Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PADA NY.S DENGAN


DIAGNOSA “CA PARU” DI RUANG PARANGTRITIS RSUD DR.SAIFUL
ANWAR MALANG

OLEH :

YUNDA YUSRIANA

(202310461011019)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2024
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DI RUANG KERINCI RSUD


DR.SAIFUL ANWAR

DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

KELOMPOK 08/NERS 28

NAMA: Yunda Yusriana

NIM: 202310461011019

TGL PRAKTEK : 4-9 Maret 2024

Malang,……………….
Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

( ) ( )
LAPORAN PENDAHULUAN

I. KONSEP DASAR PENYAKIT

A. PENGERTIAN

Kanker adalah penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel

jaringan tubuh yang tidak normal. Sel-sel kanker akan berkembang dengan cepat,

tidak terkendali dan akan terus membelah diri. Selanjutnya, sel kanker akan

menyusup ke jaringan sekitarnya (invasif) dan terus menyebar melalui jaringan

ikat, darah, serta menyerang organ-organ penting dan syaraf tulang belakang.

Dalam keadaan normal, sel tubuh hanya akan membelah diri jika ada penggantian

sel-sel yang telah mati dan rusak. Sebaliknya, sel kanker akan terus membelah

walaupun tubuh tidak memerlukannya. Akibatnya akan terjadi penumpukan sel

baru yang disebut tumor ganas. Penumpukan sel baru tersebut akan mendesak

dan merusak jaringan normal sehingga mengganggu organ yang ditempatinya.

Karena pertimbangan klinis maka yang dibahas adalah kanker paru atau

karsinoma bronkogenik. (Suryo, 2019).

Kanker paru adalah tumor ganas paru yang berasal dari saluran napas atau

epitel bronkus. Terjadinya kanker ditandai dengan pertumbuhan sel yang tidak

normal, tidak terbatas, dan merusak sel-sel jaringan yang normal. Proses

keganasan pada epitel bronkus didahului oleh masa pra kanker. Perubahan

pertama yang terjadi pada masa prakanker disebut metaplasia skuamosa yang

ditandai dengan perubahan bentuk epitel dan menghilangnya silia (Robbin &

Kumar, 2021).
B. KLASIFIKASI KANKER PARU

Kanker paru dibagi menjadi kanker paru sel kecil (small cell lung

cancer, SCLC) dan kanker paru sel tidak kecil (non-small cell lung cancer,

NSCLC). NSCLC merupakan tipe paling umum dari kanker paru-paru, dan

tidak seagresif dibandingkan dengan SCLC. NSCLC cenderung tumbuh dan

menyebar lebih lambat. Bila didiagnosa secara dini, pembedahan dan/atau

radioterapi, kemoterapi, dapat memberikan harapan akan kesembuhan. SCLC

merupakan kanker yang memiliki tingkat pertumbuhan pesat dan menyebar

cepat ke pembuluh darah menuju anggota tubuh lainnya. Seringkali, kanker ini

dikategorikan sebagai penyakit kompleks saat terdiagnosa. Kanker ini biasanya

diobati melalui kemoterapi dan bukan melalui prosedur pembedahan. Klasifikasi

ini digunakan untuk menentukan terapi.

1. Karsinoma sel skuamosa (epidermoid)

Merupakan tipe histologik kanker paru yang paling sering ditemukan, berasal

dari permukaan epitel bronkus. Perubahan epitel termasuk metaplasia, atau

displasia akibat merokok jangka panjang, secara khas mendahului timbulnya

tumor. Karsinoma sel skuamosa biasanya terletak sentral di sekitar hilus, dan

menonjol ke dalam bronki besar. Diameter tumor jarang melampaui beberapa

sentimeter dan cenderung menyebar secara langsung ke kelenjar getah bening

hilus, dinding dada, dan mediastinum. (Wilson, 2020).

2. Adenokarsinoma

Memperlihatkan susunan selular seperti kelenjar bronkus dan dapat

mengandung mukus. Kebanyakan jenis tumor ini timbul di bagian perifer

segmen bronkus dan kadang-kadang dapat dikaitkan dengan jaringan parut

lokal pada paru dan fibrosis interstisial kronik. Lesi sering kali meluas ke
pembuluh darah dan limfe pada stadium dini dan sering bermetastasis jauh

sebelum lesi primer menyebabkan gejala-gejala.

