Anda di halaman 1dari 12

RESUME JURNAL 1

1. Judul Jurnal 1
Perbandingan Pengaruh Terapi Relaksasi Otot Progresif Dengan Terapi
Murottal Al-Quran Terhadap Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Benigna
Prostatic Hyperplasia di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen.
2. Penulis
Irwan Tri Hangga Yunita, Wahyu Rima Agustin, Saelan
3. Tempat dan waktu
Penelitian dilakukan di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen pada tanggal
3 Februari 2020 – 31 Juli 2020.
4. Latar belakang
Masalah-masalah yang dihadapi pasien pre operasi BPH yaitu takut
operasinya gagal, takut nyeri setelah pembedahan, takut terjadi perubahan fisik,
takut keganasan (bila diagnosa yang ditegakkan belum pasti), takut atau cemas
akan mengalami kondisi yang sama dengan orang lain yang mempunyai penyakit
yang sama, takut atau ngeri menghadapi ruang operasi (peralatan, pembedahan
dan petugas), takut mati saat dibius atau tidak sadar lagi. Kecemasan juga sering
timbul pada pasien pre operasi, misalnya pada pasien dengan pre operasi benigna
prostat hiperplasia(BPH), hal ini dikarenakan pada operasi benigna prostat
hiperplasia(BPH) hanya dilakukan sekali seumur hidup, sehingga mampu
menyebabkan kecemasan. Selain itu, kecemasan yang terjadi pada pasien dengan
pre operasi benigna prostat hyperplasia (BPH) dapat menyebabkan tindakan
operasi itu tertunda, semakin lamanya proses pemulihan, meningkatnya rasa sakit
pasca operasi, mengurangi kekebalan seseorang terhadap infeksi, meningkatkan
pemberian analgesik pasca operasi, dan juga bertambahnya waktu rawat inap yang
dijalani (Nazari, 2012 dikutip dalam Utomo, 2016) Untuk mengatasi kecemasan
pada pasien pre operasi benigna prostat hyperplasia (BPH) kita dapat melakukan
terapi non-farmakologi. Terapi relaksasi otot progresif dan terapi murottal Al-
Quran. Terapi yang dikembangkan untuk kalangan pasien muslim adalah terapi
memperdengarkan Murottal Al Qur'an. Terapi murottal bekerja pada otak, dimana
ketika didorong dengan rangsangan dari luar (terapi Al-Quran) maka otak
memproduksi zat kimia yang disebut neuropeptide.
5. Tujuan
Untuk mengetahui adakah perbandingan terapi relaksasi otot progresif dan
terapi murottal Al-Quran terhadap kecemasan
6. Metode penelitian
Kuantitatif dengan metode penelitian quasi experiment dengan two group
pre-test post-test without control design
7. Hasil Penelitian
Dalam jurnal ini disebutkn bahwa hasil penelitiannya
1. Distribusi dan karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
mayoritas berjenis kelamin laki-laki (100%)
2. Distribusi karakteristik responden berdasarkan umur dengan usi termuda
42 tahun dan tertua 76 tahun
3. Tingkat kecemasam pada pasien BPH sebelum diberikan terapi relaksasi
progresif ada 19 responden yang mengalami kecemasan berat 57,9%
dan kecemasan berat sekali 42,2%
4. Tingkat kecemasan pasien BPH sebelum diberi teapi murrotal Al-
Qur’an dari 19 responden mengalami kecemasan berar 68,4% dan
kecemasan berat sekali 31,6% dimana responden didominasi oleh
responden yang mengalami kecemasan berat.
