Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

VERTIGO
Disususn untuk memenuhi tugas kelompok
Mata Kuliah : Keperawatan Medikal Bedah II
Dosen Pengampu : Ns. Sri Hesthi Sonyorini, M.Kep

Disusun Oleh:
Siti Nurjanah
(C22022018)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDAL-BATANG
TAHUN AKADEMIK 2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
Keperawatan Medikal Bedah II yang berjudul “Vertigo”
Makalah ini disusun untuk memenuhi mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah
II sebagai syarat untuk memenuhi kriteria penilaian.
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca agar
mereka dapat mengetahui dan mendapatkan pengetahuan yang lebih baik tentang
terapi komplementer Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak
kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik sangat kami harapkan.

Kendal, 13 Mei 2023

Penyusun

2
BAB I

PENDAHUL

UAN

A. Latar Belakang Masalah

Vertigo (gangguan keseimbangan) merupakan suatu istilah yang berasal dari


Bahasa latin vertere yang berarti memutar. Vertigo seringkali dinyatakan sebagai
rasa pusing, sempoyongan, rasa melayang, badan atau dunia sekelilingnya berputar
- putar (Pulungan, 2018). Vertigo merupakan suatu ilusi gerakan, biasanya berupa
sensasi berputar yang akan meningkat dengan perubahan posisi kepala
(Kusumastuti & Sutarni, 2018).
Gejala vertigo seperti perubahan kulit yang menjadi pucat (pallor) terutama
di daerah muka dan peluh dingin (cold sweat). Gejala ini selalu mendahului
munculnya gejala mual/muntah dan diduga akibat sistem saraf simpatik
(Kusumastuti & Sutarni, 2018). Vertigo bukan suatu gejala pusing saja, tetapi
merupakan suatu kumpulan gejala atau satu sindroma yang terdiri dari gejala
somatik (nistagmus, unstable), otonomik (pucat, peluh dingin, mual, muntah), dan
pusing. Vertigo perlu dipahami karena merupakan keluhan nomer 3 paling sering
dikemukakan oleh penderita yang datang ke praktek umum, bahkan pada orang tua
sekitar 75 tahun, 50% datang ke dokter dengan keluhan pusing (Kusumastuti &
Sutarni, 2018).
Vertigo (gangguan keseimbangan) merupakan kelainan yang sering
dijumpai pada lanjut usia. Kelainan tersebut seringkali menyebabkan jatuh dan
mengakibatkan berbagai morbiditas seperti fraktur tulang panggul, cedera otak
bahkan bisa fatal. Kecelakaan adalah penyebab kematian keenam pada seorang
berusia lebih dari 75 tahun akibat jatuh. Hal ini bisa dimengerti oleh karena pada

usia lanjut terjadi berbagai perubahan struktural berupa degenerasi dan atrofi pada
sistem vestibular, visual dan proprioseptif dengan akibat gangguan fungsional pada
ketiga sistem tersebut. Usia lanjut dengan gangguan keseimbangan memiliki risiko

3
jatuh 2-3 kali dibanding usia lanjut tanpa gangguan keseimbangan. Tiap tahun
berkisar antara 20-30% orang yang berusia lebih dari 65 tahun sering lebih banyak
berada di rumah saja karena masalah mudah jatuh (Laksmidewi et al., 2016). Untuk
bisa menangani dan mengevaluasi pasien berusia diatas 60 tahun dengan gangguan
keseimbangan, klinisi harus mengerti tentang fisiologi keseimbangan dan
perubahan-perubahan fisiologis yang terjadi pada proses penuaan (Laksmidewi et
al., 2016).

