Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN

PENYULUHAN KESEHATAN RUMAH SAKIT


“PERTOLONGAN PERTAMA SAAT KEJANG DI RUMAH “
DI INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD)
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA

Dosen Pengampu Akademik : Erna Dwi Wahyuni, S.Kep., Ns., M.Kep


Pembimbing Klinik : Sundawan Priyo Seputra, Amd.Kep

Disusun Oleh
Kelompok 2.W1 - Stase Kritis dan Gawat Darurat

1. Febrina Ayu Indraswari 132239014


2. Charisma Ari Juliantika 132239015
3. Umi Maghfiroton Fitri 132239016
4. Dela Putri Lestari 132239017
5. Yutri Istiqomah 132239018
6. Windy Audia Conita 132239019
7. Melati Della Riskyani 132239020
8. Adinda Eka Ayuningtyas 132239021
9. Balqis Afikah 132239022
10. Anin Imana 132239023
11. Azizia Kanya Fathiarachman 132239024
12. Shafa Fadia Khanza Salsabila 132239025
13. Dinda Febri Putri Anjarwanti 132239026

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2024
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN
PENYULUHAN KESEHATAN RUMAH SAKIT
“PERTOLONGAN PERTAMA SAAT KEJANG DI RUMAH “
DI INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD)
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA

Disusun Oleh
Kelompok 2.W1 - Stase Kritis dan Gawat Darurat

1. Febrina Ayu Indraswari 132239014


2. Charisma Ari Juliantika 132239015
3. Umi Maghfiroton Fitri 132239016
4. Dela Putri Lestari 132239017
5. Yutri Istiqomah 132239018
6. Windy Audia Conita 132239019
7. Melati Della Riskyani 132239020
8. Adinda Eka Ayuningtyas 132239021
9. Balqis Afikah 132239022
10. Anin Imana 132239023
11. Azizia Kanya Fathiarachman 132239024
12. Shafa Fadia Khanza Salsabila 132239025
13. Dinda Febri Putri Anjarwanti 132239026

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Erna Dwi Wahyuni, S.Kep., Ns., M.Kep Sundawan Priyo Seputra, Amd.Kep.
NIP. 198402012016113201 NIP.
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN
PENYULUHAN KESEHATAN RUMAH SAKIT
“PERTOLONGAN PERTAMA SAAT KEJANG DI RUMAH “
DI INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD)
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA

Disusun Oleh
Kelompok 2.W1 - Stase Kritis dan Gawat Darurat

1. Febrina Ayu Indraswari 132239014


2. Charisma Ari Juliantika 132239015
3. Umi Maghfiroton Fitri 132239016
4. Dela Putri Lestari 132239017
5. Yutri Istiqomah 132239018
6. Windy Audia Conita 132239019
7. Melati Della Riskyani 132239020
8. Adinda Eka Ayuningtyas 132239021
9. Balqis Afikah 132239022
10. Anin Imana 132239023
11. Azizia Kanya Fathiarachman 132239024
12. Shafa Fadia Khanza Salsabila 132239025
13. Dinda Febri Putri Anjarwanti 132239026

