Anda di halaman 1dari 6

2022 Seminar Nasional Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (SNPPKM) ISSN: 2809-2767

Purwokerto, Indonesia, 06 Oktober 2022

Pengaruh Pemberian Terapi Musik terhadap


Penurunan Tingkat Kecemasan pada Pasien Intra
Operasi dengan Regional Anestesi di RSUD Kota
Tangerang
Muhamad Fahmi Kurniadi1*, Suci Khasanah2, Siti Haniyah3
123 Program Studi Keperawatan Anestesiologi Fakultas Kesehatan Universitas Harapan Bangsa
Jl. Raden Patah No. 100, Kedunglongsir Ledug, Kembaran, Banyumas, Jawa Tengah
1 fahmikurniadi1@gmail.com, 2 sucikhasanah@uhb.ac.id, 3 sitihaniyah@uhb.ac.id

ABSTRACT

Anxiety is an unclear and pervasive worry, associated with feelings of uncertainty and helplessness.
Anxiety that is not handled properly can give rise to the presence of changes both physically and
psychologically that can eventually improve the work of the sympathetic nerves. There needs to be
action to reduce anxiety. One way that can be done to reduce anxiety is with non-pharmacological
therapy, namely by giving music therapy. The music therapy used in this study is classical music therapy
Symphony No.3.This study aims to determine the effect of giving music therapy on reducing depression
in intraoperative patients with regional anesthesia at Tangerang City Hospital. This research is a pre-
experimental quantitative research with the research design of One Group Pretest-Posttest. Sampling
technique with consecutive sampling of 34 respondents Respondents in this study were intraoperative
patients performed regional anesthesia procedures. The results of the study obtained the effect of giving
music therapy on reducing the level of anxiety in intraoperative patients with regional anesthesia with a
p value of 0.000 < 0.05, meaning that there was an effect of music therapy administration on reducing
anxiety levels in intraoperative patients with regional anesthesia at RSUD Kota Tangerang.

Keywords: Anxiety, Music Therapy, Intra Operative

ABSTRAK

Kecemasan yang tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan adanya perubahan secara fisik
maupun psikologis yang akhirnya dapat meningkatkan kerja saraf simpatis. Perlu adanya tindakan
untuk mengurangi rasa cemas. Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi cemas adalah
dengan terapi non farmakologi, yaitu dengan pemberian terapi musik. Terapi musik yang digunakan
pada penelitian ini adalah terapi musik klasik Symphony No.3. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh pemberian terapi musik terhadap penurunan kecemasan pada pasien intra operasi dengan
regional anestesi di RSUD Kota Tangerang. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif pre
eksperimen dengan desain penelitian One Group Pretest-Posttest. Teknik sampling dengan
consecutive sampling sebanyak 34 responden. Responden dalam penelitian ini adalah pasien intra
operasi yang dilakukan tindakan anestesi regional. Hasil penelitian diperoleh ada pengaruh pemberian
terapi musik terhadap penurunan tingkat kecemasan pada pasien intra operasi dengan regional
anestesi dengan nilai p value 0,000 < 0,05, artinya ada pengaruh pemberian terapi musik terhadap
penurunan tingkat kecemasan pada pasien intra operasi dengan regional anestesi di RSUD Kota
Tangerang.

