Anda di halaman 1dari 20

TINJAUAN TEORI

A. Latar Belakang

Vertigo merupakan kasus yang sering ditemui. Vertigo berasal dari Bahasa
Yunani “vertere” yang artinya memutar. Vertigo termasuk dalam gangguan
keseimbangan yang dinyatakan sebagai pusing pening, sempoyongan, rasa
seperti melayang atau dunia seperti jungkir balik. Angka kejadian di sebuah
klinik vertigo di London, Inggris ditemukan sebanyak 17% kasus BPPV dari
semua keluhan vertigo (Edward, 2010). Menurut Widiantoro (2010) dalam
Sumarliyah (2011), tahun 2009 di Indonesia angka kejadian vertigo sangat tinggi
sekitar 50% dari orang tua yang berumur 75 tahun. Tahun 2010 sejumlah 50%
dari usia 40-50 tahun mengalami vertigo dan juga merupakan keluhan nomor tiga
sering dikemukakan oleh penderita yang datang ke praktek umum. Pada
umumnya vertigo ditemukan sebesar 4-7 % dari keseluruhan populasi dan hanya
15 % yang diperiksakan kedokter. Menurut Miralzadiza (2008) dalam
Sumarliyah (2011), kejadian vertigo di poliklinik saraf Rumah Sakit Khodijah
Sepanjang ini menempati sisi keempat setelah nyeri kepala dan stroke, serta
menempati posisi ketiga di bangsal rawat inap. Jumlah pasien vertigo tahun 2010
pada bulan September adalah 18 orang dan pada bulan Oktober adalah 22 orang
serta pada bulan November adalah 18 orang dan pada bulan Desember adalah 20
orang.
Menurut Widiantopanco (2010) dalam Sumarliyah (2011), penyebab
gangguan keseimbangan pada pasien vertigo dapat merupakan suatu kondisi
anatomis yang jelas atau reaksi fisiologis sederhana terhadap kejadian hidup
yang tidak menyenangkan. Menurut Miralzadia (2008) dalam Sumarliyah (2011),
ada berapa situasi dan kondisi yang melatarbelakangi terjadinya vertigo adalah
hanya suatu kondisi yang tidak begitu berarti tetapi pada waktu yang lain dapat
merupakan kondisi yang mengancam jiwa. Sayangnya menemukan penyebab
masalah keseimbangan dapat sangat melelahkan dan membuat frustasi. Sebagai
contoh, hampir semua masalah apapun pada sistem apapun dalam tubuh dapat
menyebabkan kondisi pusing atau gangguan keseimbangan. Adapun orientasi
kita terdapat ruang dan keseimbangan atau equilibrium diukur oleh 3 sistem
sensori yaitu sistem penglihatan visual, sistem keseimbangan telinga dalam
vestibular dan sistem sensori umum meliputi sensor gerakan, tekanan dan posisi
pada sendi, otak serta kulit.
Menurut Rahmad (2010) dalam Sumarliyah (2011), otak memproses
data-data dan menggunakan informasi untuk penilaian yang cepat terhadap
kepala, badan, sendi dan mata. Ketika tiga sistem sensoris dan otak berfungsi
dengan baik, hasil akhirnya adalah sistem keseimbangan yang sehat. Ketika
sistem keseimbangan tidak berfungsi, maka dapat menyusuri masalah
kembali pada suatu gangguan dari salah satu dari ketiga sistem sensoris atau
memproses data (otak). Masalah-masalah dari tiap-tiap area tersebut
berhubungan dengan sistem-sistem sensoris atau otak. Fungsi alat
keseimbangan tubuh di perifer atau sentral dalam kondisi tidak normal atau
tidak fisiologis atau ada rangsang gerakan yang aneh atau berlebihan maka
proses pengolahan informasi akan terganggu akibatnya muncul gejala vertigo
dan gejala otonom, disamping itu respons penyesuaian otot menjadi tidak
adekuat sehingga muncul gerakan abnormal yang dapat berupa nistagmus,
unsteadiness, ataksia saat berdiri atau berjalan dan gejala lainnya.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi Vertigo
Vertere suatu istilah dalam bahasa latin yang merupakan bahasa lain dari

vertigo, yang artinya memutar. Vertigo dalam kamus bahasa diterjemahkan

dengan pusing (Wahyono, 2017). Definisi vertigo adalah gerakan  (sirkuler atau

linier), atau gerakan sebenarnya dari tubuh atau lingkungan sekitarnya diikuti atau

tanpa diikuti dengan gejala dari organ yang berada di bawah pengaruh saraf

otonom dan mata (nistagmus) (Jenie, 2017). Sedangkan menurut Gowers Kapita

Selekta neurologi, 2017, mendefinisikan vertigo adalah setiap gerakan atau rasa

gerakan tubuh penderita atau objek-objek disekitar penderita yang bersangkutan

dengan gangguan sistem keseimbangan (ekuilibrum).

Vertigo dapat digolongkan sebagai salah satu bentuk gangguan keseimbangan

atau gangguan orientasi di ruangan. Banyak system atau organ tubuh yang ikut

terlibat dalam mengatur dan mempertahankan keseimbangan tubuh kita.

Keseimbangan diatur oleh integrasi berbagai sistem diantaranya sistem vestibular,

system visual dan system somato sensorik (propioseptik). Untuk

memperetahankan keseimbangan diruangan, maka sedikitnya 2 dari 3 sistem

system tersebut diatas harus difungsikan dengan baik. Pada vertigo, penderita

merasa atau melihat lingkunganya bergerak atau dirinya bergerak terhadap

lingkungannya. Gerakan yang dialami biasanya berputar namun kadang berbentuk

linier seperti mau jatuh atau rasa ditarik menjauhi bidang vertikal. Pada penderita
vertigo kadang-kadang dapat kita saksikan adanya nistagmus. Nistagmus yaitu

gerak ritmik yang involunter dari pada bolamata (Lumban Tobing, 2017).

Vertigo adalah perasaan seolah-olah penderita bergerak atau berputar, atau

seolah-olah benda di sekitar penderita bergerak atau berputar, yang biasanya

disertai dengan mual dan kehilangan keseimbangan. Vertigo bisa berlangsung

hanya beberapa saat atau bisa berlanjut sampai beberapa jam bahkan hari.

Penderita kadang merasa lebih baik jika berbaring diam, tetapi vertigo bisa terus

berlanjut meskipun penderita tidak bergerak sama sekali (Israr, 2018).

Vertigo adalah keadaan pusing yang dirasakan luar biasa. Seseorang yang

menderita vertigo merasakan sekelilingnya seolah-olah berputar, ini disebabkan

oleh gangguan keseimbangan yang berpusat di area labirin atau rumah siput di

daerah telinga. Perasaan tersebut kadang disertai dengan rasa mual dan ingin

muntah, bahkan penderita merasa tak mampu berdiri dan kadang terjatuh karena

masalah keseimbangan. Keseimbangan tubuh dikendalikan oleh otak kecil yang

mendapat informasi mengenai posisi tubuh dari organ keseimbangan di telinga

tengah dan mata. Vertigo biasanya timbul akibat gangguan telinga tengah dan

dalam atau gangguan penglihatan (Carpenitto, Lynda Juall 2017).

Vertigo adalah sensasi atau perasaan yang mempengaruhi orientasi ruang dan

mungkin dapat didefinisikan sebagai suatu ilusi gerakan. Keluhan ini merupakan

gejala yang sifatnya subyektif dan karenanya sulit dinilai. Walupun pengobatan

sebaiknya langsung pada penyebab yang mendasari penyebab atau kelainannya,

asal atau penyebab vertigo sering tidak diketahui ataupun tidak mungkin diobati

Doengoes, Marilynn E. (2017).