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Erna Dwi Wahyuni, S.Kep., Ns., M.Kep Randi Yusuf P. S., S.Kep., Ns
NIP. 198402012016113201 NIP.
BAB 3
LAMPIRAN MATERI
3.1 Definisi Kejang
Kejang secara klinis dapat diartikan sebagai perubahan paroksimal dari fungsi neurologik
seperti perubahan perilaku, sensorik, motorik, dan fungsi autonom sistem saraf yang terjadi
pada seorang individu.
Kejang merupakan keadaan darurat atau tanda bahaya, kejang dapat mengakibatkan
hipoksia otak yang cukup berbahaya bagi kelangsungan hidup baik pada bayi ataupun dewasa,
karena dapat mengakibatkan sekuele di kemudian hari. Selain itu kejang dapat merupakan
tanda atau gejala dari satu masalah atau lebih dan memiliki efek jangka panjang berupa
penurunan ambang kejang, gangguan belajar dan gangguan daya ingat.
3.2 Etiologi
Kejang disebabkan dari gangguan listrik disritmia pada sel saraf pada salah satu bagian
otak yang menyebabkan sel ini mengeluarkan muatan listrik abnormal, berulang dan tidak
terkontrol (Smeltzer & Bare, 2011).
Menurut Arif (2008), Tarwoto (2009) dan Wong (2008) etiologi dari kejang antara lain :
1. Faktor herediter /genetik : pada kejang demam dan breath holding spell
2. Kelainan kongenital otak : atrofi, poresenfali, agenesis korpus kolosum
3. Gangguan metabolik : Defisiensi biotinidase dan holokarboksilase sintase, Defisiensi
folat otak, Gangguan kreatin, Kejang yang responsif terhadap asam folat, Defisiensi
glukosa transporter 1 (GLUT1), Gangguan mitokondria, Gangguan Peroksisom,
Epilepsi ketergantungan piridoksin/defisiensi PNPO
4. Infeksi : radang yang disebabkan bakteri atau virus pada otak dan selaputnya,
toksoplasmosi
5. Trauma : kontusio serebri, hematoma subaraknoid, hematoma subdural
6. Neoplasma otak dan selaputnya
7. Kelainan pembuluh darah, malformasi, penyakit kolagen
8. Keracunan, demam, luka dikepala dan pasca cidera kepala
9. Kekurangan oksigen atau asfiksia neonatorum, terutama saat proses kelahiran
10. Hydrocephalus atau pembesaran ukuran kepala
11. Gangguan perkembangan otak
Riwayat bayi dan ibu menggunakan obat antikolvusan yang digunakan sepanjang
hamil. Riwayat ibu-ibu yang memiliki resiko tinggi (tenaga kerja, wanita dengan latar
belakang sukar melahirkan, pengguna obat-obatan, diabetes atau hipertensi) juga dapat
menjadi penyebab epilepsi.
12. Gangguan Elektrolit
Gangguan keseimbangan elektrolit terutama natrium menyebabkan hiponatremia
ataupun hipernatremia yang kedua-duanya merupakan penyebab kejang. Hiponatremia
dapat terjadi bila ada gangguan sekresi dari anti diuretik hormon (ADH) yang tidak
sempurna. Hal ini sering terjadi bersamaan dengan meningitis, meningoensefalitis,
sepsis, dan perdarahan intrakranial. Hiponatremia dapat terjadi pada diare akibat
pengeluaran natrium berlebuham, kesalahan pemberian cairan pada bayi, dan akibat
pengeluaran keringat berlebihan. Hipernatremia terjadi bila pemberian natrium
bikarbonat berlebihan pada koreksi asidosis dengan dehidrasi.
3.3 Klasifikasi Kejang
Volpe mengklasifikasikan kejang sesuai dengan gejala klinisnya, yaitu:
a. Subtle
Bentuk kejang ini hampir tidak terlihat, biasanya berupa pergerakan muka, mulut, atau
lidah berupa menyeringai, terkejat-kejat, mengisap, menguyang, menelan, atau menguap.
Manifestasi kejang subtle pada mata adalah pergerakan bola mata berkedip-kedip, deviasi
bola mata horisontal, dan pergerakan bola mata yang cepat (nystagmus jerk). Pada anggota
gerak didapatkan pergerakan mengayuh atau seperti berenang. Manifestasi pada
pernafasan berbentuk serangan apneu yang biasanya didahului atau disertai gejala subtle
misalnya gerakan kelopak mata yang berkedip-kedip. Kadang bentuk kejang dapat berupa
pernafasan seperti mengorok. Mengetahui gerakan subtle ermasuk serangan kejang dapat
dibuktikan dengan pemeriksaan EEG dengan kelainan berbentuk aktivitas epileptik yang
menyebar.
b. Klonik
Bentuk klinis kejang klonik fokal berlangsung 1-3 detik, terlokalisasi dengan baik, tidak
disertai gangguan kesadaran, dan biasanya tidak diikuti oleh fase tonik. Bentuk kejang
merupakan gerakan klonik dari salah satu atau lebih anggota gerak yang berpindah-pindah
atau terpisah secara teratur. Kadang-kadang karena kejang yang satu dan yang lain sering
berkesinambungan, seolah-olah memberi kesan sebagai kejang umum. Biasanya bentuk
kejang ini terdapat pada gangguan metabolik.
c. Tonik
Bentuk klinis kejang ini yaitu pergerakan tungkai yang menyerupai sikap deserberasi atau
ekstensi tungkai dan fleksi lengan bawah dengan bentuk dekortikasi. Bentuk kejang tonik
yang menyerupai deserebrasi harus dibedakan dengan sikap opisititonus yang disebabkan
oleh rangsang meningeal karena infeksi selaput otak atau kernikterus.
d. Mioklonik
Manifestasi klinisk kejang mioklonik yang terlihat adalah gerakan ekstensi dan fleksi dari
lengan atau keempat anggota gerak yang berulang dan terjadi dengan cepat. Gerakan
tersebut seperti gerak refleks Moro. Kejang ini merupakan pertanda kerusakan susunan
saraf pusat yang luas dan hebat, seperti pada bayi baru lahir yang dilahirkan dari ibu
kecanduan obat.
3.4 Tanda dan Gejala Kejang
1) Mengalami Aura yaitu suatu sensasi tanda sebelum kejang epileptik (Aura dapat berupa
perasaan tidak enak, melihat sesuatu, mencium bau- bauan tak enak, mendengar suara
gemuruh, mengecap sesuatu, sakit kepala dan sebagainya)
2) Seluruh tubuh, terutama tungkai dan lengan, terlihat gemetar, kaku, atau menyentak-
nyentak tidak terkontrol
3) Pasien mengerang, menggigit keras lidahnya, atau buang air kecil tiba-tiba, dan bola
matanya berputar ke atas
4) Kejang biasanya berakhir kurang dari 1 menit
5) Kejang dengan demam memiliki suhu tubuh mencapai lebih dari 38°C
6) Tidak merespons saat diajak berbicara
7) Kehilangan kesadaranatau sadar setelah kejang
8) Kelainan gambaran EEG
3.5 Pertolongan Pertama pada Bayi Kejang
1) Usahakan untuk tetap tenang
2) Pastikan pasien berada dalam tempat atau kondisi yang aman, tempat yang datar dan luas,
sehingga tidak terbentur atau tertimpa benda tertentu saat kejang
3) Longgarkan pakaian terutama bagian leher untuk membebaskan jalan napas
4) Miringkan badan agar jalan nafas dapat masuk dengan lebih baik dan mencegah aspirasi
5) Tidak memasukkan apapun ke dalam mulut karena dapat menyebabkan cedera pada pasien
6) Tidak memaksa untuk menahan gerakan tubuh. Cukup jaga agar posisi tubuhnya tetap
aman.
7) Mengamati bentuk dan durasi kejang agar bisa memberikan deskripsi bentuk kejang yang
tepat kepada dokter
8) Tetap berada di sebelah pasien walaupun kejang itu berhenti lalu melihat apakah pasien
tersebut kembali ke kesadaran semula atau tidak.
9) Jika keadaan sudah membaik, segera bawa ke fasilitas kesehatan terdekat untuk
pemeriksaan lebih lanjut.
3.6 Kondisi Kejang yang Membutuhkan Penanganan Darurat
1) Apabila itu adalah kejang pertama, maka perlu dibawa ke rumah sakit
2) Kejang tanpa demam atau kejang demam, apabila terjadi dalam waktu lama yaitu lebih dari
5 menit
3) Kejang hanya pada beberapa bagian tubuh, bukan seluruhnya
4) Kesulitan bernapas dan wajah atau bibirnya menjadi kebiruan
5) Kejang berulang dalam waktu 24 jam
6) Kejang sebentar-sebentar tetapi diantara kejang pasien tidak bangun kembali
7) Pasca kejang tidak dapat dibangunkan atau kesadaran tidak kembali seperti semula
3.7 Mitos Penanganan Kejang
1. Mitos : seseorang yang sedang kejang harus ditahan atau diikat badannya
Fakta : Jangan pernah menahan seseorang saat kejang. Menahan seseorang dapat
menyebabkan cedera tulang atau otot. Sebaliknya, pastikan area di sekitarnya bebas dari
benda-benda membahayakan dan lindungi kepalanya dengan sesuatu yang lembut (Cing,
Annisa and Sulistyowati, 2022).
LAMPIRAN NOTULENSI TANYA JAWAB PKRS

1. Anak awalnya tidak apa-apa, namun ketika melihat orang tuanya bertengkar, anaknya diam
kemudian kejang, kenapa anak itu bisa kejang? Apa yang menyebabkan anak itu kejang?
Jawab: Bisa jadi karna respon kagetnya tersebut menyebabkan adanya gangguan
kelistrikan di otaknya sehingga menyebabkan kejang
2. Kondisi dari anggota keluarga dimana tubuh bagian sebelah kiri terdapat kelemahan,
apakah itu kejang atau bagaimana?
Jawab: Jika terjadi kelemahan di satu sisi tidak dapat dikatakan sebagai kejang, melainkan
bisa juga menjadi salah satu tanda gejala dari stroke
3. Saya punya teman yang kejang setelah melahirkan. Kenapa orang setelah melahirkan bisa
kejang?
Jawab: Kondisi tersebut disebut dengan eklampsia atau kejang pada kehamilan hingga 48
jam post partum.
Daftar Pustaka

Benjamin, W. (2019) ‘Asuhan Keperawatan Pada Anak Usia Toddler Kejang Demam Dengan
Peningkatan Suhu Tubuh (Hipertermia) Di Ruang Melati Rsud Ciamis’, 3, pp. 1–9.

Batticaca, B.F. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Persarafan.Jakarta: Salemba
Medika.
Cing, M. T. G. C., Annisa, R. and Sulistyowati, R. (2022) ‘Upaya Peningkatan Pengetahuan
Melalui Edukasi Penatalaksanaan Emergensi Pada Kejang Demam’, Jurnal Pengabdian
Masyarakat Indonesia, 2(5), pp. 567–571. doi: 10.52436/1.jpmi.742.

Hanjani, C. (2018). Epilepsi pada Anak. Referat. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro:
Semarang.

Hidayat, A.A. 2009. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I. Jakarta : Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai