PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh secara umum yang
mana tidak hanya terkait dengan persoalan estetika, tetapi juga dapat menimbulkan masalah
kesehatan yang serius. Data dari The World Oral Health Report pada tahun 2008,
menyatakan penyakit yang berhubungan dengan gigi dan mulut merupakan penyakit
terbanyak di dunia. Ada dua penyakit pada gigi dan mulut yang umum terjadi di dunia, yaitu
karies gigi dan penyakit periodontal.
Gigi merupakan alah satu organ tubuh manusia yang berfungsi sebagai alat pencernaan,
pembantu dalam pengucapan kata, pembentukan wajah yang salah satu penunjang dalam
kecantikan. Manusia dapat kehilangan giginya akibat dari kerusakan dari pada gigi itu sendiri
atau kerusakan pada jaringan penyangganya sehingga gigi terlepas dari jaringan yang
menyangganya. Sedangkan kerusakan pada gigi dapat berupa keropos/karies atau (karena
trauma, misalnya benturan keras, jatuh). Dengan mengetahui macam-macam kerusakan gigi
diharapkan untuk menyadari akan pentingnya kesehatan gigi dan mulut dan melaksanakan
cara-cara pencegahannya dalam kehidupan sehari-hari.
B. Rumusan Masalah
1. Ingin mengetahui kelainan-kelainan pada jaringan lunak
2. Ingin menambah pengetahuan dan serta pentingnya menjaga kesehatan mulut dan gigi
C. Tujuan
Mengetahui kelainan-kelainan apa saja yang ada pada jaringan lunak
BAB II
PEMBAHASAN
1. Stomatitis (Sariawan)
Sariawan merupakan bahasa awam untuk berbagai macam lesi/benjolan yang timbul
dirongga mulut. (dalam istilah kedokteran gigi) adalah Stomatitis Aftosa Rekuren. Sariawan
atau stomatitis adalah radang yang terjadi pada mukosa mulut, biasanya berupa bercak putih
kekuningan. Bercak itu dapat berupa bercak tunggal maupun berkelompok. Sariawan dapat
menyerang selaput lendir pipi bagian dalam, bibir bagian dalam, lidah, gusi,serta langit-langit
dalam rongga mulut. Meskipun tidak tergolong berbahaya, namun sariawan sangat
mengganggu.
Berbagai klasifikasi SAR telah diajukan, tetapi secara klinis kondisi ini dapat dibagi
menjadi 3 subtipe; minor, mayor, dan hipetiformis. Semua tipe ulserasi dihubungkan dengan
rasa sakit dan presentasi klinis dari lesinya. Ulser minor memiliki diameter yang besarnya
kurang dari 1cm dan sembuh tanpa disertai pembentukan jaringan paut. Ulser mayor
memiliki diameter lebih besar dari 1cm dan akan membentuk jaringan parut pada
penyembuhannya. Ulser herpetiformis dianggap sebagi suatu gangguan klinis yang berbeda,
yang bermanifestasi dengan kumpulan ulser kecil yang rekuren pada mukosa mulut.
Etiologi:
Sampai saat ini penyebab utama dari Sariawan belum diketahui. Namun para ahli telah
menduga banyak hal yang menjadi penyebab timbulnya sariawan ini, diantaranya adalah:
Penyebab yang berasal dari keadaan dalam mulut seperti :
Diagnosis Stomatitis
Gejala dan juga tanda nyatanya yaitu berupa rasa nyeri serta perih di sekitaran area lesi
atau luka sariawan dengan luka yang dapat terbuka kemerahan atau keputihan dan terkadang
hanyalah rasa terbakar saja atau burning mouth syndrome. Adapun stomatitis dapat muncul
sebagai lesi baik tunggal maupun banyak, biasanya sesuai dengan faktor-faktor penyebabnya.
Faktor Predisposisi
Sampai saat ini, etiologi SAR masih belum diketahui dengan pasti. Ulser pada SAR
bukan karena satu faktor saja tetapi multifaktorial yang memungkinkannya berkembang
menjadi ulser. Faktor - faktor ini terdiri dari pasta gigi dan obat kumur sodium lauryl
sulphate (SLS), trauma, genetik, gangguan immunologi, alergi dan sensitifitas, stres,
defisiensi nutrisi, hormonal, merokok, infeksi bakteri, penyakit sistemik, dan obat-obatan.
