Anda di halaman 1dari 13

BAB 2 ANTROPOLOGI SOSIAL

Definisi Antropologi Sosial


Antropologi berasal dari kata yunani antropos, yang berarti “manusia atau orang”,
dan logos yang berarti studi (ilmu). Jadi, antropologi merupakan disiplin yang mempelajari
manusia berdasarkan rasa ingin tahu yang tiada henti- hentinya.
Antropologi merupakan salah satu cbang ilmu sosial yang mempelajari budaya
masyarakat. Antropologi juga mempelajari manusia sebagai mahluk biologis sekaligus
mahluk social. Ilmu ini lahir atau muncul dari keterkaitan orang- oang eropa yang melihat
ciri-ciri fisik, adat istiadat, dan budaya yang berada di eropa. Antropologi mirip sosiologi
apabila antropologi lebih memusatkan pada penduduk yang merupakan masyarakat tunggal,
dalam arti kesatuan masyarakat yang tinggal di daerh yang sama, sosiologi lebih menitik
beratkan pada masyarakat dan kehidupan sosialnya.
Ada dua sisi holistik dalam antropologi yang meneliti manusia pada setiap waktu
dan setiap waktu dan setiiap dimensi kemanusianya. Arus utama inilah yang secara
teradisional memisahkan antropologi dari disiplin ilmu kemanusian lainya, yang menekankan
pada perbandingan budaya antara manusia. Antropologi memberi lebih banyak kejelasan
tentang sifat manusia dari pada ilmu- ilmu budaya lainya. Sisi ini banyak di perdebatkan dan
menjadi kontropersi sehingga metode anteropologi sering dilakukan pada pemusatan
penelitin pada penduduk yang merupakan masyarakat tunggal.
Disiplin anteroppoologi merupakan peroduk pemikiran barat yang relatip baru. Akan
tetapi, perkembangan ilmu ini relatip lamban akibat keterbatasan tekhnologi yang di miliki
manusia. Hal lain yang menyebabkan kkelambanan perkembangan anteropolog adalah
kegagalan bbangsa eropa dalam memandang bahwa mereka dan bangsa- bangsa lain memiiki
sifat kemanusiaan yang sama. Mereka masaih menganggap penduduk di luar bangsanya
sebagai ”biadap atau bar bar”. Baru pada ahir abad 18, mereka menyadari keanekaragaman
manusia atau perilaku manusia yang di anggap biadab itu justru membantu mereka
memahhamip diirinya sendiri.
1. defines anteropologi menurut para ahli
Berikut ini akan dijelaskan beberapa pengertian anteropologi menurut para ahli,
antaralain yaitu:
a. William A. Havilan: anteropologi adalah setudi tentang manusia ynag berusaha menyusun
generalisasi yang bermanfaat tentang manuusia dan perilakunya, serta untuk memperoleh
pengertian yang lengkkap tentang keanekaragaman manusia.
b. David hunter: anteroppologi adalah ilmu yang lahir dari keingin tahuan yang tidak terbatas
tentang manusia.
c. Koentjaraninggrat: anteropologi adalah imu yang mempelajari manusia pada umumnya
dengan mempelajari aneka waarna, bentuk fisik masyarakat, serta kebudayaan yang di
hasilkan.

