Anda di halaman 1dari 12

SINOPSIS TESIS

PENGARUH TERAPI MUSIK TERHADAP TINGKAT NYERI


PASIEN PASCA OPERASI SEKSIO SESAREA
DI RS ISLAM JL. A YANI SURABAYA

FANTY AIN NOER MALITASARI

MAGISTER KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014

KATA PENGANTAR
Syukur Kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan sinopsis tesis yang dibuat
untuk memenuhi persyaratan pengajuan sebagai calon mahasiswa di program
Magister Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang. Semoga
sinopsis tesis ini menjadi awal langkah kesuksesan dalam menuntut ilmu di
Program Magister Kebidanan Universitas Brawijaya Malang. Besar harapan kami
semoga bermanfaat bagi penulis dan masyarakat pada umumnya.
Surabaya, April 2014
Penulis

DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
I. Pendahuluan
I.1 Latar Belakang
I.2 Rumusan Masalah
I.3 Tujuan Penelitian
I.4 Manfaat Penelitian
II. Tinjauan Pustaka
II.1Terapi Musik
II.2Konsep Nyeri
II.3Kerangka Konsep
III. Metode Penelitian
IV. Daftar Pustaka

i
ii
iii
1
2
2
2
3
4
5
6
7

I.
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Seksio sesarea merupakan suatu cara melahirkan janin dengan membuat
sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina atau suatu
histerotomy untuk melahirkan janin dari dalam rahim (Mochtar, 1998).
Di Indonesia menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun
2002-2003 angka persalinan SC kurang lebih 4 %. Pada tahun 2010 berdasarkan
hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia tahun 2010 terjadi peningkatan angka
persalinan dengan seksio sesarea 15,3 % dan di Jawa Timur 17 %. Di Rumah
Sakit Islam Surabaya pada tahun 2012 angka persalinan normal sebesar 57 %,
pertolongan persalinan dengan tindakan Vaccum Ekstraksi 3,8%, pertolongan
persalinan dengan sungsang Bracht 1,6% dan persalinan dengan tindakan operasi
seksio sesarea sebesar 37,6 %.
Walaupun saat ini tindakan operasi seksio sesarea tergolong aman karena
didukung oleh semakin majunya teknik operasi yang sempurna, akan tetapi bukan
berarti tindakan ini tidak memiliki dampak apapun, masalah yang timbul pasca
operasi seksio sesaria antara lain ansietas, nyeri pada luka operasi, kurang
perawatan diri, serta perubahan eliminasi (Marlynn, 2001). Nyeri merupakan
dampak yang paling sering terjadi pada pasien sesudah menjalani operasi seksio
sesarea (Manuaba, 1999). Pasien yang mengalami tingkat nyeri berat setelah
operasi seksio sesaria membutuhkan perhatian khusus karena hal tersebut dapat
menurunkan kemampuan menyusui dan merawat bayinya yang baru lahir
(Karlstrom, 2007), oleh karena itu perlu dilakukan perawatan dalam upaya
mengurangi tingkat nyeri luka bekas operasi seksio sesarea. Manajemen untuk
mengurangi nyeri dilakukan dengan cara farmakologis dan non farmakologis.
Pelaksanaan manajemen non farmakologis di lapangan belum dilakukan dengan
maksimal, lebih banyak menggunakan cara farmakologi. Padahal apabila
manajemen nyeri dilakukan dengan cara farmakologi dan non farmakologi
hasilnya akan lebih baik.
Salah satu manajemen nyeri yang bisa digunakan selain pemberian obat
adalah dengan menggunakan terapi musik (Potter dan Perry, 2005). Terapi musik
telah diakui sebagai salah satu bentuk terapi pelengkap (Complementary Therapy)

disamping akupuntur dan massage therapy selain memiliki aspek estetika, juga
mempunyai efek terapeutik sehingga musik banyak digunakan untuk membantu
penyembuhan, menenangkan dan memperbaiki kondisi fisiologis (Halim, 2005).
Musik secara langsung akan mempengaruhi hipothalamus serta merangsang
produksi endorphin yang merupakan opium alami tubuh, akan memberikan efek
relaksasi sehingga dapat mengurangi rasa nyeri (Guyton dan Hall, 1997).
I.2. Rumusan Masalah
Apakah terapi musik dapat mempengaruhi tingkat nyeri pasien pasca
operasi seksio sesarea?

I.3. Tujuan Penelitian


1.3.1. Tujuan umum
Menganalisis pengaruh terapi musik terhadap tingkat nyeri pasien pasca
operasi seksio sesarea
1.3.2. Tujuan khusus
1. Menganalisis perubahan tingkat nyeri pasien pasca operasi seksio sesarea yang
tidak diberi terapi musik.
2. Menganalisis perubahan tingkat nyeri pasien pasca operasi seksio sesarea yang
diberi terapi musik.
3. Menganalisis perbedaan tingkat nyeri pasien pasca operasi seksio sesarea yang
diberi terapi musik dan tidak diberi terapi musik.
I.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat praktis
Menambah pengetahuan bagi tenaga kesehatan di rumah sakit, tentang
manfaat terapi musik sebagai salah satu bentuk terapi pelengkap (Complementary
Therapy) dalam menurunkan nyeri pada pasien pasca operasi seksio sesarea, serta
untuk meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit.