Kata Kunci: Kecemasan, Terapi Musik, Intra Operasi

Kurniadi, Khasanah, & Haniyah 372


PENDAHULUAN sehingga merugikan pasien itu sendiri
(Widigdo et al., 2017).
Pembedahan membutuhkan anestesi
untuk mengurangi rasa nyeri akibat dari Salah satu upaya yang bisa
luka sayatan tersebut, anestesi pada dilaksanakan oleh penata anestesi untuk
umumnya terbagi menjadi dua yaitu mengatasi kecemasan ini antara lain
anestesi general dan anestesi regional. dengan memberikan terapi non
Anestesi general bekerja menekan aksis farmakologis seperti terapi musik Terapi
hipotalamus pituitari adrenal sedangkan musik adalah suatu terapi kesehatan
anestesi regional berfungsi untuk menekan menggunakan musik dimana tujuannya
transmisi impuls nyeri dan menekan saraf adalah untuk meningkatkan atau
otonom eferen ke adrenal (Butterworth, memperbaiki kondisi fisik, emosi, kognitif
2020). Anestesi regional merupakan suatu dan sosial bagi individu dari kalangan usia
metode yang lebih bersifat sebagai (Widigdo et al., 2017).
analgetik karena menghilangkan nyeri dan
Mekanisme terapi musik dalam
pasien dapat tetap sadar (Pramono, 2015).
menurunkan kecemasan berupa suara
Anestesi regional ini banyak dipilih musik yang didengar diubah menjadi
karena memiliki keuntungan seperti vibrasi yang akan disalurkan ke otak
frekuensi mual dan muntah lebih sedikit, melalui sistem limbik. Stimulus yang
lebih aman untuk lambung penuh (tidak diberikan oleh sistem limbik disalurkan ke
puasa), dan beban observasi pasca bedah saraf otonom yang berkaitan dengan
yang lebih ringan. Namun anestesi ini juga hormon endorphine yang akan
memiliki kerugian diantaranya pasien tetap menurunkan stres dan kecemasan.
dalam kondisi sadar ketika prosedur Stimulus tersebut juga mengaktifkan
pembedahan berlangsung (Pramono, hormone endorphin untuk meningkatkan
2015). Saat intra operasi dengan regional rileks dalam tubuh seseorang. (Savitri et
anestesi pasien tetap tersadar selama al., 2016)
operasi berjalan sehingga pasien bisa
Penelitian ini juga didukung oleh
mendengar semua yang ada di sekitar
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
pasien mulai dari obrolan team bedah
(Palmer et al., 2015) menunjukkan bahwa
maupun suara alat pembedahan yang
terapi musik dapat membantu dalam
membuat pasien khawatir dan takut
manajemen kecemasan preopratif
sehingga menimbulkan kecemasan pada
terutama pada kasus kecemasan awal
pasien tersebut. Dalam kecemasan ini bisa
yang tinggi. Dan penelitian yang dilakukan
menyebabkan curah jantung yang
oleh (Khoirunnisa, 2019) terbukti
meningkat sehingga dapat mempengaruhi
berpengaruh terhadap penurunan
hemodinamik selama operasi. Untuk terapi
kecemasan pasien intraoperasi, perubahan
mengurangi kecemasan adalah
paling signifikan terlihat pada ekspresi
menggunakan farmakologi yaitu obat-
wajah ditandai dengan responden 1
obatan maupun non farmakoligi salah
sebelum dan sesudah diberikan terapi
satunya bisa dengan menggunakan terapi
musik yaitu pre test skor 48 (kecemasan
musik (Agius, 2021).
sedang) dan sesudah diberikan terapi
Kecemasan merupakan kekhawatiran musik menjadi 37 (kecemasan ringan).
yang tidak jelas dan menyebar, berkaitan Pengukuran kecemasan pada responden 2
dengan perasaan tidak pasti dan tidak sebelum diberikan terapi yaitu 46
berdaya. Kecemasan yang tidak ditangani (kecemasan sedang) setelah diberikan
dengan baik dapat menimbulkan adanya terapi musik skor kecemasan menjadi 36
perubahan secara fisik maupun psikologis (kecemasan ringan).
yang akhirnya dapat meningkatkan kerja
saraf simpatis dan akan terjadi peningkatan
METODE
denyut jantung, frekuensi napas, tekanan
darah, keringat dingin, merasa mulas, Penelitian ini merupakan penelitian
gangguan perkemihan, dan secara umum kuantitatif pre eksperimen dengan desain
mengurangi tingkat energi pada pasien penelitian One Group Pretest-Posttest