Prevalensi vertigo di Jerman, usia 18 hingga 79 tahun adalah 30%, 24%


diasumsikan karena kelainan vestibular. Penelitian di Prancis menemukan
prevalensi vertigo 48%. Prevalensi vertigo di Indonesia pada tahun 2017 adalah
50% dari orang tua berumur 75 tahun, pada tahun 2018 50% dari usia 40-50 tahun
dan merupakan keluhan nomor tiga paling sering dikeluhkan oleh penderita yang
datang ke praktek umum setelah nyeri kepala dan stroke (Pulungan,2018).
Meningkatnya kasus vertigo sebagai petunjuk bahwa vertigo membutuhkan
perhatian serius dalam penanganannya, hal ini karena pasien yang mengalami
vertigo akan menurunkan kualitas hidupnya akibat ketidaknyamanan yang
dialaminya. Diagnosa kebutuhan rasa nyaman yang dibutuhkan oleh pasien vertigo
merupakan kebutuhan dasar manusia yang semestinya dipenuhi (Gunawan, 2017).
Gangguan rasa nyaman merupakan perasaan kurang senang, lega, dan sempurna
dalam dimensi fisik, psikospiritual, lingkungan, dan sosial (PPNI, 2016).
Peran pemerintah sangat penting dalam memberikan penyuluhan kepada
masyarakat melalui sosialisasi mengenai pentingnya menjaga kesehatan sejak dini
dengan melaksanakan program pemerintah yaitu Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
(GERMAS). Pemerintah juga memberikan pengobatan gratis dengan pemanfaatan
JKN/KIS meliputi pemanfaatan di fasilitas kesehatan tingkat pertama seperti
Puskesmas, dokter, dan pemanfaatan di poliklinik rawat jalan rumah sakit dan
pemanfaatan pada rawat inap rumah sakit. Hal ini merupakan peran pemerintah
dalam mengajak masyarakat menerapkan pola hidup sehat dan meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat (Kementerian Kesehatan RI, 2016).
Responden yang mengalami vertigo akan mengalami berbagai macam

4
tanda dan gejala, untuk mengatasi hal tersebut maka diperlukan tindakan
komplementer berupa akupresur (Fransisca, 2013). Pemberian akupresur pada titik
meridian yang sesuai akan melepaskan endorphin yang akan meningkatkan
sirkulasi darah sehingga vertigo menurun dan rasa nyaman yang dirasakan oleh
responden (Fransisca, 2013). Akupresur dapat melancarkan energi vital di tubuh
(Chi atau Qi) untuk menstimulus aliran energi dimeridian sehingga akan
mempengaruhi kesehatan. Berdasarkan analisa rerata Vertigo Symptom Scale - Short
Form (VSS-SF) total setelah dilakukan akupresur berbeda signifikan dengan
sebelum dilakukan tindakan akupresur hal ini disebabkan penekanan pada titik
meridian akan melepaskan endorphin. Endorphin adalah zat penghilang rasa sakit
yang secara alami diproduksi dalam tubuh, memicu respon menenangkan dan
membangkitkan semangat dalam tubuh, memiliki efek positif pada emosi, dapat
menyebabkan relaks dan normalisasi fungsi tubuh dan sebagian dari pelepasan
endorphin akan menurunkan tekanan darah dan meningkatkan sirkulasi darah
(Fransisca, 2013).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Krisnanda Aditya Pradana
(2013), hasil analisis frekuensi vertigo setelah dilakukan akupresur lebih rendah
dibandingkan sebelum dilakukan terapi akupresur. Frekuensi dan durasi vertigo
kurang dari 20 menit sesudah dilakukan akupresur mengalami penurunan
dibandingkan sebelum dilakukan akupresur. Sakit kepala sebagai gejala penyerta
vertigo, terjadi hampir setiap hari sebelum dilakukan akupresure, tetapi setelah
dilakukan akupresure sakit kepala mengalami penurunan terjadi setiap minggu
(Fransisca, 2013).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan pada pasien
dengan vertigo
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar penyakit vertigo
b. Mahasiswa mampu mengaplikasikan rencana tindakan keperawatan
pada pasien anak dengan vertigo

5
6
BAB

II

TINJAUAN

PUSTAKA

A. Tinjauan Teori Vertigo

1. Definisi

Vertere merupakan bahasa latin yang artinya vertigo,

yaitu memutar. Definisi vertigo merupakan suatu gerakan

(sirkuler atau linier), atau gerakan sebenarnya dari tubuh

maupun lingkungan sekitarnya yang diikuti atau tanpa

diikuti dengan gejala dari organ yang berada dibawah

pengaruh saraf otonom dan mata (nistagmus) joesoef (2002)

dalam (Setiawati, 2016). Sedangkan menurut Gowers dalam

Buku Kapita Selekta Neurologi yang dibuat oleh (Harsono,

2015) menyatakan vertigo merupakan gerakan atau rasa rasa

gerakan pada tubuh penderita atau objek-objek disekitar

penderita yang berhubungan dengan gangguan

keseimbangan.