1.4.2. Manfaat teoritis


Sebagai wacana bagi institusi pendidikan kesehatan, dalam memberikan
pengetahuan kepada mahasiswa tentang penggunaan musik sebagai terapi non
farmakologi alternatif dalam menurunkan nyeri, serta sebagai pertimbangan untuk
mengembangkan penelitianpenelitian selanjutnya.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2. 1. Terapi Musik
Terapi musik adalah terapi yang dilakukan dengan memberikan stimulasi
musik, dimana musik tersebut masuk kedalam pikiran melalui sensasi auditori.
Suara musik atau musik yang lembut dapat mengurangi stres, presepsi nyeri,
cemas dan perasaan terisolasi (De Laune dan Ladner, 2006).
Potter juga mendefinisikan terapi musik sebagai teknik yang digunakan
untuk penyembuhan suatu penyakit dengan menggunakan bunyi atau irama
tertentu. Jenis musik yang digunakan dalam terapi musik dapat disesuaikan
dengan keinginan, seperti musik klasik, intrumentalia, slow music, orkestra, dan
musik modern lainnya.
Beberapa manfaat terapi music menurut American Music Therapy
Association (2009) adalah:
1. Menurunkan ansietas dan stress
2. Mengurangi nyeri
3. Menenangkan bayi dan anak-anak
4. Menurunkan efek samping kemoterapi
5. Membantu pasien stroke dan pasien Parkinson untuk dapat berjalan normal
6. Mengurangi lama perawatan di rumah sakit
7. Menurunkan stress pada orang sehat
Pada saat musik diterima oleh daun telinga, maka diteruskan ke telinga
tengah yang akan menggetarkan membran tympani, dengan getaran ini maka
maleus, incus, dan stapes ikut bergetar, suara tersebut masuk ke telinga dalam
(koklea) melalui fanestra ovalis, disini getaran suara akan membangkitkan impuls
saraf yang akan mempengaruhi sistem limbik, yang pertama akan diterima

langsung oleh Talamus, yaitu suatu bagian otak yang mengatur emosi, sensasi, dan
perasaan. Kedua diterima Hipotalamus mempengaruhi struktur basal "forebrain"
termasuk sistem limbik, dan ketiga: melalui axon neuron secara difus
mempersarafi neokorteks. Hipotalamus merupakan pusat saraf otonom yang
mengatur fungsi pernapasan, denyut jantung, tekanan darah, pergerakan otot usus,
fungsi endokrin, memori, dan lain-lain. Di hipothalamus maka respon dari musik
yang tenang akan menimbulkan ketenangan dan mengurangi rasa nyeri.
J. Layman (2001) mengemukakan bahwa seseorng akan merespon musik
dengan baik pada menit ke 20-60 setelah musik diperdengarkan.
2. 2. Konsep Nyeri
Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang
dan ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007).
Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah
sensori subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait
dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi
terjadinya kerusakan.
Bebrapa faktor yang mempengaruhi respon nyeri adalah usia, jenis
kelamin, kultur, makna nyeri, perhatian, ansietas, pengalaman masa lalu, pola
koping serta dukungan keluarga dan social.
Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan
oleh individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual dan
kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua
orang yang berbeda. Skala deskritif merupakan alat pengukuran tingkat keparahan
nyeri yang lebih obyektif. Pengukuran tingkat nyeri dalam penelitian ini
menggunakan skala intensitas nyeri deskrtptif.
Menurut smeltzer, S.C bare B.G (2002) terdapat beberapa skala intensitas
nyeri. Dalam tesis ini peneliti menggunakan Skala intensitas nyeri deskriptif

Keterangan:
0

: Tidak nyeri

1-3

: Nyeri ringan, secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik

4-6

: Nyeri sedang, secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat


menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti
perintah dengan baik

7-9

: Nyeri berat, secara obyektif pasien terkadang tidak dapat mengikuti


perintah tapi masih merespon terhadap tindakan, dapat menunjukkan
lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan
alih posisi nafas panjang dan distraksi.

