Anda di halaman 1dari 24

QBL VERTIGO

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah

Keperawatan Medikal Bedah III

Dosen Pengampu :

1. Ns. Diah Tika Anggraeni, S.Kep.,M.Kep


2. Ns. Mareta Dea Rosaline, S. Kep. M.Kep

Disusun Oleh :

Mentari Elisabeth T. 1710711002

Shafiyyah Al A. 1710711004

Heni Lestari 1710711011

Defina Ramandhani 1710711012

Ariyana Pramitha H. 1710711013

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA

2019

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang membahas
tentang “Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Vertigo”.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah
ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca.

Depok, 19 September 2019

Kelompok Vertigo

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1

A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................3

A. Pengertian Vertigo...................................................................................................3
B. Prevalensi Vertigo...................................................................................................3
C. Klasifikasi Vertigo...................................................................................................4
D. Pathway....................................................................................................................6
E. Pemeriksaan Penunjang Vertigo..............................................................................6
F. Penatalaksanaan Medis Vertigo...............................................................................10
G. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Vertigo .............................................................13
H. Telaah Jurnal ...........................................................................................................16

BAB III PENUTUP.............................................................................................................19

A. Kesimpulan..............................................................................................................19
B. Saran .......................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................iii

BAB I
3
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit vertigo biasanya dikenal dengan istilah “pusing tujuh keliling” dikarenakan
seseoranga sedang mengalami keadaan yang serasa berputar dan lingkungan terasa berputar
pula, padahal keadaan tubuh seseorang tersebut tidak bergerak. Penyakit vertigo ini
disebabkan oleh gangguan keseimbangan pada perifer. Dan juga penyakit vertigo disebabkan
oleh kelainan telinga.
Vertigo berasal dari bahasa Yunani, yaitu vertere berarti memutar. Pengertian dari
penyakit ini adalah sebuah penyakit yang mengalami gangguan alat keseimbangan tubuh
sehingga tubuh disebabkan adanya sensasi gerakan dan lingkungan sekitar dirasakan bergerak
pula. Hal ini juga ada gejala vertigo lainnya yaitu khususnya pada jaringan otonomik.
Penyakit vertigo merupakan penyait yang menandai adanya gangguan telinga bagian dalam,
yang disebabkan adanya gangguan keseimbangan sehingga seseorang bisa merasa pusing.
Para dokter dapat melakukan diagnosis penyakit vertigo ini dengan cara pemeriksaan ENG
yaitu elektronistamografi yang dapat menentukan penyebab adanya gejala vertigo.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah ada, maka rumusan permasalahan yang terkait dengan
Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Katarak diantaranya:

1. Apakah defisini dari vertigo ?


2. Bagaimana prevalensi penyakit vertigo?
3. Bagaimana klasifikasi penyakit vertigo?
4. Bagaimana pathway penyakit vertigo?
5. Bagaimana pemeriksaan penunjang penyakit vertigo?
6. Bagaimana penatalaksanaan medis penyakit vertigo?
7. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan vertigo?
8. Apa saja jurnal yang terkait dengan penyakit vertigo?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui defisini dari vertigo?
2. Untuk mengetahui prevalensi penyakit vertigo?
3. Untuk mengetahui klasifikasi penyakit vertigo?
4. Untuk mengetahui pathway penyakit vertigo?
5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang penyakit vertigo?

4
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis penyakit vertigo?
7. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan vertigo?
8. Untuk mengetahui jurnal yang terkait dengan penyakit vertigo?

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Vertigo

Vertigo berasal dari bahasa Yunani vertere yang artinya memutar. Vertigo adalah :
sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau lingkungan sekitarnya, dapat disertai gejala
lain, terutama dari jaringan otonomik akibat gangguan alat keseimbangan tubuh Vertigo
mungkin bukan hanya terdiri dari satu gejala pusing saja, melainkan kumpulan gejala atau
sindrom yang terdiri dari gejala somatik (nistagmus, unstable), otonomik (pucat, peluh
dingin, mual, muntah) dan pusing (Tarwoto, dkk. 2007).

Vertigo adalah perasaan yang abnormal, mengenai adanya gerakan penderita


sekitarnya atau sekitarnya terhadap penderita; tiba-tiba semuanya serasa berputar atau
bergerak naik turun dihadapannya. Keadaan ini sering disusul dengan muntah-muntah,
bekringat, dan kolaps. Tetapi tidak pernah kehilangan kesadaran. Sering kali disertai gejala-
gejala penyakit telinga lainnya. (Manjoer, Arif, dkk. 2002).

Vertigo juga dapat terjadi pada berbagai kondisi, termasuk kelainan batang otak yang
serius, misalnya skelerosis multiple, infark, dan tumor. (Muttaqin, Arif. 2008).

B. Prevalensi Vertigo
Vertigo merupakan salah satu penyakit neurologi yang paling sering terjadi. Berdasarkan data
epidemiologi dunia, kejadian vertigo mencapai hingga 30%.

Global
Vertigo merupakan keluhan yang umum ditemukan pada klinik, hingga mencapai 20-30%.
Angka prevalensi vertigo pada dewasa usia 18-79 tahun dalam seumur hidupnya mencapai
7.4% dengan angka insidensi 1 tahun 1.4%. Kasus vertigo di Amerika adalah 64 orang tiap
100.000, dengan presentasi wanita lebih banyak daripada pria. Vertigo juga lebih sering
terdapat pada Usia yang lebih tua yaitu diatas 50 tahun.

Penyebab vertigo didominasi oleh penyebab perifer (hingga mencapai 80%) dengan angka
kejadian paling banyak dari kelompok ini adalah Benign Paroxysmal Postural
Vertigo (BPPV). 20% sisanya adalah penyebab dari sentral.

Indonesia
Belum terdapat data epidemiologi mengenai vertigo di Indonesia.

6
Mortalitas
Vertigo merupakan manifestasi dari penyakit yang mendasari. Angka mortalitas dari keluhan
pusing (tidak hanya vertigo) di Amerika ditemukan hingga 9% dengan tingkat mortalitas
tertinggi pada pasien geriatri yang mengalami trauma. 

C. Klasifikasi Vertigo
Vertigo diklasifikasikan menjadi dua kategori berdasarkan saluran vestibular
yang mengalami kerusakan, yaitu vertigo periferal dan vertigo sentral. Saluran
vestibular adalah salah satu organ bagian dalam telinga yang senantiasa mengirimkan
informasi tentang posisi tubuh ke otak untuk menjaga keseimbangan.
a. VERTIGO VESTIBULAR
Vestibular adalah salah satu organ bagian dalam telinga yang senantiasa
mengirimkan informasi tentang posisi tubuh ke otak untuk menjaga keseimbangan
a. PERIFER
Vertigo periferal terjadi jika terdapat gangguan di saluran yang disebut
kanalis semisirkularis, yaitu telinga bagian tengah yang bertugas mengontrol
keseimbangan.
Vertigo jenis ini biasanya diikuti gejala-gejala seperti:
 Pandangan gelap
 Rasa lelah dan stamina menurun
 Jantung berdebar
 Hilang keseimbangan
 Tidak mampu berkonsentrasi
 Perasaan seperti mabuk
 Otot terasa sakit
 Mual dan muntah-muntah
 Memori dan daya pikir menurun
 Sensitif pada cahaya terang dan suara
 Berkeringat

Gangguan kesehatan yang berhubungan dengan vertigo periferal antara


lain penyakit-penyakit seperti Benign Parozysmal Positional Vertigo atau
BPPV (gangguan keseimbangan karena ada perubahan posisi kepala),

7
meniere’s disease (gangguankeseimbangan yang sering kali menyebabkan
hilang pendengaran), vestibular neuritis (peradangan pada sel-sel saraf
keseimbangan) dan labyrinthitis (radang di bagian dalam pendengaran)
b. SENTRAL
Vertigo sentral terjadi jika ada sesuatu yang tidak normal di dalam
otak, khususnya di bagian saraf keseimbangan, yaitu daerah percabangan otak
dan serebelum (otak kecil).
Gejala vertigo sentral biasanya terjadi secara bertahap, penderita akan
mengalami hal-hal seperti:
 Penglihatan ganda
 Sukar menelan
 Kelumpuhan otot-otot wajah
 Sakit kepala yang parah
 Kesadaran terganggu
 Tidak mampu berkata-kata
 Hilangnya koordinasi
 Mual dan muntah-muntah
 Tubuh terasa lemah

Gangguan kesehatan yang berhubungan dengan vertigo sentral


termasuk antara lain stroke, multiple sclerosis (gangguan tulang belakang dan
otak), tumor, trauma di bagian kepala, migren, infeksi, kondisi peradangan,
neurodegenerative illnesses (penyakit akibat kemunduran fungsi saraf) yang
menimbulkan dampak pada otak kecil.

