Beliau adalah
salah seorang ilmuwan Muslim yang sangat terkenal di dunia (Muslim terkenal dengan
gudangnya ilmuwan lho...bahkan sebelum orang Eropa dan Amerika bisa baca tulis). Orang
barat menyebutnya Aviccena. Saking cerdasnya sampai-sampai beliau dijuluki sebagai bapak
kedokteran dunia. Berikut ini biografi Ibnu Sina. (Dibaca sampai tuntas ya... buagus lho, biar gak
kuper. Eits...jangan lupa abis baca dikomentari).
Nama lengkap Ibnu Sina adalah Abu Ali Husain bin Abdullah bin Hasan bin Ali bin Sina.
Dikalangan masyarakat barat ia dikenal dengan nama “Avicienna”. Selain sebagai ahli
kedokteran, Ibnu Sina juga dikenal sebagai filosof, psikolog, pujangga, pendidik dan sarjana
Muslim yang hebat.
Ibnu Sina lahir pada bulan Shafar 370 H atau di bulan Agustus 985 M. Keluarga Ibnu Sina
kebanyakan bekerja dengan mengabdi pada negara. Ayahnya bekerja di pemerintahan, selain
itu juga sebagai pendidik.
Ibnu Sina beruntung lahir di keluarga yang memiliki latar belakang pendidikan tinggi. Sejak kecil
sang ayah mengajarinya untuk cinta ilmu. Oleh sang ayah, Ibnu Sina diajari Qur’an dan Sastra.
Seorang guru pun didatangkan khusus untuk mengajari Ibnu Sina menghafal Al Qur’an. Di usia
10 tahun Ibnu Sina telah berhasil menghafal isi Al Qur’an dan mendalami berbagai karya sastra.
Ibnu Sina belajar filsafat dari Abu Abdillah an-Natili, seorang filosof kenamaan yang kebetulan
sedang berkunjung ke Bukhara. Beliau diminta ayah Ibnu Sina tinggal di kediamannya untuk
mengajarkan filsafat pada anaknya. Dalam waktu yang singkat Ibnu Sina berhasil menguasai
filsafat sehingga membuat kagum gurunya.
Tetapi sebelum itu, Ibnu Sina sudah tekun mempelajari ilmu fiqih dari seorang ulama besar
bernama Ismail yang tinggal di luar kota Bukhara. Dengan semangat yang tinggi, Ibnu Sina tidak
keberatan harus bolak-balik ke rumah gurunya. Kecerdasan Ibnu Sina semakin terlihat saat
beliau berusia 16 tahun. Ia sudah sanggup menerangkan kembali pada gurunya isi dari buku
Isagoge (ilmu logika), buku al-Mages (ilmu astronomi kuno) dan buku Ecludis (ilmu arsitektur).
Beliau memang benar-benar murid yang cerdas. Di depan guru-gurunya, ia dapat menerangkan
rumus-rumus dan berbagai kesulitan yang terdapat dalam buku-buku tersebut. Bahkan konon
dalam bidang ilmu astronomi (perbintangan), beliau sudah sanggup menciptakan sebuah alat
yang belum pernah dibuat para ahli sebelumnya.
Setelah berhasil mendalami ilmu-ilmu alam dan ketuhanan, Ibnu Sina pun merasa tertarik untuk
mempelajari ilmu kedokteran, mulai mendik di bidang kedn, sehingga dalam waktu singkat ia
meraih hasil yang luar biasa. Berkat ketekunan dan semangatnya yang tinggi dalam mempelajari
ilmu tersebut, Ibnu Sina sanggup mengobati orang-orang yang sakit.
Semakin lama nama Ibnu Sina semakin terkenal, bukan saja disekitar Bukhara melainkan juga
diberbagai pelosok wilayah. Orang-orang yang tertarik di bidang kedokteran mulai mendatangi
Ibnu Sina untuk menimba ilmu darinya. Mereka juga mengadakan eksperimen-eksperimen
mengenai berbagai cara pengobatan dibawah pengawasan dan bimbingan Ibnu Sina.
Tetapi Ibnu Sina tidak mau menjadikan ilmunya alat untuk mencari kekayaan dunia. Ia mau
mengajar dan menolong orang-orang sakit ikhlas karena Alloh dan terdorong rasa
kemanusiaannya. Ia merasa yakin bahwa apa yang dilakukannya akan mendapat pahala di sisi
Alloh diakherat kelak. Ibnu Sina menghabiskan waktunya untuk mengadakan penelitian-
penelitian, menulis dan membaca buku-buku yang bermanfaat bagi kemajuan berbagai ilmu.