Konsep Dasar Antropologi


Mencakup 5 pokok kajian yaitu :
1. Sejarah terjadi dan perkembangan manusia sebagai makhluk biologis.
2. Sejarah terjadinya aneka warna manusia berdasarkan cirri-ciri tubuh.
3. Persebaran dan terjadinya keseragaman bahasa yang diucapkan manusia.
4. Perkembangan persebaran dan terjadinya aneka warna kebudayaan manusia.
5. Masalah keragaman budaya suku-suku bangsa seluruh dunia dewasa itu.
Ruang Lingkup Antropologi
Secara khusus antropologi terbagi kadalam lima subilmu yang mempelajari:
1. Masalah asal dan perkembangan manusia atau evolusinya secara biologis.
2. Masalah terjadinya aneka ragam ciri fisik manusia.
3. Masalah terjadinya perkembangan dan persebaran aneka ragam kebudayaaan manusia.
4. Masalah asal perkembangan dan persebaran aneka ragam bahasa yang diucapkan diseluruh
dunia.
5. Masah mengenai asas-asas dari masyarakat dan kebudayaan manusia dari aneka ragam suku
bangsa yang tersebar diseluruh dunia masa kini.
Secara makro antropologi dapat dibagi menjadi kedalam dua bagian yakni:
a. Antropologi fisik
Antropologi fisik mempelajari manusia sebagai organisme biologis yang melacak
perkembangan manusia menurut evolusinya dan menyelidiki variasi biologisnya dalam
berbagai jenis (spesies).
b. Antropologi budaya
Antropologi budaya memfokuskan perhatiannya pada kebudayaan manusia ataupun cara
hidupnya dalam masyarakat. Menurut Haviland cabang antropolgi budaya ini terbagi
menjadi tiga yaitu: arkeologi, antropologi linguistik, dan etnologi. Antropologi budaya juga
merupakan studi tentang praktik-praktik social bentuk-bentuk ekspresif, dan penggunaan
bahasa dimana makna diciptakan dan diuj sebelum digunakan masyarakat manusia.
Saat ini kajian antropologi budaya lebih menekankan pada empat aspek yang
tersusun:
1. Pertimbangan politik, dimana para antropolog terjebak dalam kepentingan politik .
2. Menyangkut hubungan kebudayaan dengan kekuasaan.
3. Menyankut bahasa dalam antropologi budaya.
4. Prefensi dan pemikiran individual dimana terjadi hubungan antara jati diri dan emosi.
Seperti yang telah dikemukakan di atas cabang antropolgi budaya ini dibagi menjadi
tiga bagian , yakni: arkeologi, antropolgi linguistik, dan etnologi.
a. Arkeologi
Arkeologi merupakan cabang antropologi kebudayaan yang mempelajari benda-benda
peninggalan lama dengan maksut untuk menggambarkan serta menerangkan perilaku
manusia karena dalam peninggalan-peninggalan lama itulah terpantul ekspresi kebudayaan.
b. Antropologi linguistik
Ernest cassirer mengatakan bahwa manusia adalah makhlu yang paling mahir dalam
menggunakan simbol–simbol sehingga manusia disebut homo symbolicum karena itulah
manusia dapat berbicara, berbahasa dan melakukan gerakan-gerakan lainnya yang juga
banyak dilakukan makhluk-makhluk lain yang serupa dengan manusia.
c. Etnologi
Pendekatan etnologi adalah etnografi, lebih memusatkan perhatiannya pada
kebudayaan-kebudayaan zaman sekarang, telaahannya pun terpusat pada perilaku
manusianya sebagaimana yang dapat disaksikan langsung, dialami, serta didiskusikan dengan
pendukung kebudayaannya. Dengan demikian etnologi ini mirip dengan arkeologi, bedanya
dalam etnologi tentang kekinian yang dialimi dalam kehidupan sekarang, sedangkan
arkeologi tentang kelampauan yang klasik. Antropologi pada hakikatnya mendokumentasikan
kondisi manusia pada masa lampau dan masa kini.
Secara keseluruhan, yang temasuk bidang-bidang khusus secara sistematis dalam
antropologi lainnya, selain antropologi fisik dan kebudayaan adalah antropologi ekonomi,
antropologi medis, antropologi psikologi dan antropologi sosial.
1) Antropologi Ekonomi
Bidang ini merupakan cara manusia dalam mempertahankan dan mengekspresikan
diri melalui penggunaan baranng dan jasa material. Dengan demikan ruang lingkup
antropologi ekonomi tersebut mencakup riset tentang teknologi .
2) Antopologi medis
Antropologi medis merupakan subdisiplin yan sekarang paling populer di Amerika
serikat, bahkan tumbuh pesat diman-mana. Antropologi medis ini banyak membahas
hubungan antara penyakit dan kebudayaan yang tampak memengaruhi evolusi manusia,
terutama berdasarkan hasil-hasil penemuan paleopatologi.
3) Antropologi psikologi
Bidang ini merupakan wilayah antropologi yang mengkaji tentang hubungan antara
individu dengan makna dan nilai dengan kebiasaan sosial dari sistem budaya yang ada.
Adapun ruang lingkup antropologi psikologi tersebut sangat luas dan menggunakan berbagai
pendekatan pada masalah kemunculan dalam interaksi dalam pemikiran, nilai, dan kebiasaaan
sosial.
4) Antropologi Social
Bidang ini mulai dikembangkan oleh james G.F di Amerika Serikat pada awal abad
ke-20 dalam kajiannya, antropologi sosial mendiskripsikan proyek evolusionis yang
bertujuan untuk merekonstruksi masyarakat primitif asli dan mencatat perkembanngannya
melalui berbagai tingakt peradaban.

Pengertian Bagan Ruang Lingkup Antropologi Sosial


Antropologi fisik adalah ilmu yang mencoba menelaah manusia sebagai
makhluk fisik yang tumbuh dan berkembang hingga terjadinya keanekaragaman
manusia menurut iri-ciri tubuh atau fenotipe seperti warna kulit, rambut, warna
mata, bentuk hidung dan sebagainya.

Sejarah Antropologi Sosial


Kebanyakan antropolog sependapat bahwa antropologi muncul sebagai
suatu cabang keilmuan yang jelas batasannya pada sekitar pertengahan abad ke-
19, tatkala perhatian orang pada evolusi manusia berkembang. Antropologi
sebagai disiplin akademik baru dimulai tidak lama setelah itu ketika
pengangkatan pertama antropolog profesional di Universitas, museum, dan
kantor-kantor pemerintahan (Garbarino,1984;koenjtaraningrat,1991). Namun
tidak ada keraguan bahwa gagasan antropologi sudah ada jauh sebelumnya.
Tapi, ihwal kapan adalah diperdebatkan meski tidak khusus setiap antropolog
dan ahli sejarah memiliki alasan sendiri-sendiri untuk menentukan kapan
antropologi dimulai. Dari sudut pandang “sejarah gagasan”, tulisan-tulisan
filsuf, dan peziarah yunani, sejarawan arab kuno, peziarah eropa kuno, maupun
masa renaisans, dan filsuf, ahli hukum, ilmuwan berbagai bidang dari Eropa,
semuanya bisa dianggap pendorong bagi dibangunnya tradisi antropologi
(Koentjaraningrat, 1991).
Sebagai contoh, Alan Barnard (2000) berpendapat bahwa kelahiran
antropologi adalah ketika konsep “kontrak sosial” tersebut. Perdebatan pada
abad ke-18 mengenai asal usul bahasa dan megenai hubungan antara manusia
dengan apa yang kita sebut primata yang lebih tinggi juga relevan, sebagaimana
halnya perdebatan pada abad ke-19 antara poligenesis (keyakinan bahwa setiap
‘ras’ mempumyai asal usul terpisah) dan monogenesis (keyakinan bahwa
manusia memiliki asal usul keturunan yang sama, dari adam atau dari makhluk
semacam kera.
Antropologi di Eropa pada abad ke-18
Menurut Jean jacques Rousseau, dalam tulisannya of the social contract
(1973[1762]:183), menyatakan bahwa: “kalau kita mengikuti pandangan
[Grotius] bahwa kekuasaan itu dibangun bagi yang dikuasai, maka niscaya
spesies manusia terbagi-bagi menjadi begitu banyak kelompok seperti
kelompok penggembalaan ternak –nya demi kepentingan mereka sendiri”
(1973[1762]:183).
Antropologi pada abad ke-19, terlebih abad ke-20, berkembang dalam
arah yang lebih sistematik dan menggunakan peralatan metodologi ‘ilmiah’.
Persoalan paradigma menjadi semakin penting. (achmad fedyani saifuddin,
2006)
Pendekatan Antropologi Sosial
Pada dasarnya, perhatian antropologi yang paling awal adalah mengenai
ciri-ciri dan sifat-sifat masyarakat: bagaimana manusia berhubungan satu sama
lain, dan bagaimana masyarakat berubah sepanjang waktu dan mengapa
masyarakat berubah sepanjang waktu.
Pendekatan secara interaktif memusatkan perhatian pada mekanisme,
yang melalui mekanisme tersebut individu-individu saling berhadapan dengan
individu lainnya, atau semata-mata tentang cara-cara individu-individu
mendefinisikan situasi sosial mereka.
Pendekatan yang di gunakan antropologi menggunakan pendekatan
kuantitatif (positivistik) dan kualitatif (naturalistik). Artinya, dalam penelitian
antropologi dapat di lakukan melalui pengkajian secara statistik matematis, baik
di lakukan untuk mengukur pengaruh maupun maupun korelasi antar variabel