10

: Nyeri sangat berat, pasien tidak mampu berkomunikasi, memukul

2. 3. Kerangka konsep
Tata Laksana Nyeri
1. Farmakologi
Analgesik opiat
Analgesik Non Opiat
Analgesik adjuvans atau
koanalgesik
Non Farmakologi
Teknik stimulasi kutaneus
Masase

Faktor-faktor yang
mempengaruhi nyeri :
Usia
Jenis kelamin
Budaya
Makna nyeri
Perhatian

Kompres panas dan dingin


Akupresur
Stimulasi kontralateral
Stimulasi saraf elektrik
transkutaneus (SSET)
Imobilasi
Distraksi,Imajinasi

Ansietas
Pengalaman masa lalu
Pola koping
Support keluarga dan
sosial
Penurunan tingkat nyeri

Terapi Musik
Meditasi,Biofeedback
Hipnotis
Tidak diteliti :
Diteliti

Gambar 3.1: Kerangka konseptual pengaruh terapi musik terhadap tingkat nyeri
pasien pasca operasi seksio sesarea

III. METODOLOGI PENELITIAN


Jenis penelitian ini menggunakan metode analitik dan rancang bangunnya
adalah True Experimental dengan desain Pre Post Test With Control Group
Design. Pada penelitian ini terdiri dari 2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan. Pada saat pembagian kelompok kontrol dan kelompok
perlakuan dilakukan Random Allocation
Oa 1

X1

Oa 2

Ob1

X0

Ob2

: Random Allocation

Oa 1

Pre test kelompok perlakuan

Ob1

Pre test kelompok kontrol

X1

Diberikan terapi musik

X0

Tidak diberikan terapi musik

Oa 2

Post test kelompok perlakuan

Ob2

Post test kelompok kontrol

Populasi dari penelitian ini adalah ibu pasca operasi seksio sesarea yang
dirawat di Rumah Sakit Islam Jl. A Yani Surabaya. Besar sampel dalam penelitian
ini kemudian dibagi menjadi kelompok kontrol dan kelompok yang diberi
perlakuan terapi musik. Tehnik Pengambilan Sampel dalam penelitian ini dengan
menggunakan tehnik Consecutive Sampling
Pengumpulan data dilakukan langsung pada pasien pasca operasi seksio
sesarea di Rumah Sakit Islam Jl. A Yani Surabaya. Instrument yang digunakan
untuk variabel independent menggunakan lembar ceklist sedangkan instrumen
variabel dependent menggunakan skala intensitas nyeri deskriptif. Sebelum
pengambilan data di lakukan, responden yang memenuhi kriteria penelitian
diberikan penjelasan tentang tujuan penelitian. Setelah itu responden diberikan
lembar persetujuan menjadi responden. Apabila responden menyatakan setuju
untuk diikutsertakan dalam penelitian maka dimasukkan menjadi responden. Pada
hari I (pre test) responden kontrol maupun perlakuan diukur tingkat nyerinya.

Selajutnya pada hari II (post test) kelompok kontrol diukur lagi tingkat nyerinya
sedangkan pada kelompok perlakuan diberikan terapi musik dulu sesuai dengan
keinginan yaitu musik nasyid Indonesia selama 30 menit, setelah pemberian terapi
musik maka tingkat nyerinya diukur lagi.
Setelah data dikumpulkan langkah selanjutnya untuk mengetahui hubungan
antar variabel maka dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan Uji
Statistik Paired Samples T Test untuk mengukur perubahan tingkat nyeri pada
kelompok kontrol dan perubahan tingkat nyeri pada kelompok perlakuan dan
dilakukan Uji Statistik Independent Samples T Test untuk mengukur perbedaan
tingkat nyeri pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan, dengan tingkat
kemaknaan = 0,05 jika p < maka H 1 diterima artinya ada pengaruh terapi
musik terhadap penurunan tingkat nyeri pasien pasca operasi seksio sesarea.
Karena Paired Samples T Test dan Independent Samples T Test merupakan uji
parametrik maka perlu dilakukan Uji Kolmogorov Smirnov untuk mengetahui
distribusi data berdistribusi normal . Nilai p > artinya data berdistribusi normal.

IV.

Daftar Pustaka

American Music Therapy Association (2009). Definition and Quotes about Music
Therapy http://www.musictherapy.org/quotes.html (diakses tanggal 17 Maret
2013)
Guyton dan hall (2008). Buku Ajar Fisiologi Kedoktran: Edisi 9. Jakarta. EGC
Indrawanto. S. (1997). Mengenal Terapi Musik: Surabaya. Referat Lab/ SMF Ilmu
Kedokteran Jiwa FK Unair
Kalstrom A, Engstrom-Olofsson R, Norberg KG, Sjoling M., Hildingsson I
(2007), Pascaoperative pain after cesarean birth effects breastfeeding and
infant care, Journal of Obstetric, Gynecologic, and Neatonal Nursing, Vol.
36, no. 5 http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17880313 (diakses tanggal
28 Maret 2013)
Mochtar, R (1998). Sinopsis Obstetri: Obstetri Operatif & Obstetric Sosial. Edisi
2, Jakarta. EGC
Prawirohardjo, S.(1999). Ilmu Kebidanan dan Ilmu Bedah Kebidanan. Edisi 3,
Jakarta. Yayasan Bina Pustaka
Tamsuri, A (2006). Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri: Jakarta. EGC

Anda mungkin juga menyukai