Pada vertigo, penderita merasa lingkungan disekitarnya

bergerak atau dirinya bergerak terhadap lingkungan sekitar.

Gerakan yang dialami seperti berputar tapi kadang

berbentuk linier seperti ingin jatuh atau merasa ditarik

7
menjauhi bidang vertikal. (Lumban Tobing (2003) dalam

(Setiawati, 2016)).

2. Klasifikasi Vertigo

Vertigo diklasifikasikan menjadi dua kategori berdasarkan

saluran vestibular dan non vestibular yang mengalami

kerusakan, yaitu vertigo perifer dan vertigo sentral. Vertigo

dapat dibagi menjadi dua yaitu:

8
a. Vertigo Vestibular

Vestibular adalah salah satu organ bagian dalam telinga yang

senantiasa mengirimkan informasi tentang posisi tubuh ke otak

untuk menjaga keseimbangan (Sutarni, 2018).

b. Vertigo Non Vestibular

Vertigo sistemik merupakan suatu keluhan vertigo yang disebabkan

karena adanya penyakit tertentu seperti diabetes militus, hipertensi

dan jantung. (Sutarni, 2018).

3. Etiologi

Tubuh dapat mengendalikan posisi keseimbangan melalui organ

keseimbangan yang ada pada telinga bagian dalam. Organ tersebut

mempunyai saraf yang berhubungan langsung pada area tertentu dalam

otak. Beberapa penyebab umum vertigo (Carpenito, 2016).

a. Lingkungan

1) mabuk darat maupun laut

2) stress

b. Obat-obatan

1) Alkohol

2) Gentamisin

c. Kelainan sirkulasi

1) Trasient ischemic attack atau gangguan fungsi otak sementara

dikarenakan berkurangnya sirkulasi darah ke salah satu bagian

pada otak.

d. Kelainan ditelinga

9
1) Terdapat endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis

pada telinga bagian dalam (menyebabkan benign paroxysmal

positional vertigo)

2) Infeksi telinga bagian dalam oleh bakteri

3) Labirintitis (infeksi labirin di dalam telinga)

e. Kelainan Neurologis

1) Skelorisis multiple

2) Tulang tengkorak patah yang disertai cidera pada labirin,

persarafannya atau keduanya

3) Tumorotak

4) Tumor yang menyebabkan saraf vestibularis tertekan

4. Patofisiologi

Pada sindrom vertigo ditemukan keluhan berupa rasa berputar,rasa ditarik atau didorong

menjauhi bidang vertikal. Vertigo disebabkan oleh gangguan alat keseimbangan tubuh yang

mengakibatkan ketidakcocokan antara posisi tubuh yang sebenamya dengan apa yang dipersepsi oleh

susunan saraf pusat. Jika ada kelainan pada lintasan informasi dari indera keseimbangan yang dikirim ke

sistem saraf pusat, atau kelainan pada pusat keseimbangan, maka proses adaptasi yang normal tidak akan

terj adi tetapi akan menimbulkan reaksi alarm. Keadaan ini berhubungan dengan serat·serat di formasio

retikularis batang otak yang berhubungan dengan aktivitas sistem kolinergik dan adrenergik.

10
5. Pathway

Gambar 2. 1 Pathway

6. Tanda dan Gejala

Pada telinga bagian dalam terdapat organ keseimbangan yang dapat

membuat tubuh merasakan posisi dan mengendalikan keseimbangan.

Organ ini mempunyai saraf yang berhubungan ke area tertentu pada

otak.vertigo bisa disebabkan oleh kelainan di dalam telinga, di dalam

saraf yang menghubungkan telinga dengan otak dan di dalam otaknya

sendiri. Penyebab vertigo juga bisa berhubungan pada kelainan

11
penglihatan atau perubahan pada tekanan darah yang secara tiba-tiba.

Penyebab umum vertigo : (Israr, 2008 dalam (Fauziah, 2015).

Adapun tanda dan gejala vertigo :

a. Mual muntah

b. Pusing

c. Perasaan ingin jatuh

d. Berkeringat hingga pingsan

7. Pemeriksaan
Penunjang

a. Tes romberg

b. Tes melangkah ditempat (Stepping test)

c. Salah tunjuk

d. Manuver Nylen atau manuver Hallpike

e. Tes Kalori

f. Elektronistagmografi

g. Posturografi

8. Penatalaksanaan

Vertigo biasanya di atasi dengan penanganan sesuai penyebabnya.

Misalnya, jika vertigo terjadi karena adanya gangguan pada telinga,

maka penanganan dilakukan di bagian telinganya. Jika vertigo terjadi

akibat adanya gangguan pada penglihatan, maka penanganan dilakukan

di bagian penglihatannya. Pemberian vitamin antihistamin, diuretika,

dan pembatasan konsumsi garam yang telah diketahui dapat

mengurangi keluhan vertigo (Kusumaningsih, 2015).

12
Terapi vertigo meliputi beberapa perlakukan yaitu pemilihan

medikamentosa, rehabilitasi dan operasi. Pilihan terapi vertigo

mencakup:

a. Terapi simtomatik, melalui farmakoterapi

b. Terapi kausal, mencakup

c. Terapi rehabilitatif atau Terapi vestibular exercisemencakup

1) Metode Brandt Daroff

2) Latihan visual vestibular

3) Latihan berjalan (Sutarni, 2018).

Menurut Ardiyansyah, (2012) penatalaksanaan vertigo dapat dibagi

menjadi dua yaitu:

a. Penatalaksanaan secara farmakologi

Pengobatan untuk vertigo yang disebut juga pengobatan


suppresant vestibular yang digunakan adalah golongan
benzodiazepine (diazepam,clonazepam) dan antihistamine
(meclizine, dipenhidramin). Benzodiazepines dapat mengurangi
sensasi berputar namun dapat mengganggu kompensasi sentral pada
kondisi vestibular perifer. Antihistamine mempunyai efek supresif
pada pusat muntah sehingga dapat mengurangi mual dan muntah
karena motion sickness. Harus diperhatikan bahwa benzodiazepine
dan antihistamine dapat mengganggu kompensasi sentral pada
kerusakan vestibular sehingga penggunaannya diminimalkan.
(Purnamasari, 2013)
b. Penatalaksanaan secara Nonfarmakologi

Terapi komplementer (akupresure) dapat mengurangi gejala vertigo.

Akupresure merupakan pemijatan yang dilakukan pada titik atau

lokasi tertentu di bagian tubuh yang sudah ditentukan (Aliya Putri,

2015).

13
Titik-titik akupresure untuk vertigo menurut Hartono, (2012) yaitu,

titik GB 20 Fengchi, BL18 Gansu, Ki 3 Taixi, BL 23 Shenshu, LR 2

Xingjia. GB 20 Fengchi (sedate) adalah titik yang terletak satu cun

batas rambut belakang. BL 18 Ganshu (sedate) adalah titik yang

terletak dua jari kiri dan kanan meridian GV, setinggi batas bawah

thrakal kesembilan, KI 3 Taixi (tonic) adalah titik yang terletak

malleolus internus dan tendon achiles, setinggi bagian tertinggi

malleolus internus, BL 23 Shenus (tonic) adalah titik yang terletak

dua jari kiri dan kanan meridian GV, setinggi batas bawah lumbal

kedua, LR 2 Xingjian (sedate) adalah titik yang terletak 0,5 cun

batas distal lekukan antara ibu jari dan jari kedua kaki. Teknik

memijat ditiap titik menggunakan jari-jari sesuai kemampuan pasien

menerima rasa sakit, dengan durasi 20 menit (Fransisca, 2013).

9. Diet untuk penderita vertigo


Makanan tertentu secara khusus harus dibatasi atau benar-benar

dihindari, karena makanan ini pemicu umum vertigo:

1. Kafein

Mengonsumsi banyak minuman berkafein meningkatkan sensasi

berdenging di dalam telinga. Sebaiknya batasi minuman berkafein

seperti teh, kopi, minuman berenergi, dan soda.

2. Garam

Natrium adalah salah satu bahan makanan yang berkontribusi

terhadap vertigo.

Kelebihan asupan garam dapat menyebabkan retensi air dalam

tubuh, sehingga mengganggu keseimbangan cairan dan tekanan di

tubuh. Juga, garam mengganggu keseimbangan internal dan


14
mekanisme keseimbangan di telinga bagian dalam.

Cobalah berhenti makanan makanan dengan kadar garam tinggi

seperti keripik, acar, makanan olahan dan kalengan.

3. Alkohol

Mengonsumsi alkohol diketahui memperburuk pusing,

keseimbangan, dan mual, terutama bagi mereka yang rentan

terhadap vertigo. Ditambah lagi, minuman beralkohol membuat

tubuh dehidrasi, yang juga bisa menyebabkan vertigo.

4. Gula

Makanan dan minuman yang sarat akan gula dapat memicu sakit

kepala serta gejala vertigo.

Demi menjaga keseimbangan cairan dan meringankan gejala

vertigo, perbanyak makanan ini:

1. Buah-buahan

Buah-buahan mengandung beragam nutrisi yang bermanfaat untuk

mengendalikan gejala vertigo. Misalnya saja, buah-buahan sumber

vitamin C seperti buah beri, jeruk, nanas, dan jambu biji. Senyawa

potasium dalam banyak buah-buahan sangat penting untuk menjaga

keseimbangan cairan di sistem tubuh. Retensi cairan di telinga

bagian dalam dapat menyebabkan vertigo. Maka dari itu, konsumsi

beberapa buah kaya potasium untuk mengurangi gejala seperti

pisang, anggur, dan aprikot.

2. Kacang-kacangan

Kacang-kacangan adalah sumber lemak sehat dan vitamin A, B

dan E yang berfungsi mengurangi gejala vertigo dan membuat

15
tubuh tetap berenergi sepanjang hari. Kacang-kacangan yang baik

untuk meredakan gejala vertigo mencakup kacang almond, kenari,

dan hazelnut.

3. Sayuran

Sayuran memberikan sejumlah manfaat bagi kesehatan secara

keseluruhan, serta menurunkan gejala vertigo. Tambahkan

sedikitnya satu porsi sayuran, entah itu asparagus, brokoli, atau

sayuran hijau lainnya.

4. Protein rendah lemak

Ayam, ikan, dan telur yang diproses secara organik adalah

sumber protein sehat yang membantu menjaga tingkat energi dan

meringankan gejala vertigo.

5. Jahe

Jahe dikenal sebagai rempah untuk meredakan gejala mual dan

muntah, pusing, serta vertigo. Menyesap teh jahe adalah cara ideal

dan nikmat untuk mengendalikan gejala vertigo.

6. Menghidrasi tubuh

Minum banyak cairan sangat penting untuk menjaga keseimbangan

cairan dan elektrolit dalam tubuh. Sebab, gejala vertigo memburuk

ketika tubuh mengalami dehidrasi.

16
B. Konsep Keperawatan Vertigo

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah awal untuk memperoleh data

pengkajian yang akurat sesuai dengan keadaan klien (Suprajitno, 2012)

a. Identitas klien

b. Keluhan utama

Keluhan yang pasien rasakan disaat melakukan pengkajian

c. Riwayat penyakit dahulu dan Keluarga

Apakah keluarga pernah memiliki riwayat penyakit yang sama.

Apakah ada riwayat trauma pada kepala, penyakit infeksi maupun

inflamasi. Riwayat mengkonsumsi obat vestibulotoksik seperti

antibiotik, aminoglikosid, antikonvulsan, dan salisilat.

d. Pengkajian fokus

1) Aktivitas/istirahat

a) Merasa lemah Terbatas untuk bergerak


b) Tegang pada mata dan sulit untuk membaca
c) Susah tidur, nyeri kepala ketika bangun dipagi hari
d) Nyeri kepala hebat ketika ada perubahan postur tubuh atau aktivitas

2) Sirkulasi

a) Terdapat riwayat hipertensi

b) Terdapat Denyutan vaskuler

c) Wajah tampak pucat atau kemerahan

3) Integritas ego

a) stress

17
4) Neurosensori

a) Merasa pusing atau disorientasi ketika sakit kepala

b) Riwyat kejang, cidera pada kepala, stroke

c) Perubahan pada visual,sensitif terhadap cahaya atau suara

bising

d) Parastesia, kelemahan, paralysis satu sisi tempore

e) Reflekstendon dalam menurun

f) Papil edema

5) Nyeri/kenyamanan

a) Karakter nyeri tergantung pada jenis sakit kepala

b) Sulit untuk fokus

c) Gelisah

d) Tegang pada otot leher, frigiditas vokal

6) Respirasi

Adakah gangguan pernafasan

7) Keamanan

a) alergi

b) Hipertermi

c) sakit kepala pada gangguan sinus

18
2. Diagnosa Keperawatan

a. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit

b. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontroltidur

c. Nausea berhubungan dengan faktor psikologis

d. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi

e. Risiko jatuh berhubungan dengan gangguan keseimbangan

3. Intervensi keperawatan

Diagnosa
Keperawatan SLKI SIKI
(SDKI)
Gangguan rasa Status kenyamanan Pengaturan posisi
nyaman (D.0074) (L.08064) (I.01019)
diharapkan status tempatkan pada
kenyamanan meningkat matras/tempat tidur
dengan kriteria hasil : terapeutik yang
 Keluhan tidak tepat
nyaman (5) tempatkan pada
 Gelisah (5) posisi terapeutik
 Mual (5) tempatkan objek
yang sering
digunakan dalam
jangkauan
sediakan matras
yang kokoh atau
padat posisikan
pada kesejajaran
tubuh yang tepat

19
Gangguan pola Pola Tidur (L.05045) Dukungan tidur
tidur (D.0055) diharapkan pola tidur (I.05174)
membaik dengan kaji pola aktivitas
kriteria hasil : dan tidur
 Keluhan sulit tidur Kaji faktor penyulit
(1) tidur
 keluhan tidak puas Modifikasi
tidur (1) lingkungan tidur
 keluhan pola tidur Ajarkan cara
berubah (1) menghilangkan stres
 keluhan istirahat sebelum tidur
tidak cukup (1) Tetapkan jadwal
tidur rutin
Lakukan prosedur
untuk meningkatkan
kenyamanan

Nausea (D.0076) Tingkat Nausea Manajemen Mual


(L.12111) (I.03117)
Diharapkan tingkat identifikasi
nausea menurun dengan pengalaman mual
kriteria hasil : identifikasi dampak
 Keluhan mual (5) mual terhadap
 Perasaan ingin kualitas hidup
muntah (5) identifikasi faktor
penyebab mual
monitor mual
kendalikan faktor
lingkungan penyebab
mual
ajarkan penggunaan
teknik
nonfarmakologis
untuk menghilangkan
mual
Defisit pengetahuan Tingkat pengetahuan Edukasi pencegahan
(D.0111) (L.12111) jatuh (I.12407)
diharapkan tingkat Kaji gangguan
pengetahuan meningkat kognitif dan fisik
dengan kriteria hasil : yang memungkinkan
 pertanyaan jatuh
tentang masalah periksakan kesiapan
yang dihadapi menerima informasi
(5) dan persepsi

20
 persepsi yang terhadap risiko jatuh
keliru terhadap siapkan materi,
masalah (5) media tentang
faktor-faktor
penyebab, cara
identifikasi dan
pencegahan risiko
jatuh dirumah sakit
maupun dirumah
ajarkan mengkaji
perilaku dan
faktor yang
berkontribusi
terhadap risiko jatuh
dan cara mengurangi
penyebab risiko
jatuh ajarkan
memodifikasi area-
area yang
membahayakan
dirumah
Risiko jatuh Tingkat Jatuh (L.14138) Pencegahan Jatuh
(D.0143) diharapkan tingkat jatuh ( I.14540)
menurun dengan kriteria Kaji faktor risiko jatuh
hasil : identifikasi faktor
 jatuh saat berdiri lingkungan yang
(1) meningkatkan risiko
 jatuh saat duduk jatuh gunakan alat
bantu saat berjalan
(1)
Anjurkan
 jatuh saat memanggil perawat
berjalan (1) atau keluarga
indikator : jika membutuhkan
1. menurun bantuan untuk
2. cukup menurun berpindah
3. sedang anjurkan menggunakan
4. cukup meningkat alas kaki yang tidak
licin
Table 2. 1Intervensi keperawatan

21
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Vertigo merupakan
kondisi yang diakibatkan
karena adanya gangguan pada
telinga
atau pada saraf ocousticus
yang mengakibatkan nyeri
dan kelemahan otot leher
serta
keseimbangan tubuh pasien.
Dengan adanya pemeriksaan
fisioterapi yang teliti maka
seseorang dapat mengetahui
penyebab dari vertigo
22
tersebut, sehingga fisioterapi
dapat
melakukan intervensi pada
kasus tersebut dengan tepat
walaupun dalam pemeriksaan
manajemenn pelayanan di
Rumah Sakit harus memberikan
aplikasi terapi sesuai dengan
konsultan darai dokter
Rehabilitasi Medik pada
kasus vertigo ini yang
disebabkan oleh
trauma. Berbagai masalah yang
timbul pada kondisi ini yaitu
adanya nyeri, keterbatasan

23
LGS (Lingkup Gerak Sendi),
penurunan kekuatan otot, serta
keseimbangan pasien yang
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Vertigo merupakan kondisi yang diakibatkan karena adanya gangguan pada telinga atau

pada saraf ocousticus yang mengakibatkan nyeri dan kelemahan otot leher serta keseimbangan

tubuh pasien. Dengan adanya pemeriksaan fisioterapi yang teliti maka seseorang dapat

mengetahui penyebab dari vertigo tersebut, sehingga fisioterapi dapat melakukan intervensi pada

kasus tersebut dengan tepat walaupun dalam pemeriksaab manajemenn pelayanan di Rumah

Sakit harus memberikan aplikasi terapi sesuai dengan konsultan darai dokter Rehabilitasi Medik

pada kasus vertigo ini yang disebabkan oleh trauma. Berbagai masalah yang timbul pada kondisi

ini yaitu adanya nyeri, keterbatasan LGS (Lingkup Gerak Sendi), penurunan kekuatan otot, serta

keseimbangan pasien yang berkurang. Modalitas terapi yang diberikan untuk mengatasi masalah

tersebut yaitu Micro Wave Diathermy (MWD) dan massage terapi. Selain itu pasien juga

diberikan edukasi untuk melakukan latihan di rumah seperti yang telah diajarkan oleh terapis.

Dengan pelaksanaan terapi dengan menggunakan modalitas tersebut hasil yang diperoleh

menunjukkan perkembangan positif yaitu di buktikannya dengan Micro Wave Diathermy

(MWD) dapat penurunkan nyeri, massage terapi dengan teknik stroking dan efflurage dapat

meningkatan LGS, massage terapi dengan teknik stroking dan efflurage dapat meningkatan

kekuatan otot, serta dengan Standing Balance Test dapat meningkatan keseimbangan sehingga

mampu melakukan aktivitas sehari- hari di lingkungan sekolah dan lingkungan rumahnya dapat

meningkatkan kualitas hidup bermasyarakat.