penelitian, maupun dilakukan secara kualitatif-naturalistik.
Selain pendekatan positivistik dan naturalistik, menurut kapplan dan
manners(1999:6) dalam antropologi pun di kenal pendekatan relativistik dan
lomparatif. Pendekatan relativistik memandang bahwa setiap kebudayaan
merupakan konfigurasi unik yang memiliki cita rasa kha, gaya, serta
kemampuan tersendiri. Keunikan itu sering di nyatakan dengan dukungan
maupun tanpa dukungan bukti serta tidak banyak upaya membahas atau
menjelaskannya. Memang dalam pengertian tertentu, setiap budaya itu unik,
persis sebagaimana uniknya individu,tiap helai rambut dan tiap atom di alam
semesta tidak sama. Perbedaan itu kadarnya bermacam-macam. Apabila suatu
fenomena sepenuhnya unik maka mustahil kita akan memahaminya. Sebab kita
mampu memahami sesutu fenomena hanya dengan memahami bahwa ia
mengandung beberapa kemiripan tertentu dengan hal-hal yang telah kita kenal
sebelumnya. Masyarakat relativ menyatakan bahwa suatu budaya harus diamati
sebagai suatu kebulatan tunggal dan hanya sebagai dirinya sendiri.
Kaum komparativis berpendapat bahwa suatu institusi, proses, kompleks,
atau ihwal sesuatu hal, haruslah terlebih dahulu dicopot dari matriks budaya
yang lebih besar dengan cara tertentu sehingga dapat dibandingkan dengan
institusi, proses, kompleks, atau ihwal-ihwal dalam konteks sosiokultular lain.
Adanya relativitas yang ekstrem, berangkat dari anggapan-anggapan bahwa
tidak ada dua budaya pun yang sama, pola, tatanan, dan makna akan di
paksakan jika elemen-elemen diabstraksikan demi perbandingan. Oleh karena
itu, perbandingan bagian-bagian yang telah di abstraksikan dari suatu keutuhan,
tidaklah dapat di pertahankan secara analitis.
Namun, karena pemahaman tentang ketidaksamaan itu bersumber dari
perbandingan, maka tidak dapat kita katakan bahwa pendekatan relativistik itu
tidak memiliki titik temu dengan pendekatan komparatif . titik temu kedua
pendekatan tersebut terletak pada pasal tidak di izinkannya pemaksaan .
terutama soal-soal yang berkaitan dengan ideologi, minat, dan tekanan yang
menimbulkan keragaman pendekatan metodologis tersebut.sebab komparatif
dan relatifis sama-sama mengetahui bahwa tidak ada dua budaya pun yang sama
persis. Sungguh pun demikian, mereka berbeda satu sama lain. Perbedaan itu
paling tidak 2 hal penting, yaitu walaupun para komparatifis mengakui bahwa
semua bagian suatu budaya niscaya ada unsur perbedaannya, tetapi mereka
percaya dan menekankan pada unsur persamaannya yang saling berkaitan secara
fungsional,sebaliknya kaum relatifis sangat menekankan masalah-masalah
perbedaan di banding komparatifis (kapplan dan mannrs, 1999:6-8).
Teori Antropologi Sosial
Dalam antropologi sosial atau budaya, suatu pembedaan sering kali
dibuat antara ‘etnografi’ dan ‘teori’. Etnografi secara harfiah adalah praktik
penulisan mengenai suatu masyarakat. Sering kali etnografi sebagai cara kita
untuk manjadikan masuk akal mode pemikiran orang lain, karena ahli
antropologi biasanya mempelajari budaya lain ketimbang kebudayaannya
sendiri.oleh karena itu, teori dan etnografi mau tak mau menjadi satu kesatuan,
seperti dua sisi pada sekeping uang logam. Adalah tidak mungkin kita
membicarakan dalam etnografi tanpa gagasan tertentu tentang apa yang penting
dan yang tidak penting.

Etnografi adalah berasal dari kata ethnos yang berarti bangsa dan
graphein yang berarti tulisan atau uraian. Jadi berdasarkan asal katanya,
etnografi berarti tulisan tentang/ mengenai bangsa. Namun pengertian tentang
etnografi tidak hanya sampai sebatas itu. Burhan Bungin ( 2008:220)
mengatakan etnografi merupakan embrio dari antropologi. Artinya etnografi
lahir dari antropologi di mana jika kita berbicara etnografi maka kita tidak lepas
dari antropologi setidaknya kita sudah mempelajari dasar dari antropologi.
Etnografi merupakan ciri khas antropologi artinya etnografi merupakan metode
penelitian lapangan asli dari antropologi ( Marzali 2005:42).

Etnografi biasanya berisikan/menceritakan tentang suku bangsa atau suatu


masyarakat yang biasanya diceritakan yaitu mengenai kebudayaan suku atau
masyarakat tersebut. Dalam membuat sebuah etnografi, seorang penulis
etnografi (etnografer) selalu hidup atau tinggal bersama dengan masyarakat
yang ditelitinya yang lamanya tidak dapat dipastikan, ada yang berbulan-bulan
dan ada juga sampai bertahun-tahun. Sewaktu meneliti masyarakat seorang
etnografer biasanya melakukan pendekatan secara holistik dan
mendiskripsikannya secara mendalam atau menditeil untuk memproleh native’s
point of view. Serta metode pengumpulan data yang digunakan biasanya
wawancara mendalam ( depth interview) dan obserpasi partisipasi di mana
metode pengumpulan data ini sangat sesuai dengan tujuan awal yaitu
mendeskripsiakan secara mendalam.
Membuat etnografi juga merupakan hal yang wajib dilakukan uuntuk para
sarjana antropologi. Seperti yang ditulis oleh Marzali (2005: 42): “
Bagaimanapun, etnografi adalah pekerjaan tingkat awal dari seorang ahli
antropologi yang propesional. Etnografi adalah satu pekerjaan inisiasi bagi yang
ingin manjadi ahli antropologi professional. Seseorang tidak mungkin dapat
diakui sebagai seorang ahli antropologi professional jika sebelumnya dia tidak
melakukan sebuah etnografi, dan melaporkan hasil penelitiannya. Hasil
penelitiannya ini harus dinilai kualitasnya…Untuk meningkat ke peringkat yang
lebih tinggi maka…pekerjaan yang harus dilakukan selanjutnya adalah apa yang
disebut sebagai comperative study, basik secara diakronis maupun secara
sinkronis”.
Jika kita membaca tulisan tersebut, terlihat penulis ingin menekankan bahwa
membuat etnografi itu merupakan suatu kewajiban. Sesorang sarjana
antropologi wajib menghasilkan sebuah etnografi jika belum maka seseorang
tersebut belum dikatakan seorang sarjana antropologi. Namun jika sudah maka
seseorang tersebut berhak untuk dikatakan seorang sarjana antropologi namun
belum bisa dikatakan sebagai ahli antropologi sesungguhnya ( ahli etnologi ).
Seseorang dikatakan ahli etnologi apabila seseorang tersebut melakukan
pekerjaan yang lebih tinggi yaitu comparative study dalam basic diakronis
maupun sinkronis.

(marjali, 2005) (bungin, 2008)

Macam-macam Antropologi Sosial


Macam-macam Antropologi Sosial adalah sebagai berikut:
1. Antropologi fisik
2. Antropologi budaya
3. Antropologi medis
4. Antropologi psikologi
5. Antropologi sosial
Antropologi fisik mampelajari manusia sebagai organisme biologis yang
melacak perkembangan manusia menurut evolusinya dan menyelidiki variasi
biologisnya dalam berbagai jenis (species ). Keistimewaan apapun yang
dianggap melekat pada dirinya yang dimiliki manusia, mereka digolongkan
pada binatang menyusui, khususnya primata.
Antropologi budaya memfokuskan perhatiannya pada kebudayaan manusia
ataupun cara hidupnya dalam masyarakat. Menurut Havilan cabang antropologi
budaya ini dibagi-bagi lagi menjadi tiga bagian, yakni arkeologi, antropologi
linguistik, dan etologi. Untuk memahami pekrjaan para ahli antropologi budaya,
kita harus tahu tentang hakikat kabudayaan, menyangkut konsep kabudayaan,
dan karakteristiknya serta kebudayaan dan kepribadian.
Antropologis medis merupakan subdisiplin yang sekarang paling populer
di Amerika serikat, bahkan tumbuh pesat dimana-mana. Antropologis medis ini
banyak membahas hubungan antara penyakit dan kebudayaan yang tampak
mempengaruhi evolusi manusia, terutama berdasarkan hasil-hasil penemuan
paleopatologi. Beberapa dokter yang menjadi ahli antropologi medis pada
masa-masa awal adalah W.H.R. Rivers yang merasa tertarik pada reaksi
penduduk pribumi terhadap penyakit, dimana para penduduk berkeyakinan
bahwa datangnya penyakit sebagai kejadian alam yang tidak berhubungan
dengan kebudayaan.
Antropologis psikologi bidang ini merupakan wilayah antropologi yang
mengkaji tentang hubungan antara individu dengan makna dan nilai dengan
kebiasaan sosial dari sistem budaya yang ada. Adapun ruang lingkup
antropologi psikologi tersebut sangat luas dan menggunakan berbagai
pendekatan pada masalah kemunculan dalam interaksi antara pikiran, nilai, dan
kebiasaan sosial. Kajian ini dibntuk secara khusus oleh percakapan
interdisipliner antara antropologi dan ruang lingkup lain dalam ilmu-ilmu sosial
serta humaniora (Schawartz, 1992). Sedangkan fokus kajian bidang ini terpusat
pada individu dalam masyarakat makin mendekatkan hubungan dengan
psikologi dan psikistri dibanding dengan mainstream antropologi. Namun,
secara historis bidang antropologi psikologi tersebut lebih dekat pada
psikoalanisasi daripada psikologi eksperimental.
Antropologi sosial bidang ini mulai dikembangkan oleh James George
Frazer di Amerika serikat pada awal abad ke-20. Dalam kajiannya, antropologi
sosial mendeskripsikan proyek evolusionis yang bertujuan untuk merekontruksi
masyarakat primitif asli dan mencatat perkembangannya melalui berbagai
tingkat peradaban .

