Anda di halaman 1dari 23

KONSEP RECOVERY

DAN SUPPORTIVE

ENVIRONMENT

Albertus S
KONSEP RECOVERY DAN
SUPPORTIVE ENVIRONMENT
Recovery is a deeply personal, unique process
of changing one’s attitudes, values, feelings,
goals, skills, and/or roles.
It is a way of living a satisfying, hopeful,
and contributing life even with limitations
caused by illness (Anthony, 1993)
Pemulihan adalah proses yang sangat
pribadi, unik untuk mengubah sikap, nilai,
perasaan, tujuan, ketrampilan, dan / atau
peran seseorang.
Itu adalah cara menjalani kehidupan
yang memuaskan, penuh harapan, dan
berkontribusi bahkan dengan
keterbatasan yang disebabkan oleh
penyakit (Anthony, 1993)
10 kharakteristik seperti yang dikemukakan
oleh Bellack (2006) dengan ciri tertentu yaitu
• Self direction
• Individualized and person centered
• Empowerment
• Holistic
• Non linier
• Strengths-based
• Peer support
• Respect
• Responsibility
• Hope
Pengarahan diri sendiri klien
Individual dan berpusat pada klien
Pemberdayaan klien
Menyeluruh
Tidak satu aspek saja
Berbasis kekuatan klien
Dukungan rekan
Menghormati klien
Tanggung jawab klien
Harapan positif klien
Ada beberapa elemen penting untuk menunjang
penyembuhan optimal bagi klien gangguan jiwa yaitu

• Kepercayaaan diri (Chamberlin, 1990)


• Keyakinan bahwa dirinya akan mampu
beradaptasi dan menyelesaikan masalah yang
pada akhirnya akan mampu menolong diri
sendiri (Ochocka et al., 2005).
• Harapan dan spirit untuk terus berupaya
mencapai yang terbaik dalam kehidupan (Kelly
& Gamble, 2005)
• Sikap positif tentang diri (Ochocka et al., 2005).
CLIENT-CENTRED CARE THEORIES
• Merupakan pelayanan keperawatan
yang berpusat pada klien.
• Hal terpenting dalam client-centred care
adalah komitmen untuk menemukan
kebutuhan pelayanan keperawatan
mereka dalam kontek pengalaman
mereka selama sakit (Hasnain, et al.,
2011; clift, 2012).
Hal ini sesuai dengan hasil riset yang
dilaporakan oleh frisch & frisch,( 2011)
yang menyimpulkan bahwa:
• “The inner world of the individual-their personal
world of experiences, and what this means to
them”.

• Dunia batin individu - dunia pengalaman


pribadi mereka, dan apa artinya ini bagi
mereka
Testimoni salah seorang yang sukses
menjalani proses recovery:
“Saya telah menghabiskan waktu hidup saya
untuk mempelajari tentang penyakit saya.
Kesimpulan, saya didiagnosa sebagai penderita
skizofrenia tidak membantu penyembuhan saya”
Label skizofrenia telah membuat saya belajar
ketidak-berdayaan dan berputus asa terhadap
kondisi saya. Disamping itu, label tersebut
membuat keluarga saya membangun kepercayaan
bahwa saya tidak akan pernah sembuh, tidak
mampu bekerja dan selalu tergantung pada obat
Keadaan ini telah membuat saya terisolasi dari
masyarakat dan pesimis terhadap kesembuhan saya.
Akan tetapi, setelah saya berhenti berobat secara medis
dan bangkit dari ketidak berdayaan sebagai penderita
skizofrenia, saya bisa recover dari penyakit saya.
Melalui pengalaman hidup saya, saya yakin bahwa
seseorang bisa mengatasi keadaannya sebagai
“penderita skizofrenia” dengan pendekatan terapy yang
tepat.
Menurut saya, akan lebih membantu bila pemberi
pelayanan keperawatan melihat tiap individu sebagai
pribadi yang unik yang mempunyai pengalaman sendiri-
senidiri tentang penyakitnya” (May, 2012).
• “Jangan biarkan keadaan sakit menyetir
hidup anda”
Kendalikan sendiri setirnya.
Dalam kurun waktu yang sangat panjang saya
bekerja keras untuk bisa mengendalikan sendiri
setir mobil hidup saya, agar mampu menjadi
expert bagi perawatan diri saya.
Dalam proses recovery saya tidak hanya
meminum obat tapi menggunakan obat sebagai
bagian dari proses penyembuhan saya.
Dalam waktu yang lama saya belajar berbagai
cara untuk membantu hidup saya. Kadang saya
gunakan obat, kadang terapi lain dan self-help
serta mutual support groups.
Tidak saya pungkiri bahwa kedekatan hubungan
dengan Tuhan sangat mendukung proses
recovery saya disamping dukungan dari
keluarga dan teman.
Mempunyai aktifitas serta latihan juga turut
membantu saya untuk tetap sehat dan utuh
sebagai manusia, meskipun saya mengalami
keterbatasan atau disability. (Deegan,1993)
• Dalam proses recovery individu
membutuhkan perawat atau tenaga
kesehatan yang bisa mendorong mereka
untuk yakin bahwa mereka bisa sembuh,
memberi kepercayaan kepada mereka dan
menumbuhkan rasa tanggung jawab
dalam diri mereka.
• Pendekatan inilah yang disebut dengan
“client centered care”
Berikut adalah teknik-teknik yang dilakukan
dalam menerapkan terapi suportif antara lain
sebagai berikut :
Guidance/Bimbingan, yakni prosedur pemberian
pertolongan secara aktif dengan cara memberikan
fakta dan interpretasi dalam bidang pendidikan,
pekerjaan, hubungan sosial dan bidang-bidang
kesehatan.
Manipulasi lingkungan, yakni usaha untuk
menyelesaikan problem-problem emosional klien
dengan cara menghilangkan atau mengubah unsur-
unsur lingkungan yang tidak menguntungkan.
Eksternalisasi perhatian, yakni usaha untuk
mengalihkan perhatian klien yang mengalami
depresi dengan jalan memberikan dorongan
agar klien dapat memulai lagi aktivitas yang
pernah disenanginya ataupun
mengembangkan kesenangan baru untuk
mengisi waktu senggangnya.
Jenis-jenis eksternalisasi perhatian antara lain
terapi kerja, terapi musik, terapi gerak dan tari,
terapi syair, terapi sosial.
Sugesti-prestis, yakni usaha terapis untuk
mensugesti klien, yakni memberikan pengaruh
psikis tanpa daya kritik.
Reassurance (meyakinkan kembali), terapi ini
biasanya menyertai pada setiap terapi. Klien
yang merasa dicekam oleh rasa ketakutan
yang irasional perlu ditenangkan dan dihibur.
Terapis perlu mendiskusikan ketakutan-
ketakutan tersebut secara terbuka dengan
kliennya untuk menjelaskan bahwa ketakutan
itu tidak rasional atau tidak berdasar.
Dorongan dan paksaan, yakni dengan
memberikan punishment untuk
menstimulasi perilaku klien sesuai yang
diharapkan.
Diantaranya dengan cara klien diberi tugas
untuk melawan impuls-impuls yang
menimbulkan neurotik, berusaha
menghilangkan atau mengurangi inner drive
klien sampai di bawah titik kritis.
Persuasi, yakni mendasari diri pada
anggapan bahwa dalam diri klien
mempunyai sesuatu kekuatan untuk
proses emosinya yang patologis dengan
kekuatan dan kemampuan ataupun
dengan menggunakan common
sense’nya sendiri, sebab pada umumnya
orang yang menderita gangguan jiwa
dalam keadaan intelek tertutup emosi.
Pengakuan dan penyaluran, yakni
dengan cara mengeluarkan isi hati
kepada orang lain. 
Pendekatan ini untuk mengurangi
tekanan yang ada pada klien, sebab
dengan adanya pengakuan dan
penyaluran, maka segala rasa tertekan
yang mengganjal dapat dilepaskan
(katharsis).
Terapi kelompok yang berfungsi
sebagai pemberi inspirasi dari
klien-klien lainnya yang memiliki
problem sejenis.
Terapi Supportif
Penerapan terapi suportif dapat
membantu individu dalam
meningkatkan kemampuan
manajemen emosi pasien.
Pasien memperlihatkan perubahan
kemampuan manajemen emosinya
seperti lebih berani, tenang, tidak
merasa bersalah, bersabar dan senang.
Hasil penerapan terapi suportif dengan teknik
bimbingan untuk mengurangi dorongan bunuh diri
berdampak positif, karena ada perubahan perilaku
kearah yang lebih baik ditandai dengan
depresi dan gangguan mental berkurang,
• tidak mudah putus asa,
• mampu menerima keberadaan dirinya,
• mampu bersosialisasi,
• mampu memperbaiki hubungan dengan keluarga,
• mampu mengindentifikasi tujuan hidupnya dan
• menerima dirinya.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai