A. Latar Belakang
Vertigo merupakan kasus yang sering ditemui. Vertigo berasal dari Bahasa
Yunani “vertere” yang artinya memutar. Vertigo termasuk dalam gangguan
keseimbangan yang dinyatakan sebagai pusing pening, sempoyongan, rasa
seperti melayang atau dunia seperti jungkir balik. Angka kejadian di sebuah
klinik vertigo di London, Inggris ditemukan sebanyak 17% kasus BPPV dari
semua keluhan vertigo (Edward, 2010). Menurut Widiantoro (2010) dalam
Sumarliyah (2011), tahun 2009 di Indonesia angka kejadian vertigo sangat tinggi
sekitar 50% dari orang tua yang berumur 75 tahun. Tahun 2010 sejumlah 50%
dari usia 40-50 tahun mengalami vertigo dan juga merupakan keluhan nomor tiga
sering dikemukakan oleh penderita yang datang ke praktek umum. Pada
umumnya vertigo ditemukan sebesar 4-7 % dari keseluruhan populasi dan hanya
15 % yang diperiksakan kedokter. Menurut Miralzadiza (2008) dalam
Sumarliyah (2011), kejadian vertigo di poliklinik saraf Rumah Sakit Khodijah
Sepanjang ini menempati sisi keempat setelah nyeri kepala dan stroke, serta
menempati posisi ketiga di bangsal rawat inap. Jumlah pasien vertigo tahun 2010
pada bulan September adalah 18 orang dan pada bulan Oktober adalah 22 orang
serta pada bulan November adalah 18 orang dan pada bulan Desember adalah 20
orang.
Menurut Widiantopanco (2010) dalam Sumarliyah (2011), penyebab
gangguan keseimbangan pada pasien vertigo dapat merupakan suatu kondisi
anatomis yang jelas atau reaksi fisiologis sederhana terhadap kejadian hidup
yang tidak menyenangkan. Menurut Miralzadia (2008) dalam Sumarliyah (2011),
ada berapa situasi dan kondisi yang melatarbelakangi terjadinya vertigo adalah
hanya suatu kondisi yang tidak begitu berarti tetapi pada waktu yang lain dapat
merupakan kondisi yang mengancam jiwa. Sayangnya menemukan penyebab
masalah keseimbangan dapat sangat melelahkan dan membuat frustasi. Sebagai
contoh, hampir semua masalah apapun pada sistem apapun dalam tubuh dapat
menyebabkan kondisi pusing atau gangguan keseimbangan. Adapun orientasi
kita terdapat ruang dan keseimbangan atau equilibrium diukur oleh 3 sistem
sensori yaitu sistem penglihatan visual, sistem keseimbangan telinga dalam
vestibular dan sistem sensori umum meliputi sensor gerakan, tekanan dan posisi
pada sendi, otak serta kulit.
Menurut Rahmad (2010) dalam Sumarliyah (2011), otak memproses
data-data dan menggunakan informasi untuk penilaian yang cepat terhadap
kepala, badan, sendi dan mata. Ketika tiga sistem sensoris dan otak berfungsi
dengan baik, hasil akhirnya adalah sistem keseimbangan yang sehat. Ketika
sistem keseimbangan tidak berfungsi, maka dapat menyusuri masalah
kembali pada suatu gangguan dari salah satu dari ketiga sistem sensoris atau
memproses data (otak). Masalah-masalah dari tiap-tiap area tersebut
berhubungan dengan sistem-sistem sensoris atau otak. Fungsi alat
keseimbangan tubuh di perifer atau sentral dalam kondisi tidak normal atau
tidak fisiologis atau ada rangsang gerakan yang aneh atau berlebihan maka
proses pengolahan informasi akan terganggu akibatnya muncul gejala vertigo
dan gejala otonom, disamping itu respons penyesuaian otot menjadi tidak
adekuat sehingga muncul gerakan abnormal yang dapat berupa nistagmus,
unsteadiness, ataksia saat berdiri atau berjalan dan gejala lainnya.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi Vertigo
Vertere suatu istilah dalam bahasa latin yang merupakan bahasa lain dari
dengan pusing (Wahyono, 2017). Definisi vertigo adalah gerakan (sirkuler atau
linier), atau gerakan sebenarnya dari tubuh atau lingkungan sekitarnya diikuti atau
tanpa diikuti dengan gejala dari organ yang berada di bawah pengaruh saraf
otonom dan mata (nistagmus) (Jenie, 2017). Sedangkan menurut Gowers Kapita
Selekta neurologi, 2017, mendefinisikan vertigo adalah setiap gerakan atau rasa
atau gangguan orientasi di ruangan. Banyak system atau organ tubuh yang ikut
system tersebut diatas harus difungsikan dengan baik. Pada vertigo, penderita
linier seperti mau jatuh atau rasa ditarik menjauhi bidang vertikal. Pada penderita
vertigo kadang-kadang dapat kita saksikan adanya nistagmus. Nistagmus yaitu
gerak ritmik yang involunter dari pada bolamata (Lumban Tobing, 2017).
hanya beberapa saat atau bisa berlanjut sampai beberapa jam bahkan hari.
Penderita kadang merasa lebih baik jika berbaring diam, tetapi vertigo bisa terus
Vertigo adalah keadaan pusing yang dirasakan luar biasa. Seseorang yang
oleh gangguan keseimbangan yang berpusat di area labirin atau rumah siput di
daerah telinga. Perasaan tersebut kadang disertai dengan rasa mual dan ingin
muntah, bahkan penderita merasa tak mampu berdiri dan kadang terjatuh karena
tengah dan mata. Vertigo biasanya timbul akibat gangguan telinga tengah dan
Vertigo adalah sensasi atau perasaan yang mempengaruhi orientasi ruang dan
mungkin dapat didefinisikan sebagai suatu ilusi gerakan. Keluhan ini merupakan
gejala yang sifatnya subyektif dan karenanya sulit dinilai. Walupun pengobatan
asal atau penyebab vertigo sering tidak diketahui ataupun tidak mungkin diobati
G. Pemeriksaan penunjang
1) Tes Romberg yang dipertajam
Sikap kaki seperti tandem, lengan dilipat pada dada dan mata kemudian
ditutup. Orang yang normal mampu berdiri dengan sikap yang romberg yang
dipertajam selama 30 detik atau lebih.
2) Tes Melangkah ditempat (Stepping Test)
Penderita disuruh berjalan ditempat dengan mata tertutup sebanyak 50 langkah.
Kedudukan akhir dianggap abnormal jika penderita beranjak lebih dari satu
meter atau badan berputar lebih dari 30 derajat .Salah Tunjuk (post-pointing).
Penderita merentangkan lengannya, angkat lengan tinggi-tinggi (sampai
fertikal) kemudian kembali kesemula.
3) Manuver Nylen Barang atau manuver
HallpikePenderita duduk ditempat tidur periksa lalu direbahkan sampai kepala
bergantung dipinggir tempat tidur dengan sudut 300 kepala ditoleh kekiri lalu
posisi kepala lurus kemudian menoleh lagi kekanan pada keadaan abnormal
akan terjadi nistagmus.
4) Tes Kalori
Dengan menyemprotkan air bersuhu 300 ketelinga penderita.
5) Elektronistagmografi
Yaitu alat untuk mencatat lama dan cepatnya nistagmus yang timbul.
6) Posturografi
Yaitu tes yang dilakukan untuk mengevaluasi system visual, vestibular dan
somatosensorik.
H. Pengobatan
Pengobatan farmakologis yaitu pengobatan dengan obat seperti antihipertensi,
tranquilizer, antidepresan, sedative dapat menimbulkan efek samping berupa
vertigo serta gangguan keseimbangan (Joesoef, 2006). Beberapa pengobatan
hanya diberikan untuk jangka pendek untuk gejala-gejala vertigo Pengobatan
untuk vertigo yang disebut juga pengobatan suppresant vestibular yang digunakan
adalah golongan benzodiazepine (diazepam, clonazepam) dan antihistamine
(meclizine, dipenhidramin). Benzodiazepines dapat mengurangi sensasi berputar
namun dapat mengganggu kompensasi sentral pada kondisi vestibular perifer.
