Anda di halaman 1dari 26

BENCANA

DAN
INTERVENSI
KRISIS

Di Sampaikan Oleh :
Ns. Sri Supami, S.Kep, S.Pd, M.Kes
TUJUAN
• Memahami pengertian bencana dan krisis
• Memahami penyebab terjadinya bencana
• Mengidentifikasi proses terjadinya bencana
• Mengidentifikasi respons individu terhadap bencana
• Mengenali tanda dan gejala pasien yang
mengalami krisis
• Mempraktekkan langkah-langkah sistematis yang
dapat dilakukan saat menghadapi pasien yang
mengalami krisis
• Menilai keberhasilan intervensi krisis yang telah
dilakukan
• Merujuk pasien krisis yang memerlukan
penanganan lanjutan
bencana
• Kejadian yang disebabkan oleh
manusia ataupun alam yang
mengakibatkan kerusakan sehingga
perlu bantuan orang lain untuk
memperbaikinya. (David, 2004).
• Kejadian yang membutuhkan usaha
ekstra keras (luar biasa) untuk
menanganinya; lebih dari respons
terhadap situasi kedaruratan biasa.
PENYEBAB

 Perubahan alam : Gunung meletus, Gempa


bumi, Banjir bandang, Angin topan,
Tsunami, Angin puting beliung, Wabah.
 Buatan manusia : teror bom, konflik akibat
pertikaian yang berkepanjangan.
Bencana biasanya disertai oleh
benda-benda yang berbahaya ;
yang dapat mengancam
kehidupan, kesehatan atau harta
benda yang dimiliki manusia.
Proses Terjadinya bencana

Non Pasca
Bencana
Bencana Bencana

Emerg
Pra Trauma
Bencana
Stabil
Rekons
Bencana Krisis
truksi
Proses Terjadinya Bencana

 Kondisi non bencana adalah


kondisi tidak ada bencana pada
lokasi rawan bencana.
 Kondisi bencana ditandai dengan
mulai terjadinya bencana hingga
24 jam setelah bencana.
 Kondisi pasca bencana adalah
lebih dari 24 jam setelah terjadi
bencana. ( David A Tomb, 2004 ).
Respons individu terhadap bencana
1. Reaksi Individu Segera (24 jam) setelah
bencana adalah :
 Tegang, cemas, panik
 Terpaku, linglung, syok, tidak percaya
 Gembira atau eforia, tidak terlalu
merasa menderita.
 Lelah, bingung.
 Gelisah, menangis, menarik diri.
 Merasa bersalah.
2. Minggu Pertama – Ketiga Setelah Bencana :
 Ketakutan, waspada, sensitif, mudah marah,
kesulitan tidur.
 Khawatir, sangat sedih
 Mengulang-ngulang flashback kejadian
 Bersedih
RESPONS INDIVIDU
TERHADAP BENCANA
3. Lebih dari minggu ketiga setelah bencana
reaksi yang diperlihatkan dapat menetap dan
dimanifestasikan dengan :
 Kelelahan
 Merasa Panik
 Kesedihan terus berlanjut, pesimis dan
berpikir tidak realistis.
 Tidak beraktivitas, isolasi dan menarik diri
 Kecemasan yang dimanifestasikan dengan
gejala fisik : palpitasi, pusing, letih, mual,
sakit kepala, dll.
RESPONS INDIVIDU
TERHADAP BENCANA
• Pada sebagian korban selamat dapat terjadi
gangguan mental akut yang timbul beberapa
minggu hingga berbulan-bulan sesudah
bencana.
• Bentuk gangguan tersebut antara lain :
Reaksi akut terhadap stress, berduka dan
berkabung, gangguan mental yang
terdiagnosis, gangguan penyesuaian,
gangguan mental yang kambuh kembali atau
semakin berat dan psikosomatis.
CARA MENGELOLA BENCANA
1. Program antisipatif untuk kondisi pra
bencana.
Non dan Pra Bencana
2. Tindakan segera untuk kondisi segera
setelah bencana.
Bencana / Emergency
3. Pemulihan untuk kondisi pasca bencana.
Rekonstruksi
PROGRAM ANTISIPASIF
 Pada lokasi-lokasi yang diperkirakan
mengalami bencana perlu dilakukan tindakan
antisipasi agar masyarakat dapat melakukan
tindakan yang tepat apabila terjadi bencana.
 Masyarakat perlu diajarkan beberapa hal yang
merupakan tanda-tanda bencana,
mengingatkan bencana yang pernah terjadi
sebelumnya, mobilisasi dan evakuasi jika perlu.
TINDAKAN SEGERA SETELAH BENCANA
1. Tingkat I
bantuan emergency medic lokal; misalnya
kebakaran pada satu rumah, tenggelam,
kecelakaan lalu lintas.
2. Tingkat II
bantuan yang lebih luas; yang melibatkan satu
propinsi, misalnya kecelakaan atau bom di satu
gedung atau area khusus.
3. Tingkat III
penanganan bencana sudah membutuhkan
bantuan yang melibatkan satu negara, seperti
gempa bumi, angin ribut, banjir bandang, air bah
dll.
PEMULIHAN
 Tindakan Perbaikan : pembangunan
kembali sarana fisik yang rusak,
sekolah dan bekerja kembali serta
melanjutkan kehidupan sesuai dengan
kondisi saat ini.
Prevensi primer ditunjukkan bagi
masyarakat yang tidak terganggu
mentalnya sedangkan prevensi
sekunder ditunjukan bagi masyarakat
yang menunjukkan masalah psikososial
dan gangguan jiwa.
Lanjutan...
 Fase penataan dilakukan terhadap
infrastruktur yang rusak dan
membangun kembali sistem
kahidupan bermasyarakat.
 Fase mitigasi : merancang aktivitas
yang berorientasi pada masa depan
untuk mencegah bencana sekunder
yang akan terjadi atau meminimalkan
dampak bencana.
INTERVENSI SAAT BENCANA
1. Segera (24 jam) setelah bencana.
Pertolongan kedaruratan
memenuhi kebutuhan dasar
2. Minggu pertama – ketiga setelah
bencana.
3. Setelah minggu ke tiga bencana
Intervensi psikososial secara
umum
Intervensi psikososial secara
khusus
Evaluasi rujukan
INTERVENSI PSIKOSOSIAL UMUM
 Identifikasi individu dengan koping in efektif
 Bina Hubungan Saling Percaya
 Penuhi Kebutuhan Fisik yang mendesak
 Mobilisasi dukungan sosial (tapi jangan
memaksa)
 Cegah timbulnya bahaya yang lain
 Mulai berkomunikasi (verbal dan non verbal)
 Sampaikan bahwa semua korban bencana
merasakan perasaan yang sama
 Tetap mensupervisi perawatan sampai reaksi
berlalu.
INTERVENSI PSIKOSOSIAL
KHUSUS
 Konseling trauma
 Konseling berduka
 Bimbingan antisipasi
 Konseling krisis
 Konseling untuk menyelesaikan
masalah
KONSELING TRAUMA
 Dengarkan ungkapkan perasaan dengan
penuh perhatian.
 Tanya dan klarifikasi untuk menggali lagi
pengalamannya.
 Coba untuk memahami penderitaan yang
dialami oleh pasien dan keluarga.
 Sampaikan bahwa sdr akan selalu membantu
dan memperhatikan bhw memahami apa yg
dirasakan.
 Sampaikan bhw orang lainpun mengalami hal
yang sama bila mengalami hal yang dialami.
 Bicarakan cara terbaik yang dapat dilakukan
untuk mengatasi masalah.
Konseling Proses Berduka
 Pendekatan dengan lemah lembut
 Tanyakan ttg kondisi keluarganya dan
kemudian bicarakan ttg korban yang
meninggal.
 Motivasi untuk berbagi informasi ttg keluarga
yg meninggal.
 Fokuskan pebicaraan pada hubungan
dengan orang-orang terdekat sebelum
bencana dan arti kehilangan secara pribadi.
BIMBINGAN ANTISIPASI
 Bantu pasien untuk menerima bahwa reaksi
yang diperlihatkan adalah normal sehingga
dapat mengurangi rasa tidak berarti dan putus
asa.
 Informasikan tentang stres yang alamiah &
intensitas perasaan dapat berkurang seiring
dengan berjalan waktu.
 Lakukan pertemuan-pertemuan yang berisi
informasi-informasi yang perlu diketahui korban.
 Fokuskan pada kekuatan kelompok untuk
menghadapi krisis secara bersama-sama, tidak
difokuskan pada reaksi akibat stres secara
individu.
KONSELING KRISIS
 bersama pasien mengidentifikasi masalah yg
menyebabkan ia meminta pertolongan.
 Bantu pasien untuk membuat daftar alternatif &
strategi untuk/ mengatasi masalahnya.
 Bantu pasien untuk menilai dukungan sosial yang
tersedia.
 Bantu pasien untuk mengambil keputusan yang tepat
bagi dirinya.
 Bantu pasien untuk melaksanakan keputusan yang
sudah diambl.
 Mendiskusikan persepsi pasien tentang
kemampuannya.
KONSELING UNTUK
MENYELESAIKAN MASALAH
 Mengidentifikasi masalah
 Mengidentifikasi alternatif pemecahan
masalah melalui curah pendapat
 Bandingkan keuntungan dan kerugian
dari setiap penyelesaian masalah
 Identifikasi solusi yang paling sesuai
untuk pasien
 Implementasikan bentuk penyelesaian
yang telah dipilih
Kriteria kasus yang perlu di rujuk :
1. Kasus-kasus gangguan mental
2. Korban dengan gejala-gejala psikologis yang
tidak memperlihatkan perubahan setelah 3
minggu dilakukan intervensi oleh perawat.
3. Korban yang mengalami disfungsi.
4. Korban yang berniat bunuh diri.
5. Penyalahgunaan alkohol / obat-obatan.
6. Kekerasan fisik dalam keluarga.
7. Kelompok resiko tinggi.

Anda mungkin juga menyukai