Anda di halaman 1dari 22

PRESENTASI JURNAL

PICO
KELOMPOK 6 :
Lidyana Puspitawati
Lintang Eva Ningrum
Maria Apriliani S. Doa
Yulia Friska Ardhiani
PERUBAHAN INTENSITAS NYERI MELALUI
PEMBERIAN
TERAPI MUSIK GAMELAN PADA PASIEN DI
INTENSIVE
CARE UNIT (ICU) RSUD dr. LOEKMONOHADI KUDUS

PENGARUH TERAPI MUSIK ALFA TERHADAP


INTENSITAS NYERI PASIEN DENGAN VENTILATOR
DI INTENSIVE CARE UNIT (ICU)
PROBLEM
N Problem Jurnal I Jurnal II
o
1. YA Pasien kritis adalah pasien menjalani Nyeri pada pasien dengan ventilator
banyak prosedur rutin dan perawatan memiliki efek yang serius, maka
yang sering menimbulkan rasa tidak perlu dilakukan pengkajian dan
nyaman dan nyeri. Tindakan yang dapat penanganan yang serius. Jika
dilakukan untuk mengatasi rasa nyeri pengkajian nyeri dan intervensinya
adalah terapi farmakologi dan non tidak akurat, maka dapat
farmakologi. Metode pereda nyeri non bepengaruh signifikan pada kondisi
farmakologis biasanya mempunyai resiko fisik dan psikologisnya. Frekuensi
yang sangat rendah, salah satu distraksi untuk nyeri adalah 40-52 Hz. Terapi
yang efektif adalah musik, yang dapat musik bisa diawali dengan
menurunkan nyeri fisiologis, stres, dan frekuensi 40 Hz dimana frekuensi
kecemasan dengan mengalihkan perhatian tersebut sama dengan frekuensi di
seseorang dari nyeri. (Smeltzer & Bare, Thalamus sehingga musik dapat
2010) membuat efek kognitif yang positif
  pagi pendengar. Frekuensi musik 40-
60 Hz telah terbukti dapat
menurunkan ketegangan otot, nyeri,
dan memberikan efek tenang.
(Georgiou, 2015)
CRITICAL THINGKING :
Sejumlah faktor yang menyebabkan terjadinya nyeri antara lain:
1. Reaksi pasien terhadap nyeri dibentuk oleh berbagai faktor
yang saling berinteraksi usia, jenis kelamin, pengalaman nyeri
sebelumnya, budaya, faktor fisik, psikososial, dan lingkungan.
(Andarmoyo, 2013)
2. Salah satu faktor yang menyebabkan terhambatnya
pengkajian nyeri adalah pengkajian nyeri memiliki tingkat
kesulitan tersendiri karena pasien ICU tidak dapat
berkomunikasi secara bebas karena intubasi atau gangguan
kognitif, pemasangan ventilator mekanik dapat
mengakibatkan pasien merasakan nyeri. Adhiany (2014)
KESIMPULAN :
Faktor yang dapat menyebabkan nyeri terjadi adalah
reaksi pasien terhadap nyeri dibentuk oleh berbagai
faktor yang saling berinteraksi usia, jenis kelamin,
pengalaman nyeri sebelumnya, budaya, faktor fisik,
psikososial, dan lingkungan, pemasangan ventilator
mekanik dapat mengakibatkan pasien merasakan
nyeri. Adhiany (2014).
 
INTERVENSI
N Intervensi Jurnal I Jurnal II
o
1. YA Untuk mengetahui intensitas Untuk mengetahui intensitas
nyeri dilakukan intervensi terapi nyeri dilakukan intervensi
musik gamelan. Musik gamelan terapi musik alfa. Terapi
tersebut diberikan dua kali musik selama 30 menit 16
sehari dengan durasi 30 menit detik dengan tingkat
selama 4 hari. Pemberian terapi kebisingan 68,75 dB. Penilaian
musik dan observasi dilakukan intensitas nyeri menggunakan
pada pukul 10.00 WIB dan 16.00 Critical-care Pain Observation
WIB. Penilaian intensitas nyeri Tool (CPOT). Penilaian
menggunakan Verbal Descriptor intensitas nyeri dilakukan
Scale (VDS) dan Critical-Care secara pre-test dan post-test.
Pain Observation Tool (CPOT).
Penilaian intensitas nyeri
dilakukan secara pre-test dan
post-test.
 
CRITICAL THINGKING :

1. Musik gamelan mempunyai alunan musik yang lembut, penuh


kewibawaan, dan ketenangan. Efek terapi musik pada nyeri adalah
distraksi terhadap pikiran tentang nyeri, menurunkan kecemasan,
menstimulasi ritme nafas agar lebih teratur, menurunkan ketegangan
tubuh, memberikan gambaran positif pada visual imagery, dan relaksasi
sehingga meningkatkan mood yang positif (Windyastuti, E., 2016).
Menurut jurnal terapi musik gamelan diberikan dengan durasi 30 menit
selama 4 hari. Hasil pre-test menggunakan VDS tingkat nyeri adalah 5.67
dan menggunakan CPOT adalah 4.40. Hasil post-test menggunakan VDS
tingkat nyeri adalah 4.13 dan menggunakan CPOT adalah tingkat nyeri
3.13.
CRITICAL THINGKING :
2. Terapi musik alfa adalah suatu jenis terapi musik alfa dengan suara
air mengalir. Frekuensi yang direkomendasikan untuk mengurangi
nyeri adalah 40-52 Hz. Terapi musik bisa diawali dengan frekuensi 40
Hz, dengan asumsi dasar bahwa ini adalah frekuensi dasar talamus,
sehingga stimulasi getaran dengan frekuensi yang sama akan memulai
efek kognitif untuk terapi. Musik dengan frekuensi 40-60 Hz juga telah
terbukti menurunkan kecemasan, menurunkan ketegangan otot,
mengurangi nyeri, dan menimbulkan efek tenang (Pangestika, D.D.,
2020). Hasil pre-test menggunakan CPOT adalah 5.41 dan hasil post-
test menggunakan CPOT adalah 4.58.
KESIMPULAN :

Terapi musik gamelan dan terapi musik alfa yang


diberikan pada pasien di ICU sama-sama
berpengaruh pada intensitas nyeri pasien di ICU dan
dapat menurunkan skala nyeri pada pasien di ICU.
Terapi musik gamelan lebih mudah dicari dan dapat
menurunkan skala nyeri lebih besar, dan tidak
memerlukan biaya yang mahal.
 
COMPARATION
No Comparatio Jurnal I Jurnal II
n
1. YA Penelitian ini menggunakan metode Quasi Jenis penelitian yang digunakan adalah
Eksperimen,dengan design one grup pre test and post test. jenis penelitian kuantitatif dengan desain
Penelitian ini dilaksanakan di RSUD dr. Loekmonohadi penelitian quasi eksperimental dengan one
Kudus ruang ICU (Intensive Care Unit). Sampel berjumlah group design (pretest-posttest). Penelitian
25 responden, dengan tekhnik penentuan sampel yaitu dilaksanakan pada bulan Maret-April 2019
purposive sampling dimana kelompok tersebut di ICU RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
mendapatkan intervensi musik gamelan. Instrumen yang Purwokerto terhadap 17 responden.
digunakan untuk pengumpulan data pada penelitian ini Sebelum diberikan terapi musik responden
adalah lembar observasi yang digunakan observer untuk akan dikaji kenyamanan dan nyeri terlebih
menanyakan pada pasien tingkat intensitas nyerinya dahulu menggunakan Critical-care Pain
dengan menggunakan Verbal Descriptor Scale (VDS), Observation Tool (CPOT), selanjutnya
sedangkan untuk obyektifitas pasien peneliti menggunakan responden akan diberikan terapi musik
Critical-Care Pain Observation Tools (CPOT). Headphone selama 30 menit 16 detik dan dilanjutkan
merupakan media yang digunakan untuk mendengarkan dengan pengkajian nyeri kembali. Jenis
alunan musik yang telah ditentukan sebagai terapi. musik yang digunakan adalah musik alfa
Headphone tersebut terhubung dengan mp3 yang sudah yang sudah dilakukan uji lab terlebih
diisi musik dengan jenis musik Jawa 4 Tengah yaitu dahulu dengan tingkat kebisingan 68,75 dB.
langgam jawa dengan iringan instrumen gamelan dengan Analisa data yang digunakan menggunakan
acuan lagu laras pelog. Pengumpulan data dilakukan uji dependent t test untuk mendapatkan
dengan cara melakukan pengukuran intensitas nyeri nilai perbedaan skor kenyamanan sebelum
sebelum dan sesudah pemberian terapi musik gamelan. dan setelah diberikan
Analisis data yang digunakan untuk mengetahui perubahan terapi musik.
intensitas nyeri adalah uji Wilcoxon.  
CRITICAL THINGKING :

Kedua penelitian ini sama-sama efektif terhadap intensitas nyeri dan didapatkan hasil
bahwa terdapat perbedaan rerata skor nyeri sebelum dan sesudah diberikan terapi musik.
Pada kedua penelitian ini menggunakan metode Quasi Eksperimen dengan design one grup
pre test and post test untuk melihat adanya perbedaan intensitas nyeri sebelum dan sesudah
diberikan intervensi.
Musik gamelan merupakan musik yang dihasilkan oleh beberapa jenis alat musik. Musik
gamelan dinyatakan sebagai musik yang dihasilkan oleh kreativitas budaya yang tinggi
karena keanekaragaman alat, irama, dan nada yang dihasilkan. Kolaborasi berbagai
instrumen yang berbeda pada gamelan jawa memberikan struktur tersendiri baik untuk
improvisasi dalam terapi musik (Oktavia, 2013). Terapi musik gamelan ini mempunyai
tujuan membantu mengekspresikan perasaan, membantu rehabilitasi fisik, memberi
pengaruh positif terhadap kondisi suasana hati dan emosi, meningkatkan memori, serta
menyediakan kesempatan yang unik untuk berinteraksi dan membangun kedekatan
emosional. Dengan demikian, terapi musik gamelan juga diharapkan dapat membantu
mengatasi stres, mencegah penyakit dan meringankan rasa sakit Djohan (2006) dalam
Oktavia (2013). 
CRITICAL THINGKING :