B. Jenis Vertigo
Vertigo diklasifikasikan menjadi dua kategori berdasarkan saluran vestibular
yang mengalami kerusakan, yaitu:
1. Vertigo Periferal
Vertigo periferal terjadi jika terdapat gangguan di saluran yang disebut kanalis
semisirkularis, yaitu telinga bagian tengah yang bertugas mengontrol
keseimbangan. Gangguan kesehatan yang berhubungan dengan vertigo periferal
antara lain penyakitpenyakit seperti benign parozysmal positional vertigo
(gangguan akibat kesalahan pengiriman pesan), penyakit meniere (gangguan
keseimbangan yang sering kali menyebabkan hilang pendengaran), vestibular
neuritis (peradangan pada sel-sel saraf keseimbangan), dan labyrinthitis (radang di
bagian dalam pendengaran).
2. Vertigo Sentral
Saluran vestibular adalah salah satu organ bagian dalam telinga yang senantiasa
mengirimkan informasi tentang posisi tubuh ke otak untuk menjaga keseimbangan.
Vertigo sentral terjadi jika ada sesuatu yang tidak normal di dalam otak,
khususnya di bagian saraf keseimbangan, yaitu daerah percabangan otak dan
serebelum (otak kecil).
C. Etiologi
Penyebab vertigo dibagi berdasarkan jenis vertigo yaitu:
1. Vertigo jenis perifer ini dapat disebabkan karena adanya
neurolotisvestibuler, vertigo posisional benigna (jinak), penyakit meniere,
trauma, fisiologis (seperti mabuk kendaraan), obat-obatan dan tumor di
fossa posterior dasar tengkorak (misalnya neuroma akustik). Jenis benign
positional vertigo adalah suatu keadaan ketika vertigo terjadi secara
mendadak dan berlangsung kurang dari 1 detik Yatim, 2004). Gangguan
ini diakibatkan perubahan posisi kepala biasanya terjadi ketika penderita
berbaring, bangun, berguling di atas tempat tidur atau menoleh ke belakang
(Gandhi, 2012).
2. Vertigo sentral ini dapat disebabkan karena adanya stroke batangotak, TIA
vertebrobasiler, kanker, migrainbasiler, trauma, perdarahan di otak kecil,
infark batang otak atau cerebellum dan degenerasi spinoserebellar (Yatim,
2004).
D. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala utama pada vertigo adalah sensasi pada tubuh atau
ruangan yang terasa bergerak atau berputar. Tanda dan gejala lainnya dari
vertigo antara lain kesulitan untuk menelan, penglihatan ganda, masalah pada
gerakan mata, kelumpuhan di daerah wajah, bicara tak jelas dan tungkai terasa
lemah. Pada beberapa orang, sensasi berputar dapat memicu mual dan muntah
(Gandhi, 2012), serta klien mengeluhkan nyeri kepala pada pagi hari, muntah
dan kadang gangguan penglihatan khasnya adalah pandangan visual kabur
(Ginsberg, 2007). Adapun tanda dan gejala lainnya adalah gangguan
keseimbangan, rasa tidak stabil, disorientasi ruangan, rasa mual dan muntah,
biasanya gejala ini lebih dominan pada vertigo perifer (Syahrir, 2008).
E. Patofisiologi
Dalam kondisi fisiologi/ normal, informasi yang tiba dipusat integrasi alat
keseimbangan tubuh yang berasal dari resptor vestibular, visual dan propioseptik
kanan dan kiri akan diperbandingkan, jika semuanya sinkron dan wajar akan
diproses lebih lanjut secara wajar untuk direspon. Respon yang muncul beberapa
penyesuaian dari otot-otot mata dan penggerak tubuh dalam keadaan bergerak. Di
samping itu orang menyadari posisi kepala dan tubuhnya terhadap lingkungan
sekitarnya. Tidak ada tanda dan gejala kegawatan (alarm reaction) dalam bentuk
vertigo dan gejala dari jaringan otonomik.
Namun jika kondisi tidak normal/ tidak fisiologis dari fungsi alat keseimbangan
tubuh dibagian tepi atau sentral maupun rangsangan gerakan yang aneh atau
berlebihan, maka proses pengolahan informasi yang wajar tidak berlangsung dan
muncul tanda-tanda kegawatan dalam bentuk vertigo dan gejala dari jaringan
otonomik. Di samping itu respon penyesuaian otot-otot menjadi tidak adekuat
sehingga muncul gerakan abnormal dari mata disebut nistagnus.
F. Pathway

G. Pemeriksaan penunjang
1) Tes Romberg yang dipertajam
Sikap kaki seperti tandem, lengan dilipat pada dada dan mata kemudian
ditutup. Orang yang normal mampu berdiri dengan sikap yang romberg yang
dipertajam selama 30 detik atau lebih.
2) Tes Melangkah ditempat (Stepping Test)
Penderita disuruh berjalan ditempat dengan mata tertutup sebanyak 50 langkah.
Kedudukan akhir dianggap abnormal jika penderita beranjak lebih dari satu
meter atau badan berputar lebih dari 30 derajat .Salah Tunjuk (post-pointing).
Penderita merentangkan lengannya, angkat lengan tinggi-tinggi (sampai
fertikal) kemudian kembali kesemula.
3) Manuver Nylen Barang atau manuver
HallpikePenderita duduk ditempat tidur periksa lalu direbahkan sampai kepala
bergantung dipinggir tempat tidur dengan sudut 300  kepala ditoleh kekiri lalu
posisi kepala lurus kemudian menoleh lagi kekanan pada keadaan abnormal
akan terjadi nistagmus.
4) Tes Kalori
Dengan menyemprotkan air bersuhu 300 ketelinga penderita.
5) Elektronistagmografi
Yaitu alat untuk mencatat lama dan cepatnya nistagmus yang timbul.
6) Posturografi
Yaitu tes yang dilakukan untuk mengevaluasi system visual, vestibular dan
somatosensorik.
H. Pengobatan
Pengobatan farmakologis yaitu pengobatan dengan obat seperti antihipertensi,
tranquilizer, antidepresan, sedative dapat menimbulkan efek samping berupa
vertigo serta gangguan keseimbangan (Joesoef, 2006). Beberapa pengobatan
hanya diberikan untuk jangka pendek untuk gejala-gejala vertigo Pengobatan
untuk vertigo yang disebut juga pengobatan suppresant vestibular yang digunakan
adalah golongan benzodiazepine (diazepam, clonazepam) dan antihistamine
(meclizine, dipenhidramin). Benzodiazepines dapat mengurangi sensasi berputar
namun dapat mengganggu kompensasi sentral pada kondisi vestibular perifer.
Antihistamine mempunyai efek supresif pada pusat muntah sehingga dapat
mengurangi mual dan muntah karena motion sickness. Harus diperhatikan bahwa
benzodiazepine dan antihistamine dapat mengganggu kompensasi sentral pada
kerusakan vestibular sehingga penggunaannya diminimalkan (Purnamasari,
2007). Adapun pengobatan selain farmakologi yaitu pengobatan tanpa obat (non
farmakologi). Pengobatan non farmakologi untuk gangguan keseimbangan (pada
telinga), yaitu rehabilitasi/fisioterapi dalam hal ini latihan gerakan kepala dan
badan. Ada beberapa latihan yaitu : Canalit Reposition Treatment (CRT)/Epley
manouver, Rolling/Barbeque maneuver, Semont Liberatory maneuver dan Brand-
Darroff exercise. Beberapa latihan ini terkadang memerlukan seseorang untuk
membantunya tetapi ada juga yang dapat dikerjakan sendiri (Jurnal/pengobatan
gangguan keseimbangan (vertigo) penyakit telinga hidung tenggorok) (Darminto,
2008).
Pengobatan non farmakologi ini atau senam keseimbangan Canalit Reposition
Treatment (CRT) merupakan latihan gerak tubuh dengan kepala leher mata dalam
posisi tetap. Mata dan kepala bergerak mengikuti obyek penglihatan yang
bergerak. Latihan dengan alat sejenis pembangkit nistagmus (Joesoef, 2007).
I. Komplikasi
Komplikasi yang dapat dialami adalah sebagai berikut: mual, muntah, pusing,
pandangan berputar, lemas, tidak nafsu makan dan bertenaga.
J. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan pasien pada saat dilakukan pengkajian.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah sakit. Pada
pasien vertigo tanyakan adakah pengaruh sikap atau perubahan sikap
terhadap munculnya vertigo, posisi mana yang dapat memicu vertigo.
c. Riwayat kesehatan yang lalu
Adakah riwayat trauma kepala, penyakit infeksi dan inflamasi dan
penyakit tumor otak. Riwayat penggunaan obat vestibulotoksik missal
antibiotik, aminoglikosid, antikonvulsan dan salisilat.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah riwayat penyakit yang sama diderita oleh anggota keluarga lain
atau riwayat penyakit lain baik.
e. Aktivitas / Istirahat
1) Letih, lemah, malaise
2) Keterbatasan gerak
3) Ketegangan mata, kesulitan membaca
4) Insomnia, bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala
5) Sakit kepala yang hebat saat perubahan postur tubuh, aktivitas (kerja)
atau karena perubahan cuaca.
f. Sirkulasi
1) Riwayat hypertensi
2) Denyutan vaskuler, misal daerah temporal
3) Pucat, wajah tampak kemerahan.
g. Integritas Ego
1) Faktor-faktor stress emosional/lingkungan tertentu
2) Perubahan ketidakmampuan, keputusasaan, ketidakberdayaan depresi
