KELOMPOK 3
UNIVERSITAS JAMBI
2023
Sekenario 1
Nenek Siti berusia 76 tahun, BB 48 Kg dan TB 155 cm, merupakan seorang lansia yang
mandiri. Sehari-hari ia masih dapat melakukan aktivitas seperti berjalan, makan, berpakaian, dan
mandi sendiri. Suatu hari, Nenek Siti diantar oleh anaknya ke IGD karena mengeluh nyeri pada
pinggul kanan setelah terpeleset di kamar mandi sekitar dua jam yang lalu. Nenek Siti tidak
dapat berdiri dan berjalan sendiri setelah terjatuh sehingga harus digendong oleh anaknya. Saat
terjatuh, Nenek Siti dalam keadaan sadar sehingga beliau dapat mengingat peristiwa jatuh yang
dialaminya. Tidak ada keluhan sakit kepala, mual dan muntah.
Dokter melakukan pemeriksaan fisik dan radiologi pada tungkai kanan Nenek Siti dan
didapatkan adanya fraktur pada tulang femur kanan. Dokter menjelaskan bahwa Nenek Siti harus
melakukan tirah baring yang lama karena proses penyembuhan fraktur pada usia lanjut
memerlukan waktu yang lebih lama. Dokter juga menjelaskan komplikasi yang dapat
ditimbulkan akibat tirah baring lama.
I. Klarifikasi Istilah
1. Fraktur : patah seluruhnya atau sebagian pada tulang, terputusnya kontinitas
tulang/lempeng epifisis
2. Tirah Baring: perawatan kedokteran melibatkan berbaringnya pasien di tempat tidur
untuk waktu yang bersi ambun,posisi istirahan di tempat tidur
3. Lansia:seseorang yang mencapai usua 60 tahun ke atas
3. Apa hubungan tidak ada keluhan sakit kepala,mual,& muntah dengan alur penegakan
diagnosis?
adanya trauma kepala/cedera kepala- struktur kepala mengalami benturan dari luar-
cedera kepla
Keluhan sakit kepala dan mual muntah setelah jatuh dapat terjadi jika adanya cedera
kepala seperti commotio cerebri(gegar otak) dan contosio cerebri(memar
otak).Karena keluhannya tidak ada sehingga diagnosis cedera kepala dapat kita
singkirkan.
14. Bagaiman prosedur tirah baring yang di lakukan pada nenek siti?
prosedur :
1. Pastikan pasien dalam posisi yang nyaman, dengan posisi tubuh yang stabil.
Pasien harus berada dalam posisi yang tidak menimbulkan tekanan pada bagian
yang terluka.
2. Pastikan agar pasien mendapatkan obat pereda nyeri yang diresepkan oleh dokter.
Obat ini akan membantu mengurangi rasa sakit dan memudahkan pasien untuk
tidur.
3. Letakkan bantal di bawah kepala pasien untuk memberikan dukungan kepala dan
leher.
4. Letakkan bantal di bawah lengan yang cedera untuk memberikan dukungan dan
meminimalkan gerakan yang tidak diinginkan.
5. Jika tulang kaki atau betis yang patah, pastikan untuk menopang kaki dengan
bantal atau guling.
6. Pastikan pasien dalam keadaan hangat dengan memberikan selimut atau bantal
yang lembut.
7. Pastikan pasien dalam keadaan terhidrasi dengan memberikan minuman yang
cukup, jika memungkinkan.
8. Selama tirah baring, pastikan pasien dalam kondisi bersih dan sehat dengan
menjaga kebersihan kulit dan mengganti pakaian yang kotor.
9. Jangan lupa untuk mengikuti instruksi dokter terkait perawatan dan pengobatan
fraktur tulang yang tepat.
15. Bagaimana tatalaksana untuk penyakit nenek siti?
a. Rekognisi, mengetahu dengan jelas riwayat kecelakaan dan tingkat keparahan
fraktur.
b. Reduksi, tindakan usaha untuk memanipulasi fragmen tulang yang patah sedapat
mungkin kembali lagi seperti letak asalnya.
c. Retensi,dapat dikatakan sebagai immobilisasi upaya yang dilakukan untuk
menahan fragmen tulang sehingga akan kembali seperti semula secara optiomal.
d. Rehabilitasi, diarahkan untuk penyembuhan tulang dan jaringan lunak.
Penatalaksanaan awal
Evaluasi awal : airway, breathing, circulation, disability, dan exposure
Penilaian klinis
Pemberian medikamentosa
(4R), yaitu: recognition, reduction, retention, dan rehabilitation
Penatalaksanaan
3. Apa hubungan tidak ada keluhan sakit kepala,mual,& muntah dengan alur penegakan
diagnosis?
Keluhan sakit kepala dan mual muntah setelah jatuh dapat terjadi jika adanya cedera
kepala seperti commotio cerebri(gegar otak) dan contosio cerebri(memar
otak).Karena keluhannya tidak ada sehingga diagnosis cedera kepala dapat kita
singkirkan.6
b. Contosio cerebri
Contusio atau luka memar adalah apabila terjadi kerusakan jaringan subkutan dimana
pembuluh darah (kapiler) pecah sehingga darah meresap ke jaringan sekitarnya, kulit
tidak rusak, menjadi bengkak dan berwarna merah kebiruan.
1) Tidak sadar lebih 10 menit
2) Amnesia anterograde
3) Mual dan muntah
4) Penurunan tingkat kesadaran
5) Gejala neurologi, seperti parese
6) Perdarahan
2. Pemeriksaan Laboratorium
- Kalsium serum dan Fosfor serum meningkat pada tahap penyembuhan tulang
- Alkalin fosfat meningkat pd kerusakan tulang dan menunjukkan kegiatan
osteoblastic dalam membentuk tulang
- Enzim otot kreatinin kinase, laktat dehydrogenase (LDH-5), aspartate amino
transferase (AST), Aldolase yang meningkat pada tahap penyembuhan tulang
3. Pemeriksaan lain-lain
- Pemeriksaan BMD untuk osteoporosis
Pemeriksaan darah lengkap
Hemoglobin (Hb)
Hemoglobin merupakan protein yang terkandung dalam sel darah merah dan
berfungsi membawa oksigen ke seluruh tubuh. Nah, kandungan oksigen dalam
darah ini lah yang membuat darah berwarna merah. Adanya perubahan
hemoglobin dalam darah bisa jadi pertanda kalau kamu tengah mengidap
gangguan kesehatan.
Hematokrit (Ht)
Tes kadar hematokrit merupakan bagian dari pemeriksaan darah lengkap yang
digunakan untuk mendeteksi anemia. Selain itu, pemeriksaan hematokrit juga
dilakukan guna mengetahui reaksi tubuh terhadap pengobatan yang tengah
dijalani.
Trombosit
Proses pembekuan darah dapat terganggu ketika kadar trombosit tidak normal.
Gangguan yang terjadi biasanya meliputi pembekuan sampai penggumpalan darah.
Karena sifatnya dapat membekukan darah, trombosit berfungsi untuk menutup dan
menyembuhkan luka. Trombosit juga berfungsi untuk menghentikan pendarahan
ketika terjadi luka
Sel darah merah mempunyai fungsi membawa oksigen dan nutrisi ke seluruh
tubuh. Penyakit tersebut meliputi anemia, perdarahan, serta kekurangan cairan atau
dehidrasi.
Leukosit
Sel darah putih mempunyai fungsi untuk melindungi tubuh dari segala serangan
penyakit. Sel darah putih juga bertugas untuk mendeteksi dan membasmi
mikroorganisme asing, seperti virus, bakteri, maupun parasit yang membawa
penyakit atau infeksi ke dalam tubuh.
Gula Darah
Tes gula darah dilakukan guna mengetahui kadar gula dalam darah. Selain untuk
mendeteksi diabetes, tes gula darah dilakukan untuk memastikan kadar gula darah
pengidap diabetes dalam tahap normal.8
Anamnesis dilakukan untuk menggali riwayat mekanisme cedera (posisi kejadian) dan
kejadian-kejadian yang berhubungan dengan cedera tersebut. riwayat cedera atau fraktur
sebelumnya, riwayat sosial ekonomi, pekerjaan, obat-obatan yang dia konsumsi,
merokok, riwayat alergi dan riwayat osteoporosis serta penyakit lain.
2. Fraktur patologik14
Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan trauma minor
dapat mengakibatkan fraktur, seperti :
a. Tumor tulang (jinak atau ganas), yaitu pertumbuhan jaringan baru yang tidak
terkendali atau progresif.
b. Infeksi seperti mosteomyelitis, dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut atau dapat
timbul sebagai salah satu proses yang progresif, lambat dan sakit nyeri.
c. Rakhitis, suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi vitamin D.
d. Sress tulang seperti pada penyakit polio dan orang yang bertugas di kemiliteran e.
osteoporosis
f.osteogenesis imperfecta
d.penyakit Paget
Tahapan terjadinya atrofi otot dimulai dengan berkurangnya tonus otot. Hal ini
menyebabkan:
(1) Myostatin:
regulator negative untuk pertumbuhan otot: termasuk family TGF- . Myostatin
menyebabkan atrofi otot melalui penghambatan pada proses translasi protein
sehingga menurunkan kecepatan sintesis protein.
(2) NF-κB
merupakan family dari 5 faktor transkripsi [p65(Rel A), Rel B, c-Rel, p52, and
p50].NF-κB menginduksi atrofi dengan aktivasi transkripsi dan ubiquinasi protein.
Jika otot tidak digunakan menyebabkan peningkatan aktivitas transkripsi dari NF- B.
(3) Reactive
Oxygen Species (ROS) pada otot yang mengalami atrofi. Otot yang tidak
mendapatkan pembebanan akan meningkatkan produksi Cu, Zn Superoksida
Dismutase yang menyebabkan kerusakan yang ditambah lagi dengan menurunya
catalase, glutathioneperoksidase, dan mungkin Mn, superoksida dismutase, yaitu
sistem yang akan memetabolisme kelebihan ROS.
Secara keseluruhan akibat dari perubahan kondisi otot yang berhubungan dengan
bertambahnya usia disebut sarkopenia. Sarkopenia adalah kehilangan masa,
kekuatan dan ketahanan otot.
Perubahan pada Sendi dan Jaringan Ikat
Proses degeneratif memengaruhi tendon, ligamen, cairan synovial. Perubahan-
perubahan yang terjadi pada sendi meliputi :
Faktor intrinsik sistemik antara lain : berupa berbagai penyakit yang dapat memicu
timbulnya gangguan keseimbangan dan jatuh seperti penyakit paru obstruktif kronik
/ppok, pneumonia, infrak miokard akut, gagal jantung, infeksi saluran kemih,
demikian pula gangguan metabolik seperti hiponatremia, hipoglikemi, hiperglikemia,
maupun hipoksia serta adanya gangguan aliran darah ke otak seperti pada keadaan
hiperkoagulasi stroke dan transient ischemic attact/ TIA.
Sehingga membuat pada lansia bisa tidak seimbang dalam berjalan atau terantuk
membuat lansia terjatuh. Terutama yang paling sering itu kamar mandi.
14. Bagaiman prosedur tirah baring yang di lakukan pada nenek siti?
Tata cara :
1.Perubahan posisi setiap 2 jam dikombinasikan dengan clapping dan vibrasi untuk
relaksasi dan pengeluaran sekret atau lendir
2.menggerakkan lengan dan tungkai yang harus diperhatikan :
a.gerakan dilakukan dengan perlahan dan hati-hati
b..gerakan tidak boleh berlebihan dan harus memperhatikan Apabila ada rasa sakit
atau nyeri.
3. Bell reclining exercise yaitu meninggikan posisi bet pasien dimulai dari posisi 0
derajat. bertahap ke posisi yang lebih tinggi sehingga mencapai posisi duduk yang
tegak 90 derajat. Posisi tegak ini dapat meningkatkan volume paru dan pertukaran gas
serta mencegah terjadinya penumpukan dahak atau sputum
4. Latihan pernapasan dengan Pursed-Lips Breathing ; posisi rileks posisi rileks
yaitu tarik nafas melalui hidung lalu tahan selama 2 -3 detik. Hembuskan secara
perlahan-lahan selama 6-8 detik bibir seperti mencucu seperti[ meniup lilin] ulangi
selama beberapa kali
Learning Issue:
Fase Penyembuhan Fraktur
Fase-fase dalam penyembuhan tulang dibagi menjadi 4 fase, yaitu fase inflamasi,
proliferasi, pembentukan kalus, dan remodelling:
1. Inflamasi
Segera setelah terjadi patah tulang, terbentuk bekuan darah dalan subperiosteum dan
jaringan lunak. Ujung fragmen tulang mengalami devitalisasi karena terputusnya
pasokan darah. Tempat cedara kemudian akan diinvasi oleh makrofag (sel darah
putih besar) yang akan membersihkan daerah tersebut dari zat asing, pada saat ini
terjadi inflamasi dan nyeri. Fase ini merupakan neovaskularisasi dan awal pengaturan
bekuan darah. Tahap ini berlangsung hari kesatu sampai hari ketujuh dan hilang
dengan berkurangnya pembengkakan dan nyeri.
2. Proliferasi Sel
Dalam sekitar lima hari, hematoma akan megalami organisasi. Terbentuk benang-
benang fibrin pada darah dan membentuk jaringan untuk revaskularisasi, serta ivasi
fibroblast dan osteoblast. Fibroblast dan osteoblas (berkembang dari osteosit, sel
endostel, dan sel periosteum) akan menghasilkan kolagen dan proteglikan sebagai
matriks kolagen pada patahan tulang terbentuk jaringan ikat fibrus dan tulang rawan
(osteoid). Dari periosteum tampak pertumbuhan melingkar. Kalus tulang rawan
tersebur dirangsang oleh gerakan mikro minimal pada tempat patah tulang. Namun,
gerakan yang berlebihan akan merusak struktur kalus. Tulang yang sedang aktif
tumbuh menunjukkan potensial elektronegatif.
3. Pembentukan Kalus
Kalus mampu bereaksi terhadap gerakan ditempat fraktur. Kalus berfungsi
menstabilkan fragmen secepat mungkin suatu pra syarat yang diperlukan untuk
proses pembentukan jembatan tulang. Pertumbuhan jaringan berlanjut dan lingkaran
tulang rawan tumbuh mencapai sisi lain sampai celah terhubungkan. Fragmen
patahan tulang digabungkan dengan jaringan fibrus, tulang rawan, dan serat tulang
imatur. Bentuk kalus dan volume yang dibutuhkan untuk menghubungkan defek
secara langsung berhubungan dengan jumlah kerusakan dan pergeseran tulang. Perlu
waktu tiga sampai empat minggu agar fragmen tulang tergabung dalam tulang rawan
atau jaringan fibrus. Secara klinis, fragmen tulang tak bisa lagi digerakan.
Pembentukan kalus mulai mengalami penulangan dalam dua sampai tiga minggu
patah tulang melalui proses penulangan endokondrial. Mineral terusmenerus
ditimbun sampai tulang benar-benar telah bersatu dengan keras. Permukaan kalus
tetap bersifat elektronegatif. Pada patahan tulang panjang orang dewasa normal,
penulangan memerlukan waktu tiga sampai empat bulan.
4. Remodelling
Tahap akhir perbaikan patah tulang meliputi pengambilan jaringan mati dan
reorganisasi tulang baru ke susunan structural sebelumnya. Remodeling memerlukan
waktu berbulan-bulan sampai bertahun-tahun tergantung pada beratnya modifikasi
tulang yang dibutuhkan, fungsi tulang, dan stress fungsional pada tulang (pada kasus
yang melibatkan tulang kompak dan kanselus). Tulang kanselus mengalami
penyembuhan dan remodelling lebih cepat dari pada tulang kortikal kompak,
khususnya pada titik kontak langsung. Ketika remodelling telah sempurna, muatan
permukaan patah tulang tidak lagi negatif.29
DAFTAR PUSTAKA