Anda di halaman 1dari 54

MODUL

PRAKTIKUM

KEPERAWATAN
ANAK 1
KEPERAWATAN
ANAK 1
Penyusun

Tim Pengajar Keperawatan Anak

FAKULTAS KEPERAWATAN
Praba Diyan Rachmawati, S.Kep., Ns., M.Kep
Ilya Krisnana, S.Kep., Ns., M.Kep
UNIVERSITS AIRLANGGA
2018
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA

1 | Modul Praktikum Keperawatan Anak 1


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat limpahan Rahmat dan Anugrah Nya
Modul keperawatan neurobehaviourdapat tersusun. Diharapkan buku ini dapat digunakan
sebagai acuan bagi mahasiswa dalam mempelajari suhsn keperawatan pada pasien anak dengan
gangguan persyarafan.
Buku ini menguraikan materi tentang keperawatan anak 1, untuk meningkatkan
kemampuan psikomotor mahasiswa dalam hal pemeriksaan fisik pada anak, vaksinasi dan juga
pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan. Kumpulan materi ini merupakan hasil telaah
dari penulis berdasarkan kasus dan kebutuhan dasar anak yang merupakan salah satu rangkaian
pembelajaran keperawatan anak.
Penulis menyadari bahwa modul ini masih belum sempurna untuk itu kritik dan saran
serta masukan dari pengguna modul ini masih sangat kami harapkan.
Terima kasih untuk semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan buku ini,
semoga dapat memberi manfaat bagi pembaca dan mahasiswa.

Surabaya, Maret 2018

Penyusun

2 | Modul Praktikum Keperawatan Anak 1


DAFTAR ISI

Halaman Judul .....................................................................................................i


Kata Pengantar .....................................................................................................ii
Daftar Isi .............................................................................................................iii

MODUL 1 Pemeriksaan Fisik pada Anak dan Neonatus ..............................1

MODUL 2: Vaksinasi ........................................................................................19

MODUL 3: Pemeriksaan Pertumbuhan dan perkembangan........................30

Lampiran ...........................................................................................................42

3 | Modul Praktikum Keperawatan Anak 1


4 | Modul Praktikum Keperawatan Anak 1
MODUL 1
PEMERIKSAAN FISIK PADA ANAK DAN NEONATUS

KOMPETENSI YAN DIHARAPKAN


Kompetensi Umum:
Setelah menyelesaikan praktikum ini mahasiswa mampu menjelaskan dan melakukan
pemeriksaan fisik pada anak dan neonatus dengan tepat.
Kompetensi Khusus
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa diharapkan mampu:
1. Menyebutkan dan mempersiapkan alat alat yang diperlukan saat pemeriksaan fisik pada
anak
2. Mendemonstrasikan pemeriksaan fisik dengan inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi
pada anak
3. Menyebutkan kondisi normal dan kondisi tidak normal saat melakukan pemeriksaan fisik

STRATEGI PEMBELAJARAN
1. Belajar dan latihan mandiri
2. Belajar secara kelompok

PRASYARAT
1. Sebelum berlatih mahasiswa harus menguasai konsep dasar keperawatan anak.
2. Sebelum berlatih, mahasiswa harus:
▪ Mempelajari kemabali penuntun praktikum tentang cuci tangan
▪ Mempelajari kembali komunikasi pada anak

1. PROSEDUR PEMERIKSAAN FISIK PADA ANAK


No Bagian Pemeriksaan Penjelasan

1 KEPALA Inspeksi: Pasien dengan malnutrisi energi


Warna, kelebatan, distribusi serta protein dapat mempunyai rambut
karakteristik rambut yang jarang, kemerahan seperti
rambut jagung dan mudah dicabut
tanpa rasa sakit.

Ketiadaan rambut (Alopesia) bisa


bersifat familial, hipertiroidisme,
hipervitaminosis A. Alopesia areata
juga bisa terjadi pada anak dengan
demam tifoid, karsinoma, setelah
penyinaran sinar X dan penggunaan
obat antineoplasma.

Ukuran Lingkar Kepala Ukuran lingkar kepala di bawah (- <


2SD) disebut mikrosefali
Mikrosefali dapat disebabkan oleh
konsumsi alkohol/obat, infeksi
tetanus, other (syphilis, parvovirus,

5 | Modul Praktikum Keperawatan Anak 1


varicella zoster), rubella,
cytomegalovirus, herpes (TORCH).

Pasien mikrosefali dengan ubun-ubun


terbuka biasanya disebabkan atrofi
otak. Mikrosefali dengan ubun-ubun
menutup biasanya disebabkan infeksi
TORCH atau atrofi otak.

lingkar kepala di atas (>2SD) di


sebut makrosefali. Makrosefali
dengan ubun-ubun terbuka dapat
disebabkan hidrosefalus atau atrofi
otak. Makrosefali disertai ubun-ubun
menutup biasanya disebabkan atrofi
otak. Adanya hidrosefalus
menandakan penumpukan cairan otak
yang dapat disebabkan oleh berbagai
sebab, antara lain malformasi struktur
otak, radang otak, tumor otak, atau
kelainan metabolisme bawaan.

Ukuran LK Normal
1. BBL : 34-35 cm (bertambah 2
cm tiap bulan 0-3bln)
2. 4-6 bulan (bertambah 1 cm tiap
bulan)
3. 6-12 bulan (bertambah 0,5cm per
bulan)
4. Usia 5 tahun bertmbah 50cm
5. Usia 5-12 tahun hanya naik
sampai 52
53 cm dan setelah usia 12 tahun
akan menetap.
Untuk pengukuran lingkar
kepala dilakukan dengan cara
melingkarkan pita pengukur
fleksibel dari bahan tidak elastik
melalui bagian paling menonjol
di bagian kepala belakang
(protuberantia occipitalis) dan
dahi (glabella).
Palpasi: Tulang tengkorak
dibelakang dan diatas telinga
Adanya Kraniotabes yaitu pelunakan
dengan cukup keras
tabula eksterna tulang tengkorak.
Positif bila teraba seperti menekan
bola pingpong. Normal ditemukan
sampai usia 6 bulan.

6 | Modul Praktikum Keperawatan Anak 1


Abnormal jika ditemukan pada pasien
rakitis, sifiis, hipervitaminosis A dan
Perkusi: Mengetukkan jari pada hidrosefalus.
tulang tengkorak
Positif jika terdengar seperti suara pot
retak. Normal selama ubun-ubun
masih terbuka.
Abnormal jika ditemukan pada ubun-
ubun yang telah menutup
menunjukkan adanya peningkatan
tekanan intrakranial atau dilatasi
ventrikal otak.

Inspeksi:
Bentuk wajah Simetris/ asimetris Asimetris bisa ditemukan pada
masalah paralisis facialis: sisi yang
paresis tertinggal bila anak menangis
atau tertawa, sehingga wajah akan
Adanya pembengkakan/edema tertarik ke sisi sehat.

Bisa disebabkan karena radang lokal


atau akibat infeksi kelenjar
submaksilaris dan parotis.
Jarak antara hidung dan mulut Infeksi gusi menyebabkan
pembesaran rahang.

Wajah khas mongoloid pada kelainan


down syndrome

Mata Inspeksi:
Simetris/asimetris Mata yang asimetris bisa ditemukan
pada anak dengan sindrom down

Inspeksi Adanya kelainan pada Adanya Ptosis palpebra yang tidak


mata bisa terbuka bisa karena cidera otak
saat persalinan.

Lagoftalmus: Kelopak mata tidak


dapat menutup sempurna. Akibat
kelumpuhan otot orbikularis okuli

Nistagmus: gerakan bola mata ritmik,


biasanya cepat dapat horizontal,
vertikal, berputar atau campuran.

Fotofobia: Sensitif terhadap cahaya


ketajaman melihat
Hidung Inspeksi :

7 | Modul Praktikum Keperawatan Anak 1


bentuknya, gerakan cuping Bentuk hidung abnormal: adanya
garis melintang di batang hidung
hidung, mukosa, sekresi,
menunjukkan batang hidung sering
perdarahan, keadaan septum, didorong anak ke atas sebagai usaha
anak rinitis alergi untuk melebarkan
perkusi sinus.
lubang hidung yang tersumbat

Gerakan cuping hidung ditemukan


pada anak yang mengalami kesulitan
bernafas.

Hidung Pesek dengan dasar yang


lebar mirip pelana kuda (Saddle nose)
ditemukan pada sifilis kongenital

Mukosa hidung yang merah dan


edema menunjukkan adanya infeksi,
sedangkan pada alergi mukosa yang
merah tampak pucat

Pada rinitis kronik mukosa berwarna


keabuan dengan edema yang jelas.

Sekret hidung yang purulen


menunjukkan adanya infeksi lokal
pada hidung atau sinusitis

Sekret purulen yang bercampur darah


dan berbau karena adanya benda
asing
Pada alergi sekret bersifat jernih.