5. Impelementasi Antropologi Dalam Masyarakat


Indonesia terdiri dari ribuan pulau yang dirangkai oleh selat, dan keadaan
geogafisnya tidak merata. Faktor geografis suatu daerah sangat berpengaruh pada jaringan
komunikasi dan transportasi antar daerah maupun pulau. Khususnya di daerah yang
dikelilingi hutan belantara dan pegunungan yang tinggi akan menghambat proses informasi,
sehingga akan berpengaruh pada pengetahuan penduduk di sekitar. Selain faktor
geografisnya, di masing-masing daerah memiliki berbagai macam suku bangsa, adat istiadat,
sistem nilai, budaya yang berbeda. Misalnya: suku jawa, sunda, madura, dayak, minang,
batak dan sebagainya. Sedangkan dari ras polynesia yang mendiami Indonesia bagian timur,
misalnya: Ambon, Timor, Irian Jaya. Keragaman budaya tersebut telah memberikan
pengaruh terhadap hubungan sosial masyarakat, sistem pendidikan, mata pencaharian, dan
pola berfikir manusia.
Misalnya kebutuhan akan makan. Makan adalah kebutuhan dasar yang tidak
termasuk dalam kebudayaan. Tetapi bagaimana kebutuhan itu dipenuhi; apa yang dimakan,
bagaimana cara memakan adalah bagian dari kebudayaan. Kebudayaan yang berbeda dari
kelompok-kelompoknya menyebabkan manusia melakukan kegiatan dasar itu dengan cara
yang berbeda. Contohnya adalah cara makan yang berlaku sekarang. Pada masa dulu orang
makan hanya dengan menggunakan tangannya saja, langsung menyuapkan makanan kedalam
mulutnya, tetapi cara tersebut perlahan lahan berubah, manusia mulai menggunakan alat yang
sederhana dari kayu untuk menyendok dan menyuapkan makanannya dan sekarang alat
tersebut dibuat dari almunium. Begitu juga tempat dimana manusia itu makan. Dulu manusia
makan disembarang tempat, tetapi sekarang ada tempat-tempat khusus dimana makanan itu
dimakan. Hal ini semua terjadi karena manusia mempelajari atau mencontoh sesuatu yang
dilakukan oleh generasi sebelumya atau lingkungan disekitarnya yang dianggap baik dan
berguna dalam hidupnya. Proses perubahan tata cara makan tersebut merupakan terjadi dari
proses belajar sehingga menghasilkan perubahan perilaku yang dinilai baik dan berkembang
sesuai dengan perkembangan teknologi dan pendidikan.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam implementasi landasan antropologi, adalah
sebagai berikut:
1. Identifikasi kebutuhan belajar masyarakat
Identifikasi kebutuhan masayarakat ini bersumber dari informasi masyarakat sekitar.
Masyarakat tersebut terdiri dari tokoh masyarakat, baik secara formal maupun informal,
tokoh agama, dan perwakilan masyarakat kelas bawah. Hal ini bertujuan untuk memperoleh
informasi dan data yang dijadikan bahan pengembangan kurikulum.
2. Keterlibatan partisipasi masyarakat
Setelah mengidentifikasi kebutuhan belajar, maka masyarakat ikut serta dalam
merancang kurikulum, menyediakan sarana dan prasarana, menentukan nara sumber sebagai
fasilitator, dan ikut menilai hasil belajar.
3. Pemberian Pendidikan Kecakapan Hidup
Pendidikan kecakapan hidup merupakan pendidikan dalam bentuk pemberian
keterampilan dan kemampuan dasar pendukung fungsional, membaca, menulis, berhitung,
memecahkan masalah, mengelola sumber daya, bekerja dalam kelompok, dan menggunakan
teknologi.

BAB 3 PENUTUP

Kesimpulan
Antropologi berasal dari bahasa yunani, asal kata dari anthoropus berarti
manusia , dan logos berarti ilmu. Dengan demikian, secara harfiah antropologi
adalah ilmu kemanusiaan. Para ahli antropologi sering mengemukakan bahwa
antropologi marupakan studi tentang umat manusia yang berusaha menyusun
generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya, antropologi
merupakan ilmu yang mempelajari tentang kemanisiaan baik dalam bentuk
fisik, kemanusiaan, dan kebudayaanya,
Adapun macam-macam antropologi adalah:
Ø Antropologi fisik
Ø Antropologi budaya
Ø Antropologi sosial
Ø Antropologi medis
Ø Antropologi psikologi.
Secara khusus, ilmu antropologi terbagi kedalam lima subilmu yang
mempelajari:
1. Masalah asal dan perkembangan manusia atau evolusinya secara biologis.
2. Masalah terjadinya aneka ragam fisik manusia.
3. Masalah terjadinya perkembangan dan persebaran aneka ragam kebudayaan
manusia.
4. Masalah terjadinya perkembangan dan persebaran aneka ragam bahasa yang
diucapkan seluruh dunia.
5. Masalah mengenai asas-asas dari masyarakat dan kebudayaan manusia dari
aneka ragam suku bangsa yang tersebar diseluruh dunia masa kini.
http://kimdinirinjani.blogspot.co.id/2012/12/antropologi-sosial.html
http://mikailahaninda.blogspot.co.id/2015/02/konsep-dasar-antropologi.html

Anda mungkin juga menyukai