3. Karsinoma bronkoalveolus

Dimasukkan sebagai subtipe adenokarsinoma dalam klasifikasi terbaru tumor

paru dari WHO. Karsinoma ini adalah sel-sel ganas yang besar dan

berdiferensiasi sangat buruk dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti

bermacam-macam. Sel-sel ini cenderung timbul pada jaringan paru perifer,

tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat-tempat yang

jauh.

4. Karsinoma sel kecil

Umumnya tampak sebagai massa abu-abu pucat yang terletak di sentral

dengan perluasan ke dalam parenkim paru dan keterlibatan dini kelenjar getah

bening hilus dan mediastinum. Kanker ini terdiri atas sel tumor dengan

bentuk bulat hingga lonjong, sedikit sitoplasma, dan kromatin granular.

Gambaran mitotik sering ditemukan. Biasanya ditemukan nekrosis dan

mungkin luas. Sel tumor sangat rapuh dan sering memperlihatkan fragmentasi

dan “crush artifact” pada sediaan biopsi. Gambaran lain pada karsinoma sel

kecil, yang paling jelas pada pemeriksaan sitologik, adalah berlipatnya nukleus

akibat letak sel tumor dengan sedikit sitoplasma yang saling berdekatan

(Kumar, 2020).

5. Karsinoma sel besar

Adalah sel-sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk dengan

sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam-macam. Sel-sel ini

cenderung timbul pada jaringan paru perifer, tumbuh cepat dengan

penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat-tempat yang jauh (Wilson, 2021).


C. FAKTOR RISIKO KANKER PARU

1. Pengguna tembakau (perokok putih, kretek atau cerutu)

2. Hidup atau kontal erat dengan lingkungan asap tembakau (perokok pasif)

3. Radon dan asbes

4. Lingkungan industri tertentu

5. Zat kimia, seperti arsenic

6. Beberapa zat kimia organic

7. Radiasi dari pekerjaan, obat-obatan, lingkungan

8. Polusi udara

9. Hereditas

D. TANDA DAN GEJALA

Pada fase awal kebanyakan kanker paru tidak menunjukkan gejala klinis. Bila

sudah menunjukkan gejala berarti pasien dalam stadium lanjut. (Sudoyo Aru)

Keluhan utama:

1. Batuk-batuk dengan/tanpa dahak (dahak putih, dapat juga purulen) lebih dari

3 minggu

2. Batuk darah

3. Sesak napas

4. Suara serak

5. Nyeri dada yang persisten

6. Sulit/sakit menelan

7. Benjolan di pangkal leher

8. Sembab muka dan leher, kadang-kadang disertai sembab lengan dengan rasa

nyeri yang hebat. Tidak jarang yang pertama terlihat adalah gejala atau
keluhan akibat metastasis di luar paru, seperti kelainan yang timbul karena

kompresi hebat di otak, pembesaran hepar. Ada pula gejala dan keluhan tidak

khas seperti :

1. Berat badan berkurang

2. Nafsu makan hilang

3. Demam hilang timbul

E. ETIOLOGI

Seperti umumnya kanker yang lain, penyebab yang pasti dari kanker paru

belum diketahui, tapi paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat yang

bersifat karsinogenik merupakan faktor penyebab utama disamping adanya faktor

lain seperti kekebalan tubuh, infeksi saluran pernapasan kronik dan faktor

keturunan atau genetik (Amin, 2019).

1. Merokok

Menurut Van Houtte, merokok merupakan faktor yang berperan paling

penting, yaitu 85% dari seluruh kasus ( Wilson, 2020). Rokok mengandung

lebih dari 4000 bahan kimia, diantaranya telah diidentifikasi dapat

menyebabkan kanker. Kejadian kanker paru pada perokok dipengaruhi oleh

usia mulai merokok, jumlah batang rokok yang diisap setiap hari, lamanya

kebiasaan merokok, dan lamanya berhenti merokok (Stoppler,2023).

2. Perokok pasif

Semakin banyak orang yang tertarik dengan hubungan antara perokok pasif,

atau mengisap asap rokok orang lain di dalam ruang tertutup, dengan risiko

terjadinya kanker paru. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa pada

orang-orang yang tidak merokok, tetapi mengisap asap dari orang lain, risiko

mendapat kanker paru meningkat dua kali (Wilson, 2019).


3. Polusi udara

Kematian akibat kanker paru juga berkaitan dengan polusi udara, tetapi

pengaruhnya kecil bila dibandingkan dengan merokok kretek. Kematian

akibat kanker paru jumlahnya dua kali lebih banyak di daerah perkotaan

dibandingkan dengan daerah pedesaan. Bukti statistik juga menyatakan bahwa

penyakit ini lebih sering ditemukan pada masyarakat dengan kelas tingkat

sosial ekonomi yang paling rendah dan berkurang pada mereka dengan kelas

yang lebih tinggi. Hal ini, sebagian dapat dijelaskan dari kenyataan bahwa

kelompok sosial ekonomi yang lebih rendah cenderung hidup lebih dekat

dengan tempat pekerjaan mereka, tempat udara kemungkinan besar lebih

tercemar oleh polusi. Suatu karsinogen yang ditemukan dalam udara polusi

(juga ditemukan pada asap rokok) adalah 3,4 benzpiren (Wilson, 2020).

4. Paparan zat karsinogen

Beberapa zat karsinogen seperti asbestos, uranium, radon, arsen, kromium,

nikel, polisiklik hidrokarbon, dan vinil klorida dapat menyebabkan kanker

paru (Amin, 2023). Risiko kanker paru di antara pekerja yang menangani

asbes kira-kira sepuluh kali lebih besar daripada masyarakat umum. Risiko

kanker paru baik akibat kontak dengan asbes maupun uranium meningkat jika

orang tersebut juga merokok.

5. Genetik

Terdapat bukti bahwa anggota keluarga pasien kanker paru berisiko lebih

besar terkena penyakit ini. Penelitian sitogenik dan genetik molekuler

memperlihatkan bahwa mutasi pada protoonkogen dan gen-gen penekan

tumor memiliki arti penting dalam timbul dan berkembangnya kanker paru.

(Wilson, 2023).
6. Penyakit paru

Penyakit paru seperti tuberkulosis dan penyakit paru obstruktif kronik juga

dapat menjadi risiko kanker paru. Seseorang dengan penyakit paru obstruktif

kronik berisiko empat sampai enam kali lebih besar terkena kanker paru

ketika efek dari merokok dihilangkan (Stoppler, 2019).

F. TAHAPAN PERKEMBANGAN KANKER PARU

Tahapan perkembangan kanker paru dibedakan menjadi 2, yaitu :

a. Tahapan kanker paru jenis karsinoma sel kecil (SLCC)

1. Tahap terbatas, yaitu kanker yang hanya ditemukan pada satu bagian

paru-paru saja dan pada jaringan disekitanya.

2. Tahap ekstensif, yaitu Kanker yang ditemukan pada jaringan dada diluar

paru-paru tempat asalnya, atau Kanker yang ditemukan pada organ-organ

tubuh jauh.

b. Tahap Kanker Paru Jenis Karsinoma Bukan Sel Kecil (NSLCC)

1. Tahap tersembunyi, merupakan tahap ditemukannya sel Kanker pada

dahak (sputum) pasien dalam sampel air saat bronkoskopi, tetapi tidak

terlihat adanya tumor diparu-paru.

2. Stadium 0

Merupakan tahap ditemukannya sel-sel Kanker hanya pada lapisan

terdalam paru-paru dan tidak bersifat invasif.

3. Stadium I

Merupakan tahap Kanker yang hanya ditemukan pada paru-paru dan

belum menyebar ke kalenjer getah bening sekitarnya.

4. Stadium II
Merupakan tahap Kanker yang ditemukan pada paru-paru dan kalenjer

getah bening di dekatnya.

5. Stadium III

Merupakan tahap Kanker yang telah menyebar ke daerah disekitarnya,

seperti dinding dada, diafragma, pembuluh besar atau kalenjer getah

bening di sisi yang sama ataupun sisi berlawanan dari tumor tersebut.

6. Stadium IV

Merupakan tahap Kanker yang ditemukan lebih dari satu lobus paru-paru

yang sama, atau di paru-paru yang lain. Sel –sel Kanker telah menyebar

juga ke organ tubuh lainnya, misalnya ke otak, kalenjer adrenalin , hati dan

tulang.