Mulut Inspeksi :
a. Bibir: warna, simetri/tidak, Warna mukosa bibir anemia
gerakan. Kelainan pada menyebabkan warna pucat, sianosis
mulut akan menjadi biru keabu-abuan

Gerakan bibir yang tidak simetris


menunjukkan adanya kelainan saraf
atau adanya paresis N trigeminus atau
facialis.
Trismus kesulitan membuka mulut
disebabkan karena tetanus atau
infeksi di sekitar mulut.

b. Gigi : banyaknya, letak, Halitosis: Bau mulut tidak sedap


tumbuh lambat/tidak. disebabkan karena higiene gigi dan
mulut yang kurang bersih, muntah,
dehidrasi, tonsilitis kronik, darah

8 | Modul Praktikum Keperawatan Anak 1


dalam mulut, benda asing dihidung,
stomatitis.
Peradangan gusi ditandai bengkak,
nyeri
c. Lidah : kering/tidak,
kotor/tidak, tremor/tidak, Mikroglosia/Makroglosia pada
warna, ukuran, gerakan, tepi hipotiroidisme, sindrom down.
hiperemis/tidak. Lidah terjulur keluar (pada retard
mental)
Tremor lidah : hipertiroid, demam
typhoid – lidah keluar ujung merah
d. Palatu terbelah/tidak,
perforasi/tidak. Labio atau palatoschizis

Tenggorokan Inspeksi:
Pemeriksaan tenggorok Perhatikan : uvula, epiglotis, tonsil
dilakukan dengan menggunakan besarnya, warna, paradangan,
alat spaltel, anak disuruh eksudat, kripte)
mengeluarkan lidah dan
mengatakan ‘ah’ yang keras,
selanjutnya spaltel diletakkan
pada lidah sedikit ditekan
kebawah.

Telinga Inspeksi :
letak telinga, warna dan bau Daun telinga yang lebar mungkin
sekresi telinga, nyeri/tidak merupakam variasi normal
(tragus,antitragus), liang telinga, atausindrom Marfan
membrana timpani. Pemeriksaan
menggunakan heat lamp dan Daun Telinga yang kecil terdapat
spekulum telinga pada sindrom down

Low set ear posisi daun telinga lebih


rendah dari pada normal: hidrosefalus

Periksa adanya serumen

Nyeri dibelakang telinga


menunjukkan adanya mastoiditis

Pada Fraktur basis kranii dapat


terlihat perdarahan disekitar mastoid
Adanya tanda battle
Leher Inspeksi:
Bentuk leher Mulai umur 3-4 tahun leher tampak
memanjang.
Leher yang pendek ditenukan pada:
Sindrom huntersindrom turner dan
hipertiroidisme.

9 | Modul Praktikum Keperawatan Anak 1


Vena Leher Pulsasi vena yang tampak pada anak
yang duduk atau berarti abnormal,
yaitu terdapat kenaikan vena
jugularis.
Tekanan vena Jugularis meningkat
pada gagal jantung kongestif,
perikarditis.

Kelainan pada leher Adanya tortikolis: kelainan posisi


kepala yang miring ke satu sisi dan
terputar ke sisi yang lain akibat
pemendekan pada M.
Sternokleidomastoideus. Kelainan ini
dapat bawaan atau didapat.

Adanya kaku kuduk.

Bull neck : edema pada leher


belakang(difteria), infeksi lokal

Palpasi:
Massa di leher • Adanya pembesaran kelenjar getah
bening. Bila lebih dari 1 cm :
abnormal
• Adanya pembesaran kelenjar tiroid,
ditemukan pada hiperaktifitas
tiroid, keganasan atau goiter.

• Tiroid yang besar dan licin :


adanya hiperplasia tiroid.
• Adanya nodul pada tiroid:
mengarah pada keganasan
• Tiroid yang membesar dan ada
sensasi nyeri: adanya tiroiditis

2 THORAX Inspeksi Kelainan kongenital, hipertropi adenoid


yang berat atau pada sindrom marfan.
a) Bentuk thorax : funnel chest, Terlihat pada rakitis, osteoporosis,
pigeon chest, barell chest, dll sindrom Marfan.
b) Pengembangan dada kanan dan Pada Penyakit paru obstruksi kronik, mis:
kiri : simetri/tidak, ada Asma dan emfisema.
retraksi.tidak
c) Pernafasan : cheyne stokes, Pernapasan Tipe normal:
kusmaul, biot 1. Bayi: abdominal/ diafragmatikal (bila
d) Ictus cordis torakal lbh bsr dr abdomen →
kelainan paru)
2. Makin besar anak → torakal (7 – 8 th
→ torako abdominal)
Tipe Cheyne – Stokes

10 | Modul Praktikum Keperawatan Anak 1


1. Normal pd BBL/ prematur (cepat
dalam → lambat
dangkal → apneu
beberapa saat)
2. Hilang pada umur beberapa minggu
3. Patologis: penyakit SSP
Tipe Kussmaul
1. Cepat dan dalam
2. Pada asidosis metabolik (dehidrasi,
hipoxia, keracunan salisilat, dsb)
3. Pernapasan BIOT
Irama sama sekali tidak teratur
(penyakit SSP)
4. Frekuensi Takipne/ cepat = dyspnoe
Pada berbagai penyakit paru ;
Bronchopneumonia – cepat, tidak
terlalu dalam
5. Bradipne
o Pd ggn pusat pernapasan –
Tekanan intrakranial meningkat
o Alkalosis
6. Hiperpne (dalam) : pada asidosis,
anoksia, kelainan SSP
7. Hipopne (dangkal) : pada
gangguan SSP
8. Eupne: kedalaman normal
9. Dispne
10. Ortopne
o Sulit bernapas bila tiduran →
bertambah bila duduk/ berdiri
o Asma, gagal jantung, edema paru
/ epiglottis, fibrosis kistik,
“croup” – konstruksi saluran
napas

Normal akan teraba getaran yang sama.


Fremitus suara meninggi jika penuminia.
Fremitus suara berkurang jika ada
obtruksi jalan napas, atelektasis, efusi
pleura

Suara perkusi:
o Sonor (suara paru normal)
o Pekak (pada perkusi otot, hati,
jantung)
o Timpani (perkusi abdomen bagian
Palpasi lambung)
Perhatikan : o Redup (di antara sonor dan pekak),
1. Pengembangan dada : atelektasis, tumor
simetri/tidak
2. Fremitus raba : dada

11 | Modul Praktikum Keperawatan Anak 1


kanan sama dengan o Hiper sonor (antara sonor dan
kiri/tidak timpani), emfisema paru atau
3. Sela iga : retraksi/tidak pneumotoraks
4. Perabaan iktus cordis

Perkusi
Tentukan :
1. Batas paru-jantung
2. Batas paru-hati : iga
VI depan
3. Batas diafragma : iga VIII – X
belakang. Bedakan antara suara
sonor dan redup.

Auskultasi
Tentukan suara dasar dan suara
tambahan : Suara dasar : vesikuler,.
Suara tambahan : ronki, wheezing.
Suara vesikuler I:E 2:1
ABDOMEN Inspeksi
Perhatikan dengan cara pengamatan Dinding abdomen:
tanpa menyentuh :
1. Bentuk : cekung/cembung Keriput : pasca ascites, malnutrisi
2. Pernafasan : pernafasan
abdominal normal pada bayi dan
anak kecil
3. Umbilikus : hernia/tidak Hernia umbilikalis:
- Anak < 2 tahun
- Syndrom Down
- Hipotiroidi
4. Gambaran vena : spider navy Gambaran vena terlihat:
5. Gambaran peristaltik - Anak dengan gizi < / buruk
- Gambaran vena patologis: gagal
jantung peritonitis, obstruksi vena
- N: aliran darah vena di bawah
umbilikalis ke bawah dan di atas
umbilikalis ke atas

6. Ukuran dan bentuk perut Ukuran dan bentuk perut


a. Perut anak kecil : “POT BELLY”
 membulat (otot abdomen tipis
dan lordosis)
b. Buncit simetris
Otot perut hipotonik/ atonik
hipokalemia, hipotiroidea, rachitis,
dinding perut berlemak,
pneumoperitoneum
Disebabkan oleh karena trauma/
perforasi usus, ascites, ileus obstr
rendah
Pada Ascites posisi telentang perut
melebar ke lateral spt kodok
c. Buncit asimetris

12 | Modul Praktikum Keperawatan Anak 1


Oleh karena otot perut paralitik
(polio), pembesaran organ
intraabdominal, ileus obstruksi
tinggi, neoplasma (Wilms tumor,
neuroblastoma)
d. Skafoid : bentuk perut cekung
(posisi telentang). Hernia diafragma,
besar (BBL), dehidrasi berat, ileus
obstruksi tinggi, pneumotoraks
e. Omfalokel
Kantong peritoneum dan selaput
amnion berisi organ intra abd (hati&
usus), ok defek cincin umbilicalis (5
– 10 cm), pada prematuritas.

7. Gerakan dinding abdomen Gerakan Dinding Perut


a. Pada pernapasan bayi & anak sampai
umur 6 – 7 tahun : gerakan > dada
b. Bila < : peritonitis, appendisitis/
keadaan patologi lain
c. Pada anak > 6 – 7 tahun : bila gerakan
mencolok : curiga kelainan paru
d. Peristaltik usus tampak pada keadaan
patologi : obstruksi tr.gastro
intestinalis (stenosis/ spasme pilorus,
stenosis/ atresia duodenalis, malrotasi
usus)

Auskultasi Auskusltasi
Perhatikan suara peristaltik, normal a. Normal: suara peristaltik dengan
akan terdengar tiap 10 – 30 detik. intensitas rendah terdengar tiap 10 –
30 detik
b. Bila ddg perut diketuk : frek dan
intensitas bertambah
c. Nada tingi (nyaring) : obstruksi GIT
(metalic sound)
d. Berkurang/ hilang : peritonitis/ ileus
paralitik
e. Bising (Bruit) yang terdengar di
seluruh permukaan perut : koarktasio
aorta abdomen

Perkusi Perkusi
Normal akan terdengar suara a. Dari epigastrium ke bagian bawah
timpani. Dilakukan untuk abdomen
menentukan udara dalam usus, atau b. Terdengar timpani di seluruh
adanya cairan bebas/ascites. permukaan, kecuali daerah hepar dan
lien (abnormal : obstruksi rendah,
ileus paralitik, aerofagia

Palpasi Utk menentukan : ascites, udara dlm


Palpasi dilakukan dengan cara : rongga abd, batas hepar, batas massa
anak disuruh bernafas dalam, kaki intra abd lain
dibengkokkan di sendi lutut, palpasi

13 | Modul Praktikum Keperawatan Anak 1


dilakukan dari kiri bawah ke atas, Ascites pd anak tdpt pd : cirrhosis
kemudian dari kanan atas ke bawah. hepatis, sy nefrotik, gagal jantung
Apabila ditemukan bagian yang kongestif, peritonitis tbc ‘chilous ascites’
nyeri, dipalpasi paling akhir. (kebocoran sistem limfe – jarang),
Perhatikan : adanya nyeri tekan , dan kwashiorkor
tentukan lokasinya. Nilai perabaan
terhadap hati, limpa, dan ginjal.