2) VERTIGO NON VESTIBULAR

Vertigo sistemik adalah keluhan vertigo yang disebabkan oleh penyakit tertentu, misalnya
diabetes mellitus, hipertensi dan jantung. Sementara itu, vertigo neurologik adalah gangguan
vertigo yang disebabkan oleh gangguan saraf. Keluhan vertigo yang disebabkan oleh
gangguan mata atau berkurangnya daya penglihatan disebut vertigo ophtalmologis;
sedangkan vertigo yang disebabkan oleh berkurangnya fungsi alat pendengaran disebut
vertigo otolaringologis. Selain penyebab dari segi fisik, penyebab lain munculnya vertigo
adalah pola hidup yang tak teratur, seperti kurang tidur atau terlalu memikirkan suatu
masalah hingga stres. Vertigo yang disebabkan oleh stres atau tekanan emosional disebut
vertigo psikogenik

8
D. Phatway Vertigo

E. Pemeriksaan Penunjang Vertigo

Bagaimana cara mendiagnosis vertigo?

Sama seperti diagnosis awal penyakit pada umumnya, dokter akan menanyakan segala hal
yang berkaitan dengan sakit kepala yang Anda rasakan secara detail. Mulai dari sensasi
vertigo yang dialami (melayang, goyang, atau berputar), pemicu timbulnya vertigo, frekuensi
kemunculan, durasi, dan lain sebagainya.

Selain itu, dokter juga akan bertanya tentang riwayat medis Anda, termasuk riwayat migrain,
cedera kepala atau infeksi telinga dalam waktu dekat, dan obat-obatan yang rutin Anda
konsumsi.

Jika diperlukan, maka dokter akan melakukan tahap pemeriksaan fisik lebih lanjut.
Pemeriksaan ini ditujukan untuk melihat fungsi pendengaran, gerak bola mata, dan fungsi
otak. Beberapa metode pemeriksaan tersebut meliputi:

 Past Pointing Tes (Uji Tunjuk Barany)

Dengan jari telunjuk ekstensi dan lengan lurus ke depan, penderita disuruhmengangkat
lengannya ke atas, kemudian diturunkan sampai menyentuh telunjuktangan pemeriksa. Hal
ini dilakukan berulang-ulang dengan mata terbuka dantertutup. Pada kelainan vestibuler akan
terlihat penyimpangan lengan penderita kearah lesi.

 Tes Romberg

9
Pasien diminta untuk berdiri dengan kedua kaki dirapatkan, mula-mula matanya terbuka
kemudian dokter akan menyuruh menutup matanya selama beberapa 20-30 detik. Hasil tes
positif bila pasien kehilangan keseimbangan atau terjatuh setelah menutup mata.

 Tes unterberger

Pasien berdiri dengan kedua kaki lurus ke depan dan jalan di tempat dengan mengangkat lutut
setinggi mungkin selama 30 detik dengan mata terpejam. Jika ia positif mengalami vertigo, ia
akan berputar samping, ke arah sisi yang bermasalah.

 Tes nistagmus

Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui gerakan bola mata yang tidak terkendali
(nistagmus) dengan cara menginstruksikan pasien melakukan manuver cepat yang bisa
memicu vertigo. Ketika tes berlangsung, pasien akan dipantau menggunakan alat

10
Videonystagmography (VNG) Electronystagmography
(ENG)
Electronystagmography (ENG) dan Videonystagmography (VNG) yang berfungsi untuk
merekam gerakan mata menggunakan kacamata khusus.

 Pemeriksaan pendengaran

Pemeriksaan ini menggunakan tes


garpu tala dan audiometri yang
dilakukan oleh dokter THT, terutama
jika Anda mengalami tinnitus (telinga
berdengung) ataupun kehilangan
pendengaran.

Pemeriksaan audiometri untuk


menilai pendengaran. Abnormalitas
memberikan kesan vertigo otologik. Sering cukup untuk penegakkan diagnosis. Upaya untuk
memisahkan otologik dari sumber vertigo lain.