Berdasarkan American Musik Therapy Association, terapi musik dapat


menurunkan stress, nyeri, mengungkapkan perasaan, meningkatkan
daya ingat, meningkatkan komunikasi dan membantu proses
rehabilitasi fisik. Pernyataan tersebut sesuai dengan hasil hasil
penelitian ini, bahwa responden akan mengalami penurunan skala
nyeri setelah diberikan terapi musik. Hal tersebut juga sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Ciftci tahun (2015) yang mengatakan
bahwa musik adalah salah satu terapi yang dapat meningkatnya
kenyamanan pasien ICU dengan menurunkan nyeri dan kecemasan.
KESIMPULAN :

Terapi musik gamelan dan terapi musik alfa sama-


sama mempunyai pengaruh terhadap intensitas nyeri.
OUTCOME
No Outcome Jurnal I Jurnal II

1. YA Berdasarkan hasil pengukuran Berdasarkan hasil pengukuran


dengan Verbal Description Scale dengan Critical-Care Pain
(VDS) dan Critical-Care Pain Observation Tool (CPOT) dengan
Observation Tool (CPOT) dianalisis analisis software statistik “R”
dengan uji Wilcoxon pada kelompok didapatkan perbedaan rerata skor
gamelan dengan 25 responden pre-test dan post-test yang dilakukan
didapatkan perubahan intensitas pada 17 responden. Hasil sebelum
nyeri baik. Pada VDS sebelum terapi diberikan terapi adalah 5.41 dan
adalah 5.67 dan sesudah diberikan sesudah diberikan terapi adalah 4.58.
tapi adalah 4.13, sedangkan untuk Hasil uji statistik menunjukkan
CPOT sebelum terapi adalah 4.40 p=0,004 sehingga dapat
dan sesudah terapi 3.13. Hasil uji diinterpretasikan bahwa terdapat
statistik menunjukkan nilai p=0,001 pengaruh terapi musik alfa terhadap
dan p=0,002 sehingga dapat nyeri.
diinterpretasikan bahwa terdapat
pengaruh musik gamelan terhadap
nyeri pada kelompok gamelan.
 
CRITICAL THINGKING :
Kedua jurnal sama-sama efektif dalam menurunkan intensitas nyeri.
Terapi musik gamelan merupakan kolaborasi berbagai instrument yang berbeda pada
gamelan Jawa yang membeikan sruktur tersendiri baik untuk improvisasi dalam terapi
musik. Terapi musik gamelan membantu mengekspresikan perasaan, membantu rehabilitasi
fisik, memberi pengaruh positif terhadap kondisi suasana hati dan emosi, meningkatkan
memori, serta menyediakan kesempatan yang unik untuk berinteraksi dan membangun
kedekatan emosional, mengatasi stress, mencegah penyakit dan meringakan rasa sakit
(Djohan, 2006 dalam Wulan&Apriliyasari, 2020)
Pemberian terapi musik disesuaikan dengan latar belakang responden sehingga mampu
menghasilkan stimulant yang bersifat ritmis. Stimulan ini kemudian ditangkap
pendengaran kita dan diolah dalam sistem saraf tubuh serta kelenjar otak yang
mereorganisasi interpretasi bunyi ke dalam ritme internal pendengarnya. Ritme tersebut
yang mempengaruhi metabolisme tubuh manusia sehingga prosesnya berlangsung lebih
baik. Gamelan jawa menonjolkan kestabilan mental terletak pada suara musik yang tidak
hingar bingar tetapi enak didengar karena keteraturan irama (Salim, 2005 dalam
Wulan&Apriliyasari, 2020).
CRITICAL THINGKING :

Terapi musik dapat menurunkan stress, nyeri, mengungkapkan perasaan,


meningkatkan daya ingat, meningkatkan komunikasi dan membantu proses
rehabilitasi fisik. Pengaruh terapi musik terhadap penurunan nyeri pasien
dikarenakan musik dapat meningkatkan aktivitas sistem saraf parasimpatis dan
imunitas. Maka dari itu, terapi musik efektif dalam menurunkan level autonom dan
neuroendokrin dan memfasilitasi respon relaksasi fisik (McCarthy, 1998 dalam
Pangestika&Endiyono, 2020). Jenis musik yang diberikan pada penelitian ini adalah
musik alfa dengan suara air mengalir, dimana jenis musik tersebut merupakan salah
satu musik terapi. Terapi musik alami dapat menurunkan kecemasan pada pasien
kritis.
KESIMPULAN :

Dari kedua jurnal diatas dapat disimpulkan bahwa


terapi musik gamelan dan musik alfa dapat
menurunkan intensitas nyeri.
 
Kelompok 6 menyimpulkan bahwa terapi gamelan lebih
efektif untuk menurunkan intensitas nyeri daripada
terapi music alfa.

TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai