Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN MOLA

HIDATIDOSA

KELOMPOK 11
 
1. TUT WURI HANDAYAN (1130119012)
 
2. SITI ROCHIMAH (1130119017)
 
PENGERTIAN
Mola Hidatidosa ( hamil anggur ) adalah kehamilan dimana setelah terjadi fertilisasi tidak
berkembang menjadi embrio, tetapi terjadi prolifesasi tropoblast, dan ditemukan villi korialis
yang mengalami perubahan degenerasi hidropik dan stroma yang hipo vaskuler atau avaskuler,
janin biasanya meninggal akan tetapi villus-villus yang membesar danedematus itu hidup dan
tumbuh terus, gambaran yang diberikan adalah sebagai segugus buah anggur. Ada juga yang
mendefinisikan Mola Hidatidosa sebagai pembengkakan kistik, hidropik, daripada villi korialis,
disertai proliperasi hiperplastik dan anaplastik epitel korion serta tidak terbentuknya fetus. Dan
definisi yang lain dari Mola Hidatidosa adalah perubahan abnormal dari villi korionik menjadi
sejumlah kista yang menyerupai anggur yangdipenuhi dengan cairan, embrio mati, mola
tumbuh dengan cepat, uterus membesar dan menghasilkan sejumlah besar Human Chorionic
Gonadotropin (HCG). (Taufan, 2010:107).
ETIOLOGI
Menurut Prof. Rustam Moechtar dalam bukunya Sinopsis Obstetri, penyebab mola
hidatidosa belum diketahui secara pasti. Faktor-faktor yang mungkin menjadi penyebab
adalah:
• Faktor Ovum
• Keadaan Sosial Ekonomi yang Rendah
• Paritas Tinggi
• Kekurangan Protein
• Infeksi virus
MANIFESTASI KLINIS
• Mengalami perdarahan bercak coklat gelap pada akhir trimester pertama.
• Hipertensi dan hiperemesis akibat kehamilan sebelum umur kehamilan 20 minggu.
• Inspeksi pada muka dan badan tampak pucat kekuning-kuningan atau disebut muka
mola (mola face).
• Pemeriksaan fisik ditemukan pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan, tidak
ditemukan ballotemen dan denyut jantung janin, keluar jaringan mola.
• Kadar HCG tinggi dan tiroksin plasma juga mengalami peningkatan.
• Pemeriksaan USG terdapat gambaran vesikular (badai salju) dan tidak terlihat janin.
KLASIFIKASI MOLA HIDATIDOSA
• Mola hidatidosa
• Mola hidatidosa parsial
• Mola hidatidosa
• Mola hidatidosa invasive
PATOFISIOLOGI
• Mola Hidatidosa komplet (klasik), jika tidak ditemukan janin.
• Mola hidatidosa inkomplet (parsial), jika disertai janin atau bagian janin.
• Ada beberapa teori yang diajukan untuk menerangkan patogenesis dari penyakt
trofoblast
 teori missed abortion
 Teori neoplasma dari Park
 Studi dari Hertig
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
• Pemeriksaan kadar beta hCG: pada mola terdapat peningkatan kadar beta hCG darah atau rutin.
• Uji Sonde : Sonde (penduga rahim) dimasukkan pelan-pelan dan hati-hati ke dalam kanalis
servikalis dan kavum uteri. Bila tidak ada tahanan, sonde diputar setelah ditarik sedikit, bila tetap
tidak ada tahanan, kemungkinan mola (cara Acosta-Sison).
• Foto rontgen abdomen : tidak terlihat tulang-tulang janin (pada kehamilan 3 – 4 bulan).
• Ultrasonografi: pada mola akan terlihat badai salju (snow flake pattern) dan tidak terlihat janin.
• Foto thoraks : pada mola ada gambaran emboli udara.
• Pemeriksaan T3 dan T4 bila ada gejala tirotoksikosis.
(Taufan, 2010: 112)
Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul akibat kehamilan mola hidatidosa adalah:
• Perdarahan hebat sampai syok;
• Perdarahan berulang;
• Anemia;
• Infeksi sekunder;
• Perforasi karena tindakan dan keganasan, dan
• Keganasan apabila terjadi mola destruens/ koriokarsinoma.
• (Taufan, 2010: 114)
Asuhan Keperawatan Mola Hidatidosa
Pengkajian
• Biodata : Mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi : nama, umur, agama, suku
bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke-, lamanya perkawinan dan alamat
• Keluhan utama
• Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan pervaginam berulang
• Riwayat kesehatan, yang terdiri atas :
• Riwayat kesehatan sekarang : Yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau pada saat
pengkajian seperti perdarahan pervaginam di luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari
usia kehamilan.
 Riwayat kesehatan masa lalu :
• Riwayat pembedahan : Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis pembedahan,
kapan, oleh siapa dan di mana tindakan tersebut berlangsung.
• Riwayat penyakit yang pernah dialami : Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien
misalnya DM, jantung, hipertensi, masalah ginekologi/urinari, penyakit endokrin, dan penyakit-
penyakit lainnya.
• Riwayat kesehatan keluarga : Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat
diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat dalam keluarga.
• Riwayat kesehatan reproduksi : Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat
darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan
yang menyertainya.
• Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas : Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam
kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya.
• Riwayat seksual : Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang digunakan serta
keluhan yang menyertainya.
• Riwayat pemakaian obat : Kaji riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis
obat lainnya.
• Pola aktivitas sehari-hari : Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK),
istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit
 Pemeriksaan fisik
• Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya terbatas pada penglihatan tetapi juga
meliputi indera pendengaran dan penghidu. Hal yang diinspeksi antara lain : mengobservasi kulit
terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi terhadap drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman
dan kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan
fifik, dan seterusnya.
• Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh dengan jari. Sentuhan : merasakan suatu
pembengkakan, mencatat suhu, derajat kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan
kontraksi uterus. Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan posisi
janin atau mencubit kulit untuk mengamati turgor. Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus
otot atau respon nyeri yang abnormal.
• Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung pada permukaan tubuh tertentu untuk
memastikan informasi tentang organ atau jaringan yang ada dibawahnya. Menggunakan jari : ketuk
lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang menunjukkan ada tidaknya cairan, massa atau konsolidasi.
Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada tidaknya refleks/gerakan pada kaki bawah,
memeriksa refleks kulit perut apakah ada kontraksi dinding perut atau tidak.
• Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan bantuan stetoskop dengan
menggambarkan dan menginterpretasikan bunyi yang terdengar. Mendengar : mendengarkan di ruang
antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut
jantung janin. (Johnson & Taylor, 2005)
Diagnosa Keperawatan

• Nyeri  berhubungan   dengan   kerusakan  jaringan intrauteri.


• Resiko Tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
perdarahan.
• Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuat pertahanan
sekunder.
• Kecemasan berhubungan dengan kurang pengetahuan.
• Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan.
INTERVENSI KEPERAWATAN
Intervensi Keperawatan
• Diagnosa 1 : Nyeri  berhubungan   dengan   kerusakan  jaringan
intrauteri. Tujuan : Klien akan menunjukkan nyeri berkurang.
• Kriteria Hasil
Klien mengatakan nyeri berkurang.
Ekspresi wajah tenang .
TTV dalam batas waktu normal.
Intervensi Rasional
Kaji tingkat nyeri, lokasi dan skala nyeri Mengetahui tingkat nyeri yang dirasakan
yang dirasakan klien. sehingga dapat membantu menentukan
intervensi yang tepat.
Observasi tanda-tanda vital. Perubahan tanda-tanda vital terutama suhu
dan nadi merupakan salah satu indikasi
peningkatan nyeri yang dialami oleh klien.
Anjurkan klien untuk melakukan teknik Teknik relaksasi dapat membuat klien
relaksasi & teknik distraksi. merasa sedikit nyaman dan distraksi dapat
mengalihkan perhatian klien terhadap
nyeri sehingga dapat membantu
mengurangi nyeri yang dirasakan.
Beri posisi yang nyaman. Posisi yang nyaman dapat menghindarkan
penekanan p ada area luka/nyeri.
Kolaborasi pemberian analgetik. Obat-obat analgetik akan memblok
reseptor nyeri sehingga nyeri tidak dapat
dipersepsikan.
• Diagnosa 2 : Kekurangan Resiko Tinggi kekurangan volume cairan
berhubungan dengan perdarahan.
• Tujuan : Tidak terjadi devisit volume cairan, seimbang antara intake dan output
baik jumlah maupun kualitas.
• Kriteria Hasil
TTV stabil
Membran mukosa lembab
Turgor kulit baik
Intervensi Rasional
Kaji kondisi status hemodinamika. Pengeluaran cairan pervaginal sebagai
akibat abortus memiliki karekteristik
bervariasi.
Observasi Nadi dan Tensi.
Berikan sejumlah cairan IV sesuai Mengetahui tanda hipovolume
indikasi. (perdarahan).
Mempertahankan keseimbangan cairan dan
Ukur pengeluaran harian. elektrolit dan transfusi.
Jumlah cairan ditentukan dari jumlah
kebutuhan harian ditambah dengan jumlah
Nilai hasil lab. Hb/Ht. cairan yang hilang pervaginal.
Menghindari perdarahan spontan karena
proliferasi sel darah merah.

Anda mungkin juga menyukai