 Pemeriksaan penunjang

Selain beberapa tes yang sudah disebutkan di atas, untuk memastikan lebih lanjut dokter juga
akan melakukan serangkaian tes penunjang lainnya seperti tes darah dan urin, foto
rontgen, CT scan, serta MRI.

Pemeriksaan CT Scan adalah prosedur yang menggunakan sinar X, dengan hasil yang
diolah dengan komputer untuk menghasilkan gambar dalam irisan-irisan, sehingga dapat
melihat masing-masing gambaran irisan yang diambil dengan lebih detail. CT Scan adalah

11
pemeriksaan yang non-invasif dan sederhana. Pasien diminta berbaring di atas meja periksa
yang akan masuk ke dalam mesin CT Scan, berbentuk seperti terowongan. Sebelum
melakukan CT Scan, dokter akan melakukan pemeriksaan terlebih dahulu untuk konsultasi
dan persiapan. Biasanya pasien diminta untuk puasa selama beberapa jam jika pasien
melakukan CT Scan dengan disuntik cairan kontras. Sebelum melakukan CT Scan, sebaiknya
pasien mengabari dokter mengenai alergi yang dimiliki, pengobatan yang sedang dilakukan,
atau kondisi khusus lainnya seperti kehamilan.

Magnetic resonance imaging (MRI) atau pencitraan resonansi magnetik adalah


pemeriksaan yang memanfaatkan medan magnet dan energi gelombang radio untuk
menampilkan gambar struktur dan organ dalam tubuh. MRI dapat memberikan gambaran
struktur tubuh yang tidak bisa didapatkan pada tes lain, seperti Rontgen, USG, atau CT scan.
MRI paling sering digunakan sebagai metode pencitraan otak dan saraf tulang belakang. MRI
pada otak juga dapat dimanfaatkan untuk pertimbangan langkah operasi otak dengan
melakukan identifikasi area bahasa dan kendali gerakan yang penting. Beberapa penyakit
pada otak dan saraf tulang belakang yang dapat didiagnosis dengan MRI, antara lain stroke,
tumor, aneurisma, multiple sclerosis, cedera otak akibat kecelakaan, peradangan pada saraf
tulang belakang, serta gangguan mata dan telinga bagian dalam

F. Penatalaksanaan Medis Vertigo


A. Nonfarmakalogi
1. Maneuver epley
Manuver Epley saat ini telah dikembangkan sebagai satu metode latihan mandiri
untuk penderita vertigo, bertujuan mengembalikan sisa otolit yang belum kembali ke
utrikulus (Kusumaningsih,et al.,2015). Latihan Manuver epley dikembangkan oleh
Radtke sebagai suatu latihan mandiri yang memodifikasi posisi, terapi reposisi kanalit
yang diperkenalkan oleh JM Epley. Latihan manuver epley dilakukan tiga kali sehari
dan diulang setiap hari selama empat minggu atau sampai bebas gejala dalam 24 jam.
Radtke (1999,dalam kusumaningsih, et al,.2015). Berikut langkah-langkahnya:
 Duduklah tegak di pinggir kasur Anda dengan tungkai tergantung. Putar kepala
Anda 45 derajat ke kiri. Taruh bantal di bawah Anda, jadi ketika Anda
berbaring, bantal akan bertumpu di antara bahu dan bukan di bawah kepala
Anda.