Konon suatu hari Amir Nuh bin Nasr menderita sakit keras. Mendengar kehebatan Ibnu Sina, ia
diminta datang untuk mengobatinya. Setelah diobati, iapun sembuh. Bukan main gembira
hatinya. Dan sejak itulah Ibnu Sina akrab dengan sang Amir yang ternyata memiliki
perpustakaan yang sangat lengkap di daerah itu. Ibnu Sina memanfaatkan perpustakaan itu
untuk membaca buku-buku kuno dalam berbagai bidang ilmu. Dari perpustakaan Sang Amir Nuh
bin Nashr ini Ibnu Sina berhasil mendapatkan banyak ilmu pengetahuan untuk bahan-bahan
penemuan. Dan ketika berusia 18 tahun Ibnu Sina sudah menguasai berbagai bidang ilmu.
Ketika berusia 22 tahun, ayah Ibnu Sina meninggal dunia. Terpaksa ia mengambil alih tugas-
tugas ayahnya. Namun itu tidak berlangsung lama. Ibnu Sina harus meninggalkan Bukhara
karena telah terjadi goncangan pemerintahan. Mula-mula ia pindah ke Gurganj selama 10 tahun.
Kemudian pindah ke Nasa’, kemudian pindah lagi ke Baward, Thus lalu ke Samalqan, Sajarm,
Surjan, dan terus berpindah-pindah guna mengamalkan dan mempelajari ilmu baru.
Selain sebagai dokter, Ibnu Sina juga dikenal sebagai psikolog yang sanggup mengobati orang
yang sakit jiwanya. Suatu hari ada seorang lelaki yang terkena melancholia, sebuah penyakit
jiwa yang timbul akibat penyakit empedu yang cukup menyedihkan. Lelaki ini merasa dirinya
adalah seekor sapi. Ia tidak mau makan dan minum bersama manusia bahkan tidurnya pun di
kandang sapi sehingga badannya kurus kering dan kotor. Keluarganya sudah membawanya
kemana-mana untuk diobati namun belum juga berhasil. Akhirnya keluarganya mendengar
keahlian Ibnu Sina. Kemudian keluarganya membawa laki-laki sakit jiwa tadi ke Ibnu Sina.
Ibnu Sina lalu menyuruh beberapa orang mengikat tubuhnya dan menyiapkan golok yang tajam.
Sambil memegang golok, Ibnu Sina mendekat dan membungkuk. Tapi ketika golok sudah
menempel di leher orang tersebut, tiba-tiba Ibnu Sina berhenti.
“ Wah sayang sekali sapinya masih kurus. Ia belum pantas disembelih, “ Kata Ibnu Sina.
“Tidak, aku sudah pantas disembelih, sembelih saja aku,” kata laki-laki tadi.
“Jangan, aku tidak mau menyembelih sapi yang masih kurus, rugi tak ada dagingnya. “ Kata Ibnu
Sina.
“Jadi apa yang harus aku lakukan supaya bisa gemuk dan pantas disembelih?” tanya lelaki itu.
“Kamu harus makan dan minum layaknya manusia.” Jawab Ibnu Sina.
“Tetapi janji, setelah aku gemuk kamu akan menyembelihku,” kata lelaki itu.
“Baiklah aku janji.” Kata Ibnu Sina.
Setelah itu, lelaki tersebut mau makan dan minum layaknya manusia. Kesehatannyapun
berangsur-angsur pulih karena mendapat asupan makanan. Badannya sudah gemuk kembali
dan tentu saja akalnya berfungsi normal lagi. Sehingga ia benar-benar sudah sembuh.
Beberapa hari berikutnya Ibnu Sina mengunjungi lelaki tersebut. Melihatnya dalam keadaan
sehat dan gemuk, Ibnu Sina berkata “Wah rupanya sapinya sudah gemuk.”
Lelaki itupun kemudian menjawab, “Iya bahkan sudah pintar.” Jawabnya dengan tertawa.
Keluarga lelaki itupun sangat senang dan sangat berterimakasih pada Ibnu Sina yang telah
berhasil menyembuhkannya dari penyakit jiwanya.
Itulah Ibnu Sina. Beliau bukan hanya pandai tapi juga cerdik.