Gambaran Klinis
Gambaran klinis SAR penting untuk diketahui karena tidak ada metode diagnosa
laboratoriam spesifik yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosa SAR. SAR diawali
gejala prodormal yang digambarkan dengan rasa sakit dan terbakar selama 24-48 jam
sebelum terjadi ulser. Ulser ini menyakitkan, berbatas jelas, dangkal, bulat atau oval, tertutup
selaput pseudomembran kuning keabu-abuan, dan dikelilingi pinggiran yang eritematus dan
dapat bertahan untuk beberapa hari atau bulan.
Diagnosa
Diagnosis SAR didasarkan pada anamnesa dan gambaran klinis dari ulser. Biasanya
pada anamnesa, pasien akan merasakan sakit dan terbakar pada mulutnya, lokasi ulser
berpindah-pindah dan sering berulang. Harus ditanyakan sejak dari umur berapa terjadi,
lama (durasi), serta frekuensi ulser. Setiap hubungan dengan faktor predisposisi juga harus
dicatat. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan ulser pada bagian mukosa mulut dengan
bentuk yang oval dengan lesi 1 cm yang jumlahnya sekitar 2-6. Pemeriksaan tambahan
diperlukan seperti pemeriksaan sitologi, biopsi, dan kultur bila ulser tidak kunjung sembuh.
Perawatan
Karena penyebab SAR sulit diketahui maka pengobatannya hanya untuk mengobati
keluhannya saja. Perawatan merupakan tindakan simtomatik dengan tujuan untuk
mengurangi gejala, mengurangi jumlah dan ukuran ulkus, dan meningkatkan periode
bebas penyakit.
Bagi pasien yang mengalami stomatitis aftosa rekuren mayor, perawatan diberikan
dengan pemberian obat untuk penyembuhan ulser dan diinstruksikan cara pencegahan. Bagi
pasien yang mengalami SAR akibat trauma pengobatan tidak diindikasikan.
Pasien yang menderita SAR dengan kesakitan yang sedang atau parah, dapat
diberikan obat kumur yang mengandung benzokain dan lidokain yang kental untuk
menghilangkan rasa sakit jangka pendek yang berlangsung sekitar 10-15 menit. Bagi
menghilangkan rasa sakit yang berlangsung sehingga enam jam, dapat diberikan zilactin
secara topikal. Zilactin dapat lengket pada ulser dan membentuk membran impermeabel
yang melindungi ulser dari trauma dan iritasi lanjut. Dapat juga diberikan ziladent yang juga
mengandung benzokain untuk topikal analgesia. Selain itu, dapat juga menggunakan larutan
betadyne secara topikal dengan efek yang sama. Dyclone digunakan sebagai obat kumur
tetapi hanya sebelum makan dan sebelum tidur. Aphthasol merupakan pasta oral amlexanox
yang mirip dengan zilactin yang digunakan untuk mengurangi rasa sakit dengan membentuk
lapisan pelindung pada ulser.
Bagi mempercepat penyembuhan ulser, glukokortikoid, baik secara oral atau topikal
adalah andalan terapi. Topikal betametason yang mengandung sirup dan fluocinonide
ointment dapat digunakan pada kasus SAR yang ringan. Pemberian prednison secara oral
(sampai 15 mg / hari) pada Kasus SAR yang lebih parah. Hasil terapeutik dalam dilihat dalam
satu minggu.
2. Gingivitis
Gingivitis adalah peradangan gingiva, menyebabkan perdarahan disertai
pembengkakan, kemerahan, eksudat, perubahan kontur normal, gingivitis sering
terjadi dan bisa timbul kapan saja setelah timbulnya gigi, gingiva tampak merah.
Peradangan pada gusi dapat terjadi pada satu atau 2 gigi, tetapi juga dapat terjadi
pada seluruh gigi. Gingiva menjadi mudah berdarah karena rangsangan yang kecil
seperti saat menyikat gigi, atau bahkan tanpa rangsangan, pendarahan pada gusi
dapat terjadi kapan saja.