24
B. Saran
Fisioterapi dalam memberikan tindakan terapi perlu diawali dengan pemerikasaan yang

teliti, penegakan diagnosa yang benar, pemilihan modalitas, pemberian edukasi yang benar dan

mengevaluasi hasil terapi yang rutin agar memperoleh hasil terapi yang optimal dan

terdokumentasi dengan baik. Pengobatan pada kasus ini sebaikanya diberikan seawal mungkin

dan perlu juga Fisioterapi mengajarkan di rumah (Home program) kepada pasien seperti: saat

tidur tidak menggunakan bantal yang terlalu tebal dan keras, tidak dibenarkan menggerakan

leher secara spontan, tidur dengan posisi yang benar yaitu terlentang dan olahraga yang teratur.

Pada pasien agar selalu memperhatikan anjuran atau larangan tim medis yang kiranya

mengganggu kesembuhan pasien dan untuk kesembuhan melaksanakan program terapi secara

intensif sesuai dengan petunjuk yang telah diberikan oleh terapis demi keberhasilan suatu terapi.

Kepada keluarga pasien agar selalu memberikan dorongan atau support, serta mambantu pasien

untuk melaksanakan program terapi terutama di rumah. Dan akhirnya penulis berharap semoga

Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermamfaat bagi semua kalangan. Pada makalah ini memang masih

banyak terdapat kekurangan sehingga diharapkan supaya dilanjutkan dengan penelitian –

penelitian yang serupa pada kasus ini yang jauh lebih sempurna.

25
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Vertigo merupakan
kondisi yang diakibatkan
karena adanya gangguan pada
telinga
atau pada saraf ocousticus
yang mengakibatkan nyeri
dan kelemahan otot leher
serta
keseimbangan tubuh pasien.
Dengan adanya pemeriksaan
fisioterapi yang teliti maka
seseorang dapat mengetahui
penyebab dari vertigo
26
tersebut, sehingga fisioterapi
dapat
melakukan intervensi pada
kasus tersebut dengan tepat
walaupun dalam pemeriksaan
manajemenn pelayanan di
Rumah Sakit harus memberikan
aplikasi terapi sesuai dengan
konsultan darai dokter
Rehabilitasi Medik pada
kasus vertigo ini yang
disebabkan oleh
trauma. Berbagai masalah yang
timbul pada kondisi ini yaitu
adanya nyeri, keterbatasan

27
LGS (Lingkup Gerak Sendi),
penurunan kekuatan otot, serta
keseimbangan pasien yang
DAFTAR PUSTAKA

Kang L S,. Pengobatan Vertigo dengan Akupunktur, Cermin Dunia Kedokteran No. 144,Jakarta,
2004.
Lumban Tobing. S.M, 2003, Vertigo Tujuh Keliling, Jakarta : FK UI
Lynda Juall carpernito, Rencana Asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawatan,
Diagnosis Keperawatan dan Masalah Kolaboratif, ed. 2, EGC, Jakarta, 2009.
Marilynn E. Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian pasien, ed.3, EGC, Jakarta, 2019.
Perhimpunan Dokter Spesialis Syaraf Indonesia, 2018, Vertigo Patofisiologi, Diagnosis dan
Terapi, Malang:Perdossi
Stanton M, Freeman AM. 2021. Vertigo. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482356/
Hesham M Samy. 2017. Dizziness, Vertigo, an Imbalance. Med Scape. Emedicine.
https://emedicine.medscape.com/article/2149881-overview

Julie Marks. 2021. What Is Vertigo? Symptoms, Cause, Diagnosis, Treatment, and Prevention.
Everyday Health.

Brittney Wilson. 2019. A Nursing Care Plan For Vertigo. The Nerdy Nurse.
https://thenerdynurse.com/a-nursing-care-plan-for-vertigo/

PPNI, 2017. Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) edisi 1 cetakan II. DPP PPNI.
Jakarta

PPNI, 2018. Standart Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) edisi 1 cetakan II. DPP PPNI.
Jakarta

PPNI, 2019. Standart Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) edisi 1 cetakan II. DPP PPNI.
Jakarta

28
29

Anda mungkin juga menyukai