Sesungguhnya Ibnu Sina adalah salah seorang tokoh besar Islam. Ia adalah filosof dari timur.
Hal itu bukan saja diakui orang-orang Arab melainkan juga ilmuwan barat. Menurut mereka Ibnu
Sina adalah orang yang jenius, cerdik, dan pintar. Selain terkenal sebagai ahli kedokteran, ia
juga seorang ahli filsafat, astronom dan ahli ilmu jiwa (psikolog handal). Ibnu Sina telah
meninggalkan karya-karya agung yang dapat membantu meningkatkan keluhuran harkat umat
manusia. Tidak berlebihan jika para penulis Prancis memberinya gelar “Aristoteles Islam” atau
juga “Hipocrates Islam”.
Ibnu Sina dikenal aktif dalam urusan-urusan pemerintahan, pendidikan, penulisan, kedokteran
atau kesehatan dan lain-lain. Washtankald, seorang Ilmuwan Jerman sempat menghitung karya
tulis Ibnu Sina tidak kurang dari 150 judul yang membahas berbagai macam ilmu, seperti
kedokteran, filsafat, agama, astronomi, bahasa, kebudayaan, sastra, musik, arsitektur, logika,
dan ketuhanan. Ibnu Sina telah menyumbangkan kekayaan ilmunya pada umat manusia.
Padahal ia hidup pada zaman yang sering terjadi kekacauan. Karya-karya tulis Ibnu Sina
menjadi sangat khas dan istimewa berkat isinya yang berbobot, pembahasannya yang cukup
mendalam, keterangannya yang jelas dan kepintarannya dalam mengolah informasi menjadi
tulisan yang mudah dipahami.
Diantara tulisan Ibnu Sina yang cukup terkenal adalah al-Qanun (Kedokteran), al-Syifa, al-Isyarat
(filsafat), dan as-Siyasah (pendidikan). Bahkan Al-Qanun dijadikan salah satu literatur utama
ilmu kedokteran pada sejumlah universitas Eropa hingga abad 18. Ibnu Sina juga menemukan
obat-obatan dari tumbuh-tumbuhan yang berguna bagi kesehatan umat manusia. Bahkan ia
adalah seorang dokter yang pertama kali melakukan penyuntikan dibawah kulit pasien, dan
menggunakan cara pembiusan untuk mengobati luka.
Apa yang dilakukan Ibnu Sina tersebut jauh lebih maju daripada yang terjadi di negara-negara
Eropa saat itu yang masih menganut takhayul dan sihir dalam mengobati berbagai penyakit.
Yang terjadi di Eropa saat itu adalah zaman kegelapan, konon apabila ada orang sakit, ia disalib
pada sebatang pohon. Kemudian tabib atau dukun memukulinya dengan kejam sampai setan
atau roh halus lainnya keluar dari tubuh orang tersebut. Menurut mereka, setan dan roh halus
itulah penyakitnya.
Begitulah perbedaan peradaban Eropa dan Muslim saat itu. Ini adalah fakta, penulis bukan
melebih-lebihkan namun itulah faktanya. Saat Eropa berada di zaman kegelapan, Islam justru
berada di zaman kegemilangan.
Berikut ini adalah daftar buku-buku yang dihasilkan oleh Ibnu Sina :
Pada hari-hari terakhirnya, Ibnu Sina mandi, bermunajat mendekatkan diri pada Alloh,
menyumbangkan hartanya untuk fakir-miskin, membela orang-orang yang tertindas, menolong
orang yang lemah, memerdekakan budak, dan tekun membaca Al-Qur’an, saking tekunnya
beliau bisa menamatkannya tiap tiga hari sekali.
Semua itu terus ia lakukan hingga ajal menjemput. Beliau wafat di Hamadzan pada hari jum’at di
bulan Ramadhan 428 H dalam usia 58 tahun. Jenazahnya dimakamkan di kota tersebut dan
hingga sekarang masih ramai dikunjungi orang dari berbagai penjuru dunia.
Sungguh besar jasa Ibnu Sina bagi umat manusia. Semoga Alloh SWT menerima amalnya dan
mendapat balasan yang terbaik di sisi-Nya. Amin.
Wassalamualaikum Wr Wb.
http://biografi-orang-sukses-dunia.blogspot.co.id/2013/09/biografi-ibnu-sina-ilmuwan-muslim-
pakar.html
Ibnu Sina adalah seorang ilmuwan Muslim yang terkenal di dunia. Ia seorang
ilmuwan dengan pemikiran-pemikiran yang cerdas mendasari ilmu kedokteran
modern. Ia banyak disebut sebagai "Bapak Kedokteran Modern." George Sarton
menyebutnya sebagai "Ilmuwan Paling Terkenal dari Islam dan Salah Satu yang
Paling Terkenal Pada Semua Bidang Tempat, dan Waktu". Ia lahir pada zaman
keemasan peradaban Islam, sehingga ia disebut sebagai tokoh Islam dunia.
Ibnu Sina juga seorang penulis yang produktif, sebagian besar karyanya membahas
tentang filsafat dan pengobatan. Ia adalah satu-satunya filsafat besar dalam Islam
yang berhasil membangun sistem filsafat yang lengkap dan terperinci, suatu sistem
yang telah mendominasi tradisi filsafat muslim hingga beberapa abad. Karyanya
yang paling terkenal adalah The Book of Healing dan The Canon of Medicine, dikenal
juga sebagai Qanun yang digunakan sebagai Referensi di bidang kedokteran selama
berabad-abad.
Saat berusia 10 tahun dia banyak mempelajari ilmu agama Islam dan berhasil
menghafal Al-Qur'an. Ia dibimbing oleh Abu Abdellah Natili, dalam mempelajari ilmu
logika untuk mempelajari buku Isagoge dan Prophyry, Eucliddan Al-Magest Ptolemus.
Setelah itu dia juga mendalami ilmu agama dan Metaphysics Plato dan Arsitoteles.
Suatu ketika dia mengalami masalah saat belajar ilmu Metaphysics dari Arisstoteles.
Empat Puluh kali dia membacanya sampai hafal setiap kata yang tertulis dalam buku
tersebut, namun dia tidak dapat mengerti artinya. Sampai suatu hari setelah dia
membaca Agradhu kitab ma waraet thabie’ah li li Aristho-nya Al-Farabi (870 - 950 M),
semua persoalan mendapat jawaban dan penjelasan yang terang benderang,
bagaikan dia mendapat kunci bagi segala ilmu Metaphysics.
Setelah berhasil mendalami ilmu-ilmu alam dan ketuhanan, Ibnu Sina merasa
tertarik untuk mempelajari ilmu kedokteran. Ia mempelajari ilmu kedokteran pada Isa
bin Yahya. Meskipun secara teori dia belum matang, tetapi ia banyak melakukan
keberhasilan dalam mengobati orang-orang sakit. Setiap kali menghadapi kesulitan,
maka ia memohon kepada Allah agar diberikan petunjuk, maka didalam tidurnya
Allah memberikan pemecahan terhadap kesulitan-kesulitan yang sedang
dihadapinya.
Suatu ketika saat Amir Nuh Bin Nasr sedang menderita sakit keras. Mendengar
tentang kehebatan yang dimiliki oleh Ibnu Sina, akhirnya dia diminta datang ke
Istana untuk mengobati Amir Nuh Bin Nasr sehingga kesehatannya pulih kembali.
Sejak itu, Ibnu Sina menjadi akrab dengan Amir Nuh Bin Nasr yang mempunyai
sebuah perpustakaan yang mempunyai koleksi buku yang sangan lengkap di daerah
itu. Sehingga membuat Ibnu Sina mendapat akses untuk mengunjungi perpustakaan
istana yang terlengkap yaitu Kutub Khana.
Ibnu Sina lahir di zaman keemasan Peradaban Islam. Pada zaman tersebut
ilmuwan-ilmuwan muslim banyak menerjemahkan teks ilmu pengetahuan dari
Yunani, Persia dan India. Teks Yunani dari zaman Plato, sesudahnya hingga zaman
Aristoteles secara intensif banyak diterjemahkan dan dikembangkan lebih maju oleh
para ilmuwan Islam.
Pengembangan ini terutama dilakukan oleh perguruan yang didirikan oleh Al-Kindi.
Pengembangan ilmu pengetahuan di masa ini meliputi matematika, astronomi,
Aljabar, Trigonometri, dan ilmu pengobatan. Pada zaman Dinasti Samayid dibagian
timur Persian wilayah Khurasan dan Dinasti Buyid dibagian barat Iran dan Persian
memberi suasana yang mendukung bagi perkembangan keilmuan dan budaya. Di
zaman Dinasti Samaniyah, Bukhara dan Baghdad menjadi pusat budaya dan ilmu
pengetahun dunia Islam.
Saat berusia 22 tahun, ayah Ibnu Sina meninggal dunia. Pemerintahan Samanid
menuju keruntuhan. Masalah yang terjadi dalam pemerintahan tersebut akhirnya
membuatnya harus meninggalkan Bukhara. Pertama ia pindah ke Gurganj, ia tinggal
selama 10 tahun di Gurganj. Kemudia ia pindah dari Gurganj ke Nasa, kemudian
pindah lagi ke Baward, dan terus berpindah-pindah tempat untuk mempelajari ilmu
baru dan mengamalkannya.
Shams al-Ma’äli Qäbtis, seorang penyair dan sarjana, yang mana Ibnu Sina
mengharapkan menemukan tempat berlindung, dimana sekitar tahun (1052)
meninggal dibunuh oleh pasukannya yang memberontak. Ia sendiri pada saat itu
terkena penyakit yang sangat parah. Akhirnya, di Gorgan, dekat Laut Kaspi, ia
bertamu dengan seorang teman, yang membeli sebuah ruman didekat rumahnya
sendiri di mana Ibnu Sina belajar logika dan astronomi. Beberapa dari buku panduan
Ibnu Sina ditulis untuk orang ini, dan permulaan dari buku Canon of Medicine juga
dikerjakan sewaktu dia tinggal di Hyrcania.
http://www.biografipedia.com/2015/07/biografi-ibnu-sina-ilmuwan-islam.html
Ibnu Sina (980-1037) dikenal juga sebagai Avicenna di Dunia Barat adalah seorang filsuf,
ilmuwan, dan juga dokter kelahiran Persia (sekarang Iran). Ia juga seorang penulis yang
produktif di mana sebagian besar karyanya adalah tentang filosofi dan pengobatan. Bagi banyak
orang, dia adalah "Bapak Pengobatan Modern" dan masih banyak lagi sebutan baginya yang
kebanyakan bersangkutan dengan karya-karyanya di bidang kedokteran. Karyanya yang sangat
terkenal adalah Qanun fi Thib yang merupakan Referensi di bidang kedokteran selama berabad-
abad.
Ibnu Sina bernama lengkap Abū ‘Alī al-Husayn bin ‘Abdullāh bin Sīnā (Persia ابوعلى سينا Abu Ali
Sina atau dalam tulisan arab : )أبو علي الحسين بن عبد هللا بن سينا. Ibnu Sina lahir
pada 980 di Afsyahnah daerah dekat Bukhara, sekarang wilayah Uzbekistan (kemudian Persia),
dan meninggal pada bulan Juni 1037 di Hamadan, Persia (Iran).
Dia adalah pengarang dari 450 buku pada beberapa pokok bahasan besar. Banyak di antaranya
memusatkan pada filosofi dan kedokteran. Dia dianggap oleh banyak orang sebagai "bapak
kedokteran modern." George Sarton menyebut Ibnu Sina "ilmuwan paling terkenal dari Islam dan
salah satu yang paling terkenal pada semua bidang, tempat, dan waktu". Karyanya yang paling
terkenal adalah The Book of Healing dan The Canon of Medicine, dikenal juga sebagai
sebagai Qanun (judul lengkap: Al-Qanun fi At Tibb).
Al-Urjuzah fi Ath-Thibb
Al-Qasidah Al-Muzdawiyyah
Al-Qasidah Al- 'Ainiyyah
Sharaf al-Mulk
Nama lain
Hujjat al-Haq
Sheikh al-Rayees
Lahir kr. 980
Afshona, Peshkunskiy, Bukhara, Dinasti
Samaniyah
Wilayah Dinasti Samaniyah[1]
Dinasti Ziyarid Thabaristan[2]
Buyid Persia[3]
Bidang Filsafat
Ilmu Kalam
Sains
Sastra
Karya penting Kitab Al-Shifaʾ
Qanun fi Thib
Dipengaruhi[sembunyikan]
o Hippokrates
o Aristoteles
o Galen
o Neoplatonisme
o al-Kindi
o al-Farabi
o Al Razi
o Al-Biruni
o al-Masihi
Memengaruhi[sembunyikan]
o Al-Biruni
o Omar Khayyám
o Averroes
o Tusi
o Ibn al-Nafis
o Ibn Tufail
o Albertus Magnus
o Maimonides
o Aquinas
o William dari Ockham