HATI Palpasi dapat dilakukan secara Ukuran


mono/bimanual Ukur besar hati a. Pembesaran : proyeksi pd ke2 garis;
dengan cara: dinyatakan dg berapa bag kedua grs
1. Titik persilangan linea tsbt (1/3 – ½)
medioclavicularis kanan dan b. Konsistensi, tepi, permukaan dan
arcus aorta dihubungkan dengan terdapatnya nyeri tekan
umbilikus. c. Normal pada anak sampai 5 – 6 tahun
2. Proc. Xifoideus disambung • Masih teraba 1/3 - 1/3
dengan umbilicus. Normal : 1/3 • Tepi tajam
– 1/3 sampai usia 5 – 6 tahun. • Konsistensi kenyal
Perhatikan juga : konsistensi, • Permukaan rata
permukaan, tepi, pulsasi, nyeri • Nyeri tekan negatif
tekan d. Pembesaran hepar/ hepatomegali;
antara lain:
• Hepatitis, sepsis
• Anemia, thalassemia
• Gagal jantung kongestif
• Pericarditis keristriktiva
• Penyakit Metabolik
• Penyumbatan saluran empedu
• Pada gagal jantung kongestif
teraba tumpul

LIMPA Ukur besar limpa (schuffner) Tarik garis singgung ‘a’ dengan bagian
arcus aorta kiri. Dari umbilikus tarik
garis ‘b’ tegak lurus ‘a’ bagi dalam 4
bagian. Garis ‘b’ diteruskan ke bawah
sampai lipat paha, bagi menjadi 4 bagian
juga. Sehingga akan didapat S1 – S8.

GINJAL Palpasi: Normal : tidak teraba kecuali pada


Cara palpasi ada 2 neonatus
Jari telunjuk diletakkan pada
angulus kostovertebralis dan Pembesaran ginjal diraba dg cara
menekan keras ke atas, akan teraba “ballotement” (juga utk meraba massa
ujung bawah ginjal kanan. Tangan retroperit):
kanan mengangkat abdomen anak Caranya letakkan tangan kiri di post
yang telentang. Jari-jari tangan kiri tubuh pasien dg jari telunjuk di anglus
diletakkan di bagian belakang kostovertebra – jari ini kmd menekan
sedemikian hingga jari telunjuk di organ/ massa ke atas dan tangan kanan
angulus kostovertebralis kemudian melakukan palpasi secara dalam dr
tangan kanan dilepaskan. Waktu anterior, merasa organ/ massa menyentuh
abdomen jatuh ke tempat tidur, → kemudian jatuh kembali
ginjal teraba oleh jari-jari tangan kiri
Pembesaran ginjal:

14 | Modul Praktikum Keperawatan Anak 1


Hidronefrosis, polikistik, hematoma,
trombosis vena renalis, abses perinefritis

Genetalia Genetalia Wanita:

Inspeksi bagian klitoris


Labia mayora dan minora Perhatikan adanya sindrom feminisasi
testis:
Adanya masa inguinal
Epispadia pada anak perempuan
ditunjukkan dengan adanya terbelahnya
mons pubis dan klitoris dan uretra
membuka dibagian dorsal
Inspeksi apakah terdapat sekret yang
keluar Sekret yang jernih, mukoid dan kadang
berdarah keluar dari lubang genital bayi
perempuan yang cukup bulan masih
dikatakan normal, namun apabila sekret
keluar dari lubang uretra merupakan
kondisi yang patologis (adanya infeksi)

Leukorea yag tidak iritatif biassanya


akan keluar beberapa bulan sebelum
menarche.

Genetalia Laki laki


Inspeksi muara uretra pada penis Epispadia apabila muara uretra keuar dari
bagian atas penis,
Sedangkan hipospadia apabila muara
uretra keluar dari bagian bawah penis
(disekitar gland penis, di batang penis,
perineum ataupun skrotum)
Inspeksi dan palpasi Skrotum dan
Testis Fimosis apabila adanya lubang reputium
yang kecil sehingga kesulitan ditarik
dibagian gland penis, hal ini
menimbulkan kesulitan atau gangguan
berkemih

Pada bayi normal testis sudah berada di


dalam skrotum, pantau bilamana testis
belum turun kedalam skrotum, biasanya
akan turun sebelum usia 3 bulan.

Besarnya testis tergantung secara


hormonal (gonadotropin). Pembesaran
skrotum bisa disebabkan karena adanya
cairan, gas atau masa padat. Bila skrotum
tidak dapat didorong keata kearah kanalis
inguinalis kemungkinan adanya
hidrocele. Sering ditemukan pada anak
usia kurang dari 2 tahun.

Ekstremitas Inspeksi Dipengaruhi oleh faktor nutrisi dan


anggota gerak: panjang dan bentuk genetik

15 | Modul Praktikum Keperawatan Anak 1


Cara penilaian: dapat dilakukan Ekstremitas yang panjang dan kurus:
dengan memperhatikan bentuk araknodaktili, homosistinuria, marfan
tubuh, cara berjalan dan bagaimana sindrom
anak mengambil mainan, Ekstremitas pendek dan lebar: Down
Syndrome

Inspeksi:
bagian kuku anak Dasar kuku normal anak berwarna
merah muda.
Perhatikan apakah ditemukan clubing
fingers/ jari jari tabuh
Anak dengan kondisi jari tabuh
menunjukkan keadaan hipoksia kronik
Inspeksi
bagian jari jari anak, apakah ditemukan bergabungnya jari jari
(sindaktili), Jumlah jari lebih dari
normal (polidaktili)

Tulang belakang Perhatikan posisi tubuh anak saat


berdiri, duduk dan berjalan
Pada bayi dengan posisi terlentang
dan tengkurap

Perhatikan adanya lordosis, kifosis Lordosis defiasi tulang belakang kearah


dan skoliosis anterior
Kifosisis posisi yang berlawanan dengan
lordosis (kearah posterior)
Skoliosis adalah tulang belakang
melengkung ke samping

Perhatikan apakah ada kaku leher Spasme otot leher dikaitkan dengan
kondisi gangguan pada sistemm syaraf
ataupun non neurologis seperti artritis
reumatoid

Benjolan dibagian medial tulang


Perhatikan apakah ada massa di belakang, disertai tumbuhnya rambut
bagian tulang belakang kemungkinan adanya spina bifida

Pemeriksaan Reflek babinski


neurologis: Menggores permukaan plantar kaki Reflek babinski positif apabila ada
Reflek patologis dengan alat yang sedikit runcing reaksi ekstensi ibu jari kaki dan jari jari
kaki yang lain terbuka menyebar. Reflek
babinski ini pada bayi usia sampai 18
bulan masih dikatakan nora, namun
apabila masih menetap kemugkinan
adanya lesi piramidal
Reflek oppenheim
Menekan sisi pergelangan kaki Reaksi yang terjadi pada pemeriksaan
bagian medial reflek openheim sama dengan babinski

16 | Modul Praktikum Keperawatan Anak 1


Meningeal sign Kaku Kuduk
Posisikan anak terlentang, fleksikan Kaku kuduk positif apabila ada tahanan,
leher anak secara pasif tanpa sehingga dagu tidak dapat menempel
dipaksa pada dada
Terdapat pada anak dengan meningitis,
tetanus, ensefalitis viral

Brudzinski I Tanda brudzinski I dikatakan positif


Posisikan anak terlentang apabila ketika kepala fleksi ke arah
Fleksikan kepala anak secara pasif dada, kedua tungkai kaki akan fleksi
pada bagian sendi panggul dan lutut
Brudzinski II
Posisikan anak terlentang Pada tanda Brudzinski II positif apabila
Fleksikan sendi panggul secara fleksi sendi panggul ini diikuti oleh
pasif fleksi tungkai lain pada sendi panggul
dan sendi lutut
Kernig
Posisikan anak terlentang Anak dalam keadaan normal tungkai
Fleksikan sendi tungkai atas dengan bawah dapat membentuk sudut > 135
panggul tegak lurus derajat terhadap tungkai atas
Luruskan tungkai bawah pada sendi
lutut

Uji kekuatan Uji kekuatan dan tonus otot ini Penilaian kekuatan otot:
dan tonus otot dilakukan pada anak yang dapat 5 : Normal
mengikuti instruksi 4: Dapat menggerakan sendi dengan
aktif untuk menahan berat dan melawan
tekanan
3: Dapat melakukan gerakan untuk
menahan gerak namun tidak dapat
menggerakan anggota badan untuk
melawan tekanan pemeriksa
2: Dapat menggerakkan anggota gerak
namun tidak dapat menahan berat dan
melawan tekanan pemeriksa
1: Adanya kontraksi otot tetapii tidak
ada gerakan anggota gerak
0: Tidak adanya kontraksi otot sama
sekali

17 | Modul Praktikum Keperawatan Anak 1


2. PEMERIKSAAN FISIK PADA NEONATUS

No Bagian Uraian pemeriksaan Penjelasan


Pemeriksaan Warna Kulit Warna kulit normal adalah kemerahan
Umum Warna kulit yang kuning menunjukkan adanya
peningkatan kadar bilirubin

Keaktifan Keaktifan neonatus dilihat dari pergerakan


tungkai dan lengan
Neonatus cukup bulan dan normalnya memiliki
postur tubuh fleksi, gerakan tungkai dan lengan
aktif dan simetris

Tangisan Tangisan melengking menunjukkan adanya


gangguan neurologis (misal pada bayi dengan
hidrosefalus)
Perhatikan pula tangisan bayi yang lemah dan
seperti merintih juga menunjukkan adanya
gangguan pernafasan

Keadaan gizi Dinilai dari Berat Badan , peingkatan berat


badan, Panjang badan disesuaikan dengan masa
kehamilan, periksa ketebalan lapisan subkutan.

Atopometrik Berat Badan Neonatus : 2500 – 4000 gram


Panjang : 45 – 54 cm
Lingkar Kepala: 33 – 37 cm
Lingkar dada : 2 cm lebih kecil dari lingkar
kepala

Kepala Periksa apakah ada molding Periksa ukuran fontanel, apakah ada pelebaran,
Periksa ubun ubun bayi dan periksa apakah ubun ubun tegang atau
lunak. Ubin ubun yang melebar dan tegang pada
umumnya adaya kelainan hidrosefalus

Periksa apakah ada kaput Kaput suksedaneum merupakan edema kulit


suksedaneum pada bagian kepala ayi, batasny tidak tegas dan
dapat menghilang dengan sendirinya dalam
beberapa hari. Bilamana ada hematom tidak
terlihat hematom nya

Periksa adanya kelainan Kelainan kongenitl yang bermanifest di kepala


kongenital seperti: aensefali, mikrosefali, atau kraniotabe

Periksa bagian mata, telinga, 1. Perhatikan adanya tanda tanda infeksi


hidung, dan mulut pada mata
2. Perhatikan apakah neonatus bernafas
melalui hidung atau mulut, jika melalui
mulut ada kemungkinan adanya
obstruksi/ adanya fraktur tulang

18 | Modul Praktikum Keperawatan Anak 1


hidung/ensefalokel yang menonjol di
nasofaring
3. Perhatikan posisi daun telinga, adanya
kelainan apabila daun telinga letaknya
rendah (down sindrome).
4. Perhatikan adanya pembesaran pada
lidah menunjukkan adanya kelainan
kongenital
Wajah Simetris/ asimetris Terkait dengan posisi janin intrauterine

Perhatikan adanya kelainan Wajah khas mongoloid pada kelainan down


wajah yang khas seperti syndrome
Sindrome Down, sindrome
pierre robbin

Perhatikan kelainan wajah


akibat adanya cidera saat
lahir

Dada Inspeksi:
1. bentuk dada, Bentuk dada neonatus seperti tong
2. pergerakan dada saat Pergerakan dinding dada yang normal adalah
inspirasi dan simetris (bila tidak simetris: pneumotorak)
ekspirasi, hitung RR, RR normal neonatus sekitar 40-60 kali/ menit.
3. perhatikan adanya Perawat diharuskan menghitung dalam 1 menit
periodic breathing penuh untuk menghindari tidak diketahuinya
periodic breathing, yang banyak terjadi pada
bayi prematu, dimana adanya periode henti nafas
yang terjadi kurang lebih 20 detik

Palpasi
Mendetaksi adanya fraktur
klavikula, meraba ictus
cordis

Auskultasi Laju jantung neonatus dihitung selama 1 menit


penuh, normalnya 120-160 kali/menit.
Suara nafas neonatus bronkovesikuler

Abdomen Perhatikan apakah ada Dinding abdomen normalnya lebih datar dari
pembesaran abdomen dada
Perhatikan apakah abdomen Pembesaran abdomen perlu pemeriksaan adanya
cekung ke dalam hepatosplenomegali, adanya massa atau asites
Apakah ada omphalocele
Normalnya hati berada 2-3 cm dibawah arkus
Lakukan palpasi Hepar dan kosta kanan dan limpa 1 cm di bawah arkus
limpha kosta kiri

Genetalia Pada Bayi perempuan,


Inspeksi labia mayora dan Bayi permpuan yang cukup bulan labia minora
labia minora masih tertutup oleh labia mayora.
Ada bayi perempuan kadang dijumpai darah
yang seperti sekret keluar dari vagina yang
terjadi karena pengaruh dari hormonal ibu.

19 | Modul Praktikum Keperawatan Anak 1


Inspeksi penis bayi laki laki Panjang penis bayi laki lai normal sekitar 3-4 cm
Perhatikan adanya kelainan Perhatikan apakah ada kelainan kongenital
kongenital seperti hipospasdia atau epispadia

Lakukan pemeriksaan pada Testis pada umumnya sudah turun, namun dalam
testis kondii tertentu (misal prematuritas) testis bayi
belum turun ke skrotum (kriptorkismus).

Anus Perhatikan ada atau tidaknya Mekonium normalnya akan keluar pada 24 jam
lubang anus pertama. Mekonium yang tidak keluar setelah 48
jam pertama perlu dicurigai adanya obstruksi sal
pencernaan, hirchprung, Malformasi Anorektal

Pemeriksaan Reflek moro


reflek Posisikan bayi terlentang Reaksi bayi pada reflek moro positif adalah bayi
fisiologis Berikan kejutan secara tiba akan kaget, lengan dan kaki akan direntangkan,
pada tiba atau dengan suara keras jari jari dan kakai akan meregang, punggung
neonatus melengkung.

Reflek moro ini merupakan reflek kejutan bagi


bayi dan menimbulkan perasaan jatuh pada bayi,
reflek ini menunjukkan kematangan neurologis
pada bayi reflek moro akan menghilang pada
usia 3-4 bulan

Palmar grasp reflex


Letakkan tangan pemeriksa Bayi akan memfleksikan jari jari tangannya/
pada telapak tangan bayi menggenggam
Reflek ini akan menghilang setelah bayi berusia
3-4 bulan

Plantar grasp
Letakkan jari pemeriksa pada Bayi akan secara spontan memfleksi kan jari jari
telapak kaki bayi kaki

Reflek menghisap (sucking


reflex))
Sentuhkan benda atau puting Bayi akan melakukan gerakan menghisap secara
susu ibu ke ujung mulut bayi spontan ketika terdapat benda menyentuh ujung
mulut bayi, dan merupakan cara bagi bayi untuk
memperoleh makanan
Reflek tonic neck
Posisikan bayi terlentang Ketika kepala bayi dimiringkan/ ditengokkan
Tengokkan kepala bayi pada disebelah kanan akan terjadi ekstensi pada
satu sisi (ke kanan) anggota gerak sebelah kanandan fleksi pada
anggota gerak sebelah kiri, reflek ini kan
menghilang apada usia sekitar 5 bulan.

Refleks rooting Rooting reflex terjadi ketika pipi bayi diusap


(dibelai) atau di sentuh bagian pinggir mulutnya.
Sebagai respons, bayi itu memalingkan
kepalanya ke arah benda yang menyentuhnya,
dalam upaya menemukan sesuatu yang dapat
dihisap. Refleks menghisap dan mencari

20 | Modul Praktikum Keperawatan Anak 1


menghilang setelah bayi berusia sekitar 3 hingga
4 bulan

DAFTAR PUSTAKA

Hogan (2007). Child health nursing. London: Pearson


Sastroasmoro, C.S.M.I.W.S., 2003. Diagnosis Fisis Pada Anak kedua., Jakarta: Sagung Seto.
Smeltzer dan Bare (2005). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Wong (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC

21 | Modul Praktikum Keperawatan Anak 1


MODUL 2
PEDOMAN PROSEDUR VAKSINASI

Ilya Krisnana, S.Kep.,Ns., M.Kep

KOMPETENSI YAN DIHARAPKAN


Kompetensi Umum:
Setelah menyelesaikan praktikum ini mahasiswa mampu menjelaskan dan melakukan
pemberian vaksinasi dasar wajib pada anak.
Kompetensi Khusus
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa diharapkan mampu:
1. Menyebutkan dan mempersiapkan alat alat yang diperlukan saat pemberian vaksinasi
2. Menyebutkan dan menjelaskan jenis jenis vaksinasi, indikasi dan dosis yang diberikan
3. Mendemonstrasikan pemberian vaksinasi pada anak

STRATEGI PEMBELAJARAN
1. Belajar dan latihan mandiri
2. Belajar secara kelompok

PRASYARAT
1. Sebelum berlatih mahasiswa harus menguasai konsep dasar keperawatan anak.
2. Sebelum berlatih, mahasiswa harus:
▪ Mempelajari kemabali penuntun praktikum tentang cuci tangan
▪ Mempelajari kebali praktikum penggunaan sarung tangan
▪ Mempelajari kembali komunikasi pada anak dan keluarga

22 | Modul Praktikum Keperawatan Anak 1


1. VAKSINASI BCG

A. Pengertian
Prosedur pemberian Bacillus Calmette-Guerin kepada bayi dan anak melalui
suntikan. Vaksin BCG merupakan vaksin beku kering yang mengandung Mycobacterium
bovis hidup yang dilemahkan (Bacillus Calmette Guerin)
B. Tujuan
Meningkatkan kekebalan terhadap penyakit Tuberculosis
C. Indikasi
Diberikan pada bayi dan anak yang belum mendapatkan vaksin BCG terutama pada
bayi 0 s.d 2 bulan. Dosis bayi < 1 tahun = 0,05 mg dan dosis pada anak usia > 1 tahun
= 0,1 mg. Pemberian secara intrakutan.
D. Alat dan Bahan
1. Vaksin BCG Kering beserta pelarutnya
2. Spuit 5 cc 1 buah
3. Spuit 1 cc 1 buah atau ukuran 25-27 dengan panjang 10 mm
4. Bengkok
5. Perlak
6. Gergaji ampul
7. Plastik es
8. Masker
9. Sarung tangan
10. Kapas steril dalam kom
11. Aqua steril
12. Kartu Imunisasi/vaksinasi
13. Termometer
14. Bak Injeksi

E. Cara Kerja

No. Tahap Kegiatan Ket.


1. Persiapan a. Persiapan Alat
1. Persiapkan peralatan dan bahan yang sudah
tersebut sebelumnya.
2. Periksa kelengkapan alat
3. Bawa peralatan dan bahan ke ruang tindakan
vaksinasi
b. Persiapan pasien
1. Persilakan masuk pasien dan keluarga
2. Tanya kabar dan tujuan ke pelayanan kesehatan
3. Tanyakan tentang kartu imunisasi anak
4. Tanyakan umur anak dan status imunisasi anak
5. Berikan penjelasan tentang tujuan dan efek
samping vaksinasi BCG.
6. Tanyakan tentang pemahaman keluarga tentang
informasi yang sudah disampaikan
7. Cek keadaan anak, pastikan anak tidak dalam
kondisi sakit.
8. Cek suhu anak menggunakan thermometer.

23 | Modul Praktikum Keperawatan Anak 1


9. Mintalah persetujuan atau informed consent
tentang pelaksanaan tindakan vaksinasi BCG
c. Persiapan Perawat
1. Cuci tangan dengan benar
2. Pasang masker
3. Pasang sarung tangan
2. Kerja 1. Ambil Vaksin BCG kering dan pelarutnya
2. Cek tanggal kadaluarsa dari vaksin dan pelarutnya
3. Buka ampul pelarut vaksin menggunakan spuit 5 cc.
Ambil semua cairan pelarut ke dalam spuit dan
simpan dalam bak injeksi.
4. Tutuplah leher vaksin BCG menggunakan plastic es
dan patahkan ampul vaksin menggunakan gergaji
ampul.
5. Masukkan semua pelarut vaksin ke dalam ampul
vaksin melalui dinding ampul secara perlahan
6. Patikan vaksin tercampur sempurna
7. Ambil vaksin sebanyak 0,05cc menggunakan spuit
1 cc.
8. Letakkkan spuit ke dalam bak injeksi
9. Bersihkan area lengan kanan atas bayi (kurang lebih
2 cm dari bahu atau akromion).
10. Injeksikan vaksin secara intrakutan di lengan kanan
bayi.

3. Penyelesaian 1. Bereskan peralatan


2. Berikan informasi kepada keluarga untuk tidak
menggaruk dan memanipulasi bekas suntikan
3. Sampaikan kepada keluarga reaksi penyuntikan
BCG yang akan timbul 2 s.d 3 minggu.
4. Tulis tindakan vaksinasi di kartu vaksinasi
5. Berikan jadwal kunjungan untuk vaksinasi
berikutnya.
6. Ucapkan salam.

F. Referensi
1. IDAI. 2014. Jadwal Imunisasi. Jakarta.
2. IDAI. 2008. Pedoman Imunisasi di Indonesia. Jakarta: Ikatan Dokter Anak
Indonesia
3. Biofarma. 2014. Vaksin BCG Kering. Diakses dari :
http://www.biofarma.co.id/?dt_portfolio=bcg-vaccine-freeze-dried, Tanggal 8 Juli
2014.

24 | Modul Praktikum Keperawatan Anak 1


2. VAKSINASI DPT
A. Pengertian
Prosedur pemberian vaksin Diphteri, Pertusis dan Tetanus kepada bayi atau anak.
B. Tujuan
1. Meningkatkan kekebalan terhadap penyakit Diphteri yang disebabkan oleh
Corrinebacterium Diphteriae.
2. Meningkatkan kekebalan terhadap penyakit Pertusis yang disebabkan oleh
Bordettela Pertusis.
3. Meningkatkan kekebalan terhadap penyakit Tetanus yang disebabkan oleh
Clostridium Tetani.
C. Indikasi
Diberikan pada bayi yang berumur 2, 4 dan 6 bulan sebagai vaksinasi dasar. Dapat
diulang pemberiannya sebagai booster pada umur 18 bulan dan 5 tahun. Pemberian
melalui suntikan intramuscular di vastus lateralis dengan dosis 0,5 cc
D. Alat dan Bahan
1. Vaksin DPT
2. Spuit 3 cc 1 buah
3. Jarum ukuran 23 dengan panjang 25 mm
4. Bengkok
5. Perlak
6. Sarung tangan
7. Kapas steril dalam kom
8. Aqua steril
9. Kartu Imunisasi/vaksinasi
10. Termometer
11. Bak Injeksi

E. Cara Kerja

No. Tahap Kegiatan Ket.


1. Persiapan a. Persiapan Alat
1. Persiapkan peralatan dan bahan yang sudah
tersebut sebelumnya.
2. Periksa kelengkapan alat
3. Bawa peralatan dan bahan ke ruang tindakan
vaksinasi
b. Persiapan pasien
1. Persilakan masuk pasien dan keluarga
2. Tanya kabar dan tujuan ke pelayanan kesehatan
3. Tanyakan tentang kartu imunisasi anak
4. Tanyakan umur anak dan status imunisasi anak
5. Berikan penjelasan tentang tujuan dan efek
samping vaksinasi DPT.
6. Tanyakan tentang pemahaman keluarga tentang
informasi yang sudah disampaikan
7. Cek keadaan anak, pastikan anak tidak dalam
kondisi sakit.
8. Cek suhu anak menggunakan thermometer.

25 | Modul Praktikum Keperawatan Anak 1


9. Mintalah persetujuan atau informed consent
tentang pelaksanaan tindakan vaksinasi DPT.
c. Persiapan Perawat
1. Cuci tangan dengan benar
2. Pasang masker
3. Pasang sarung tangan
2. Kerja 1. Ambil Vaksin DPT
2. Cek tanggal kadaluarsa dari vaksin
3. Buka penutup vaksin dan swab area penutup vaksin
dengan kapas yang diberi aqua steril.
4. Ambil vaksin 0,5 cc menggunakan spuit 3cc
5. Ganti jarum dengan ukuran 23 panjang 25 mm.
6. Letakkan spuit yang berisi vaksin di bak injeksi
7. Baringkan anak di tempat tindakan
8. Posisikan kaki anak lurus, dan tentukan lokasi
suntikan pada vastus lateralis sebelah kiri.
9. Pasang perlak.
10. Swab area injeksi dengan aqua steril.
11. Injeksikan vaksin dengan arah jarum mengarah ke
patella pada posisi sudut 45 s.d 60 derajat.
12. Apirasi untuk memastikan tempat penyuntikan
bukan pada area pembuluh darah.
13. Injeksikan seluruh vaksin.
14. Tarik spuit segera dan tutup area injeksi dengan
kasa steril dengan cara menekan.

4. Penyelesaian 1. Bereskan peralatan


2. Berikan informasi kepada keluarga untuk tidak
menggaruk dan memanipulasi bekas suntikan
3. Sampaikan kepada keluarga reaksi penyuntikan
DPT.
4. Tulis tindakan vaksinasi di kartu vaksinasi
5. Berikan jadwal kunjungan untuk vaksinasi
berikutnya.
6. Ucapkan salam.

F. REFERENSI
1. IDAI. 2014. Jadwal Imunisasi. Jakarta.
2. IDAI. 2008. Pedoman Imunisasi di Indonesia. Jakarta: Ikatan Dokter Anak
Indonesia

26 | Modul Praktikum Keperawatan Anak 1


3. VAKSINASI HEPATITIS B
A. Pengertian
Prosedur pemberian vaksin Hepatitis B kepada bayi atau anak.
B. Tujuan
Meningkatkan kekebalan terhadap penyakit Hepatitis B yang disebabkan oleh Virus
Hepatitis B.
C. Indikasi
Diberikan pada bayi yang berumur saat lahir, 1 dan 6 bulan sebagai vaksinasi dasar.
Pemberian melalui suntikan intramuscular di vastus lateralis dengan dosis 0,5 cc
D. Alat dan Bahan
1. Vaksin Hepatitis B
2. Spuit 3 cc 1 buah
3. Jarum ukuran 23 dengan panjang 25 mm
4. Bengkok
5. Perlak
6. Sarung tangan
7. Kapas steril dalam kom
8. Aqua steril
9. Kartu Imunisasi/vaksinasi
10. Termometer
11. Bak Injeksi

E. Cara Kerja

No. Tahap Kegiatan Ket.