G. KOMPLIKASI KANKER PARU

a. Sesak napas.

Orang dengan kanker paru-paru dapat mengalami sesak napas jika kanker

berkembang untuk menutup saluran udara yg utama.

b. Batuk darah.

Penyakit ini dapat menyebabkan perdarahan di saluran napas, yang dapat

membuat Anda batuk darah (hemoptisis).

c. Nyeri.

Kanker paru-paru yg hebat meluas ke lapisan paru-paru atau bagian lain dari

tubuh dapat menyebabkan rasa sakit.

d. Cairan di dada (efusi pleura).

Hal ini dapat menyebabkan cairan menumpuk di ruang yang mengelilingi

paru-paru di rongga dada (ruang pleura).

e. Kematian.
Tingkat ketahanan hidup untuk orang didiagnosis dengan penyakit ini sangat

rendah. Dalam kasus mayoritas, penyakit ini mematikan.

Komplikasi komplikasi kanker paru-paru bergantung pada posisi, ukuran,

jenis, dalam paru-paru, dan penyebaran kanker. Suatu tumor dapat menyebabkan

penyumbatan salah satu tabung pernapasan utama, menyebabkan runtuhnya

daerah paru-paru, atau peningkatan cairan di rongga paru-paru mungkin akan

berkembang.

H. PATOFISIOLOGI

Penyebab keganasan tumor masih belum jelas, tetapi virus, faktor

lingkungan, faktor hormonal dan faktor genetik semuanya berkaitan dengan

resiko terjadinya tumor. Permulaan terjadinya tumor dimulai dengan adanya zat

yang bersifat intiation yang merangasang permulaan terjadinya perubahan sel.

Diperlukan perangsangan yang lama dan berkesinambungan untuk memicu

timbulnya penyakit tumor. Initiati agen biasanya bisa berupa unsur kimia, fisik

atau biologis yang berkemampuan bereaksi langsung dan merubah struktur dasar

dari komponen genetik (DNA). Keadaan selanjutnya diakibatkan keterpaparan

yang lama ditandai dengan berkembangnya neoplasma dengan terbentuknya

tumor, hal ini berlangsung lama mingguan sampai tahunan. Gejala – gejala yang

timbul dapat berupa batuk yang berkepanjangan , hemoptysis, dispneu, demam,

dan dingin. Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan

adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke

struktur – struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium,

otak, tulang rangka. Kanker paru bervariasi sesuai tipe sel, daerah asal, dan

kecepatan pertumbuhan. Empat tipe sel primer pada kanker paru adalah

karsinoma epidermoid (sel skuamosa), karsinoma sel kecil (sel oat), karsinoma sel
besar (tak terdeferensiasi) dan adenokarsinoma. Sel skuamosa dan karsinoma sel

kecil umumnya terbentuk di jalan napas utama bronkial. Karsinoma sel besar dan

adenokarsinoma umumnya tumbuh di cabang bronkus perifer dan alveoli.

Karsinoma sel besar dan karsinoma sel oat tumbuh sangat cepat sehingga

mempunyai prognosis buruk. Sedangkan pada sel skuamosa dan adenokarsinoma

prognosis baik karena sel ini pertumbuhan lambat.

Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus

menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan

karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan

metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh

metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul efusi

pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra. Lesi yang

letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini

menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di

bagian distal. Gejala – gejala yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis,

dispneu, demam, dan dingin.Wheezing unilateral dapat terdengan pada auskultasi.

Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya

metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur –

struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium, otak,

tulang rangka.
PATWAY :
Faktor Kimiawi Faktor Genetik Faktor Fisik Faktor Nutrisi

Faktor Bioorganisme infeksi saluran pernapasan

Bahan Karsinogenik mengendap

Iritasi mukosa bronkus

Peradangan Kronik

Pembelahan sel yang tidak terbatas

KANKER PARU

Ulserasi Bronkus Karsinoma Sel Besar metaplasia sel skuamosa

Karsinoma sel oat Pada bronkus

Reaksi Radang obstruksi bronkus

Obstruksi bronkus Prognosis buruk

Penumpukan sekret empisema Bersihan Jalan Nafas


Tidak Efektif
Ansietas

Batuk Penekanan saraf Gangguan


Pertukaran Gas

Anoreksia Nyeri kadar O2 ke jaringan menurun

Defisit Nutrisi lemah atau letih

Intoleransi Aktivitas
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Radiologi.

a. Foto thorax posterior – anterior (PA) dan leteral serta Tomografi dada.

Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya

kanker paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi. Dapat

menyatakan massa udara pada bagian hilus, effuse pleural, atelektasis

erosi tulang rusuk atau vertebra.

b. Bronkhografi.

Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.

2. Laboratorium.

a. Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe). Dilakukan untuk mengkaji

adanya/ tahap karsinoma.

b. Pemeriksaan fungsi paru dan GDA. Dapat dilakukan untuk mengkaji

kapasitas untuk memenuhi kebutuhan ventilasi.

c. Tes kulit, jumlah absolute limfosit. Dapat dilakukan untuk mengevaluasi

kompetensi imun (umum pada kanker paru).

3. Histopatologi.

a. Bronkoskopi. Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan

pembersihan sitologi lesi (besarnya karsinoma bronkogenik dapat

diketahui).

b. Biopsi Trans Torakal (TTB). Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang

letaknya perifer dengan ukuran < 2 cm, sensitivitasnya mencapai 90 –

95 %.

c. Torakoskopi. Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih

baik dengan cara torakoskopi.


d. Mediastinosopi. Untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah

bening yang terlibat.

e. Torakotomi. Torakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila

bermacam – macam prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal

mendapatkan sel tumor.

4. Pencitraan.

a. CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura.

J. PENATALAKSANAAN MEDIS

1. Manajemen umum : terapi radiasi

2. Pembedahan : Lobektomi, pneumonektomi, dan reseksi.

3.Terapi obat : kemoterapi

II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

1. Data Subjektif:

Anamnesis

Anamnesis yang lengkap serta pemeriksaan fisik merupakan kunci untuk

diagnosis tepat. Keluhan dan gejala klinis permulaan merupakan tanda awal

penyakit kanker paru. Batuk disertai dahak yang banyak dan kadang-kadang

bercampur darah, sesak nafas dengan suara pernafasan nyaring (wheezing),

nyeri dada, lemah, berat badan menurun, dan anoreksia merupakan keadaan

yang mendukung. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan pada pasien

tersangka kanker paru adalah faktor usia, jenis kelamin, keniasaan merokok,

dan terpapar zat karsinogen yang dapat menyebabkan nodul soliter paru.

2. Data Objektif
Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan ini dilakukan untuk menemukan kelainan-kelainan berupa

perubahan bentuk dinding toraks dan trakea, pembesaran kelenjar getah

bening dan tanda-tanda obstruksi parsial, infiltrat dan pleuritis dengan cairan

pleura.

Pemeriksaan Fisik :

Pada pemeriksaan fisik pasien dengan kanker paru akan didapatkan sebagai

berikut :

a. Inspeksi

Cahaya yang adekuat diperlukan agar perawat dapat membedakan warna,

bentuk dan kebersihan tubuh klien. Fokus inspeksi pada setiap bagian

tubuh meliputi : ukuran tubuh, warna, bentuk, posisi, simetris. Dan perlu

dibandingkan hasil normal dan abnormal bagian tubuh satu dengan

bagian tubuh lainnya. Contoh : mata kuning (ikterus), terdapat struma di

leher, kulit kebiruan (sianosis), dan lain-lain.

b. Auskultasi

Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan

suara yang dihasilkan oleh tubuh. Biasanya menggunakan alat yang

disebut dengan stetoskop. Hal-hal yang didengarkan adalah : bunyi

jantung, suara nafas, dan bising usus. Suara tidak normal yang dapat

diauskultasi pada nafas adalah :

1) Rales : suara yang dihasilkan dari eksudat lengket saat saluran-saluran

halus pernafasan mengembang pada inspirasi (rales halus, sedang,

kasar). Misalnya pada klien pneumonia, TBC.


2) Ronchi : nada rendah dan sangat kasar terdengar baik saat inspirasi

maupun saat ekspirasi. Ciri khas ronchi adalah akan hilang bila klien

batuk. Misalnya pada edema paru.

3) Wheezing : bunyi yang terdengar “ngiii….k”. bisa dijumpai pada fase

inspirasi maupun ekspirasi. Misalnya pada bronchitis akut, asma.

4) Pleura Friction Rub : bunyi yang terdengar “kering” seperti suara

gosokan amplas pada kayu. Misalnya pada klien dengan peradangan

pleura.

c. Palpasi

Palpasi adalah suatu teknik yang menggunakan indera peraba. Tangan dan

jari- jari adalah instrumen yang sensitif digunakan untuk mengumpulkan

data, misalnya tentang : temperatur, turgor, bentuk, kelembaban, vibrasi,

ukuran. Langkah-langkah yang perlu diperhatikan selama palpasi :

1) Ciptakan lingkungan yang nyaman dan santai

2) Tangan perawat harus dalam keadaan hangat dan kering

3) Kuku jari perawat harus dipotong pendek

4) Semua bagian yang nyeri dipalpasi paling akhir. Misalnya : adanya

tumor, oedema, krepitasi (patah tulang), dan lain-lain.

d. Perkusi

Perkusi bertujuan untuk mengidentifikasi lokasi, ukuran, bentuk dan

konsistensi jaringan. Perawat menggunakan kedua tangannya sebagai alat

untuk menghasilkan suara. Adapun suara-suara yang dijumpai pada

perkusi adalah :

1) Sonor : suara perkusi jaringan yang normal.


2) Redup : suara perkusi jaringan yang lebih padat, misalnya di daerah

paru-paru pada pneumonia.

3) Pekak : suara perkusi jaringan yang padat seperti pada perkusi daerah

jantung, perkusi daerah hepar.

4) Hipersonor/timpani : suara perkusi pada daerah yang lebih berongga

kosong, misalnya daerah caverna paru, pada klien asthma kronik.

Pemeriksaan Diagnostik

a. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium ditujukan untuk :

1) Menilai seberapa jauh kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker paru.

Kerusakan pada paru dapat dinilai dengan pemeriksaan faal paru atau

pemeriksaan analisis gas.

2) Menilai seberapa jauh kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker paru

pada organ-organ lainnya.

3) Menilai seberapa jauh kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker paru

pada jaringan tubuh baik oleh karena tumor primernya maupun oleh

karena metastasis.

b. Pemeriksaan Radiologi

Pemeriksaan radiologi adalah pemeriksaan yang paling utama

dipergunakan untuk kanker paru. Kanker paru memiliki gambaran

radiologi yang bervariasi. Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan

keganasan tumor dengan melihat ukuran tumor, kelenjar getah bening,

dan metastasis ke organ lain. Pemeriksaan radiologi dapat dilakukan

dengan metode tomografi komputer.Pada pemeriksaan tomografi

komputer dapat dilihat hubungan kanker paru dengan dinding toraks,


bronkus, dan pembuluh darah secara jelas.Keuntungan tomografi

komputer tidak hanya memperlihatkan bronkus, tetapi juga struktur di

sekitar lesi serta invasi tumor ke dinding toraks.Tomografi komputer juga

mempunyai resolusi yang lebih tinggi, dapat mendeteksi lesi kecil dan

tumor yang tersembunyi oleh struktur normal yang berdekatan.

c. Sitologi

Sitologi merupakan metode pemeriksaan kanker paru yang mempunyai

nilai diagnostik yang tinggi dengan komplikasi yang rendah.Pemeriksaan

dilakukan dengan mempelajari sel pada jaringan.Pemeriksaan sitologi

dapat menunjukkan gambaran perubahan sel, baik pada stadium

prakanker maupun kanker. Selain itu dapat juga menunjukkan proses

dan sebab peradangan. Pemeriksaan sputum adalah salah satu teknik

pemeriksaan yang dipakai untuk mendapatkan bahan

sitologik.Pemeriksaan sputum adalah pemeriksaan yang paling sederhana

dan murah untuk mendeteksi kanker paru stadium preinvasif maupun

invasif. Pemeriksaan ini akan memberi hasil yang baik terutama untuk

kanker paru yang letaknya sentral. Pemeriksaan ini juga sering digunakan

untuk skrining terhadap kanker paru pada golongan risiko tinggi.

