan punch tidak licin, ada lemak pada pencetak, zat pelicin
kurang,atau massa basah.
c. Whiskering, terjadi karena pencetak tidak pas dengan ruang cetakan
atauterjadi pelelehan zat aktif pada tekanan tinggi, akibatnya pada
penyimpanandalam botol, sisi-sisi yang berlebih akan lepas dan
menghasilkan bubuk.
d. Splitting, lepasnya lapisan tipis dari permukaan tablet terutama pada
bagiantengah.
e. Capping, membelahnya tablet di bagian atas.
f. Mottling, terjadi karena zat warna tersebar tidak merata pada permukaan
tablet.
g. Crumbling, tablet menjadi retak dan rapuh.
7. Evaluasi tablet daiserbuk /granuljelaskanrangenya , arikeras , kerapuhan ,
bobot
Evaluasi Tablet
a. Keseragaman ukuran
Ukuran dan bentuk tablet dapat dituliskan, dipantau dan dikontrol.
Ketebalan tablet akan tetap dari batch ke batch yang lain, ataupun dalam
satubatch hanya bila granulasi tablet atau pencampuran bubuk cukup
konsistenukuran partikelnya serta ukuran distribusinya. Selain itu
ketebalan juga harusterkontrol,guna memudahkan pengemasan (Lachman,
dkk., 2008:648-649).
Uji keseragaman ukuran dilakukan untuk mengetahui diameter dan tebal
pada tablet. Pengujian ini dilakukan pada sepuluh tablet menggunakan alat
jangka sorong. Harus ditekankan disini bahwa tekanan yang diberikan
bukansaja mempengaruhi ketebalaan tetapi juga kekerasan tablet. Maka
berbeda- bedanya ketebalan tablet lebih dipengaruhi oleh tekanan yang
diberikan (Ansel,H.C.,1989:254).
Persyaratan: Kecuali dinyatakan lain garis tengah tablet tidak lebih dari 3
kali dan tidak kurang dari 1 1/3 kali tebal tablet (Depkes RI,1979:6).
b. Keseragaman bobot
Pengujian dilakukan menggunakan alat timbangan neraca analitik.
Penggunaan neraca analitik dalam uji keseragaman bobot ini digunakan
karenamerupakan alat yang kemungkinan kesalahanya sangat kecil
dibandingkandengan timbangan manual. Disamping itu angka dari bobot
tablet yangdihasilkan akan muncul secara otomatis, dengan itu dapat
meminimalisirkesalahan dalam melihat angka.Ditimbang 20 tablet,
kemudian dihitung bobot rata-rata tiap tablet. Jika
ditimbang satu persatu, tidak lebih dari 2 tablet yang masing-masing
bobotnyamenyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari harga yang
ditetapkandikolom A dan tidak boleh 1 tablet yang bobotnya menyimpang
dari bobotrata-rata yang ditetapkan dikolom B. Jika perlu, dapat digunakan
10 tablet dantidak 1 tablet yang bobotnya menyimpang lebih besar dari
bobot rata-rata yangditetapkan kolom A dan B (Depkes RI,1979:7).
c. Kekerasan tablet
Tablet harus mempunyai kekuatan atau kekerasan tertentu serta tahan atas
kerenyahan agar dapat bertahan terhadap berbagai guncangan mekanik
padasaat pembuatan, pengepakan, dan pengapalan. Selain itu tablet juga
harus dapatbertahan terhadap perlakuan berlebihan oleh konsumen.
Kekerasan tablet yangcukup serta tahan penyerbukan dan kerenyahan
merupakan persyaratan pentingbagi penerimaan konsumen (Lachman,
dkk., 2008:651).
Kekuatan tablet ditentukan oleh besarnya tenaga yang diperlukan untuk
memecah tablet dalam uji kompresi diametri. Untuk melakukan uji ini,
sebuahtablet diletakkan antara dua landasan, landasan kemudian ditekan,
dankekuatan yang menghancurkan tablet dicatat. Kekerasan kemudian
diartikansebagai kekuatan untuk menghancurkan tablet.Alat kekerasan
tablet atau biasa dikenal hardness tester yang masih dipakai adalah alat
penguji; Monsanto,Strong-Cobb, Pfizer, Erweka, dan Schleuniger
(Lachman, dkk., 2008:651).
Persyaratan : Kekerasan tablet yang baik sebesar 4-10 kg (Sulaiman,
2007).
d. Kerapuhan tablet
Untuk mengetahui keutuhan tablet karena tablet mengalami benturan
dengan dinding wadahnya. Tablet yang mudah menjadi bubuk, menyerpih
danpecah- pecah pada penanganannya, akan kehilangan keelokannya serta
konsumen enggan menerimanya, dan dapat menimbulkan pengotoran pada
tempat pengangkutan dan pengepakan, juga dapat menimbulkan variasi
padaberat dan keseragaman isi tablet (Lachman, dkk., 2008:654).
Alat penguji friabilitas untuk laboratorium dikenal sebagai friabilator. Alat
ini memperlakukan sejumlah tablet terhadap gabungan pengaruh goresan
danguncangan dengan memakai sejenis kotak plastik yang berputar pada
kecepatan 25 rpm, menjatuhkan tablet sejauh enam inci pada setiap
putaran.Biasanya tablet yang telah ditimbang diletakkan di dalam alat itu,
kemudiandijalankan sebanyak 100 putaran (Lachman, dkk.,
2008:654).Persyaratan : Tablet memenuhi syarat jika persentase
kerapuhan< 0,8 %
(Voigt, R., 1994:222).
e. Waktu hancur
Menurut Lachman dkk. (2008:659), jika dikaitkan dengan disolusi maka
waktu hancur merupakan faktor penentu dalam pelarutan obat. Sebelum
obatlarut dalam media pelarut maka tablet terlebih dahulu pecah menjadi
partikel- partikel kecil sehingga daerah permukaan partikel menjadi lebih
luas. Namunuji ini tidak memberi jaminan bahwa partikel-partikel akan
melepaskan bahanobat dalam larutan dengan kecepatan yang seharusnya,
karena uji waktu hancurhanya menyatakan waktu yang diperlukan tablet
untuk hancur di bawahkondisi yang ditetapkan, dan lewatnya seluruh
partikel melalui saringanberukuran mesh-10.Semua tablet harus melalui
pengujian daya hancur secara resmi yangdilaksanakan in vitro dengan alat
uji khusus atau biasa disebut disintegrationtester. Secara singkat alat ini
terdiri dari rak keranjang yang dipasang 6 pipagelas yang ujungnya
terbuka, dan diikat secara vertikal (Ansel,H.C.,1989:257).Persyaratan :
Menurut Farmakope Indonesia Edisi III (1979:7), kecuali
dinyatakan lain semua tablet harus hancur tidak lebih dari 15 menit untuk
tabletyang tidak bersalut dan tidak lebih dari 60 menit untuk tablet
bersalut. Bila 1atau 2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi pengujian
dengan 12 tablet lainnya.Tidak kurang 16 dari 18 tablet yang diuji harus
sempurna
f. Disolusi
Disolusi adalah proses melarutnya obat (Ansel, 1989:257). Dua sasaran
dalam mengembangkan uji disolusi in vitro yaitu untuk menunjukkan
pelepasan obat dari tablet kalau dapat mendekati 100% dan laju pelepasan
obatseragam pada tiap batch dan harus sama dengan laju pelepasan dari
batch yangtelah dibuktikan mempunyai bioavaibilitas dan efektif secara
klinis (Lachman,dkk., 2008:660).
Alat untuk menguji laju disolusi atau disebut dissolution tester terdiri atas
bejana dan tutup, yang berfungsi sebagai wadah yang mendisolusi zat
aktif;pengaduk, motor pemutar pengaduk; termometer; penangas air yang
dilengkapidengan thermostat (Siregar dan Wikarsa, 2010:86).
Persyaratan : Dalam waktu 30 menit harus larut tidak kurang dari 80 %
(Q) C8H9NO2 dari jumlah yang tertera pada etiket (Kemenkes
RI,2014:1001).
g. Penetapan kadar
Penetapan kadar zat aktif perlu dilakukan untuk memastikan bahwa tiap
tablet mengandung zat aktif sesuai dengan persyaratan yang tercantum
dalamFarmakope Indonesia. Setiap tablet memiliki persyaratan masing-
masing kadarzat aktif yang dikandungnya.
Persyaratan : Tablet parasetamol mengandung parasetamol, C8H9NO2
tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang
terterapada etiket (Kemenkes, RI 2014:1001)