Kurniadi, Khasanah, & Haniyah 373


Populasi pada penelitian ini adalah semua hubungan yang bermakna antara variabel
pasien yang dilakukan tindakan anestesi dependen dan variabel independent.
regional meliputi spinal, epidural maupun
anestesi blok yang akan dilakukan operasi
di Ruang Instalasi Bedah Sentral. Jumlah
HASIL DAN PEMBAHASAN
sampel pada penelitian ini yaitu 34
Karakteristik Responden
responden dengan kriteria yang di ambil
meliputi: pasien usia minimal 15 tahun dan Total responden yang menjadi subjek
Pasien dengan American Society of penelitian adalah 34 responden tanpa ada
Anesthesiologists (ASA) I,II dan III. Adapun kelompok kontrol. Penelitian menghasilkan
kriteria yang tidak di teliti meliputi: pasien data bahwa karakteristik responden
dengan komorbid, pasien dengan meliputi: pengalaman operasi sebelumnya
gangguan sitemik berat dan tiak bersedia dan jenis kelamin.
menjadi responden. Tabel 1 Distribusi frekuensi karakteristik
Penelitian ini dilakukan selama 22 hari responden berdasarkan pengalaman operasi
di ruang IBS RSUD Kota Tangerang. Alat sebelumnya dan jenis kelamin di IBS RSUD
Kota Tangerang
ukur yang digunakna dalam peneitian ini
adalah kuesioner State Trait Anxiety Karakteristik Frekuensi Persentase
Inventory (STAI). instrument kecemasan Responden
yang terdiri dari 2 bagian meliputi State Pengalaman Operasi
Sebelumnya
Anxiety dan Trait Anxiety. Alat ukur ini Iya 13 38.2%
berisi 20 pertanyaan yang mengkaji Tidak 21 61.8%
perasaan seseorang. Kuesioner ini Total 34 100.0%
Jenis Kelamin
mempunyai 4 skor penilaian yaitu setiap Laki-laki 15 44.1%
item pertanyaan mempunyai rentang Perempuan 19 55.9%
Total 34 100.0%
pilihan yang meliputi tidak sama sekali
dengan nilai skor 1, agak/ sedikit Berdasarkan tabel di atas hasil
merasakan dengan nilai skor 2, cukup penelitian menunjukan bahwa sebagian
merasakan dengan nilai skor 3, dan sangat besar responden (61.8%) tidak memiliki
merasakan dengan niilai skor 4. Rentang pengalaman operasi sebelumnya dan
nilai minimum adalah 20 dan nilai paling banyak berjenis kelamin perempuan
maksimun yaitu 80. (55.9).
Kuesioner State Trait Anxiety Inventory Mayoritas responden pada penelitian ini
(STAI) sudah baku dan telahteruji berjenis kelamin perempuan dengan
validitas dan reabilitas datanya yaitu jumlah presentasi sebesar 55.9% lebih
dengan hasil uji validitas dengan interval besar dari responden laki-laki yang hanya
nilai 0.88. Sedangkan hasil uji reabilitas 44.1%. Berdasarkan asumsi peneliti hal ini
dengan nilai alpha 0.93. Pemebrian terapi dipengaruhi dari jenis tindakan operasi
dilakukan setelah pasien dilakukan contohnya tindakan operasi kebidanan
tindakan pembiusan dan diukur terlebih hanya terdapat pada wanita sehingga
dahulu tingkat kecemasnnya, setelah menyebabkan responden wanita lebih
didapat data tingkat kecemasan, banyak dibanding dengan responden laki-
responden diberikan terapi menggunakan laki. Berbeda halnya dengan tindakan
earphone mendengarkan musik pembedahan pada bedah umum dapat
instrumental symphony No.3 selama 5 melibatkan wanita dan laki-laki. Dapat di
mneit, kemudian pasien diukur Kembali buktikan dari hasil riset WHO jumlahkasus
tingkat kecemasannya dengan wanita dengan tindakan operasi Sectio
memberikan posttest. Analisa bivariat Caesaria (SC) 45.3% (WHO 2019).
dengan menggunakan uji Wilcoxon Berdasarkan peneliti sebelumnya
menggunakan derajat kepercayaan 95% (α mengatakan bahwa wanita lebih sering
= 0,05). Dasar pengambilan keputusannya mengalami kecemasan dibandingkan
adalah nilai p<0,05 yang berarti ada dengan pria hal ini dikarenakan bahwa
wanita lebih peka dengan emosinya yang

Kurniadi, Khasanah, & Haniyah 374


pada akhirnya mempengaruhi perasaan diberikan terapi musik klasik Symfoni No.3
cemasnya (Stuart, W, 2016). Pada selama 5 menit dan setelah selesai
penelitian inipun meski tidak diteliti secara diberikan langsung diukur kembali tingkat
spesifik tetapi dapat disimpulkan bahwa kecemasannya dengan hasil dapat dilihat
dari semua jumlah responden yang sedang pada tabel di bawah ini
m enjalani operasi sebelum diberikan terapi Tabel 2 Tingkat kecemasan pada pasien intra
musik adalah mengalami kecemasan dan operasi sebelum dan sesudah diberikan terapi
jumlah responden yang terbanyaknya musik di IBS RSUD Kota Tangerang
adalah perempuan sehingga dapat di
simpulkan bahwa perempuan memiliki Tingkat Sebelum Terapi Setelah
Kecemasan Musik Terapi Musik
tingkat kecemasan tinggi. Selain dari jenis f % f %
kelamin tingkat kecemasan juga dapat Ringan 2 5.9 19 55.88
meningkat dari segi pengalaman operasi Sedang 29 85.3 14 41.17
Berat 3 8.8 1 2.94
sebelumnya. Pasien yang belum pernah Total 34 100.0 34 100.0
melakukan tindakan operasi sebelumnya
cenderung memiliki tingkat kecemasan di Sebelum dilakukan terapi musik
bandingkan dengan pasien yang sudah Sebagian besar responden memiliki
memiliki riwayat operasi seblumnya. kecemasan sedang yaitu 85.3%.
Dengan hasil presentase responden yang sedangkan setelah dilakukan terapi musik
belum pernah melakukan tindakan operasi separuh lebih berubah menjadi tingkat
sebelumnya sebesar 61.8% sedangkan kecemasan ringan, yang awalnya sebelum
yang pernah mengalami pengalaman dilakukan terapi musik tingkat kecemasan
operasi sebelumnya tingkat kecemasnnya ringan hanya 5.9%. sedangkan yang
lebih rendah yaitu 38.2%. tingkat kecemasan berat yang awalnya
8.8% menurun setelah diberikan terapi
Berdasarkan teori sebelumnya musik menjadi 2.94%.
mengatakan bahwa pengalaman awal
pasien dalam pengobatan merupakan Berdasarkan hasil sebelum diberikan
pengalaman yang sangat berharga yang terapi musik, Sebagian besar responden
terjadi pada individu terutama untuk masa- memiliki tingkat kecemasan sedang yaitu
masa yang akan datang. Pengalaman awal 85.3%, kemudian dengan kecemasan
ini sebagai bagian penting dan bahkan berat sebesar 8.8% dan kecemasan ringan
sangat menentukan bagi kondisi mental sebesar 5.9%. Kecemasan pada
individu di kemudian hari. Apabila responden tersebut salah satunya bisa
pengalaman tentang anestesi kurang, disebabkan karena belum pernah
makan cenderung mempengaruhi berpengalaman dalam menjalani tindakan
peningkatan kecemasan saat menghadapi pembedahan dan dipengaruhi oleh jenis
tindakan anestesi (Waryanuarita et al., kelamin pasien. Kecemasan intra operasi
2018). Pada penelitian ini dapat adalah perasaan yang umum dialami di
disimpulkan juga bahwa responden yang antara pasien yang menjalani operasi.
berpengalaman pernah mengalami Selain itu, pasien yang sadar akan
tindakan operasi sebelumnya cenderung berbagai faktor lingkungan yang memicu
lebih tenang dibandingkan dengan yang emosi ini. Kekhawatiran dan ketakutan
belum pernah mengalami tindakan operasi adalah emosi umum yang saling terkait
sebelumnya dibuktikan dengan fakta yang dengan kecemasan intra operasi (Agius,
ada di lapangan terlihat dari raut muka 2021). Hasil dari tabel 4.2 responden yang
responden yang tidak tegang dan telah diberikan terapi musik tingkat
responden tidak begitu gelisah. kecemasannya menurun dengan hasil
kecemasan ringan 55.88% sedangkan
Gambaran tingkat kecemasan kecemasan sedang 41.17% dan
responden sebelum dan sesudah kecemasan berat hanya 2.94%. World
diberikan terapi musik. Federation of Music Therapy menjelaskan
Responden di observasi tingkat terapi musik sebagai penggunaan
kecemasannya terlebih dahulu sebelum professional dari musik dan elemennya
diberikan terapi musik. Responden sebagai salah satu intervensi dalam bidang

Kurniadi, Khasanah, & Haniyah 375


kesehatan, pendidikan dan lingkungan Hasil analisis uji beda Wilcoxon pada
sehari-hari dengan individu, kelompok, perbedaan tingkat kecemasan sebelum
keluarga dan atau komunitas yang dan sesudah diberikan tindakan terapi
mencoba untuk melakukan optimalisasi musik didapatkan hasil sebagai berikut:
kualitas hidupnya dan meningkatkan Tabel 3. Perbedaan Tingkat Kecemasan
kesehatan fisik, sosial, komunikatif, Sebelum dan Sesudah dilakukan Terapi Musik
emosional, intelektual, spiritual serta pada Responden di IBS RSUD Kota Tangerang
kondisi well-being dirinya (Geraldina, Tingkat Sebelum Setelah p
2017). Berdasarkan penelitian sebelumnya Kecemasan Terapi Musik Terapi Musik value
f % f %
penggunaan jenis musik instrumental Ringan 2 5.9 19 55.88
harmony 3 terbukti dapat mengurangi Sedang 29 85.3 14 41.17
tingkat kecemasan dari 40 responden yang Berat 3 8.8 1 2.94
Total 34 100.0 34 100.0 0.000
terdiri dari 20 pasien secara acak untuk Selisih Hasil f %
kelompok eksperiment dan 20 secara acak Menurun 28 82.35
untuk kelompok kontrol. Hasil keseluruhan Meningkat 5 14.70
Tetap 1 2.94
menyatakan bahwa dengan menggunakan Total 34 100
terapi musik dapat mengurangi kecemasan
dengan prosentase 94,5% penurunan Hasil uji statistik Wilcoxon terhadap
tingkat kecemasan, P < 0.05, dan skor perbedaan tingkat kecemasan sebelum
stres 1,31 vs 2,36, P < .05, masing-masing dan sesudah dilakukan terapi musik pada
(Jimenez et al., 2016). Dalam pemberian responden di IBS RSUD Kota Tangerang
terapi musik ini dilakukan selama 5 menit didapatkan hasil p value 0.000 < 0.05 yang
berdasarkan teori sebelumnya dan artinya ada perbedaan bermakna secara
dipertimbangkan dengan jenis operasinya, statistik antara tingkat kecemasan sebelum
karena dalam penelitian ini sifatnya umum terapi dengan sesudah terapi. Dari nilai
sehingga memilih waktu 5 menit lebih selisih hasil bahwa reponden yang
efektif jika dihitung dari mulai tahap pretest mengalami penurunan setelah diberikan
yang memakan waktu 10 menit kemudian terapi musik sebanyak 82,35%, responden
dilanjut jeda menyiapkan lagu alat dan yang mengalami peninkatan setelah
memastikan bahwa earphone terpasang diberikan terapi musisk sebanyak 14.7%
dengan sempurna membutuhkan waktu 5 dan yang kondisinya tetap tidak menurun
menit, kemudian pemberian terapi 5 menit dan tidak meningkat sebanyak 2.94%.
dan membereskan alat serta melakukan Intervensi menggunakan terapi musik
posttes membutuhkan waktu 10 menit total dapat mengubah ambang otak yang dalam
waktu yang dibutuhkan sekitar 30 menit. keadaan stres menjadi lebih adaptif secara
Sedangkan dari tindakan operasi fisiologis dan efektif. Musik diterima melalui
terkadang hanya membutuhkan waktu intra saraf pendengaran kemudian diartikan oleh
operasi sebanyak 20 menit, memang tidak otak atau sistem limbik. Musik dapat pula
semua, ada juga yang memakan waktu beresonansi dan bersifat naluriah sehingga
intra operasi lebih dari 30 menit tergantung dapat langsung masuk otak tanpa melalui
dari kasus dan komplikasi saat intra jalur kognitif. Lebih jauh lagi, terapi musik
operasi, akan tetapi jika memanjangkan tidak membutuhkan panduan fungsi
waktu terapinya sedangkan dalam 20 menit intelektual tinggi untuk berjalan efektif
pasien sudah ada yang selesai operasi (Naja, 2018) Berdasarkan penelitian dari
maka responden akan terlalu lama (Khoirunnisa, 2019) terbukti bahwa terapi
menunggu didalam ruang operasi, karena musik dapat mengurangi kecemasan
pengukuran posttest dilakukan langsung dengan hasil penelitiannya adalah
setelah terapi diberikan dan sebelum responden 1 sebelum dan sesudah
pasien pindah dari kamar operasi. diberikan terapi musik yaitu pre test skor 48
Perbedaan pengaruh pemberian terapi (kecemasan sedang) dan sesudah
musik terhadap tingkat kecemasan diberikan terapi musik menjadi 37
sebelum dan seduah diberikan terapi (kecemasan ringan). Pengukuran
musik pada intra operasi kecemasan pada responden 2 sebelum
diberikan terapi yaitu 46 (kecemasan

Kurniadi, Khasanah, & Haniyah 376


sedang) setelah diberikan terapi musik skor Intraventions. 33(11), 115.
kecemasan menjadi 36 (kecemasan Butterworth. (2020). Morgan and Mikhail’s
ringan) dengan niali p value < 0.001 yang Clinical Anesthesiology Cases. McGraw-
berarti terapi musik berpengaruh dalam Hill Education.
menurunkan tingkat kecemasan selama
Jimenez, M., Escalona, G. A., Lopez, M.
intra operasi. Berdasarkan tabel 4.3 diatas, alejandra, Vera, D. R., & Haro, D. J.
hasil uji statistik Wilcoxon terhadap (2016). Intraoperative stress and anxiety
efektifitas terapi musik terhadap tingkat reduction with music therapy: A
kecemasan pasien didapatkan nilai controlled randomized clinical trial of
signifikansi p 0.000 < α 0.05. hal ini efficacy and safety. JOURNAL OF
menunjukan adanya perbedaan antara VASCULAR NURSING, 101–106.
sebelum dan sesudah diberikan terapi Khoirunnisa, F. (2019). PENERAPAN TERAPI
musik terhadap penurunan tingkat MUSIK UNTUK MENURUNKAN
kecemasan pasien yang artinya terapi KECEMASAN PADA PASIEN INTRA
musik berpengaruh dalam menurunkan OPERASI DI RSUD UNGARAN
tingkat kecemasan pada pasien intra SEMARANG.
operasi. Naja, K. (2018). Penerapan Terapi Musik
Relaksasi Klasik Dalam Menurunkan
KESIMPULAN Tingkat Kecemasan Pada Asuhan
Keperawatan Pasien Pre Operasi
Karakteristik responden pada penelitian Laparatomi Di Rumah Sakit Roemani
ini adalah mayoritas berjenis kelamin Semarang. Universitas Muhammadiyah
perempuan dengan jumlah frekuensi Semarang.
55.9% sedangkan laki-laki hanya 44.1% Palmer, J. B., Lane, D., Mayo, D., Schluchter,
dan pada penelitian ini mayoritas M., & Leeming, R. (2015). Effects of
responden belum pernah memiliki music therapy on anesthesia
pengalaman tindakan operasi sebelumnya requirements and anxiety in women
yaitu dengan jumlah frekuensi 61.8% lebih undergoing ambulatory breast surgery
besar dibandingkan yang sudah pernah for cancer diagnosis and treatment: a
yaitu sebesar 38.2%. Terdapat hubungan randomized controlled trial. Journal of
yang signifikan dalam pemberian terapi Clinical Oncology, 33(28), 3162.
musik pada intra operasi berpengaruh Pramono, A. (2015). Buku Kuliah Anestesi.
dalam menurunkan tingkat kecemasan EGC.
dibuktikan dengan hasil uji statistik Savitri, W., Fidayanti, N., & Subiyanto, P. (2016).
Wilcoxon didaptkan nilai p value 0.000 < Terapi musik dan tingkat kecemasan
0.05. pasien preoperasi. Media Ilmu
Kesehatan, 5(1), 1–6.
SARAN Waryanuarita, I., Induniasih, I., & Olfah, Y.
(2018). Pengaruh Pemberian Terapi
Bagi peneliti selanjutnya yang ingin Musik Terhadap Kecemasan Pasien Pre
meneliti lebih jauh tentang pengaruh General Anestesi di RS PKU
pemberian terapi musik terhadap Muhammadiyah Yogyakarta. Caring:
penurunan tingkat kecemasan pada pasien Jurnal Keperawatan, 7(2), 60–65.
intra operasi dengan regional anestesi, Widigdo, R. N., Rosa, D. E., & Titik, E. (2017).
diharapkan dalam penelitiannya untuk Pengaruh Musik Klasik dalam
menggunakan sampel yang lebih banyak, Menurunkan Tingkat Kecemasan pada
gunakan kelompok pembanding dan Pasien Sectio Caesarea dengan
menggunakan alat ukur yang berbeda dan Tindakan Subarachnoid Blok (SAB) di
vriabel yang berbeda. RSU Mitra Delima Bululawang, Malang,
Jawa Timur. Poltekkes Kemenkes
Yogyakarta.
DAFTAR PUSTAKA
Agius, M. (2021). Anxiolytic Effects of
Intraoperative Music Therapy In Adults
Undergoing Local Anesthetic

Kurniadi, Khasanah, & Haniyah 377

Anda mungkin juga menyukai