d. Bronkoskopi

Setiap pasien yang dicurigai menderita tumor bronkus merupakan indikasi

untuk bronkoskopi.Dengan menggunakan bronkoskop fiber optik,

perubahan mikroskopik mukosa bronkus dapat dilihat berupa nodul atau

gumpalan daging. Bronkoskopi akan lebih mudah dilakukan pada tumor

yang letaknya di sentral. Tumor yang letaknya di perifer sulit dicapai oleh

ujung bronkoskop.
e. Biopsi Transtorakal

Biopsi aspirasi jarum halus transtorakal banyak digunakan untuk

mendiagnosis tumor pada paru terutama yang terletak di perifer. Dalam

hal ini diperlukan peranan radiologi untuk menentukan ukuran dan letak,

juga menuntun jarum mencapai massa tumor. Penentuan letak tumor

bertujuan untuk memilih titik insersi jarum di dinding kulit toraks yang

berdekatan dengan tumor.

f. Torakoskopi

Torakoskopi adalah cara lain untuk mendapatkan bahan guna

pemeriksaan histopatologik untuk kanker paru. Torakoskopi adalah

pemeriksaan dengan alat torakoskop yang ditusukkan dari kulit dada ke

dalam rongga dada untuk melihat dan mengambil sebahagian jaringan

paru yang tampak.Pengambilan jaringan dapat juga dilakukan secara

langsung ke dalam paru dengan menusukkan jarum yang lebih panjang

dari jarum suntik biasa kemudian dilakukan pengisapan jaringan tumor

yang ada.

1. Aktivitas/ istirahat.

Gejala : Kelemahan, ketidakmampuan mempertahankan kebiasaan rutin,

dispnea karena aktivitas.

Tanda : Kelesuan( biasanya tahap lanjut).

2. Sirkulasi.

Gejala : JVD (obstruksi vana kava). Bunyi jantung : gesekan pericardial

(menunjukkan efusi), Takikardi/ disritmia, Jari tabuh.

3. Integritas ego.
Gejala : Perasaan takut. Takut hasil pembedahan,Menolak kondisi yang

berat/ potensi keganasan.

Tanda : Kegelisahan, insomnia, pertanyaan yang diulang- ulang.

4. Eliminasi.

Gejala : Diare yang hilang timbul (karsinoma sel kecil). Peningkatan

frekuensi/ jumlah urine (ketidakseimbangan hormonal, tumor

epidermoid)

5. Makanan/ cairan.

Gejala : Penurunan berat badan, nafsu makan buruk, penurunan masukan

makanan, Kesulitan menelan, Haus/ peningkatan masukan cairan.

Tanda : Kurus, atau penampilan kurang berbobot (tahap lanjut) Edema

wajah/ leher, dada punggung (obstruksi vena kava), edema wajah/

periorbital (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil) Glukosa

dalam urine (ketidakseimbangan hormonal, tumor epidermoid).

6. Nyeri/ kenyamanan.

Gejala : Nyeri dada (tidak biasanya ada pada tahap dini dan tidak selalu

pada tahap lanjut) dimana dapat/ tidak dapat dipengaruhi oleh perubahan

posisi. Nyeri bahu/ tangan (khususnya pada sel besar atau

adenokarsinoma) Nyeri abdomen hilang timbul.

7. Pernafasan.

Gejala : Batuk ringan atau perubahan pola batuk dari biasanya dan atau

produksi sputum. Nafas pendek, Pekerja yang terpajan polutan, debu

industri, Serak, paralysis pita suara. Riwayat merokok

Tanda : Dispnea, meningkat dengan kerja. Peningkatan fremitus taktil

(menunjukkan konsolidasi). Krekels/ mengi pada inspirasi atau ekspirasi


(gangguan aliran udara), krekels/ mengi menetap; pentimpangan trakea

( area yang mengalami lesi). Hemoptisis.

8. Keamanan.

Tanda : Demam mungkin ada (sel besar atau karsinoma) Kemerahan,

kulit pucat (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil)

9. Seksualitas.

Tanda : Ginekomastia (perubahan hormone neoplastik, karsinoma sel

besar) Amenorea/ impotent (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel

kecil)

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN MENURUT SDKI

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d (hipersekresi jalan nafas, sekresi yang

tertahan, proses infeksi)

2. Gangguan pertukaran gas b/d (ketidakseimbangan ventilasi-perfusi,

perubahan membran alveolus-kapiler)

3. Nyeri akut berhubungan b/d agen pencedera fisiologis (imflamasi,

neoplasma).

4. Defisit nutrisi b/d ketidakmampuan untuk menelan makanan

5. Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan

oksigen, kelemahan.

6. Ansietas b/d ancaman terhadap kematian

C. PENATALAKSANAAN KANKER PARU

Tujuan pengobatan kanker dapat berupa :

a) Kuratif

Memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan

hidup klien.
b) Paliatif.

Mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.

c) Rawat rumah (Hospice care) pada kasus terminal.

Mengurangi dampak fisis maupun psikologis kanker baik pada pasien

maupun keluarga.

d) Supotif.

Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal sepertia pemberian

nutrisi, tranfusi darah dan komponen darah, obat anti nyeri dan anti

infeksi. (Ilmu Penyakit Dalam, 2001 dan Doenges, rencana Asuhan

Keperawatan, 2000)

e) Pembedahan.

Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain,

untuk mengankat semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan

sebanyak mungkin fungsi paru –paru yang tidak terkena kanker.

f) Toraktomi eksplorasi.

Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks

khususnya karsinoma, untuk melakukan biopsy.

g) Pneumonektomi (pengangkatan paru).

Karsinoma bronkogenik bilaman dengan lobektomi tidak semua lesi bisa

diangkat.

h) Lobektomi (pengangkatan lobus paru).

Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis

bleb atau bula emfisematosa; abses paru; infeksi jamur; tumor jinak

tuberkulois.

i) Resesi segmental.
Merupakan pengankatan satau atau lebih segmen paru.

j) Resesi baji.

Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau penyakit

peradangan yang terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari permukaan

paru – paru berbentuk baji (potongan es).

k) Dekortikasi.

Merupakan pengangkatan bahan – bahan fibrin dari pleura viscelaris)

l) Radiasi

Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif

dan bisa juga sebagai terapi adjuvant/ paliatif pada tumor dengan

komplikasi, seperti mengurangi efek obstruksi/ penekanan terhadap

pembuluh darah/ bronkus.

m) Kemoterafi.

Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor,

untuk menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan

metastasi luas serta untuk melengkapi bedah atau terapi radiasi.

D. EVALUASI

Hasil yang diharapkan :

1. Pasien menunjukkan jalan nafas yang paten, dapat mendemonstrasikan batuk

efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dispnea, mampu

mengidentifikasikan dan mencegah faktor yang penyebab, foto thorak dalam

batas normal, saturasi O2 dalam batas normal

2. Nutrisi kurang pada pasien teratasi

3. Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi,

prognosis dan program pengobatan, pasien dan keluarga mampu


melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar. pasien dan keluarga

mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan

lainnya.

4. Pasien dapat bernafas dengan mudah, tidak irama, frekuensi pernafasan

normal, pasien mampu menelan, mengunyah tanpa terjadi aspirasi, dan

mampu melakukan oral hygiene, jalan nafas paten, mudah bernafas, tidak

merasa tercekik dan tidak ada suara nafas abnormal.

5. Pasien dapat melakukan batuk efektif serta menghasilkan suara nafas yang

bersih, tidak ada sianosis, dan dispneu, mampu bernafas dengan mudah,

terdapat tanda-tanda vital dalam batas normal, AGD dalam batas normal.
DAFTAR PUSTAKA

Elizabeth, J. Corwin.2020. Buku Saku Patofisiologis. Jakarta: ECG

Gloria, dkk. 2021. Nursing Interventions Classification (NIC) Sixth Edition. Amerika :
Elsevier Mosby

Ikhsanuddin. 2023. Keperawatan. http://repository.usu .ac.id/bitstream /12345


6789/3583/1/keperawatan-ikhsanuddin2.pdf

Nurarif & Kusuma. 2021. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis Medis
& NANDA NIC – NOC Edisi revisi jilid 1. Yogyakarta: Mediaction

Suryo, Joko. 2020. Herbal Penyembuhan Gangguan Sistem Pernapasan. Yogyakarta: B


First

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2019. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta selatan : Dewan Pengurus Pusat
William, Lippicont . 2020 . Nursing: Memahami Berbagai Macam Penyakit . Jakarta:
Indeks.

Anda mungkin juga menyukai