5. Tingkat kecemasan pasien BPH sesudah diberi terapi ralaksasi progresif
dari 19 responden terdapat 57,9 responden mengalami kecemasan
sedang dan 42.1% mengalami kecemasan ringan
6. Tingkat kecemasan pasien BPH sesudah diberi terapi murrotal Al-qur’an
terdapat 63,2% responden dengan kecemasan ringan dan 36,8%
kecemasan sedang
8. Kesimpulan
1. Sebelum diberikan terapi relaksasi progresif mayoritas pasien dengan
BPH mengalami kecemasan ringan(57.9%)
2. Setelah dilakukan terapi relaksasi progresif mayoritas pasien mengalami
kecemasan Sedang (57.9%)
3. Sebelum dilakukan terapi murrotal Al-Qur’an mayoritas pasien
mengalami kecemasan sedang(68,4%)
4. Sesudah dilakukan terapi murrotal Al-Qur’an mayoritas pasien
mengalami kecemasan ringan(63,2%)

9. Kelebihan jurnal
Metode Penelitian Lengkap
10. Kelemahan jurnal
Perlu dikaji lebih lanjur dengan variable yang lebih luas dan menemukan
variable yang lain yang diduga berpengaruh signifikan terhadap trapi
progresif dan murrotal Al-Qur’an
11. Implikasi keperawatan
1. Bagi pasien dengan BPH
Disarankan bagi pasien dengan BPH yang mengalami kecemasan untuk
memanfaatkan terapi murottal Al-Quran untuk menurunkan tingkat
kecemasan selama dirumah sakit, sehingga pasien lebih tenang dalam
menjalankan operasi BPH.
2. Bagi perawat
Sebagai terapi non farmakologi untuk merawat pasien yang sedang
kecemasan
RESUME JURNAL 2
1. Judul Jurnal 5
Implementasi Terapi Murottal dan Relaksasi Napas Dala Untuk Mengatasi
Masalah Nyeri Akut.
2. Penulis
Shinta Maharani dan Ema Melinda
3. Tempat dan waktu
Penelitian dilakukan di Ruang Marwah RSI Siti Khadijah Palembang pada
bulan Desember 2020.
4. Latar belakang
Menurut Data WHO (2013 dalam Mochtar, dkk., 2015), diperkirakan
terdapat sekitar 70 juta kasus degeneratif salah satunya adalah BPH, dengan
insiden di negara maju sebanyak 19%, sedangkan di negara berkembang sebanyak
5,35% kasus. Penatalaksanaan jangka panjang yang terbaik pada pasien BPH
adalah dengan pembedahan, karena pemberian obat-obatan atau terapi non invasif
lainnya membutuhkan waktu yang sangat lama untuk melihat keberhasilannya.
Prosedur pembedahan seringkali mempunyai efek samping yang tidak bisa
dihindari oleh setiap pasien yang menjalani operasi, di antara lain adalah nyeri.
Nyeri pasca operasi bisa saja menetap dan penyebabnya tidak teridentifikasi.
Prevalensi nyeri pasca operasi TURP dengan sampel 1490 klien rawat inap bedah,
didapatkan hasil nyeri sedang dan berat. Angka ini mencapai 41% klien pada hari
pertama, 30% pada hari kedua, 19% pada hari ketiga, 16% pada hari keempat dan
14% pada hari kelima (Istikomah, 2010). Intervensi keperawatan yang dilakukan
perawat untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri pasca bedah dilakukan
dengan pendekatan farmakologis dan nonfarmakologis. Intervensi
nonfarmakologis merupakan terapi pelengkap untuk mengurangi nyeri pasca
bedah dan bukan sebagai pengganti utama terapi analgesik yang telah diberikan.
Seseorang yang mengalami nyeri akan berdampak pada aktivitas sehari-hari dan
istirahatnya. Penanganan nyeri pasca operasi adalah pengelolaan menyeluruh
untuk mengatasi nyeri pasca operasi. Selain penanganan secara farmakologi, cara
lain adalah dengan manajemen nyeri non farmakologi dengan melakukan teknik
relaksasi, yang merupakan tindakan eksternal yang mempengaruhi respon internal
individu terhadap nyeri. Manajemen nyeri dengan tindakan relaksasi mencakup
relaksasi otot, nafas dalam, massase, meditasi dan perilaku. Relaksasi adalah
sebuah keadaan dimana seseorang terbebas dari tekanan dan kecemasan atau
kembalinya keseimbangan (equilibrium) setelah terjadinya gangguan. Tujuan
teknik relaksasi adalah mencapai keadaan relaksasi menyeluruh, mencakup
keadaan relaksasi secara fisiologis, keadaan relaksasi ditandai dengan penurunan
kadar epinefrin dan non epinefrin dalam darah, penurunan frekuensi denyut
jantung (sampai mencapai 24 kali per menit), penurunan tekanan darah,
penurunan frekuensi nafas (sampai 4-6 kali per menit), penurunan ketegangan
otot, metabolisme menurun, vasodilatasi dan peningkatan temperatur pada
ekstremitas (Rahmayanti, 2010). Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu
bentuk asuhan keperawatan, yang dalam hal ini Jurnal Ilmu Kedokteran Dan
Kesehatan, Volume 8, Nomor 3, September 2021 257 perawat mengajarkan
kepada klien bagaimana cara melakukan nafas dalam, nafas lambat (menahan
inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan nafas secara perlahan.
Lantunan ayat-ayat Al-Qur'an secara fisik berisikan suara manusia dan dapat
menjadi alat penyembuhan yang mudah dijangkau. Suara yang disampaikan
secara teratur dengan intonasi yang tepat dan irama yang baik dapat menurunkan
hormon-hormon stress, mengaktifkan hormon endorfin alami, dan juga
meningkatkan perasaan rileks bagi pendengarnya.
5. Tujuan
6. Metode penelitian
Studi kasus dilakukan dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan
pada pasien Tn. M dengan post operasi TURP yang mengalami masalah
keperawatan nyeri.
7. Kelebihan jurnal
Dalam jurnal sudah menampilkan hasil yang jelas, yaitu hasil evaluasi yang
sesuai dengan tujuan penulisan
8. Kelemahan jurnal
1. Didalam jurnal tidak dilihatkan dengan jelas penelitian menggunakan
metode apa, hasil dihitung dengan statistic apa
2. Didalam jurnal tidak ada penjabaran secara deskriptif tentang tabel-tabel
dari hasil pembahasan sehingga pembaca dapat lebih memahami
maksud dari penelitian tersebut
3. Tidak ada identitas jurnal seperti tahun terbit dan ISSN dan publikasi
9. Implikasi Keperawatan
Diharapkan pihak Rumah Sakit dapat membuat SOP terapi murottal dan
teknik relaksasi nafas dalam sehingga dapat menjadi alternative pilihan yang
lain dalam tindakan non farmakologi yang bertujuan untuk mengatasi nyeri.
RESUME JURNAL 3
1. Judul Jurnal 6
Efektifitas Tehnik relaksasi Napas Dalam dan Dzikir Terhadap Penurunan
Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi BPH Di RSUD dr. Raden
Soedjati Soemodiardjo Purwodadi.
2. Penulis
Wahyu Riniasih dan Kiki Natassia
3. Tempat dan waktu
Penelitian dilakukan di RSUD dr. Soedjati Purwodadi pada bulan Maret-
Mei 2014.
4. Latar belakang
Tindakan operasi atau pembedahan merupakan pengalaman yang sulit bagi
hampir semua pasien. Pembedahan yang ditunggu pelaksanaannya akan
menyebabkan rasa takut dan ansietas pada pasien yang menghubungkan
pembedahan dengan rasa nyeri, kemungkinan cacat, menjadi bergantung pada
orang lain, dan mungkin kematian (Potter & Perry, 2009). Kecemasan atau
ansietas merupakan suatu keadaan yang ditandai oleh rasa khawatir disertai
dengan gejala somatik yang menandakan suatu kegiatan berlebihan dari Susunan
Saraf Autonomik (SSA). Reaksi cemas dapat berlanjut jika klien tidak pernah tahu
atau kurang informasi yang berhubungan dengan penyakit dan tindakan yang
dilakukan terhadap dirinya. Penelitian yang pernah dilakukan oleh Matmuri et.al
pada tahun 2007 dalam Paryanto (2009) tentang tingkat kecemasan pasien pre
operasi menunjukkan bahwa dari 40 responden terdapat 16 orang atau 40% yang
memiliki tingkat kecemasan dalam kategori sedang, 15 orang atau 37,5% dalam
kategori ringan, sebanyak 7 orang atau 17,5% berada dalam kategori cemas berat
dan sebanyak 2 orang atau 5 % tidak mengalami kecemasan. Penatalaksanaan
cemas yaitu melalui terapi farmakologi dan non farmakologi.Terapi farmakologi
berupa pemberian obat-obatan berdasarkan kolaborasi dengan tim medis. Terapi
non farmakologi mempunyai resiko yang sangat rendah, selain itu tindakan ini
mungkin diperlukan atau sesuai untuk mempersingkat episode cemas yang
berlangsung pada pasien pre operasi yang hanya beberapa menit. Beberapa terapi
nonfarmakologis yang dapat dilakukan seperti latihan nafas dalam, batuk efektif,
ROM, terapi musik dan lainnya. Terapi non farmakologi yang mengajarkan teknik
pernafasan, teknik relaksasi, dan terapi musik dapat membantu dalam menurunkan
kecemasan pada pasien pre operasi (Smeltzer & Bare, 2009). Salah satu
teknik yang dapat dilakukan perawat dalam menurunkan kecemasan pasien serta
dapat membuat pasien merasa lebih tenang adalah teknik relaksasi napas dalam
dan terapi dzikir. Macam-macam teknik relaksasi dapat diterapkan pada klien
yang mengalami kecemasan, salah satunya relaksasi napas dalam (Perry & amp;
Potter, 2009). Teknik relaksasi nafas dalamdipercaya dapat menurunkan
kecemasan dengan merilekskan tegangan otot yang menunjang cemas, dengan
cara menarik napas (inspirasi) secara perlahan kemudian ditahan selama ±5 detik
dan akhirnya dihembuskan (ekspirasi) secara perlahan pula diikuti dengan
merilekskan otot-otot bahu (Smeltzer, et.al, 2010). Teknik relaksasi napas dalam
dapat memberikan individu kontrol diri ketika terjadi rasa ketidaknyamanan atau
cemas, stress fisik dan emosi yang disebabkan oleh kecemasan. Teknik ini tidak
hanya digunakan untuk individu yang sakit tetapi bisa juga digunakan pada
individu yang sehat. Disamping teknik relaksasi napas dalam, ada beberapa terapi
non farmakologi lainnya yang secara umum telah dikenal dan dimanfaatkan oleh
44 masyarakat dalam mereduksi kecemasan, salah satunya adalah terapi dzikir.
Terapi dzikir secara istiqomah dan tuma'ninah (tidak tergesa-gesa) memberikan
efek relaksasi secara simultan pada hati, otak dan otot. Pada hati akan
menimbulkan rasa tenang dan tentram. Secara keseluruhan akan berdampak pada
perbaikan dan peningkatan kesehatan mental dan tubuh
5. Tujuan
6. Metode penelitian
Pre eksperimen dengan rancangan Pre-test Post-test With Control Group
7. Kelebihan jurnal
a) Terdapat judul dan nama penulis
b) Jurnal sudah menampilkan hasil yang jelas yaitu hasil evaluasi yang
sesuai tujuan penulisan. serta dijabarkan secara deskriptif berupa tabel
sehingga pembaca dapat lebih memahami.
c) Jurnal sudah menampilkan metode dan jenis penelitian dan hasil
penelitian
8. Kelemahan jurnal
a) Tidak ada tabel pada hasil perbandingan, dan juga tidak ada gambar serta
grafik yang membedakan perbandingan antara pasien pre dan post operasi
sebelum dan sesudah diberikan terapi
b) Jurnal disertai dengan saran

RESUME JURNAL 4
1. Judul Jurnal 2
Perbedaan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi BPH Sebelum dan
Sesudah Pemberian Terapi Musik Alam di RSUD Ambarawa.
2. Penulis
Vista Nugrahanti Wismarida, Priyanto, Abdul Wakhid
3. Tempat dan waktu
Penelitian dilakukan di RSUD Ambarawa pada bulan Maret 2018
4. Latar belakang
Tindakan operasi atau pembedahan merupakan pengalaman yang sulit bagi
hampir semua individu. Berbagai kemungkinan buruk bisa saja terjadi yang dapat
membahayakan bagi individu tersebut. Pada tahap pre operasi merupakan tahap
yang seringkali meningkatkan kecemasan bagi individu dan keluarga, karena
seringkali mereka tidak memahami atau mempercayai alasan untuk dilakukan
pembedahan. Pandangan setiap orang dalam menghadapi pembedahan berbeda,
sehingga respon pun akan berbeda, yang mana respon pembedahan pada
umumnya menimbulkan ketakutan dan kecemasan (Maryunani, 2014). Individu
yang mengalami kecemasan pre operasi salah satunya dapat terjadi pada pasien
Benigna Prostate Hyperplasia(BPH). Perbedaan Tingkat Kecemasan Pada Pasien
Preoperasi BPH Sebelum dan Sesudah Pemberian Terapi Musik Alam di RSUD
Ambarawa BPH adalah pembesaran kelenjar prostat non kanker BPH dapat
menyebabkan penekanan pada uretra di tempat uretra menembus prostat sehingga
berkemih menjadi sulit, mengurangi kekuatan aliran urine, atau menyebabkan
urine menetes (Corwin, 2009). Insidensi BPH secara epidemiologi di dunia, pada
usia 40an, kemungkinan seseorang itu menderita penyakit BPH sebesar 40%, dan
setelah meningkatnya usia, yakni dalam rentang usia 60-70 tahun presentasenya
meningkat menjadi 50% dan diatas 70 tahun presentase kejadiannya hingga 90%
(Brahmantia& Huriah, 2016). Kecemasan yang tidak ditangani dengan baik
dapat menimbulkan adanya perubahan baik secara fisik maupun psikologis yang
akhirnya dapat meningkatkan kerja syaraf dan akan terjadi peningkatan denyut
jantung, keringat dingin, nafsu makan berkurang, dada sesak dan kepala pusing.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dino Apriyanto pada tahun 2013 di RS RA
Kartini Jepara bahwa pasien yang mengalami kecemasan pre operasi sebanyak 60
responden yang terdiri dari cemas ringan sebanyak 3 orang (5,0%), cemas sedang
sebanyak 28 orang (46,7%) dan cemas berat sebanyak 29 orang (48,3%).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di RSUD Ambarawa
pada pasien pre operasi BPH diperoleh hasil bahwa 3 pasien mengalami tingkat
kecemasan sedang, 2 pasien mengalami tingkat kecemasan berat, dan 2 pasien
mengalami tingkat kecemasan ringan. Kecemasan pada pasien pre operasi harus
segera diatasi karena dapat menimbulkan perubahan-perubahan lanjut secara fisik
yang akan menghambat dilakukannya tindakan operasi sehingga dapat
memperlambat proses penyembuhan pasien. Secara fisik kecemasan dapat
memicu kelenjar adrenalin untuk melepas hormon-hormon efinefrin yang
kemudian menggerakkan hormon tubuh tersebut untuk mengatasi situasi yang
mengancam. Menurut ahli fisiologis dan psikologis Edmund Jacobson pada
tahun1930 an, terapi musik yang tepat dapat menurunkan kecemasan pada
individu yang akan menjalani operasi, terapi ini dapat diterapkan secara sederhana
tidak membutuhkan ruang lingkup yang besar dalam pelaksanaannya dan tidak
menimbulkan efek samping.
5. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan tingkat
kecemasan pada pasien pre operasi sebelum dan sesudah pemberian terapi
musik alam
6. Metode penelitian
Kuantitatif dengan metode penelitian experiment dengan pre experimental
design.
7. Kelebihan jurnal
a) Identitas jurnal sudah lengkap terdapat judul, penulis, tahu terbit, ISSN
dan publikasi
b) Jurnal sudah menampilkan hasil yang jelas yaitu hasil evaluasi yang
sesuai tujuan penulisan. serta dijabarkan secara deskriptif berupa tabel
sehingga pembaca dapat lebih memahami.
c) Sudah ada rekomendasi dari pihak rumah sakit untuk menetapkan teknik
ini sebagai sa;ah satu SOP untuk menurunkan tingkat kecemasan
8. Kelemahan jurnal
a) Tidak ada tabel pada hasil perbandingan, dan juga tidak ada gambar
serta grafik yang membedakan perbandingan antara pasien pre dan post
operasi sebelum dan sesudah diberikan terapi

b) Implikasi keperawatan
1. Bagi instansi Rumah Sakit
Hasil ini tentunya bisa menjadi rekomendasi pihak rumah sakit untuk
menetapkan teknik ini sebagai salah satu standart operasional prosedur
terapi untuk menurunkan tingkat kecemasan pasien dengan tindakan
operasi. Salah satu langkah yang perlu dilakukan adalah meningkatkan
sarana dan prasarana untuk menunjang terapi musik alam ini, seperti :
central speaker di ruang rawat inap dan memberikan variasi terhadap
jenis musik untuk menciptakan ketenangan dan menurunkan kecemasan
pasien.

Anda mungkin juga menyukai