3) Kekhawatiran, ansietas, peka rangsangan selama sakit kepala
4) Mekanisme refresif/dekensif (sakit kepala kronik).
5) Makanan dan cairan
- Makanan yang tinggi vasorektiknya misalnya kafein, coklat,
bawang,keju, alkohol, anggur, daging, tomat, makan berlemak, jeruk,
saus,hotdog, MSG (pada migrain)
- Mual/muntah, anoreksia (selama nyeri)
- Penurunan berat badan
h. Neurosensoris
1) Pening, disorientasi (selama sakit kepala)
2) Riwayat kejang, cedera kepala yang baru terjadi, trauma, stroke
3) Aura ; fasialis, olfaktorius, tinitus
4) Perubahan visual, sensitif terhadap cahaya/suara yang keras, epitaksis
5) Parastesia, kelemahan progresif/paralysis satu sisi tempore
6) Perubahan pada pola bicara/pola pikir 
7) Mudah terangsang, peka terhadap stimulus
8) Penurunan refleks tendon dalam
9) Papiledema.
i. Nyeri/ kenyamanan
1) Karakteristik nyeri tergantung pada jenis sakit kepala, misal
migrain,ketegangan otot, cluster, tumor otak, pascatrauma, sinusitis
2) Nyeri, kemerahan, pucat pada daerah wajah
3) Fokus menyempit
4) Fokus pada diri sendiri
5) Respon emosional / perilaku tak terarah seperti menangis, gelisah
6) Otot-otot daerah leher juga menegang, frigiditas vokal.
j. Keamanan
1) Riwayat alergi atau reaksi alergi
2) Demam (sakit kepala)
3) Gangguan cara berjalan, parastesia, paralisis
4) Drainase nasal purulent (sakit kepala pada gangguan sinus).8.
k. Interaksi sosial
Perubahan dalam tanggung jawab/peran interaksi sosial
yang berhubungan dengan penyakit.
l. Penyuluhan / pembelajaran
1) Riwayat hypertensi, migrain, stroke, penyakit pada keluarga
2) Penggunaan alcohol/obat lain termasuk kafein.
Kontrasepsioral/hormone, menopause.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
b. Pemeriksaan Persistem
1) Sistem persepsi sensori
2) Adakah rasa tidak stabil, disrientasi, osilopsia yaitu suatu ilusi bahwa
benda yang diam tampak bergerak maju mundur.
3) Sistem Persarafan
Adakah nistagmus berdasarkan beberapa pemeriksaan baik manual
maupun dengan alat.
4) Sistem Pernafasan
Adakah gangguan pernafasan.
5) Sistem Kardiovaskuler
Adakah terjadi gangguan jantung
6) Sistem Gastrointestinal
Adakah Nausea dan muntah
7) Sistem integumen
8) Sistem Reproduksi
9) Sistem Perkemihan
3. Pola Fungsi Kesehatan
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Adakah kecemasan yang dia lihatkan oleh kurangnya pemahaman pasien
dan keluarga mengenai penyakit, pengobatan dan prognosa.
b. Pola aktivitas dan latihan
Adakah pengaruh sikap atau perubahan sikap terhadap munculnya
vertigo, posisi yang dapat memicu vertigo.
c. Pola nutrisi metabolism
Adakah nausea dan muntah
d. Pola eliminasi
e. Pola tidur dan istirahat
f. Pola Kognitif dan perseptua
Adakah disorientasi dan asilopsia
g. Persepsi diri atau konsep diri
h. Pola toleransi dan koping stress
i. Pola sexual reproduksi
j. Pola hubungan dan peran
k. Pola nilai dan kenyakinan
4. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko jatuh berhubungan dengan pusing ketika menggerakan kepala
b. Nausea berhubungan dengan penyakit meniere, labirintitis
c. Defisit self care: toileting, bathing, feeding
d. Defisit pengetahuan tentang penyakit pengobatan dan perawatan
berhubungan dengan kurangnya paparan informasi
e. Perfusi jaringan tidak efektif; cerebral berhubungan dengan aliran arteri
terhambat.
5. Rencana Keperawatan
DIAGNOSA
NO TUJUAN INTERVENSI
KEPERAWATAN
1. Resiko jatuh Setelah dilakukan 1. Environmental Management:
berhubungan dengan tindakan keperawatan Safety: awasi dan gunakan
pusing ketika selama 3 x 24 jam pasien lingkungan fisik untuk
menggerakkan kepala diharapakan tidak jatuh, meningkatkan keamanan.
dengan kriteria hasil: 2. Falls Prevention:
NOC:  Kaji penurunan kognitif dan
a. Safeti status: Falls fisik pasien yang mungkin
Occurrence dapat meningkatkan resiko
b. Falls prevention: jatuh
know ledge  Kaji tingkat gait,
personal safety keseimbangan dan kelelahan
c. Safety beheviour: dengan ambulasi
Falls prevention  Instruksikan penerima manfaat
d. Penerima manfaat agar memanggil asisten ketika
mampu berdiri, melakukan pergerakan
d uduk dan 3. Teaching: disease proles
berjalan tanpa  Jelaskan pada penerima
pusing manfaat tanda dan gejala dari
e. Penerima manfaat penyakit yang diderita
mampu  Anjurkan penerima manfat
menjelaskan jika untuk bedrest pada fase akut
terjadi serangan  Jelaskan pada pasien tentang
dan cara terapi rehabilitatif pada pasien
mengantisipasinya vertigo