12
 Segera berbaring, kepala menghadap kasur (tetap dalam sudut 45 derajat).
Bantal harus berada di bawah bahu Anda. Tunggu 30 detik.
 Putar kepala Anda 90 derajat ke kanan tanpa mengangkatnya. Tunggu 30 detik.
 Putar kepala dan tubuh Anda dari sisi kiri ke sisi kanan, jadi Anda bisa melihat
lantai. Tunggu 30 detik.
 Perlahan-lahan duduk lagi, tapi tetaplah di kasur selama beberapa menit.
 Ulangi instruksi gerakan dari sisi yang berbeda dan lakukan gerakan ini tiga
kali sebelum tidur setiap malamnya, sampai Anda tidak pusing lagi selama 24
jam.
2. Manuver Foster/Half Somersault
 Duduklah bersimpuh dan dongakkan kepala Anda ke atas menatap langit-langit
untuk beberapa detik.
 Sentuh lantai dengan kepala (keadaan sujud). Selipkan dagu ke dalam dada
sehingga kepala Menyentuh atau masuk ke dalam lutut. Tunggu sekitar 30
detik.
 Masih dalam posisi bersujud, putar kepala Anda ke arah telinga yang
bermasalah (kalau Anda merasa pusing di sisi kiri, putar wajah ke siku kiri).
Tunggu 30 detik.
 Kemudian dengan gerakan yang cepat, angkat kepala Anda sampai posisinya
lurus horizontal dengan punggung Anda. Jaga kepala Anda tetap pada sudut 45
derajat. Tunggu 30 detik.
 Setelah itu dengan gerakan yang cepat juga angkat kepala Anda dan duduklah
tegak, tapi tetap jaga kepala Anda menghadap bahu pada posisi yang sama
dengan telinga yang bermasalah. Lalu, berdilah perlahan.
3. Metode Brandt Daroff
Brandt daroff merupakan latihan fisik yang bertujuan untuk melakukan habituasi
terhadap sistem vestibuler sentral. Selain itu, sebagian ahli berpendapat bahwa
gerakan pada latihan brandt daroff dapat melepaskan otokonia dari kupula
berdasarkan teori cupulolithiasis (Ferdiansyah et.al.,2011). Metode brandt daroff atau
brandt daroff exercise memberikan efek meningkatkan aliran darah ke otak sehingga
dapat memperbaiki fungsi alat keseimbangan tubuh dan memaksimalkan kerja dari
sistem sensori, brandt daroff dilakukan untuk mengadaptasikan diri terhadap
gangguan keseimbangan (sumarliyah,2011). Dengan menggunakan metode brandt

13
daroff dapat memaksimalkan kinerja tiga sistem yang berfungsi sebagai alat
keseimbangan. Menurut informasi dari Cambridge University Hospital (2014 dalam
tika, 2015), brandt daroff memiliki kelebihan yaitu mengurangi respon yang berupa
perasaan tidak nyaman dan sensasi berputar pada otak, dan juga membantu mereposisi
kristal yang berada pada kanalis semisirkularis. Berikut adalah langkah-langkah
metode brandt daroff:
 Pasien duduk tegak di tepi tempat tidur dengan tungkai tergantung, lalu tutup
kedua mata dan berbaring dengan cepat ke salah satu sisi tubuh, tahan selama 30
detik, kemudian duduk tegak kembali. Setelah 30 detik baringkan tubuh dengan
cara yang sama ke sisi lain, tahan selama 30 detik, kemudian duduk tegak
kembali. Latihan ini dilakukan berulang (lima kali berturut-turut) pada pagi dan
petang hari sampai tidak timbul vertigo lagi. Latihan lain yang dapat dicoba ialah
latihan visual-vestibular, berupa gerakan mata melirik ke atas, bawah kiri dan
kanan mengikuti gerak obyek yang makin lama makin cepat, kemudian diikuti
dengan gerakan fleksi-ekstensi kepala berulang dengan mata tertutup, yang makin
lama makin cepat.

Perhatian!
 Ada berbagai jenis vertigo. Rehabilitasi vestibular tidak dapat dikerjakan untuk
setiap jenis vertigo.
 Pemilihan rehabilitasi vestibular disesuaikan dengan kondisi pasien.
 Latihan vestibular tidak bermanfaat pada: tekanan darah rendah, reaksi obat-
obatan, migren yang disertai vertigo, transient ischemic attack (TIA).
 Jangan melakukan latihan Brandt-Daroff segera atau dalam 2 hari setelah
melakukan manuver Epley atau Semont, kecuali ada instruksi khusus dari
dokter yang merawat.
4. Untuk vertigo yang disebabkan penyakit Ménière
 Membatasi konsumsi garam dan diuretik untuk mengurangi volume cairan yang
tersimpan dalam tubuh
 Menghindari kafein, cokelat, alkohol, dan rokok
 Melakukan fisioterapi untuk mengatasi gangguan keseimbangan

14
 Akupuntur dan akupresur bagi sebagian orang mampu mengurangi gejala
keduanya, namun sampai saat ini belum ada bukti ilmiah bahwa hal tersebut
efektif.
B. Farmakologi
1. Anti kolinergik
Sulfas Atropin : 0,4 mg/im
Scopolamin : 0,6 mg IV bisa diulang tiap 3 jam
2. Simpatomimetika
Epidame 1,5 mg IV bisa diulang tiap 30 menit
3. Menghambat aktivitas nukleus vestibuler
Golongan antihistamin : Golongan ini, yang menghambat aktivitas nukleus
vestibularis adalah :
Diphenhidramin: 1,5 mg/im/oral bisa diulang tiap 2 jam
Dimenhidrinat: 50-100 mg/ 6 jam.  

C. Operasi

Jika vertigo disebabkan oleh masalah mendasar yang lebih serius, seperti tumor atau cedera
pada otak atau leher, operasi dapat dilakukan untuk membantu meringankan bahkan
menyembuhkan penyakit ini

G. Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Vertigo

A. Pengkajian

1. Kepala dan leher : termasuk pemeriksaan saraf kranialis

2. Telinga, hidung, tenggorokkan

3. Pemeriksaan neurotologi

a. Tes fungsi okulomotor

1) Smooth persuit

15
Gerakkan jari pemeriksa ke arah vertikal dan lateral sambil instruksikan ke pasien untuk
melihat mengikuti gerakan jari pemeriksa. Nilai gerakkan bola mata terkonjugasi atau tidak

2) Nistagmus

a. Nistagmus spontan

1) Klien dipakaikan kacamata Frenzel

2) Perhatikan arah fase cepat, frekuensi, dan amplitudo nistagmus

b. Nistagmus yang dipicu pandangan (gace-evoked nystagmus)

1) Klien dipakaikan kacamata Frenzel

2) Dinilai denga meletakkan jari telunjuk pada posisi off-center

c. Nistagmus gerakan kepala (head – shaking nystagmus)

1) Pemeriksaan dilakukan sama seperti nystagmus gaze namun klien


diintruksikan untuk menutup matanya atau memakai kacamata Frenzel

2) Arah nistagmus dapat menuju ke arah lesi/tidak,


monofasik/bifasik/trifasik.

3. Saccade

Instruksikan klien untuk melihat jari kiri/kanan pemeriksa saat diperintahkan. Temuan
kelainan :

a. Dismetrik : serebelum

b. Lambat : batang otak

c. Terlambat (late) : lobus frontalis

d. Diskonjugasi : sklerosis multipel

4. Head thrust

Temuan kelainan :

a. Tanpa refiksasi saccade : normal

16
b. Refiksasi saccade (perifer) : abnormal

5. Head Shake

Sebesar 10 derajat sebanyak 2 siklus per detik selama 20 detik. Temuan kelainan:

a. Tanpa nistagmus : normal

b. Nistagmus horizontal : kelainan vestibular perifer

c. Nistagmus vertikal : kelainan vestibular sentral (batang otak)

6. Aktivitas visual dinamik

Intruksikan pada pasien untuk melihat kartu snellen dengan posisi kepala bergoyang (head
shake). Temuan kelainan :

a. Salah < 3 baris : normal

b. Salah 3 baris keatas : kelainan vestibuler bilateral

7. Supresi fiksasi

Instruksikan kepada pasien untuk memfiksasikan penglihatan pada ibu jari nya selama rotasi.
Temuan kelainan :

a. Tanpa nistagmus : normal

b. Nistagmus sentral : abnormal

 Tes nonlinier : dengan melihat efek rotasi kepala pada geraka bola mata
 Tes fistula : hasil poitif menandakan adanya peyakit Meniere
 Tes posisi : perasat Dix.Hallpike
 Tes visus
 Tes kontrol postural : tes Romberg, tes past pointing, tes tandein grait, tes Fakuda.

8. Pemeriksaan lain

 Elektronistagmografi, dan lainnya.

B. Diagnosa Keperawatan

17
1) Resiko Jatuh berhubungan dengan Pusing saat kepala digerakkan
2) Resiko Cedera berhubungan dengan Gangguan keseimbangan
3) Hambatan Mobilitas Fisik berhubungan dengan Gangguan keseimbangan

C. Rencana Asuhan Keperawatan Pasien denganVertigo

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

18
1 Resiko Jatuh NOC NIC
berhubunga Setelah dilakukan asuhan • Manajemen Lingkungan:
n dengan keperawatan selama 3 x 24jam, Keamanan
Pusing saat diharapkan klien tidak jatuh 1. Awasi dan gunakan lingkungan
kepala yang ditandai dengan kriteria fisik untuk meningkatkan
digerakkan hasil : keamanan
• Klien mampu berdiri, • Pencegahan Jatuh
duduk, dan berjalan 1. Kaji penutunan kognitif dan
tanpa pusing. fisik klien yang mungkin dapat
• Klien mampu meningkatkan resiko jatuh
menjelaskan jika terjadi 2. Kaji tingkat gait,
serangan dan cara keseimbangan, dan kelelahan
mengantisipasinya dengan ambulansi
3. Instruksikan klien agar
memanggil asisten ketika
melakukan pergerakkan
• Pengajaran : Disease Proles
1. Jelaskan pada klien tanda dan
gejala dari penyakit yang
diderita
2. Anjurkan klien untuk bedrest
pada fase akut
3. Jelaskan pada klien tentang
terapi rehabilitatif pada klien
vertigo

19
2 Resiko Cedera NOC NIC
berhubungan Setelah dilakukan asuhan • Manajemen Lingkungan
dengan keperawatan selama 3x24jam, 1. Sediakan lingkungan yang aman
Gangguan diharapkan klien tidak akan untuk klien
keseimbangan mengalami cidera yang ditandai 2. Hindari lingkungan dan barang –
dengan kriteria hasil : barang yang berbahaya dari klien
• Pengendalian Risiko 3. Beri pengaman pada tempat tidur
1. Klien tidak menunjukkan klien atau tempat yang biasa klien
tanda – tanda cidera tempati (kamar mandi, tangga,
2. Klien mampu mengenali dll)
perubahan status
kesehatan
3 Hambatan NOC NIC
Mobilitas Fisik Setelah dilakukan asuhan • Terapi Latihan: Ambulasi
berhubungan keperawatan selama 3x24jam, 1. Ajarkan dan bantu klien merubah
dengan diharapkan klien dapat posisi
Gangguan beraktifitas kembali yang 2. Berikan latihan Brand – Daroff dan
keseimbangan ditandai dengan kriteria hasil : Terapi
• Gerakan Bersama: Aktif Rehabilitasi Vestibular
1. Peningkatan aktifitas 3. Latih klien dalam memenuhi
fiisik kebutuhan
2. Peningkatan kemampuan ADLs nya
berpindah
3. Peningkatan mobilitas

H. Telaah Jurnal

Judul Penelitian : Pengaruh Pemberian Terapi Fisik Brandt Daroff Terhadap Vertigo Di
Ruang UGD RSUD Dr. R Soedarsono Pasuruan.

Penulis : Nike Chusnul Dwi Indah Triyanti, Tri Nataliswati, Supono

Tahun : 2018

Latar Belakang :

20
Vertigo adalah suatu gejala atau perasaan dimana seseorang atau benda di sekitarnya
seolah-olah sedang bergerak atau berputar, yang biasanya disertai dengan mual dan
kehilangan keseimbangan.Vertigo sendiri dapat disebabkan oleh kelainan di dalam telinga
tengah, pada saraf yang menghubungkan telinga dengan otak, dan kelainan penglihatan
karena adanya perubahan tekanan darah yang terjadi secara tiba-tiba.

Di Indonesia angka kejadian vertigo juga sangat tinggi, pada tahun 2010 dari usia 40
sampai 50 tahun sekitar 50% yang merupakan keluhan nomor tiga paling sering dikeluhkan
oleh penderita yang datang ke rumah sakit, setelah nyeri kepala, dan stroke (Sumarilyah,
2010; Widiantoro, 2010).

Salah satunya yaitu terapi farmakologi atau obat. Seperti halnya upaya yang sudah
dilakukan di praktik mandiri dokter yang akan diteliti yaitu memberikan obat untuk
meringankan vertigo. Namun obat yang di konsumsi tentu saja memiliki efek samping.
Banyak terapi-terapi lain selain farmakologi. Salah satunya terapi rehabilitasi vestibular yaitu
Epley Manuver, Semount Manuver dan Brandt Daroff atau Brandt Daroff Exercise.

