Search:
Bentuk lain dari kanker paru primer adalah adenoma, sarkoma, dan mesotelioma
bronkus. Walaupun jarang, tumor-tumor ini penting karena dapat menyerupai karsinoma
bronkogenik dan mengancam jiwa.
I. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Radiologi.
Foto thorax posterior – anterior (PA) dan leteral serta Tomografi dada.
Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya kanker paru.
Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi. Dapat menyatakan massa udara pada
bagian hilus, effuse pleural, atelektasis erosi tulang rusuk atau vertebra.
Bronkhografi.
Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.
2. Laboratorium.
Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe).
Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma.
Pemeriksaan fungsi paru dan GDA
Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhan ventilasi.
Tes kulit, jumlah absolute limfosit.
Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada kanker paru).
3. Histopatologi.
Bronkoskopi.
Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan sitologi lesi (besarnya
karsinoma bronkogenik dapat diketahui).
Biopsi Trans Torakal (TTB).
Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan ukuran < 2 cm,
sensitivitasnya mencapai 90 – 95 %.
Torakoskopi.
Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan cara torakoskopi.
Mediastinosopi.
Untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang terlibat.
Torakotomi.
Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam – macam prosedur
non invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor.
4. Pencitraan.
CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura.
MR
CA PARU/ KANKER PARU
J. PENATALAKSANAAN KANKER PARU
Tujuan pengobatan kanker dapat berupa :
a) Kuratif
Memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan hidup klien.
b) Paliatif.
Mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.
c) Rawat rumah (Hospice care) pada kasus terminal.
Mengurangi dampak fisis maupun psikologis kanker baik pada pasien maupun keluarga.
d) Supotif.
Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal sepertia pemberian nutrisi, tranfusi
darah dan komponen darah, obat anti nyeri dan anti infeksi. (Ilmu Penyakit Dalam, 2001
dan Doenges, rencana Asuhan Keperawatan, 2000)
e) Pembedahan.
Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain, untuk mengankat
semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan sebanyak mungkin fungsi paru
–paru yang tidak terkena kanker.
f) Toraktomi eksplorasi.
Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks khususnya
karsinoma, untuk melakukan biopsy.
g) Pneumonektomi (pengangkatan paru).
Karsinoma bronkogenik bilaman dengan lobektomi tidak semua lesi bisa diangkat.
h) Lobektomi (pengangkatan lobus paru).
Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis bleb atau bula
emfisematosa; abses paru; infeksi jamur; tumor jinak tuberkulois.
i) Resesi segmental.
Merupakan pengankatan satau atau lebih segmen paru.
j) Resesi baji.
Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau penyakit peradangan yang
terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari permukaan paru – paru berbentuk baji
(potongan es).
k) Dekortikasi.
Merupakan pengangkatan bahan – bahan fibrin dari pleura viscelaris)
l) Radiasi
Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif dan bisa juga
sebagai terapi adjuvant/ paliatif pada tumor dengan komplikasi, seperti mengurangi efek
obstruksi/ penekanan terhadap pembuluh darah/ bronkus.
m) Kemoterafi.
Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor, untuk menangani
pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasi luas serta untuk melengkapi
bedah atau terapi radiasi.