Gingivitis (keradangan gingiva) adalah bentuk paling umum dari kelainan
gingiva. Penyebab utama dari kelainan gingiva adalah penumpukan plak. Gingivitis
juga disebabkan oleh kebersihan mulut yang jelek, sehingga menyebabkan
terjadinya rasa sakit, sensitif terhadap makanan panas atau dingin dan terjadi
perdarahan pada margin gingiva.
Gingivitis adalah inflamasi pada gingiva, dimana gingiva terlihat kemerahan,
adanya pembengkakan dan mudah berdarah. Penyebab gingivitis adalah akumulasi
plak dalam waktu yang cukup lama yang mengelilingi gigi. Gingivitis palig sering
dijumpai dalam keadaan kronis dan tanpa sakit, tetapi episode akut dan sakit dapat
menutupi keadaan kronis tersebut. Keparahannya sering kali dinilai berdasarkan
perubahan-perubahan warna , kontur, konsistensi dan adanya perdarahan.
Gambar Gingivitis
- Gingivitis scorbutic
Terjadi karena defisiensi vitamin c, oral hygiene jelek, peradangan terjadi menyeluruh dari
interdental papill sampai dengan attached gingival, warna merah terang atau merah menyala
atau hiperplasi dan mudah berdarah.
- Pencegahan Gingivitis dan Stomatitis
Usaha untuk mencegah radang gusi atau Gingivitis, antara lain:
a. Memelihara kebersihan mulut
Yang dimaksud memelihara kebersihan mulut adalah menghilangkan plak dari
permukaan gigi dengan cara menggunakan sikat gigi yang baik, dengan syarat: kepala
sika cukup kecil, tangkainya berbentuk lurus, dan bulu sikat halus, rata. Tujuannya adalah
untuk mencegah penumpukan plak, karena hal ini terutama menimbulkan radang gusi.
b. Membangun kebiasaan sehat
Membangun kebiasaan sehat terkadang berat untuk dilaakukan, terutama bagi orang yang
belum bisa melaksanakannya. Namun dangan niat yang kuat senantiasa menyadari
pentingnya kesehatan dan manfaatnya bagi kita.Kebiasaan sehat yang dianjurkan yaitu
biasakan berkumur sebelum dan sesudah makan hal itu akan mencegah kuman penyakit
yang dapat masuk ke rongga mulut, sehingga radang gusi yang disebabkan oleh kuman
tersebut tidak terjadi, selain itu tidak mengkonsumsi makanan yang manis secara
berlebihan.
c. Ceck- up ke dokter gigi
Cara mengatasi radang gusi yaitu hendaknya kita memiliki jadwal untuk memeriksa,
mengontrol, dan mengawasi kesehatan mulut secara rutin. Berdasarkan kondisi gigi
dan gusi, dokter gigi akan menjadwalkan program kesehatan mulut kita dan akan
memberikan saran-saran yang berkaitan dengan kesehatan mulut kita, seperti
mengurangi makanan yang manis-manis.
- Perbedaan Gingiva Normal dan Gingivitis
Gingiva normal ditandai dengan adanya warna gingiva yang merah jambu (coral pink),
tidak adanya pendarahan, bentuknya yang seperti huruf V, konsistensi yang kaku dan
lenting, dan tekstur permukaannya yang seperti kulit jeruk (stippling).
Penderita gingivitis terlihat warna gingiva yang merah pekat bahkan terjadi pendarahan,
bentuknya yang menggembung dan lunak, konsistensinya yang lunak dan rapuh, teksturnya
yang licin dan mengkilat terbentuknya pembesaran gingiva, terbentuknya saku gusi,
tersingkapnya akar gigi, terjadinya halitosis, dan bahkan timbulnya nyeri sakit.