Antihistamine mempunyai efek supresif pada pusat muntah sehingga dapat
mengurangi mual dan muntah karena motion sickness. Harus diperhatikan bahwa
benzodiazepine dan antihistamine dapat mengganggu kompensasi sentral pada
kerusakan vestibular sehingga penggunaannya diminimalkan (Purnamasari,
2007). Adapun pengobatan selain farmakologi yaitu pengobatan tanpa obat (non
farmakologi). Pengobatan non farmakologi untuk gangguan keseimbangan (pada
telinga), yaitu rehabilitasi/fisioterapi dalam hal ini latihan gerakan kepala dan
badan. Ada beberapa latihan yaitu : Canalit Reposition Treatment (CRT)/Epley
manouver, Rolling/Barbeque maneuver, Semont Liberatory maneuver dan Brand-
Darroff exercise. Beberapa latihan ini terkadang memerlukan seseorang untuk
membantunya tetapi ada juga yang dapat dikerjakan sendiri (Jurnal/pengobatan
gangguan keseimbangan (vertigo) penyakit telinga hidung tenggorok) (Darminto,
2008).
Pengobatan non farmakologi ini atau senam keseimbangan Canalit Reposition
Treatment (CRT) merupakan latihan gerak tubuh dengan kepala leher mata dalam
posisi tetap. Mata dan kepala bergerak mengikuti obyek penglihatan yang
bergerak. Latihan dengan alat sejenis pembangkit nistagmus (Joesoef, 2007).
I. Komplikasi
Komplikasi yang dapat dialami adalah sebagai berikut: mual, muntah, pusing,
pandangan berputar, lemas, tidak nafsu makan dan bertenaga.
J. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan pasien pada saat dilakukan pengkajian.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah sakit. Pada
pasien vertigo tanyakan adakah pengaruh sikap atau perubahan sikap
terhadap munculnya vertigo, posisi mana yang dapat memicu vertigo.
c. Riwayat kesehatan yang lalu
Adakah riwayat trauma kepala, penyakit infeksi dan inflamasi dan
penyakit tumor otak. Riwayat penggunaan obat vestibulotoksik missal
antibiotik, aminoglikosid, antikonvulsan dan salisilat.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah riwayat penyakit yang sama diderita oleh anggota keluarga lain
atau riwayat penyakit lain baik.
e. Aktivitas / Istirahat
1) Letih, lemah, malaise
2) Keterbatasan gerak
3) Ketegangan mata, kesulitan membaca
4) Insomnia, bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala
5) Sakit kepala yang hebat saat perubahan postur tubuh, aktivitas (kerja)
atau karena perubahan cuaca.
f. Sirkulasi
1) Riwayat hypertensi
2) Denyutan vaskuler, misal daerah temporal
3) Pucat, wajah tampak kemerahan.
g. Integritas Ego
1) Faktor-faktor stress emosional/lingkungan tertentu
2) Perubahan ketidakmampuan, keputusasaan, ketidakberdayaan depresi
3) Kekhawatiran, ansietas, peka rangsangan selama sakit kepala
4) Mekanisme refresif/dekensif (sakit kepala kronik).
5) Makanan dan cairan
- Makanan yang tinggi vasorektiknya misalnya kafein, coklat,
bawang,keju, alkohol, anggur, daging, tomat, makan berlemak, jeruk,
saus,hotdog, MSG (pada migrain)
- Mual/muntah, anoreksia (selama nyeri)
- Penurunan berat badan
h. Neurosensoris
1) Pening, disorientasi (selama sakit kepala)
2) Riwayat kejang, cedera kepala yang baru terjadi, trauma, stroke
3) Aura ; fasialis, olfaktorius, tinitus
4) Perubahan visual, sensitif terhadap cahaya/suara yang keras, epitaksis
5) Parastesia, kelemahan progresif/paralysis satu sisi tempore
6) Perubahan pada pola bicara/pola pikir
7) Mudah terangsang, peka terhadap stimulus
8) Penurunan refleks tendon dalam
9) Papiledema.
i. Nyeri/ kenyamanan
1) Karakteristik nyeri tergantung pada jenis sakit kepala, misal
migrain,ketegangan otot, cluster, tumor otak, pascatrauma, sinusitis
2) Nyeri, kemerahan, pucat pada daerah wajah
3) Fokus menyempit
4) Fokus pada diri sendiri
5) Respon emosional / perilaku tak terarah seperti menangis, gelisah
6) Otot-otot daerah leher juga menegang, frigiditas vokal.
j. Keamanan
1) Riwayat alergi atau reaksi alergi
2) Demam (sakit kepala)
3) Gangguan cara berjalan, parastesia, paralisis
4) Drainase nasal purulent (sakit kepala pada gangguan sinus).8.
k. Interaksi sosial
Perubahan dalam tanggung jawab/peran interaksi sosial
yang berhubungan dengan penyakit.
l. Penyuluhan / pembelajaran
1) Riwayat hypertensi, migrain, stroke, penyakit pada keluarga
2) Penggunaan alcohol/obat lain termasuk kafein.
Kontrasepsioral/hormone, menopause.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
b. Pemeriksaan Persistem
1) Sistem persepsi sensori
2) Adakah rasa tidak stabil, disrientasi, osilopsia yaitu suatu ilusi bahwa
benda yang diam tampak bergerak maju mundur.
3) Sistem Persarafan
Adakah nistagmus berdasarkan beberapa pemeriksaan baik manual
maupun dengan alat.
4) Sistem Pernafasan
Adakah gangguan pernafasan.
5) Sistem Kardiovaskuler
Adakah terjadi gangguan jantung
6) Sistem Gastrointestinal
Adakah Nausea dan muntah
7) Sistem integumen
8) Sistem Reproduksi
9) Sistem Perkemihan
3. Pola Fungsi Kesehatan
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Adakah kecemasan yang dia lihatkan oleh kurangnya pemahaman pasien
dan keluarga mengenai penyakit, pengobatan dan prognosa.
b. Pola aktivitas dan latihan
Adakah pengaruh sikap atau perubahan sikap terhadap munculnya
vertigo, posisi yang dapat memicu vertigo.
c. Pola nutrisi metabolism
Adakah nausea dan muntah
d. Pola eliminasi
e. Pola tidur dan istirahat
f. Pola Kognitif dan perseptua
Adakah disorientasi dan asilopsia
g. Persepsi diri atau konsep diri
h. Pola toleransi dan koping stress
i. Pola sexual reproduksi
j. Pola hubungan dan peran
k. Pola nilai dan kenyakinan
4. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko jatuh berhubungan dengan pusing ketika menggerakan kepala
b. Nausea berhubungan dengan penyakit meniere, labirintitis
c. Defisit self care: toileting, bathing, feeding
d. Defisit pengetahuan tentang penyakit pengobatan dan perawatan
berhubungan dengan kurangnya paparan informasi
e. Perfusi jaringan tidak efektif; cerebral berhubungan dengan aliran arteri
terhambat.
5. Rencana Keperawatan
DIAGNOSA
NO TUJUAN INTERVENSI
KEPERAWATAN
1. Resiko jatuh Setelah dilakukan 1. Environmental Management:
berhubungan dengan tindakan keperawatan Safety: awasi dan gunakan
pusing ketika selama 3 x 24 jam pasien lingkungan fisik untuk
menggerakkan kepala diharapakan tidak jatuh, meningkatkan keamanan.
dengan kriteria hasil: 2. Falls Prevention:
NOC: Kaji penurunan kognitif dan
a. Safeti status: Falls fisik pasien yang mungkin
Occurrence dapat meningkatkan resiko
b. Falls prevention: jatuh
know ledge Kaji tingkat gait,
personal safety keseimbangan dan kelelahan
c. Safety beheviour: dengan ambulasi
Falls prevention Instruksikan penerima manfaat
d. Penerima manfaat agar memanggil asisten ketika
mampu berdiri, melakukan pergerakan
d uduk dan 3. Teaching: disease proles
berjalan tanpa Jelaskan pada penerima
pusing manfaat tanda dan gejala dari
e. Penerima manfaat penyakit yang diderita
mampu Anjurkan penerima manfat
menjelaskan jika untuk bedrest pada fase akut
terjadi serangan Jelaskan pada pasien tentang
dan cara terapi rehabilitatif pada pasien
mengantisipasinya vertigo
LAPORAN KASUS
Carpenitto, Lynda Juall. (2018). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Alih bahasa :
Monica Ester, Edisi 8. EGC : Jakarta.
Wilkinson J.M & Ahern N.R. (2011). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9.
Jakarta: EGC