DAFTAR PUSTAKA
Dian Al Mira
Selasa, 02 April 2013
Kanker Paru
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
1.3.2.8 Mahasiswa dapat mengetahui komplikasi yang ditimbulkan oleh kanker paru
1.3.2.14 Mahasiswa dapat mengetahui asuhan keperawatan pada klien kanker paru
1.4 Manfaat
Calon perawat dapat mengetahui asuhan keperawatan terhadap klien kanker paru.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Anatomi Dan Fisiologi Paru-Paru
Paru-paru adalah organ pada sistem pernapasan, yang berfungsi menukar oksigen dari udara luar
dengan karbon dioksida dari darah melalui proses respirasi. Respirasi merupakan proses pertukaran gas
yang keluar masuk saluran pernafasan, melibatkan sistem kardiovaskuler, sistem pulmonary dan kondisi
hematologis. Paru-paru terletak pada rongga dada, menghadap ke tengah rongga dada. Pada bagian
tengah itu terdapat tampuk paru-paru atau hilus. Pada mediastinum depan terletak jantung. Paru-paru
dibungkus oleh selaput selaput yang bernama pleura. Pleura dibagi menjadi dua, yaitu : pleura viseral dan
parietal. Pleura viseral (selaput dada pembungkus) merupakan selaput yang langsung membungkus paru-
paru. Pleura parietal merupakan selaput paru-paru yang melapisi bagian dalam dinding dada. Antara
kedua pleura, terdapat sebuah rongga yang disebut kavum pleura. Pada keadaan normal, kavum pleura
menjadi hampa udara sehingga paru-paru dapat berkembang kempis dan juga terdapat sedikit cairan yang
berguna untuk melumasi permukaan pleura, untuk menghindari gesekan antara paru-paru dan dinding
dada.
Dilihat dari struktur anatominya, paru-paru dibagi menjadi dua lobus, yaitu :
Daerah permukaan membran dapat mengalami perubahan sebagai akibat suatu penyakit kronik,
penyakit akut, atau proses pembedahan. Apabila alveoli yang berfungsi lebih sedikit maka darah
permukaan menjadi berkurang O2 alveoli berpindah ke kapiler paru, CO2 kapiler paru berpindah ke
alveoli.
2. Pertukaran gas
Pertukaran gas antara O2 dengan CO2 terjadi di dalam alveolus dan jaringan tubuh, melalui proses
difusi. Oksigen yang sampai di alveolus akan berdifusi menembus selaput alveolus dan berikatan dengan
haemoglobin (Hb) dalam darah yang disebut deoksigenasi dan menghasilkan senyawa oksihemoglobin
(HbO) seperti reaksi berikut :
Sekitar 97% oksigen dalam bentuk senyawa oksihemoglobin, hanya 2 – 3% yang larut dalam
plasma darah akan dibawa oleh darah ke seluruh jaringan tubuh, dan selanjutnya akan terjadi pelepasan
oksigen secara difusi dari darah ke jaringan tubuh, seperti reaksi berikut : Karbondioksida (CO2) yang
dihasilkan dari proses respirasi sel akan berdifusi ke dalam darah yang selanjutnya akan diangkut ke paru-
paru untuk dikeluarkan sebagai udara pernapasan.
Ada 3 (tiga) cara pengangkutan CO2 : Sebagai ion karbonat (HCO3), sekitar 60 – 70%. Sebagai
karbominohemoglobin (HbCO2), sekitar 25%. Sebagai asam karbonat (H2CO3) sekitar 6 – 10%.
3. Transpor oksigen
Sistem transportasi oksigen terdiri dari system paru dan sitem kardiovaskular. Proses pengantaran
ini tergantung pada jumlah oksigen yang masuk ke paru-paru (ventilasi),aliran darah ke paru-paru dan
jaringan (perfusi), kecepatan divusi dan kapasitas membawa oksigen. Kapasitas darah untuk membawa
oksigen dipengaruhi oleh jumlah oksigen yang larut dalam plasma, jumlah hemoglobin dan
kecenderungan hemoglobin untuk berikatan dengan oksigen (Ahrens, 1990).Jumlah oksigen yang larut
dalam plasma relatif kecil, yakni hanya sekitar 3%.Sebagian besar oksigen ditransportasi oleh hemoglobin.
Hemoglobin berfungsi sebagai pembawa oksigen dan karbon dioksida. Molekul hemoglobin dicampur
dengan oksigen untuk membentuk oksi hemoglobin. Pembentukan oksi hemoglobin dengan mudah
berbalik (revesibel), sehingga memungkinkan hemoglobin dan oksigen berpisah, membuat oksigen
menjadi bebas.Sehingga oksigen ini bias masuk ke dalam jaringan.
2.2 Definisi
Kanker adalah suatu pertumbuhan sel-sel abnormal yang cenderung menginvasi jaringan di
sekitarnya dan menyebar ke tempat-tempat jauh.
Penyakit kanker paru-paru adalah sebuah bentuk perkembangan sel yang sangat cepat (abnormal)
di dalam jaringan paru yang di sebabkan oleh perubahan bentuk jaringan sel atau expansi dari sel itu
sendiri. Jika di biarkan, pertumbuhan yang abnormal ini dapat menyebar ke organ lain, baik yang dekat
dengan paru maupun pun yang yang jauh seperti tulang,hati ataupun otak.
Kanker paru adalah pertumbuhan tak terkendali sel abnormal dari baik salah satu maupun kedua
paru-paru. Dimana sementara sel normal bereproduksi dan berkembang menjadi jaringan paru-paru
sehat, sel-sel abnormal bereproduksi lebih cepat dan tidak menjadi jaringan paru-paru yang sehat. Sel-
sel abnormal kemudian tumbuh menjadi sel-sel kanker (tumor). (Anonymus, 2010)
2.3 Etiologi
Mayoritas penyakit kanker paru disebabkan oleh karsinogen dan zat promotor tumor yang masuk ke
dalam tubuh melalui kebiasaan merokok. Secara keseluruhan, resiko relatif terjadinya kanker paru
meningkat 13 kali lipat oleh kebiasaan merokok yang aktif dan sekitar 1,5 kali lipat oleh pajanan pasif asap
rokok dalam waktu lama. Beberapa karsinogen tersebut antara lain sebagai berikut :
1. Rokok tembakau
Yaitu kandungan ‘tar’ suatu persenyawaan hidrokarbon aromatik polisiklik( risiko meningkat 60-70
kali lipat untuk seseorang yang merokok 2 bungkus sehari selama 20 tahun dibandingkan individu bukan
perokok). Dalam hal ini, seseorang yang mulai merokok pada usia yang lebih muda akan lebih beresiko
untuk menderita kanker paru. faktor lain yang berhubungan adalah jenis rokok yang diisap(kandungan
tar,filter versus nonfilter).
2. Polusi Udara
Banyak sekali polusi udara yang dapat menyebabkan kanker paru diantaranya sulfur, emisi kendaraan
bermotor dan polutan yang berasal dari pabrik. Data menunjukkan bahwa insidensi kanker paru lebih
banyak pada daerah urban sebagai hasil dari peningkatan polutan dan asap kendaraan bermotor.
3. Asap pabrik/industri/tambang
4. Debu radioaktif/ledakan nuklir(radon)
Beberapa zat kimia(seperti asbes,arsen,krom,nikel,besi dan uranium.
5. Vitamin A
Penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara diet rendah vitamin A dengan timbulnya
kanker paru. hal ini kemungkinan karena vitamin A berhubungan dengan regulasi dari deferensiasi sel.
6. Genetik
Pada sel kanker paru didapatkan sejumlah lesi genetik termasuk aktivasi onkogen dominan dan
inaktivasi supresor tumor atau onkogen resesif.
2.4 Klasifikasi
Kanker paru diklasifikasikan sesuai dengan tipe histologi selnya, yaitu :
2. Nonsmall cell
a. Karsinoma epidermoid (skuamosa).
Kanker ini berasal dari permukaan epitel bronkus. Perubahan epitel termasuk metaplasia, atau
displasia akibat merokok jangka panjang, secara khas mendahului timbulnya tumor. Terletak sentral
sekitar hilus, dan menonjol kedalam bronki besar. Diameter tumor jarang melampaui beberapa
centimeter dan cenderung menyebar langsung ke kelenjar getah bening hilus, dinding dada dan
mediastinum.
Dari etiologi menyerang percabangan segmen sub bronkus menyebabkan cilia tulang dan
deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka
menyebabkan metaplasia, hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang di sebabkan oleh metaflasia,
hiperpasia dan displasia menembus ruang pleura, bisa timbul efusi pleura dan bisa di ikuti invasi langsung
pada kosta dan korpus vertebra. Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang
terbesar. Lesi ini menyebabkan obststruksi dan ulserasi bronkus dengan di ikuti supurasi di bagian distal.
Gejala yang timbul dapat berupa wheezing, batuk, hemokisis, demam dan dingin. Pada stadium lanjut,
penurunan berat badan menunjukkan adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru-paru dapat
bermetastase ke struktur-strukur jaringan terdekat seperti limfe, dinding esofagus.
2. Hemoptisis
Sputum bersemu darah karena sputum melalui permukaan tumor yang mengalami ulcerasi.
3. Anoreksia
Lelah dan mengakibatkan penurunan berat badan perlahan.
4. Nyeri dada
Jika tumor menyebar ke struktur yang berdekatan dan ke modus limfe regional.
2. Laboratorium
3. Histology
a. Bronkoskopi
4. Penatraan
a. CT-Scan untuk mengetahui jaringan parekim paru, pleura dan MRI untuk mengetahui keadaan
c. Kemoterapi
Kemoterapi merupakan pilihan pengobatan pada pasien dengan kanker paru –paru, terutama pada
small-cell lung cancer karena metastasis. Kemoterapi dapat juga digunakan bersamaan dengan terapi
surgikal (pembedahan). Agen kemoterapi yang biasanya diberikan untuk menangani kanker, termasuk
kombinasi dari:
Banyak pasien dengan kanker paru – paru mengalami gangguan imun. Agen imunoterapi (cytokin)
biasa diberikan.
e.Terapi radiasi
a) indikasi:
1) Pasien dengan tumor paru – paru yang operable, tetapi berisiko jika dilakukan operasi pembedahan.
2) Pasien dengan kanker adenokarsinoma atau sel skuamosa inoperable dimana terdapat pembesaran
kelenjar getah bening pada hilus ipsilateral dan mediastinal.
3) Pasien kanker bronkhus dengan oat cell.
4) Pasien kambuhan sesudah lobektomi atau pneumonektomi.
Dosis umum 5000-6000 rad dalam jangka waktu 5-6 minggu.Pengobatan dilakukan dalam lima kali
seminggu dengan dosis 180-200 rad/hari.
b) Komplikasi:
1) Esofagitis, hilang satu minggu sampai dengan sepuluh hari sesudah pengobatan.
2) Pneumonitis, pada rontgen terlihat bayangan eksudat didaerah penyinaran.
f. Terapi laser
1) efusi pleura dapat menjadi masalah bagi pasien dengan kanker paru – paru.
2) efusi timbul akibat adanya tumor pada pleura visceralis dan parietalis dan obstruksi kelenjar limfe
mediastinal.
3) tujuan akhir: mengeluarkan dan mencegah akumulasi cairan.
2. Manajemen bedah
a. Dikerjakan pada tumor stadium I serta stadium II jenis karsinoma, adenokarsinoma, dan karsinoma sel
besar tidak dapat dibedakan (undifferentiated).
b. Dilakukan khusus pada stadium III secara individual yang mencakup 3 kriteria:
1) Karakteristik biologis tumor.
2) Letak tumor dan pembagian stadium klinik.
Untuk menentukan letak pembedahan terbaik.
3) Keadaan fungsional penderita.
2.9 Komplikasi
a. Hematorak
b. Peneumutorak
c. Empiema
d. Endokarditis
e. Abses paru
f. Atetektasis
2.10 Prognosis
Prognosis dari kanker paru merujuk pada kesempatan untuk penyembuhan dan tergantung dari
lokasi dan ukuran tumor, kehadiran gejala-gejala, tipe kanker paru, dan keadaan kesehatan secara
keseluruhan dari pasien. Dari semua pasien-pasien dengan SCLC, hanya 5%-10% masih hidup lima tahun
setelah diagnosis. Kebanyakan dari mereka yang selamat (hidup lebih lama) mempunyai tingkat yang
terbatas dari SCLC. Pada non-small cell lung cancer (NSCLC), hasil-hasil dari perawatan standar biasanya
keseluruhannya jelek namun kebanyakan kanker-kanker yang terlokalisir dapat diangkat secara operasi.
Bagaimanapun, pada tingkat I kanker-kanker yang dapat diangkat sepenuhnya, angka kelangsungan hidup
lima tahun dapat mendekati 75%. Terapi radiasi dapat menghasilkan suatu penyembuhan pada suatu
minoritas dari pasien-pasien dengan NSCLC dan menjurus pada pembebasan gejala-gejala pada
kebanyakan pasien-pasien. Pada penyakit tingkat berlanjut, kemoterapi menawarkan perbaikan waktu
kelangsungan hidup yang sedang, meskipun angka-angka kelangsungan hidup keseluruhannya jelek.
Prognosis keseluruhan untuk kanker paru adalah jelek jika dibandingkan dengan beberapa kanker-
kanker lain. Angka-angka kelangsungan hidup untuk kanker paru umumnya lebih rendah daripada yang
untuk kebanyakan kanker-kanker, dengan suatu angka keseluruhan kelangsungan hidup lima tahun untuk
kanker paru sebesar 16% dibandingkan dengan 65% untuk kanker usus besar, 89% untuk kanker payudara,
dan lebih dari 99% untuk kanker prostat.
2.11 Pencegahan
Beberapa langkah pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari penyakit ini antara lain:
1. Jangan merokok, jika anda seorang perokok maka lebih baik hentikan kebiasaan buruk Anda, karena 80%
penyebab kanker paru-paru adalah rokok, dan 15% dari para perokok adalah penderita kanker paru-paru
2. Hindari asap rokok, bagi perokok pasif memiliki resiko yang cukup besar juga mangidap penyakit ini. Untuk
menghindari asap rokok di tempat-tempat umum mungkin menggunakan masker bisa menjadi pilihan
anda
3. Hindari paparan zat-zat kimia berbahaya dan zat radioaktif, meskipun hanya 15%, tetapi zat kimia dan
radioaktif tetap beresiko menjadi pemicu kanker
4. Hindari konsumsi alkohol, konsumsi alcohol yang berlebihan juga dapat memicu timbulnya kanker
5. Hindari makanan yang mengandung zat-zat karsinogenik, makanan yang dibakar, dll.
6. Terapkan pola hidup sehat, pola hidup sehat merupakan langkah pencegahan utama untuk semua jenis
penyakit
7. Mengkonsumsi makanan bergizi dan suplemen alami, makanan yang mengandung vitamin D dan Fe
memberi dampak yang baik bagi para penderita kanker paru-paru. Selain itu makanan yang banyak
mengandung antioksidan juga dapat mencegah sel-sel kanker.
8. Olahraga dan istirahan teratur juga dapat mengurangi resiko kanker paru-paru menyerang kita.
Hasil penelitian ini ditampilkan dalam pertemuan tahunan dari American Association for Cancer
Research, Washington, D.C, awal pekan ini. Berdasarkan data US National Cancer Institute, kanker paru-
paru merenggut nyawa 160 ribu warga Amerika pada 2009. Penyakit ini terkenal sulit dalam hal
perawatan, dan hanya terjadi beberapa kemajuan bertahap pada beberapa dekade lalu. Bagaimanapun,
percobaan baru yang menggunakan pendekatan personalisasi, dimana dokter melakukan biopsi pada
tumor pasien, untuk melihat tanda kunci molekular dan mencari obat-obatan yang dipercaya dapat
menargetkan anomali genetis, menjadi kemajuan besar dalam meningkatkan kuantitas kelangsungan
hidup pasien.Dalam percobaan ini, dokter mengambil contoh tumor dari 255 pasien. Mereka mencari
mutasi yang diketahui berdampak pada perkembangan sel kanker paru-paru,di mana diketahui berada di
gen yang disebut KRAS atau EGFR (epidermis yang meningkatkan faktor reseptor) sebagai sinyal protein
yand dapat menekan perkembangan sel kanker baru.
Dokter kemudian memilih satu dari empat obat yang kuat bagi kemoterapi: erlotinib (Tarceva),
sorafenib (Nexavar), vandetanib (Zactima) atau kombinasi obat, Targretin (erlotinib dengan bexarotene).
Penelitian ini memilih titik poin kontrol penyakit dalam delapan minggu, karena penelitian terbaru
menunjukkan bahwa ini adalah prediksi terbaik untuk masa hidup. Pasien dengan pendekatan
personalisasi ini rata-rata mendapatkan masa hidup sembilan bulan dan 38 persen di antaranya hidup
untuk satu tahun. Pencocokan obat-obatan ini terlihat lebih efektif. Satu yang terbaik, dan terlihat
mengejutkan, kesimpulan datang saat Nexavar digunakan dalam penggabungan dengan mutasi KRAS.
Dalam kasus ini, 61 persen dari perawatan pasien memiliki kontrol penyakit selama dua bulan.
Sebagai perbandingan, rasio pasien dengan mutasi KRAS dengan mendapatkan salah satu obat-obatan
hanya 32 persen. “KRAS umumnya dianggap sebagai bagian prognostik paling rendah dari pasien,” ungkap
pemimpin penelitian Dr Edward Kim, direktur klinik penelitian di Departemen Thoraks Onkologi di M.D
Anderson. "Ketika kami mengobati mereka dengan Nexavar, kami melihat hal ini bekerja dengan baik.”
"Percobaan ini dapat membantu membuka jalan bagi pencontohan rutin dengan biopsi dari tumor selama
perawatan," ungkap penelitian.
"Dua tumor pada kanker paru-paru mungkin menunjukkan identitas di bawah mikroskop dan memiliki
tampilan yang sama, namun bertindak dengan cara berbeda,” tambah wakil peneliti Dr. Waun Ki Hong,
kepala Divisi Pengobatan Kanker dari M.D Anderson.”Nama dari permainan saat ini soal pengobatan
berdasarkan dampak molekular pada tumor,” tambahnya lagi.
Peneliti mengungkapkan dalam percobaan di masa depan, mereka akan mencoba hasil penelitian
ini pada pasien kanker paru-paru pada tingkat penyakit yang variatif, termasuk penggunaan terapi tingkat
pertama.
A. Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan kanker paru sebagai berikut :
a. Anamnesis
1. Identitas Klien
2.Keluhan utama
Klien dengan karsinoma bronkogenik biasanya bervariasi seperti keluhan batuk, batuk produktif,
batuk darah, dan sesak napas (Arif Muttaqin, 2008: 201).
3. Riwayat penyakit saat ini
Biasanya keluhan hampir sama dengan jenis penyakit paru lain dan tidak mempunyai awitan yang
khas (Arif Muttaqin, 2008: 201).
4. Riwayat Penyakit Sebelumnya
Walaupun tidak spesifik biasanya dapatkan adanya keluhan batuk jangka panjang dan penurunan
berat badan secara signifikan (Arif Muttaqin, 2008: 201)
3. Berikan posisi fowler/semi fowler tinggi dan 3. Posisi fowler memaksimalkan ekspansi paru
Bantu klien berlatih napas dalam dan batuk dan menurunkan upaya napas. Ventilasi
efektif maksimal membuka area etelektasis dan
meningkatkan gerakan sekret ke jalan napas
besar untuk dikeluarkan
5. Bersihkan sekret dari mulut dan trakea, bila 5.Mencegah obstruksi dan aspirasi. Pengisapan
perlu lakukan pengisapan. diperlukan bila klien tidak mampu
mengeluarkan sekret.
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi trakeobronkial oleh sekret, perdarahan aktif,
penurunan ekspansi paru, dan proses inflamasi.
Tujuan : Dalam waktu 1 x 24 jam pola napas kembali efektif.
Kriteria : - Secara subjektif menyatakan sesak napas berkurang.
- Irama napas teratur , tampak tidak sesak napas
- frekuensi, dan kedalaman pernapasan dalam batas normal.
- Bunyi napas terdengar jelas
Intervensi Rasional
2. Kaji fungsi pernapasan, catat kecepatan 2.Distres pernapasan dan perubahan tanda
pernapasan, dipsnea, sianosis, dan vital dapat terjadi sebagai akibat stres
perubahan tanda-tanda vital. fisiologi dan nyeri atau dapat menunjukkan
terjadinya syok akibat hipoksia.
3. Berikan posisi fowler/semi fowler tinggi dan 3. Posisi fowler memaksimalkan ekspansi paru
miring pada sisi yang sakit, Bantu klien latihan dan menurunkan upaya bernapas. Ventilasi
napas dalam dan batuk efektif. maksimal membuka area atelektasis dan
meningkatkan gerakan sekret ke jalan napas
besar untuk dikeluarkan.
4. Auskultasi bunyi napas. 4.Bunyi napas dapat menurun/tak ada pada area
kolaps yang meliputi satu lobus, segmen
paru, atau seluruh area paru.
5. Kaji pengembangan dada dan posisi trakea. 5.Ekspansi paru menurun pada area kolaps.
Deviasi trakea kearah sisi yang sehat.
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan aliran udara ke alveoli atau kebagian utama
paru dan perubahan membran alveoli kapiler (atelektasis, edema paru, efusi dan sekresi berlebihan,
perdarahan aktif).
Tujuan : Dalam waktu 1 x 24 jam pertukaran gas kembali efektif.
Kriteria : - TTV dalam batas normal
- GDA berada dalam batas normal
- Menunjukkkan ventilasi yang adekuat
- Oksigenasi adekuat
- Perbaikan distress pernapasan
Intervensi Rasional
3. Tinggikan kepala / tempat tidur sesuai 3.Jalan napas lengket/ kolaps menurunkan
dengan kebutuhan jumlah alveoli yang berfungsi secara negatif
mempengaruhi pertukaran gas
1. Kaji keadaan nyeri klien secara PQRST. 1.Membantu dalam menentukan status nyeri
klien dan menjadi data dasar untuk intervensi
dan monitoring keberhasilan intervensi.
3. Ajarkan tekhnik relaksasi seperti napas dalam 3.Hipoksemia lokal dalam menyebabkan rasa
pada saat rasa nyeri datang. nyeri dan meninhkatkan suplai oksigen pada
area nyeri dapat membantu menurunkan
rasa nyeri
5. Beri manajemen sentuhan berupa pemijatan5.Meningkatkan respon aliran darah pada area
ringan pada area sekitar nyeri nyeri dan merupakan salah satu metode
pengalihan perhatian.
6. Beri kompres hangat pada area nyeri. 6.Meningkatkan respons aliran darah area nyeri
7. Kolaborasi dengan pemberian analgesik 7.Mempertahankan kadar obat dan
secara periodik. menghindari puncak periode nyeri
5. Cemas berhubungan dengan ketakutan atau ancaman akan kematian, tindakan diagnosis, ketidaktahuan
akan informasi, dan penyakit kronis.
Tujuan : Dalam waktu 1 x 24 jam klien mampu memehami dan menerima keadaannya sehingga tidak terjadi
kecemasan.
Kriteria : - Mampu beradaptasi dengan keadaannya
- Respon nonverbal klien tampak lebih rileks dan santai.
Intervensi Rasional
1. Bantu dalam mengidentifikasi sumber koping 1. pemanfaatan sember koping yang ada secara
yang ada konstuktif sangat bermanfaat dalam
mengatasi stres
4. Kaji faktor yang menyebabkan timbulnya rasa 4. Tindakan yang tepat dalam mengatasi
cemas. masalah yang dihadapi klien dan membangun
kepercayaan dalam mengurangi kecemasan.
6. Gangguan pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat, peningkatan metabolisme, dan proses keganasan.
Tujuan : Dalam waktu 3 x 24 jam intake nutrisi klien terpenuhi.
Kriteria : - Klien dapat mempertahankan status gizi dari yang semula kurang menjadi terpenuhi
- Pernyataan motivasi kuat untuk memenuhi nutrisinya.
Intervensi Rasional
1. Kaji status nutrisi klien, turgor kulit, berat 1.memvalidasi dan menetapkan derajat
badan, integritas mukosa oral, riwayat masalah untuk menetapkan pilihan intervensi
mual/muntah, dan diare. yang tepat.
2. Pantau intake dan output, timbang berat2. Berguna dalam mengukur keefektifan intake
badan secara periodik. gizi dan dukungan cairan.
3. Fasilitasi pemberian diet TKTP, berikan dalam 3.Memaksimalkan intake nutrisi tanpa
porsi kecil tapi sering. kelelahan dan energi besar serta menurunkan
iritasi saluran cerna.
4. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk4. Merencanakan diet dengan kandungan gizi
menetapkan komposisi dan jenis diet yang yang cukup untuk memenuhi peningkatan
tepat. kebutuhan energi dan kalori sehubungan
dangan status hipermatabolik klien.
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Penyakit kanker paru-paru adalah sebuah bentuk perkembangan sel yang sangat cepat
(abnormal) di dalam jaringan paru yang di sebabkan oleh perubahan bentuk jaringan sel atau expansi dari
sel itu sendiri. Penyebab kanker paru yaitu Rokok tembakau,polusi udara,asap
pabrik/industri/tambang,debu radioaktif/ledakan nuklir(radon),vitamin A dan genetik. Kanker paru
terbagi 2 menurut histologinya yaitu small cell dan nonsmall cell. Masalah keperawatan yang mungkin
timbul yaitu bersihan jalan napas tidak efektif ,pola napas tidak efektif ,gangguan pertukaran gas,nyeri
akut dan gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
1.2 Saran
Alangkah baiknya apabila anda menyayangi anggota tubuh terutama paru-paru karena organ tersebut
sangat penting dalam proses pernafasan. Cegahlah kanker paru dengan tidak merokok, hindari asap rokok
dan polusi,hindari makan yang dibakar karena mengandung karsinogenik.
DAFTAR PUSTAKA
Corwin,elizabeth.1992.Buku Saku Patofisiologi.Jakarta.Penerbit Buku Kedokteran EGC
Soemantri,irman.2008.Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan.Salemba
Medika.Jakarta
Smeltzer,Suzanne C.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart.EGC.Jakarta
Ward, Jeremy P.T.dkk.2008.At a Glance Sistem Respirasi Edisi Kedua.Jakarta. Penerbit Erlangga
Diposting oleh Dian Al Mira di 20.23
Arsip Blog
► 2014 (15)
▼ 2013 (23)
o ► Desember (1)
o ▼ April (17)
Askep Addison Disease
Askep Demam Tifoid
Askep Kanker Lambung NHM
Askep Ulkus Peptikum
ASKEP KARSINOMA ESOFAGUS
Askep Thalassemia
RINITIS ALERGI MAKALAH KELOMPOK 4B STIKES NHM
PENTINGNYA SOSIALISASI POLITIK DALAM PENGEMBANGAN ...
Askep Cytic fibrosis (CF) Stikes NHM
Askep Limfoma non-Hodgkin
Askep Koagulasi intravascular diseminata (KID) Sti...
Kanker Paru
ASKEP ENSEFALITIS STIKES NHM
Askep Empiema Makalah Kelompok 4B Stikes NHM
ASKEP DIFTERI MAKALAH KELOMPOK
Askep Leukimia 4B Stikes NHM
Askep Hiperplenisme
o ► Maret (5)
► 2012 (51)
Mengenai Saya
Dian Al Mira
Haii.. sory ya, akhir2 ini jarang aktif di Blogger, masi sibuk dg banyak urusan, insyaallah nnti sy
ngepost makalah2 yang blm sy posting sblmnya. Semoga bermanfaat buat adek2 calon nurse
masa depan, berhati lembut dan bersikap ramah..