Salah satu bentuk terapi fisik non farmakologi yang dapat mengurangi atau
menghilangkan gejala tersebut adalah dengan menggunakan metode Brandt Daroff yang
merupakan bentuk terapi fisik atau senam fisik vestibuler untuk mengatasi gangguan
vestibular seperti vertigo. Terapi fisik ini dilakukan untuk mengadaptasikan diri terhadap
gangguan keseimbangan. Latihan Brandt Daroff memiliki keuntungan atau kelebihan dari
terapi fisik lainnya atau dari terapi farmakologi yaitu dapat mempercepat sembuhnya vertigo
dan untuk mencegah terjadinya kekambuhan tanpa harus mengkonsumsi obat.

Tujuan :

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian terapi fisik Brandt
Daroff terhadap vertigo di UGD RSUD Dr. R Soedarsono Pasuruan.

Metode Penelitian :

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Quasi Eksperiment dengan


menggunakan rancangan Pre-test and Post-test Group. Sampel dalam penelitian ini
diambil dengan menggunakan teknik pengambilan sampel Non Probability Sampling
dengan jenis Con- secutive Sampling dengan jumlah 30 sampel. instrument yang
digunakan adalah vertigo Symptom Scale-Short Form (VSS-SF) untuk mengukur skor

21
vertigo, analisa data menggunakan uji Wilxocon Sign Ranking Test dengan taraf
signifikan

Hasil Penelitian :

Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa vertigo yang dirasakan pasien dengan
sebelum dilakukan terapi fisik Brandt Daroff sebagian besar mengalami vertigo sedang dengan
jumlah 16 or- ang (54%), sedangkan yang mengalami vertigo ringan dengan jumlah 13 orang
(44%), dan yang mengalami vertigo berat dengan jumlah 1 orang (2%). Hal ini dapat dilihat
bahwa sebagian besar yang mengalami vertigo adalah pasien dengan dewasa akhir usia 33
s/d 40 tahun. Serta kebanyakan pasien berjenis kelamin perempuan.

Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh terapi fisik Brandt Daroff terhadap vertigo
dimana pada tindakan terapi fisik Brandt Daroff didapatkan penurunan skor vertigo
sebelum dan sesudah dilakukan terapi fisik Brandt Daroff.

22
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Penyakit vertigo biasanya dikenal dengan istilah “pusin tujuh keliling” dikarenakan
seseoranga sedang mengalami keadaan yang serasa berputar dan lingkungan terasa berputar
pula, padahal keadaan tubuh seseorang tersebut tidak bergerak. Penyakit vertigo ini
disebabkan oleh gangguan keseimbangan pada perifer. Dan juga penyakit vertigo disebabkan
oleh kelainan telinga.
Penyakit vertigo yang dialami oleh siapapun, baik yang hanya sesaat ataupun yang lama
akan sangat mengganggu dan juga akan sangat menyisak penderitanya. Maka dari itu apabila
menderita penyakit vertigo baiknya segera mengatasinya dengan cepat agar tidak
berkelanjutan panjang.

B. Saran

Oleh karena itu  kami menyarankan bagi anda  agar harus bisa menjaga kondisi
kesehatan tubuh atau badan dengan baik dan benar, agar tidak mudah mengalami vertigo ini.
Yang intinya, vertigo ini dengan bisa berbahaya dan bisa menyebabkan kematian apabila
tidak diatasi atau ditangani dengan tindakan atau penanganan yang tepat dan cepat dan
diharapkan pembaca khususnya mahasiswa keperawatan dapat mengerti dan memahami serta
menambah wawasan tentang Asuhan Keperawatan pada klien dengan Vertigo.

23
DAFTAR PUSTAKA

Manjoer, Arif, dkk. 2002. Kapita Selekta Kedokteran, Ed 3. EGC : Jakarta


Muttaqin, Arif. (2008). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persyarafan. Jakarta: Salemba Medika
Bahrudin, Moch. (2013) Neurologi klinis. Jakarta : Umum Press.

Neuhauser HK. The epidemiology of dizziness and vertigo. Hanb Clin Neurol,
2016;137:67-82

Baumgartner B, Taylor RS. Peripheral Vertigo. StatPearls [Internet]. Available from:


https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430797/

Corrales CE, Bhattacharyya N. Dizziness and death: an imbalance in mortality.


Laryngoscope, 2016;126(9):2134-2136

24

Anda mungkin juga menyukai