1. Persiapan A. Persiapan Alat
1. Persiapkan peralatan dan bahan yang sudah
tersebut sebelumnya.
2. Periksa kelengkapan alat
3. Bawa peralatan dan bahan ke ruang tindakan
vaksinasi
B. Persiapan pasien
1. Persilakan masuk pasien dan keluarga
2. Tanya kabar dan tujuan ke pelayanan kesehatan
3. Tanyakan tentang kartu imunisasi anak
4. Tanyakan umur anak dan status imunisasi anak
5. Berikan penjelasan tentang tujuan dan efek
samping vaksinasi Hepatitis B.
6. Tanyakan tentang pemahaman keluarga tentang
informasi yang sudah disampaikan
7. Cek keadaan anak, pastikan anak tidak dalam
kondisi sakit.
8. Cek suhu anak menggunakan thermometer.
9. Mintalah persetujuan atau informed consent
tentang pelaksanaan tindakan vaksinasi
Hepatitis B.
C. Persiapan Perawat

27 | Modul Praktikum Keperawatan Anak 1


1. Cuci tangan dengan benar
2. Pasang masker
3. Pasang sarung tangan
2. Kerja 1. Ambil Vaksin Hepatitis B
2. Cek tanggal kadaluarsa dari vaksin
3. Buka penutup vaksin dan swab area penutup vaksin
dengan kapas yang diberi aqua steril.
4. Ambil vaksin 0,5 cc menggunakan spuit 3cc
5. Ganti jarum dengan ukuran 23 panjang 25 mm.
6. Letakkan spuit yang berisi vaksin di bak injeksi
7. Baringkan anak di tempat tindakan dan pasang
perlak.
8. Posisikan kaki anak lurus, dan tentukan lokasi
suntikan pada vastus lateralis sebelah kiri.
9. Swab area injeksi dengan aqua steril.
10. Injeksikan vaksin dengan arah jarum mengarah ke
patella pada posisi sudut 45 s.d 60 derajat.
11. Apirasi untuk memastikan tempat penyuntikan
bukan pada area pembuluh darah.
12. Injeksikan seluruh vaksin.
13. Tarik spuit segera dan tutup area injeksi dengan
kasa steril dengan cara menekan.

3. Penyelesaian 1. Bereskan peralatan


2. Berikan informasi kepada keluarga untuk tidak
menggaruk dan memanipulasi bekas suntikan
3. Sampaikan kepada keluarga reaksi penyuntikan
Hepatitis B.
4. Tulis tindakan vaksinasi di kartu vaksinasi
5. Berikan jadwal kunjungan untuk vaksinasi
berikutnya.
6. Ucapkan salam.

F. REFERENSI
1. IDAI. 2014. Jadwal Imunisasi. Jakarta.
2. IDAI. 2008. Pedoman Imunisasi di Indonesia. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia

28 | Modul Praktikum Keperawatan Anak 1


4. VAKSINASI CAMPAK
A. Pengertian
Prosedur pemberian vaksin Campak kepada bayi atau anak.
B. Tujuan
Meningkatkan kekebalan terhadap penyakit Campak yang disebabkan oleh Virus
Campak.
C. Indikasi
Diberikan pada bayi yang berumur 9 bulan sebagai vaksinasi dasar kemudian diulang
kembali sebagai booster pada umur 5 – 6 tahun atau usia sekolah. Pemberian melalui
suntikan subcutan di lengan kiri atas dengan dosis 0,5 cc
D. Alat dan Bahan
1. Vaksin Campak dan pelarutnya
2. Spuit 5 cc dan 1 buah
3. Jarum ukuran 25 panjang 16 mm pada bayi kecil dipakai jarum ukuran 27 dengan
panjang 12 mm
4. Bengkok
5. Perlak
6. Sarung tangan
7. Kapas steril dalam kom
8. Aqua steril
9. Kartu Imunisasi/vaksinasi
10. Termometer
11. Bak Injeksi

E. Cara Kerja
No. Tahap Kegiatan Ket.
1. Persiapan A. Persiapan Alat
1. Persiapkan peralatan dan bahan yang sudah
tersebut sebelumnya.
2. Periksa kelengkapan alat
3. Bawa peralatan dan bahan ke ruang tindakan
vaksinasi
B. Persiapan pasien
1. Persilakan masuk pasien dan keluarga
2. Tanya kabar dan tujuan ke pelayanan kesehatan
3. Tanyakan tentang kartu imunisasi anak
4. Tanyakan umur anak dan status imunisasi anak
5. Berikan penjelasan tentang tujuan dan efek
samping vaksinasi Campak.
6. Tanyakan tentang pemahaman keluarga tentang
informasi yang sudah disampaikan
7. Cek keadaan anak, pastikan anak tidak dalam
kondisi sakit.
8. Cek suhu anak menggunakan thermometer.
9. Mintalah persetujuan atau informed consent
tentang pelaksanaan tindakan vaksinasi
Campak.
C. Persiapan Perawat
1. Cuci tangan dengan benar

29 | Modul Praktikum Keperawatan Anak 1


2. Pasang masker
3. Pasang sarung tangan
2. Kerja 1. Ambil Vaksin Campak dan pelarutnya
2. Cek tanggal kadaluarsa dari vaksin dan pelarutnya
3. Buka ampul pelarut vaksin menggunakan spuit 5 cc.
Ambil semua cairan pelarut ke dalam spuit dan
simpan dalam bak injeksi.
4. Swab Vial vaksin dengan kapas yang diberi aqua
steril
5. Masukkan semua pelarut vaksin ke dalam vial
vaksin melalui dinding ampul secara perlahan
6. Patikan vaksin tercampur sempurna
7. Ambil vaksin sebanyak 0,05cc menggunakan spuit
3 cc.
8. Ganti jarum dengan ukuran yang sesuai
9. Letakkkan spuit ke dalam bak injeksi
10. Bersihkan area lengan kiri atas bayi (kurang lebih 2
cm dari bahu atau akromion) dengan kapas yang
diberi aqua steril.
11. Injeksikan vaksin secara subcutan di lengan kiri
bayi.

Penyelesaian
3 1. Bereskan peralatan
3 2. Berikan informasi kepada keluarga untuk tidak
menggaruk dan memanipulasi bekas suntikan
3. Sampaikan kepada keluarga reaksi penyuntikan
Campak.
4. Tulis tindakan vaksinasi di kartu vaksinasi
5. Berikan jadwal kunjungan untuk vaksinasi
berikutnya.
6. Ucapkan salam.
F. REFERENSI
1. IDAI. 2014. Jadwal Imunisasi. Jakarta.
2.IDAI. 2008. Pedoman Imunisasi di Indonesia. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia
3. Suparyanto. 2011. Lima Imunisasi Dasar Lengkap. Dikases dari http://dr-
suparyanto.blogspot.com/2011/09/lima-imunisasi-dasar-lengkap-lil.html. Tanggal 11
Juli 2014.

30 | Modul Praktikum Keperawatan Anak 1


5. VAKSINASI POLIO
A. Pengertian
Prosedur pemberian vaksin Polio kepada bayi dan anak.
B. Tujuan
Meningkatkan kekebalan terhadap penyakit Poliomyelitis yang disebabkan oleh Virus
Polio.
C. Indikasi
Diberikan pada bayi yang berumur saat lahir, 2, 4 dan 6 bulan sebagai vaksinasi dasar.
Pemberian diulang kembali pada umur 18 bulan dan 5 tahun sebagai Booster.
Pemberian tetes oral sebanyak 2 tetes.
D. Alat dan Bahan
1. Vaksin Polio
2. Sungkup penetes
3. Sarung tangan
4. Masker

E. Cara Kerja

No. Tahap Kegiatan Ket.


1. Persiapan A. Persiapan Alat
1. Persiapkan peralatan dan bahan yang sudah
tersebut sebelumnya.
2. Periksa kelengkapan alat
3. Bawa peralatan dan bahan ke ruang tindakan
vaksinasi
B. Persiapan pasien
1. Persilakan masuk pasien dan keluarga
2. Tanya kabar dan tujuan ke pelayanan kesehatan
3. Tanyakan tentang kartu imunisasi anak
4. Tanyakan umur anak dan status imunisasi anak
5. Berikan penjelasan tentang tujuan dan efek
samping vaksinasi Polio.
6. Tanyakan tentang pemahaman keluarga tentang
informasi yang sudah disampaikan
7. Cek keadaan anak, pastikan anak tidak dalam
kondisi sakit.
8. Cek suhu anak menggunakan thermometer.
9. Mintalah persetujuan atau informed consent
tentang pelaksanaan tindakan vaksinasi Polio.
C. Persiapan Perawat
1. Cuci tangan dengan benar
2. Pasang masker
3. Pasang sarung tangan
2. Kerja 1. Ambil Vaksin Polio.
2. Cek tanggal kadaluarsa dari vaksin
3. Buka penutup vaksin
4. Pasang Sungkup penetes vaksin
5. Posisikan anak untuk membuka mulut

31 | Modul Praktikum Keperawatan Anak 1


6. Teteskan vaksin sebanyak 2 tetes.
.

3. Penyelesaian 1. Bereskan peralatan


2. Berikan informasi kepada keluarga untuk tidak
menggaruk dan memanipulasi bekas suntikan
3. Sampaikan kepada keluarga reaksi penyuntikan
Hepatitis B.
4. Tulis tindakan vaksinasi di kartu vaksinasi
5. Berikan jadwal kunjungan untuk vaksinasi
berikutnya.
6. Ucapkan salam.

F. REFERENSI
1. IDAI. 2014. Jadwal Imunisasi. Jakarta.
2. IDAI. 2008. Pedoman Imunisasi di Indonesia. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia.
3. Suparyanto. 2011. Lima Imunisasi Dasar Lengkap. Dikases dari http://dr-
suparyanto.blogspot.com/2011/09/lima-imunisasi-dasar-lengkap-lil.html. Tanggal
11 Juli 2014.

32 | Modul Praktikum Keperawatan Anak 1


MODUL 3
PEMERIKSAAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

KOMPETENSI YAN DIHARAPKAN


Kompetensi Umum:
Setelah menyelesaikan praktikum ini mahasiswa mampu menjelaskan dan melakukan
pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan pada anak

Kompetensi Khusus
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa diharapkan mampu:
1. Menyebutkan dan mempersiapkan alat alat yang diperlukan saat pemeriksaan
pertumbuhan dan perkembangan
2. Menyebutkan dan menjelaskan prosedur dan kelainan yang ditemukan saat
pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan
3. Mendemonstrasikan pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan

STRATEGI PEMBELAJARAN
1. Belajar dan latihan mandiri
2. Belajar secara kelompok

PRASYARAT
1. Sebelum berlatih mahasiswa harus menguasai konsep dasar keperawatan anak.
2. Sebelum berlatih, mahasiswa harus:
▪ Mempelajari kembali penuntun praktikum tentang cuci tangan
▪ Mempelajari kebali praktikum penggunaan sarung tangan
▪ Mempelajari kembali komunikasi pada anak dan keluarga

33 | Modul Praktikum Keperawatan Anak 1


1. PEMERIKSAAN PERTUMBUHAN
A. PENGUKURAN BERAT BADAN
Berat badan merupakan rerata status nutrisi secara umum yang dapat digunakan sebagai
parameter pertumbuhan yang paling sederhana dan untuk melihat status nutrisi anak dalam
jangka pendek dalam melakukan pengkajian Berat Badan ada beberapa hal yang harus
diperhatikan, karena Berat Badan dipengaruhi oleh: umur, jenis kelamin, PB/TB serta keadaan
klinis yg mempengaruhi BB seperti yang sering terjadi pada anak adanya edema, asites,
organomegali dan hidrosefalus (IDAI 2014; Sastroasmoro 2003). Alat yang dapat digunakan
adalah timbangan digital, dacin atau dengan timbangan bayi (usia <24 bln) (IDAI 2014).

No Prosedur Tindakan Dilakukan Tidak


Dilakukan

1 Menggunakan timbangan Bayi


1. Anak yang diukur dengan menggunakan timbangan bayi
adalah anak usia dibawah dua tahun
2. Posisikan timbangan bayi pada tempat yang datar dan
aman
3. Pastikan jarum yang ditunjukkan pada timbangan
berada pada posisi nol
4. Lepaskan pakaian anak, diapers, topi
5. Posisikan anak dalam kondisi terbaring diatas
timbangan
6. Perhatikan jarum, tunggu sampai jarum berhenti
7. Baca dan catat angka yang ada di jarum

2 Menggunakan timbangan berdiri


1. Posisikan timbangan pada lantai yang datar dan pastikan
aman
2. Pastikan timbangan dapat digunakan dan jarum
menunjukkan angka nol
3. Anak diminta naik diatas timbangan injak, dan pastikan
anak tidak membawa atau memakai barang (misalnya
tas, topi, jam tangan)
4. Anak berdiri diatas timbangan tanpa ada yang
memegang

34 | Modul Praktikum Keperawatan Anak 1


5. Perhatikan jarum yang ditunjukkan pada timbangan,
pastikan berhenti dan menunjukkan ke satu angka
6. Baca dan catat angka yang ditunjukkan oleh jarum
timbangan
7. Apabila anak terus menerus bergerak baca angka yang
ditujukkan ditengah tengah antara gerakan jarum kanan
dan kiri.

35 | Modul Praktikum Keperawatan Anak 1


B. PANJANG BADAN ATAU TINGGI BADAN
No Pemeriksaan Dilakukan Tidak
dilakukan
1 PANJANG BADAN
Pengukuran panjang badan bisa dilakukan oleh dua orang
1. Letakkan anak diatas alas yang datar
2. Pastikan ujung kepala anak menempel pada pembatas
3. Petugas pertama berperan untuk memegang kepala anak
dengan menggunakan kedua tangan dari arah atas anak
dengan tujuan agar ujung kepala anak menempel pada
pembatas.
4. Petugas kedua dengan menggunakan tangan kiri menekan
lutut anak agar posisi anak lurus, sedangkan tangan kanan
petugas kedua menekan batas bawah alat pengukur ke
telapak kaki
5. Pastikan telapak kaki dalam posisi tegak lurus
6. Baca dan catat angka yang menunjukkan panjang badan
anak

Gambar 1. Pengukuran Panjang Badan (IDAI, 2014)

36 | Modul Praktikum Keperawatan Anak 1


2 TINGGI BADAN
1. Siap kan anak tanpa menggunakan alas kaki
2. Pastikan anak berdiri dengan tegak dan pandangan
lurus kedepan
3. Pastikan Kepala, Bahu, pantat, tungkai dan tumit
menempel pada alat pengukur atau media yang keras
dan datar
4. Turunkan batas atas pengukur dan pastikan menempel
pada bagia ubun ubun anak
5. Baca dan catat angka yang ditunjukkan oleh alat
pengukur.

Gambar 2. Pengukuran tinggi badan (IDAI, 2014)

Pengkajian PB ataupun TB dapat digunakan untuk melihat status nutrisi anak jangka panjang.
Pengukuran PB maupun TB memerlukan informasi penunjang untuk memastikan keakuratan hasil
pengkuran seperti usia dan jenis kelamin anak (Sastroasmoro 2003). Panjang badan dengan
menggunakan papan pengukur panjang untuk anak dapat digunakan untuk mengukur anak dengan usia
kurang dari 2 tahun atau PB kurang dari 85 cm

37 | Modul Praktikum Keperawatan Anak 1


C. PENGUKURAN LINGKAR KEPALA ANAK
Pengukuran lingkar kepala pada anak merupakan salah satu indikator untuk mengetahui status
pertumbuhan anak, menggambarkan volume otak dan kaitannya dengan perkembangan anak apakah
dalam batas normal ataukah mengalami gangguan.
Ukuran lingkar kepala normal pada bayi baru lahir adalah 34 -35 cm dan akan bertambah 2 cm setiap
bulan pada rentang usia 0-3 bulan, akan menurun pertambahannya pada usia 4- 6 bulan menjadi 1 cm
tiap bulannya,sedangkan pada usia lebih dari 6 bulan akan bertambah 0.5 cm tiap bulannya.
Jadwal pengukuran:
Usia 0- 11 bulan : pengukuran dilakukan setiap tiga bulan
Usia 12-72 bula : pengukuran dilakukan setiap 6 bulan

Pada bayi baru lahir ukuran lingkar kepala normal adalah 34 – 35 cm, akan bertambah 2 cm setiap bulan
pada usia 0-3 bulan. Pada usia 4-6 bulan akan bertambah 1 cm per bulan, dan pada usia 6-12 bulan
pertambahan 0,5 cm per bulan

No Prosedur Dilakukan Tidak


dilakukan
1 Letakkan alat pengukur/ meteran pada kepala anak
2 Pastikan alat pengukur melewati dahi, menutupi kedua alis
mata, melewati bagian atas kedua daun telinga, dan bagian
belakang kepala yang paing menonjol
3 Baca dan catat angka yang ditunjukkan pada pertemuan
dengan angka 0 (nol).
4 Mencatat lingkar kepala anak ke dalam grafik pertubuhan
WHO (2006)

38 | Modul Praktikum Keperawatan Anak 1


2. DETEKSI PERKEMBANGAN ANAK DENGAN MENGGUNAKAN DDST
Pendahuluan
Denver Development Skrining test (DDST) merupakan suatu metode skrining pada anak usia
dibawah 6 tahun yang bertujuan untuk mengetahui adanya kelainan perkembangan pada anak,
pada aspek personal sosial, motorik halus, Bahasa dan motorik kasar. Pada test dengan
menggunakan DDST ini bukan untuk mengetahui IQ anak sehingga hasilnya tidak dapat
menggambarkan kemampuan intelektual anak.

Aspek Perkembangan yang dinilai di DDST


DDST mengukur 125 tugas perkembangan anak yang masuk dalam 4 kategori perkembangan
yaitu:
1. Personal sosial
Berkaitan dengan kemandirian anak, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan
sekitarnya
2. Motorik halus
Berkaitan dengan kemampuan anak dalam mengkoordinasikan otot otot kecil
3. Bahasa
Berkaitan dengan kemampuan naak dalam berespon terhadap suara, perintah dan juga
kemampuan anak dalam berbicara
4. Motorik Kasar
Berkaitan dengan pergerakan tubuh yang terkait dengan otot otot besar

Waktu peaksanaan deteksi dengan menggunakan DDST


1. Secara periodik
2. Dilakukan pada anak dengan usia: 3-6 bulan, 9-12 bulan, 18-24 bulan, 3 tahun, 4 tahun, 5
tahun
3. Pada anak anak yang dicurigai mengalami gangguan perkembangan dan saat melakukan
evaluasi.

Persiapan Alat

39 | Modul Praktikum Keperawatan Anak 1


1. Alat peraga (DDST Kit) terdiri atas:
a) Gulungan benang wol merah
b) Kerincingan dengan gagang kecil
c) Boneka kecil dengan botol susu
d) Cangkir plastik kecil dengan pegangan
e) Kismis/manik manik
f) Kubus warna merah, hijau, biru, putih dan kuning masing masing dua pasang dengan
ukuran 2.5 x 2.5 x2.5 c
g) Botol bening kecil dengan tutup berdiameter kira kira 1.5 cm
h) Lonceng kecil
i) Bola tenis
j) Bel kecil
k) Kertas dan pensil
2. Lember formulir DDST
3. Buku petunjuk

Komponen pada Lembar Denver II


1. Skala Umur Anak
Merupakan skala yang digunakan untuk menentukan umur anak dengan satuan bulan dan
juga tahun.
2. Pada tiap komponen yang berjumlah 125 batang, dimana masing masing batang terdapat
batas umur dengan pembagian 25%, 50%, 75%, 90% dari populasi anak lulus pada masing
masing komponen.
Contoh:

Gambar 3. Persentase dari populasi anak lulus pada komponen DDST (Sulistyawati, 2004)

Keterangan gambar:
25% populasi anak dapat melakukan komponen berjalan dengan baik pada usia tersebut
50% anak dapat berjalan pada usia 12 1/3 bulan
40 | Modul Praktikum Keperawatan Anak 1
75% anak dapat berjalan baik 13 ½ bulan
90% anak populasi anak dapat berjalan baik pada usia 15 bulan kurang
Terdapat kotak yang memiliki tanda kecil huruf (L) disebelah kiri kotak yang memiliki arti
bahwa pemeriksa dapat memeriksa anak dengan laporan dari pengasuh, hanya kotak yang
memiliki komponen L yang dapat diperiksa oleh pengasuh, angka yang ada menunjukkan
nomor urutan petunjuk cara yang ada dibelakang form DDST.

LANGKAH LANGKAH MENGGUNAKAN DENVER II


No Langkah Langkah Keterangan

1 Menentukan Usia Anak


1. Tanyakan usia anak
2. Tanyakan apakah anak lahir prematur?
3. Tentukan usia anak dari tanggal, bulan dan tahun pemeriksaan
4. Bila anak prematur dan usia anak kurang dari dua tahun maka
kurangi usia anak sekarang dengan minggu prematur nya
5. Tarik garis kearah bawah sesuai usia anak pada skala

2 Penilaian:
1. Lakukan penilaian minimal mulai dari 3 item disebelah kiri garis
2. Lakukan penilaian juga minimal 3 item disebelah kanan garis
sampai anak gagal
3. Lakukan penilaian
P= Pass/ Lulus
Anak dapat melakukan komponen tersebut dengan baik atau
pengasuh dapat melaporkan bahwa anak dapat melakukan
komponen dengan baik
F= Fail atau gagal
Anak tidak berhasil melakukan komponen pada item yang dinilai
NO= No Oportunity/ tidak ada kesempatan
Anak tidak memiliki kesempatan untuk melakukan item yang
diperiksa karena ada hambatan, hanya dapat dilakukan pada item
yang terdapat tulisan “L” tau “R”
R= Refusal/ menolak

41 | Modul Praktikum Keperawatan Anak 1


Anak menolak untuk melakukan tes

3 Interpretasi Hasil Penilaian


a. Advance/ Lebih
Penilaian ini dibrikan pada anak apabila anak dapat melewati
komponen tes yang terletak sebelah kanan atau setelah garis umur,
karena anak yang dinilai lulus pada kotak yang kebanyakan anak
belum bisa mencapai.

Gambar Penilaian “lebih”

b. Normal
Apabila anak gagal atau menolak pada bagian sebelah kanan garis
usia.

F R

P F R

Gambar Hasil penilaian “norml”

c. Caution/ peringatan
Penilaian ini apabila anak gagal atau menolak pada garis umur yang
terletak pada persentase antara 75% smapai 90%. Hal ini dikarenakan
sudah lebih dari 75% anak yang sukses melewati komponen tes ini

F F

42 | Modul Praktikum Keperawatan Anak 1


R R
Gambar Hasil komponen tes caution

d. Delay atau keterlambatan


Bila anak gagal atau menolak pada saat dilakukan tes yang teretak
disebelah kiri garis umur.

R F

Gambar Hasil test Delayed

e. No Oportunity (NO)/ Tidak ada kesempatan


Komponen tes yang berdasarkan laporan dari orang tua saat anak
tidak ada kesempatan untuk melakukan

NO NO

Gambar Hasil test NO

4 Kesimpulan Tes Denver II


Terdiri atas tiga interpretasi
1. Normal
Bila tidak ada delay (D) dan atau maksimal memiliki satu
caution(C).
Lakukan ulangan tes pada kunjungan berikutnya
2. Suspect/Diduga/Dicurigai ada keterlibatan.

Bila ada dua atau lebih C dan atau satu atau lebih D
Lakukan uji ulang dalam 1-2 minggu untuk menghilangkan factor
sesaat, seperti rasa takut,keadaan sakit dan kelelahan
3. Tidak dapat diuji/untestable

43 | Modul Praktikum Keperawatan Anak 1


Bila ada skor menolak pada satu atau lebih komponen disebelah
kiri garis umur atau menolak lebih dari satu komponen yang di
tembus garis umur pada daerah 75-90 persen
Lakukan uji ulang dalam 1-2 minggu

DAFTAR PUSTAKA

IDAI, 2014. Nutrisi Pediatric dan penyakit metabolik, Jakarta: Badan penerbit IDAI.
Kemenkes RI, 2011. SK Antopometri, Jakarta: Kemenkes.
Sastroasmoro, C.S.M.I.W.S., 2003. Diagnosis Fisis Pada Anak kedua., Jakarta: Sagung Seto.
Sulistyawati, Ari (2014).Deteksi Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Salemba Medika

44 | Modul Praktikum Keperawatan Anak 1


Lampiran 1 Kurva Pertumuhan WHO 2016 (usia 0-5 tahun)

CARA MENGGUNAKAN GRAFIK PERTUMBUHAN WHO

1. Tentukan umur, panjang badan (anak di bawah 2 tahun)/tinggi badan (anak di atas 2 tahun),
berat badan.
2. Tentukan angka yang berada pada garis horisontal / mendatar pada kurva. Garis horisontal
pada beberapa kurva pertumbuhan WHO menggambarkan umur dan panjang / tinggi badan.
3. Tentukan angka yang berada pada garis vertikal/lurus pada kurva. Garis vertikal pada kurva
pertumbuhan WHO menggambarkan panjang/berat badan, umur, dan IMT.
4. Hubungkan angka pada garis horisontal dengan angka pada garis vertikal hingga mendapat
titik temu (plotted point). Titik temu ini merupakan gambaran perkembangan anak
berdasarkan kurva pertumbuhan WHO.

BB Sekarang / BB Normal X 100 %

1. < 70% : : Gizi Buruk


2. 70%-80% : Gizi Kurang
3. >80%-90% : Gizi Sedang
4. >90%-110% : Gizi Baik
5. >110-120% : Gizi Lebih (overweight)
6. >120% : Obes

CARA MENGINTERPRETASIKAN KURVA PERTUMBUHAN WHO

1. Garis 0 pada kurva pertumbuhan WHO menggambarkan median, atau rata-rata


2. Garis yang lain dinamakan garis z-score. Pada kurva pertumbuhan WHO garis ini diberi
angka positif (1, 2, 3) atau negatif (-1, -2, -3). Titik temu yang berada jauh dari garis median
menggambarkan masalah pertumbuhan.
3. Titik temu yang berada antara garis z-score -2 dan -3 diartikan di bawah -2.
4. Titik temu yang berada antara garis z-score 2 dan 3 diartikan di atas 2.
5. Interpretasikan

45 | Modul Praktikum Keperawatan Anak 1


Table Kategori dan ambang batas status gizi anak (Kemenkes RI 2011)

Indeks Kategori Ambang Batas (Z-score)


Status Gizi
Berat Badan menurut Umur Gizi buruk <-3 SD
(BB/U) Gizi kurang -3 SD sampai dengan <-2 SD
Anak umur 0-60 bulan Gizi baik -2 SD sampai dengan 2 SD
Gizi lebih >2 SD
Panjang Badan menurut umur Sangat pendek <-3 SD
(PB/U) atau Pendek -3 SD sampai dengan <-2 SD
Tinggi badan menurut umur Normal -2 SD sampai dengan 2 SD
(TB/U) Tinggi >2 SD
Anak umur 0 -60 bulan
Berat badan menurut panjang Sangat kurus <-3 SD
badan (BB/PB) atau Berat Kurus -3 SD sampai dengan <-2 SD
Badan menurut tinggi badan Normal -2 SD sampai dengan 2 SD
(BB/TB) Gemuk >2 SD
Anak umur 0-60 bulan
Indeks Massa Tubuh menurut Sangat kurus <-3 SD
umur (IMT/U) Kurus -3 SD sampai dengan <-2 SD
Anak umur 0-60 bulan Normal -2 SD sampai dengan 2 SD
Gemuk >2 SD
IMT/U Sangat kurus <-3 SD
Anak umur 5-18 tahun Kurus -3 SD sampai dengan <-2 SD
Normal -2 SD sampai dengan 1 SD
Gemuk >1 SD sampai dengan 2 SD
Obesitas >2 SD

46 | Modul Praktikum Keperawatan Anak 1


47 | Modul Praktikum Keperawatan Anak 1
48 | Modul Praktikum Keperawatan Anak 1
49 | Modul Praktikum Keperawatan Anak 1
50 | Modul Praktikum Keperawatan Anak 1
Lampiran 2 Kurva Pertumbuhan CDC (usia > 5 tahun)

li
lii
Lampiran 3 Lembar Denver II

liii
liv

Anda mungkin juga menyukai