- Patogenesis
Gingivitis dapat disebabkan beberapa hal, diantaranya kebersihan mulut yang buruk,
Penumpukan karang gigi (kalkulus/tartar), dan efek samping dari obat-obatan tertentu yang
diminum secara rutin. Sisa-sisa makanan yang tidak dibersihkan secara seksama menjadi
tempat pertumbuhan bakteri. Dengan meningkatnya kandungan dengan mineral dari air liur,
plak akan mengeras menjadi karang gigi (kalkulus). Karang gigi dapat terletak di leher gigi
dan terlihat oleh mata sebagai garis kekuningan atau kecoklatan yang keras dan tidak dapat
dihilangkan hanya dengan menyikat gigi. Kalkulus juga dapat terbentuk di bagian dalam
gusi (saku gusi/poket). Kalkulus adalah tempat pertumbuhan yang baik bagi bakteri, dan
dapat menyebabkan radang gusi sehingga gusi mudah berdarah.
- Penatalaksanaan dan Pencegahan
Kondisi medis yang menyebabkan atau memperburuk gingivitis harus diatasi. Kebersihan
mulut yang buruk, caries serta adanya cavitas pada gigi akan menjadi predisposisi untuk
terjadinya superinfeksi, nekrosis, rasa nyeri serta perdarahan pada gusi. Dengan sikat gigi
yang lunak dan perlahan, anjuran kumur-kumur dengan antiseptic yang mengandung
klorheksidin 0,2% untuk mengendalikan plak dan mencegah infeksi mulut. Pembersihan
karang gigi supraginggiva dapat dilakukan bertahap.
3. Cheilitis
Cheilitis adalah peradangan pada permukaan bibir yang mempunyai ciri-ciri bibir
kering dan pecah-pecah. Exfoliative cheilitis adalah peradangan kronis di sekitar
bibir (yang mengenai daerah vermilion (batas merah) bibir atas, bibir bawah pada
kedua bibir) yang ditandai dengan yang ditandai dengan terjadinya deskuamasi
lapisan keratin yang tebal, bila dikelupas akan meninggalkan gambaran bibir yang
mendekati normal. Exfoliative cheilitis dianggap sebagai gangguan inflamasi
superfisial kronis, yang sering terlihat secara periodik dan dapat reda secara spontan
atau bertahan selama bertahun-tahun.
Penyebab pasti dari exfoliative cheilitis hingga kini masih belum dapat dijelaskan
secara tepat.
Namun, ada berbagai faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kondisi ini, antara lain:
(1) Sering membasahi bibir dengan air ludah, atau menjilat bibir.
(2) Kebiasaan menggigit-gigit bibir.
(3) Kurangnya asupan air dalam tubuh.
(4) Stress atau hormonal.
(5) Kesehatan gigi dan mulut yang buruk.
(6) Gizi tidak seimbang.
Pemeriksaan klinis
menunjukkan adanya lesi seperti kerak berwarna putih kekuning-kuningan di sekitar
area merah bibir. Jika kerak bibir tersebut dikelupas maka terlihat dasarnya berwarna
kemerahan tanpa adanya celah atau bintik dan juga tidak terdapat benjolan pada sub-mukosa
bibir. Pasien dengan kondisi exfoliative cheilitis dapat diedukasi untuk menghentikan
kebiasaan menjilat atau mengigit bibir, merperbanyak minum air putih, hindari toksin dan
biasakan makan-makanan sehat atau makanan yang banyak mengandung vitamin A,
perbanyak makan sayur dan buahbuahan segar, menghindari stress, jaga kebersihan gigi dan
mulut, gunakan pelembab bibir yang lembut, periksa ke dokter umum untuk mengetahui
apakah ada kelainan atau malfungsi pada ginjal, liver, dan organ lainnya.
4. Angular Cheilitis
Penyebab Umumnya Angular Cheilitis disebabkan oleh pertumbuhan berlebihan dari
jamur Candida, yang menghasilkan pecah-pecah dan sakit pada sudut mulut.
Gambaran Klinis
Secara umum angular cheilitis mempunyai simtom utama bibir kering, rasa tidak
nyaman, adanya sisik-sisik dan pembentukan fisur (celah) yang diikuti dengan rasa terbakar
pada sudut mulut. Yang paling sering sebagai daerah eritema dan udema yang berbentuk
segitiga pada kedua komisura atau dapat berupa atropi, eritema, ulser, krusta dan pelepasan
kulit sampai terjadi eksudasi yang berulang. Reaksi jangka panjang, terjadi supurasi dan
jaringan granulasi.
Gejala
1. Sudut bibir kering
2. Sudut bibir pecah-pecah
3. Luka pada sudut bibir
4. Sakit pada saat membuka mulut
5. Bahkan sudut bibir dapat sampai berdarah
Pengobatan
1. Salep anti jamur
Salep antijamur, seperti Neosporin, dapat memberikan bantuan dan menyembuhkan
infeksi yang menginfeksi bibir. Joel Gallant, MD, seorang profesor kedokteran di Johns
Hopkins, merekomendasikan menggunakan obat antijamur untuk mengobati Angular
Cheilitis, yang ditandai dengan peradangan dan luka pada permukaan bibir, di sudut mulut
dan di sekitar
mulut.
2. Obat antivirus
Antivirus, seperti Valtrex, Famvir dan Zovirax, digunakan untuk mengobati herpes
mulut yang merupakan kondisi menular yang menyebabkan munculnya luka dan pecah-pecah
di sekitar mulut. Obat antivirus bekerja dengan memperlambat perkembangan virus, sehingga
memungkinkan tubuh dapat melawannya.
Pemeriksaan Penunjang
Penatalaksanaan
Pada kebanyakan kasus angular cheilitis tidak memerlukan pengobatan dan dapat sembuh
dengan sendirinya. Tergantung pada penyebab spesifik terjadinya, pengobatan yang dapat
digunakan antara lain:
1. Lip balm atau lip gloss atau preparat emolien padat yang dapat digunakan secara
berkala.
2. Anastetik topikal seperti lidocain salep 4% atau prilocain 4% atau kombinasi
lidocaine dan prilocaine 2%. Pengobatan ini tidak disarankan pada penggunaan
jangka panjang karena dapat memperburuk manifestasi organisme penyebab pada
ulserasi.
3. Antibiotik topikal seperti asam fusidat 2% atau mupirocin 2%. Antibiotik oral seperti
golongan penicillin, makrolida dan sefalosporin.
4. Antijamur topikal seperti clotrimazole 2%, miconazole 3% atau ketoconazole 2%.
5. Steroid ointment topikal seperti betamethasone diproprionate ointment,
desoximethasone ointment, diflucortolone valerate 3%.
6. Suplementasi nutrisi dan vitamin. Pemberian vitamin B compleks, asam folat dan zat
besi disarankan karena salah satu etiologi dari angular cheilitis adalah avitaminosis
dan amineralosis.
Prognosis: Secara umum, prognosis dari Angular cheilitis adalah baik. Tergantung
dari faktor pengebab dan penyakit komorbid yang diderita.
5. KANDIDIASIS ORAL
Defenisi, etiologi, epidemiologi
Kandidiasis oral merupakan salah satu penyakit pada rongga mulut berupa lesi. Merah
dan lesi putih yang disebabkan oleh jamur jenis Kandida sp, dimana Kandida albikan
merupakan jenis jamur yang menjadi penyebab utama. Kandidiasis oral pertama sekali
dikenalkan oleh Hipocrates pada tahun 377 SM, yang melaporkan adanya lesi oral yang
kemungkinan disebabkan oleh genus Kandida.
Terdapat 150 jenis jamur dalam famili Deutromycetes, dan tujuh diantaranya
(C.albicans, C.tropicalis, C.parapsilosi, C. krusei, C. kefyr, C.glabrata, dan C.guilliermondii )
dapat menjadi patogen, dan C. Albican merupakan jamur terbanyak yang terisolasi dari
tubuh manusia sebagai flora normal dan penyebab infeksi oportunistik.
Terdapat sekitar 30-40% Kandida albikan pada rongga mulut orang dewasa
sehat, 45% pada neonatus, 45-65% pada anak-anak sehat, 50-65% pada pasien yang
memakai gigi palsu lepasan, 65-88% pada orang yang mengkonsumsi obat-obatan jangka
panjang, 90% pada pasien leukemia akut yang menjalani kemoterapi, dan 95% pada pasien
HIV/AIDS.
Kandidiasis oral dapat menyerang semua umur, baik pria maupun wanita.
Meningkatnya prevalensi infeksi Kandida albikan ini dihubungkan dengan kelompok
penderita HIV/AIDS, penderita yang menjalani transplantasi dan kemoterapi maligna. Odds
dkk (1990) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa dari 6.545 penderita HIV/AIDS,
sekitar 44.8% adalah penderita kandidiasis.
Faktor resiko
Pada orang yang sehat, Kandida albikan umumnya tidak menyebabkan masalah apapun
dalam rongga mulut, namun karena berbagai faktor, jamur tersebut dapat tumbuh secara
berlebihan dan menginfeksi rongga mulut. Faktor-faktor tersebut dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Patogenitas jamur
Beberapa faktor yang berpengaruh pada patogenitas dan proses infeksi. Kandida adalah
adhesi, perubahan dari bentuk ragi ke bentuk hifa, dan produksi enzim ekstraseluler. Adhesi
merupakan proses melekatnya sel Kandida ke dinding sel epitel host. Perubahan bentuk dari
ragi ke hifa diketahui berhubungan dengan patogenitas dan proses penyerangan Kandida
terhadap sel host. Produksi enzim hidrolitik ekstraseluler seperti aspartyc proteinase juga
sering dihubungkan dengan patogenitas Kandida albikan.
b. Faktor Host
Faktor host dapat dibedakan menjadi dua, yaitu faktor lokal dan faktor sistemik.
Termasuk faktor lokal adalah adanya gangguan fungsi kelenjar ludah yang dapat
menurunkan jumlah saliva. Saliva penting dalam mencegah timbulnya kandidiasis
oral karena efek pembilasan dan antimikrobial protein yang terkandung dalam saliva
dapat mencegah pertumbuhan berlebih dari Kandida, itu sebabnya kandidiasis oral
dapat terjadi pada kondisi Sjogren syndrome, radioterapi kepala dan leher, dan obat-
obatan yang dapat mengurangi sekresi saliva. Pemakaian gigi tiruan lepasan juga
dapat menjadi faktor resiko timbulnya kandidiasis oral. Sebanyak 65% orangtua yang
menggu nakan gigi tiruan penuh rahang atas menderita infeksi Kandida, hal ini di
karenakan pH yang rendah, lingkungan anaerob dan oksigen yang sedikit
mengakibatkan Kandida tumbuh pesat. Selain dikarenakan faktor lokal, kandidiasis
juga dapat dihubungkan dengan keadaan sistemik, yaitu usia penyakit sistemik
seperti diabetes, kondisi imunodefisiensi seperti HIV, keganasan seperti leukemia,
defisiensi nutrisi, dan pemakaian obat-obatan seperti antibiotik spektrum luas dalam
jangka waktu lama, kortikosteroid, dan kemoterapi.
Gambaran klinis kandidiasis oral tergantung pada keterlibatan lingkungan dan interaksi
organisme dengan jaringan pada host. Adapun kandidiasis oral dikelompokkan atas tiga,
yaitu :
Gambar; Kandidiasis Pseudomembranosus Akut pada lidah dan mukosa bukal pasien
Gigi yang sehat adalah gigi yang rapih, bersih, sehat ,bercahaya dan didukung oleh
gusi yang sehat, yaitu gusi yang kencang dan berwarna merah muda . untuk mencapai
kesehatan gigi dan mulut yang optimal, maka harus dilakukan perawatan secara berkala,
sehingga didapatakan kondisi gigi dan jaringan rongga mulut yang sehat. Hal itu dapat
dicapai dengan memeriksakan gigi dan mulut ke dokter gigi setiap enam bulan sekali dan
bukan hanya terdapat apabilan keluahan saja.
DAFTAR PUSTAKA
1. Julianti et al. Tutorial gigi dan mulut. 2008. fakultas kedokteran universitas Riau.
Pekanbaru
2. Mustaqimah DN.2002. Infeksi dalam bidang periodonsia. JKGUI
3. Anggraini,siti.2007. Plak gigi sumber penyakit gigi dan mulut.EGC.Jakarta