2. Nausea berhubungan Setelah dilakukan tindak 1. Patient / family teaching


dengan stimulasi keperawatan selama 3 x  Anjurkan penerima manfat
visual yang tidak 24 jam, nausea agar pelen-pelan nafas dalam
mengenakkan, berkurang / hilang, dengan dan menelan untuk
meniere, labirintitis kriteria hasil: menurunkan rasa mual dan
a. Comfort leve muntah.
b. Hidratio  Ajarkan pasien untuk tidak
c. Nutritional status minum 1 jam sebelum,1 jam
food finid intake setelah dan sewaktu makan.
d. Terdapat tanda- 2. Nutritional monitoring
tanda fisik dan  Monitor tipe kehilangan berat
psikologik badan dan pertumbuhan
membaik  Monitor kelembaban,turgor
e. Turgor kulit, kulit dan depigmentasi
mukosa mulut baik  Monitor tingkat
f. Tidak panas dan energi,malaise,fatigue dan
tidak terdapat kelemahan pasien
edeme perifer  Monitor asupan kalori dan
g. Intake makanan nutrisi
dan minuman baik  Kolaborasi, kelola pemberian
anticmetic  sebelum makan atau
sesuai jadwal
3. Fluid managmen:
 Awasi secara akurat intake dan
output
 Monitor vital sign
 Monitor status nutrisi pasien
 Monitor status hydrasi misal
kelembaban membranmukosa,
tekanan nadi dan orthostatic BP
 Kelola pemberian terapi IV
3 Kurang perawatan Setelah dilakukan NOC: Membantu perawatan diri
diri: makan, mandi, tindakan keperawatan pasien mandi dan toileting
berpakaian, toileting selama 3 x 24 jam Aktifitas:
berhubungan dengan diharapkan kebutuhan 1. Tempatkan alat-alat mandi
kerusakan mandiri klien terpenuhi, ditempat yang mudah dikenali
neurovaskuler dengan kriteria hasil: dan mudah dijangkau klien
Batasan NOC perawatan diri 2. Libatkan klien dan dampingi
Karakteristik : (Mandi, makan, toileting, 3. Berikan bantuan selama klien
Kelumpuhan wajah berpakaian) Dengan tidak mampu mengerjakan
atau anggota badan kriteria: sendiri
sehingga menyebab- a. Klien dapat makan NIC: ADL berpakaian
kan : dengan bantuan orang Aktifitas:
 Ketidakmampuan lain / mandiri 1. Informasikan pada klien dalam
dalam menyuap, b. Klien dapat mandi memilih pakaian selama
memegang alat dengan bantuan orang perawatan
makan lain 2. Sediakan pakaian ditempat
 Ketidakmampuan c. Klien dapat memakai yang mudah dijangkau
dalam membasuh pakaian dengan bantuan 3. Bantu berpakaian yang sesuai
badan, mongering- orang lain / mandiri 4. Jaga privasi klien
kan, keluar masuk d. Klien dapat toileting 5. Berikan pakaian pribadi yang
kamar mandi dengan bantuan alat digemari dan sesuai
 Ketidakmampuan NIC : ADL Makan
pergi ke kamar Aktifitas :
mandi, mengguna- 1. Anjurkan klien duduk dan
kan pispot berdoa bersama teman
2. Dampingi saat makan
3. Bantu jika klien belum mampu
dan beri contoh
4. Beri rasa nyaman saat makan
4. Defisit pengetahuan Setelah dilakukan Teaching individual (5606)
tentang penyakit, penjelasan selama 3x 1. Tentukan kebutuhan
pengobatan dan pertemuan, pe-ngetahuan pembelajaran klien
perawatan klien b.d klien tentang pe-nyakit, 2. Kaji tingkat pengetahuan dan
keterbatasan kognitif, pengobatan dan pe- pemahaman klien tentang vertigo
kurang paparan atau rawatan klien meningkat 3. Kaji tingkat pendidikan
mudah lupa NOC: 4. Kaji kesiapan klien dalam
1. Knowledge : Disease mempelajari informasi spesifik
process (1803) 5. Atur agar realita tujuan 
2. Knowladge : Illness pembelajaran dengan klien saling
care (1824) menguntungkan
3. Klien dan keluarga 6. Pilih metode / strategi mengajar
mampu menjelaskan yang sesuai
pengertian, proses 7. Sediakan lingkungan yang
penyakit, penyebab, kondusif untuk pembelajaran
tanda dan gejala, efek 8. Koreksi adanya kesalahan
penyakit, tindakan informasi
pencegahan, 9. Sediakan waktu untuk bertanya
pengobatan dan pada klien
perawatan vertigo
Teaching : disease process (5602)
1. Nilai tingkat pengetahuan klien
tentang penyakitnya
2. Jelaskan patofisiologi vertigo
3. Jelaskan tanda dan gejala vertigo
4. Jelaskan kemungkinan
penyebabnya
5. Diskusikan perubahan gaya hidup
yang mungkin dapat mencegah
komplikasi dimasa yang akan
datang
6. Diskusikan pilihan-pilihan terapi
pe-ngobatan dan perawatan
7. Jelaskan alasan rasional dari
terapi pengobatan yang
direkomendasikan
8. Kaji sumber-sumber pendukung
yang memungkinkan
5. Perfusi jaringan tidak Setelah dilakukan Monitorang neurologis (2620)
efektif (spesifik: tindakan keperawatan 1. Monitor ukuran, kesimetrisan,
cerebral) b.d aliran selama 3 x 24 jam reaksi dan bentuk  pupil
darah arteri terhambat diharapkan nyeri kepala / 2. Monitor tingkat kesadaran klien
Batasan vertigo berkurang sampai 3. Monitir tanda-tanda vital
Karakteristik : dengan hilang, dengan 4. Monitor keluhan nyeri kepala,
Nyeri kepala / vertigo kriteria hasil: mual, muntah
 Perubahan status 1. Tanda-tanda vital stabil 5. Monitor respon klien terhadap
mental pengobatan
 Perubahan respon 6. Hindari aktivitas jika TIK
motorik meningkat
 Dis-artria 7. Observasi kondisi fisik klien
 Kelumpuhan wajah
Terapi oksigen (3320)
1. Bersihkan jalan nafas dari sekret
2. Pertahankan jalan nafas tetap
efektif
3. Berikan oksigen sesuai intruksi
4. Monitor aliran oksigen, kanul
oksigen dan sistem humidifier
5. Beri penjelasan kepada klien
tentang pentingnya pemberian
oksigen
6. Observasi tanda-tanda hipo-
ventilasi
7. Monitor respon klien terhadap
pemberian oksigen
8. Anjurkan klien untuk tetap
memakai oksigen selama aktifitas
dan tidur
BAB III

LAPORAN KASUS

Bab ini menjelaskan tentang laporan asuhan keperawatan Yn.S dengan


vertigo sentran di Ruang Mutiara Rumah Sakit PHC Surabaya. Asuhan
keperawatan ini dimulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi,
implementasi dan evaluasi.
A. Identitas Klien
Pengkajian dilakukan pada tanggal 30 September 2021 jam 10.00, didapatkan
hasil identitas klien, Bernama Tn.S umur 57 tahun. Agama islam dengan
Pendidikan Sarjana. Pekerjaan swasta dan alamat di Kampung malangg Kulon
I/IA rt.002 rw 11 Surabaya. Tanggal masuk rumah sakir pada tanggal 29
September 2021 dan diagnose Vertigo sental perifer. Penanggung jawab
terhadap Tn.S adalah Nn.M umur 26 tahun Pendidikan Sarjana, pekerjaan
perawat rumah sakit dan hubungan dengan klien adalah anak kandung.
B. Pengkajian
Pengkajian dilakukan dengan metode autoanamnesa atau pengkajian yang
dilakukan dengan wawancara secara langsung kepada klien dan alloanamnesa
atau pengkajian dengan melihat berdasarkan data dalam status klien dan dari
keluarga. Riwayat Kesehatan klien Ketika dilakukan pengkajian keluhan utama
yang dirasakan klien ada pusing berputar pada bagaian kepala. Jika dibuat berdiri
pusing berputar-putar. Pasien mengatakan merasakan pusing kurang lebih 2
minggu tetapi pada hari sabtu tanggal 25 September 2021 rasa pusingnya
semakin memberat kemudian pasien oleh keluarganya di bawa ke IGD RS PHC
Surabaya.
Saat dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital di dapatkan hasil tekanan darah
120/28 mmHg, Suhu 36,1°C dan nadi 74 kali permenit, serta pernafasan 26 kali
permenit. Pasien mendapatkan inful RL, Injeksi Omeprazol 2x1, injeksi
santagesik 3x1, injeksi Mecabulamin 2x1, Dimenhydrinate 3x1, betahistin 3x6
mg.
Riwayat penyakit dahulu klien mengatakan tidak pernah mengalami vertigo
sebelumnya. Dan Riwayat penyakit keluarga didapatkan data yaitu keluarga
tidak mempunyai riwayar Diabetes Militus, hipertensi dan tidak mempunyai
Riwayat alergi obat serta tidak mempunyai Riwayat alergi makanan. Saat ini
klkien tinggal Bersama istri dan anaknya.
C. Diagnosa Keprawatan
D. Intervensi Keperawatan
E. Implementasi Keperawatan
F. Evaluasi
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan


Dasar Klien. Jkarta: Salemba Medika.

Anonim. (2016). Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Aman Nyaman


Praktik Keterampilan Dasar Dalam Keperawatan.

Carpenito. (2006). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC

Carpenitto, Lynda Juall. (2018). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Alih bahasa :
Monica Ester, Edisi 8. EGC : Jakarta.

Doengoes, Marilynn E. (2017). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk


perencanaan Keperawatan dan masalah kolaboratif. Alih Bahasa : I Made Kanosa,
Edisi III. EGC Jakarta.

Hinchliff, Sue. (2017). Kamus Keperawatan. Edisi; 17. EGC : Jakarta

Kemenkes. (2016). Asuhan Keperawatan Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman.

Lumban Tobing. S.M, 2015, Vertigo Tujuh Keliling, Jakarta : FK UI

Nurarif A.H dan Kusuma, H. (2016). Asuhan Keperawatn Praktis. Jakarta:


Mediaction

Perhimpunan Dokter Spesialis Syaraf Indonesia, 2017, Vertigo Patofisiologi,


Diagnosis dan Terapi, Malang : Perdossi
Potter & Ferry. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan
Praktik Edisi 4. Jakarta: EGC

Sudart dan Burnner, (2015). Keperawatan Medikal-Bedah. Edisi 8. Vol 3. EGC :


Jakarta.

Wilkinson J.M & Ahern N.R. (2011). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9.
Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai