Anda di halaman 1dari 14

Efektivitas Terapi Musik Klasik Mandar terhadap Nyeri Post Op di Rumah

Sakit Bhayangkara Hoengeng Imam Santoso dan Rumah Sakit Mitra


Manakarra Kabupaten Mamuju

1
Harsan Baharuddin, 2 Safriadi Darmansyah, 3 Ayu Sriwahyuni, 4 Iksan Ibrahim

Fakultas Kesehatan Institut Kesehatan dan Bisnis ST Fatimah Mamuju

*Corresponding author: Harsan Baharuddin

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi music klask


Mandar terhadap nyeri poat op setelah pemberian terapi music klasik Mandar.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh (1) belum diketahuinya berapa pasien yang sulit
menjaga suasana hati sebelum Op, (2) belum diketahuinya tingkat kecemasan pasien
yang muncul sebelum op, (3) belum diketahuinya penyebab rasa nyeri, (4) belum
diketahuinya pengaruh terapi musik terhadap tingkat nyeri sebelum Op.

dengan kelompok kontrol terhadap nyeri. Penelitian ini menggunakan metode


penelitian Quasi Eksperimental dengan model nonequivalent control group design.
Pengambilan sampel menggunakan teknik sampling sistematis dengan jumlah sampel
38 (19 kelompok Intervensi dan 19 kelompok kontrol). Tingkat nyeri diukur dengan
NRS. Analisis data penelitian ini menggunakan analisis deskriptif, uji normalitas
dengan Kolmogrov-Smirov Test, Uji homogenitas dicari dengan uji Levene test,
dilanjutkan uji-t untuk mengetahui perbedaan pengaruh terapi musik pada kelompok
intervensi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata kelompok intervensi sebesar 6,
68 dengan kategori nyeri sedang, sedangkan pada kelompok kontrol rerata sebasar 4,
68 dengan kategori nyeri ringan. Hasil analisis uji-t menunjukkan bahwa nilai p
sebesar 0,000 ini berarti ada perbedaan yang signifikan pada terapi musik antara
kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol terhadap kecemasan sebelum
pemberian intervensi Penelitian ini disimpulkan bahwa terapi musik dapat
berpengaruh dalam menurunkan rasa nyeri

I. PENDAHULUAN

Post operasi merupakan masa setelah dilakukan pembedahan yang

dimulai saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan dan berakhir sampai

evaluasi selanjutnya. Keluhan yang sering timbul akibat dari tindakan operasi

yaitu nyeri (Muttaqin, 2012).

Data World Health Organizatin (WHO). Menunjukan selama lebih

dari satu abad, perawatan operasi telah menjadi komponen penting dari

perawatan kesehatan diseluruh dunia. Diperkirakan setiap tahun ada 230 juta

tindakan operasi dilakukan di seluruh Dunia baik operasi kecil maupun

operasi besar (Hasri, 2012).kejadian infeksin di Amerika Serikat sekitar 2-4%

dari yang mengalami operasi setiap tahunnya (Anderson, 2011). Prevelensi

luka post operasi di Indonesia menurut (Putra el al, 2011). Sekitar 2,3-18,3%.

Presentase kajadian infeksi luka post operasi di Provinsi Sulawesi Barat

(12%). Sedangkan di Kabupaten itu sendiri sebanyak (5,9%). Adapun data

Medical record Rumah Sakit Bhayangkara Hoegeng Iman Santoso dan

Rumah Sakit Mitra Manakarra Kabupaten Mamuju angka kejadian Post Op

sebanyak (5,6%).
Nyeri pasca bedah mungkin sekali disebabkan luka operasi, pada

setiap keluhan nyeri terhadap setiap nosisepsi di suatu tempat pada tubuh yang

disebabkan oleh suatu noksa baru kemudian mengalami sensasi nyeri.

Akhirnya timbul reaksi terhadap sensasi nyeri dalam bentuk sikap dan

perilaku verbal maupun non verbal reaksi terhadap sensasi nyeri dalam bentuk

sikap dan perilaku verbal maupun non verbal untuk mengemukakan apa yang

dirasakannya . Nyeri yang tidak diatasi dengan adekuat mempunyai efek

yang membahayakan diluar ketidak nyamanan yang disebabkan. Banyak

terori berusaha untuk menjelaskan secara sempurna bagaiman nyeri di

transmisikan atau dicerap, tidak juga menjelaskan kompleksitas dari cara yang

mempengaruhi transmisi imlus nyeri, sensasi nyeri, dan perbedaan individual

dalam sensasi nyeri (Greenstain & Wood, 2010). Dari hasil penelitian dari

Tubagus Erwin Nurdiansyah (2015). Menunjukkan perbedaan selisih respon

nyeri pasien post opnantara kelompok kontrol, yang dibuktikan dengan nilai

selisih pada kelompok intervensi sebesar 2,65 dan nilai selisih pada kelompok

kontrol sebesar 1,59. Adapun factor confounding tidak memiliki pengaruh

terhadap respon nyeri yaitu pengalaman nyeri masa lalu (p-value=0,387),

jenis kelamin (p-value=0,068) dan budaya bermusik (p-value= 0,599). Ani

Astuti (2016). Berdasarkan hasil analisis bivariat diketahui bahwa ada

pengaruh terapi music terhadap penurunan skala nyeri pada post op Penelitian

ini menunjukkan bahwa music klasik dapat digunakan pasien dapat digunakan

pasien post op untuk penurunan tingkat nyer.


Nyeri post operasi memerlukan tindakan yang tepat. Salah satu tenaga

kesehatan yang memiliki peran penting adalah perawat (Tamsuri, 2007).

Peran perawat dalam penatalaksanaan nyeri post operasi yaitu 3 meliputi

pengkajian nyeri, memberikan tindakan mandiri perawat, kolaborasi dan

evaluasi nyeri. Dalam pengkajian nyeri pasien post operasi yang digunakan

perawat yaitu mengkaji dengan instrumen OPQRSTUV (onset, proviking,

quality, region, severity, treatment, understanding, value) (Tamsuri, 2007).

Pentingnya perawat melakukan pengkajian nyeri adalah untuk menentukan

tindakan selanjutnya. Pengkajian nyeri dapat dilakukan dengan mengkaji

nyeri pasien, mengobservasi reaksi nonverbal pasien, menggunakan teknik

komunikasi terapeutik, mengontrol lingkungan pasien (Nursing Intervention

and Classification 2013; Sandika et al, 2015). Dalam pemberian tindakan

perawat dalam mengurangi nyeri, perawat dapat memberikan tindakan non

farmakologi dan farmakologi. Tindakan non farmako logi meliputi mengkaji

nyeri, memberikan tindakan, memonitor nyeri yang dirasakan pasien,

memberikan tindakan untuk mencegah komplikasi, mengedukasi pasien dan

keluarga (Yuceer, 2011). Sedangkan tindakan farmakologi yaitu perawat

melakukan tindakan kolaborasi dengan dokter yaitu pemberian analgesik

(Tamsuri, 2007). Tindakan perawat lainnya adalah mengevaluasi kembali

nyeri yang dirasakan pasien post operasi (Yuceer, 2011). Semua tindakan

perawat ini sangat penting karena dapat mengurangi rasa nyeri yang dirasakan

pasien post operasi (Sandika et al, 2015).


Berdasarkan pemaparan diatas sehingga peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh terapi musik klasik Mandar

terhadap penurunan scala nyeri pada pasien post op di Rumah Sakit

Bhayngkara Hoegeng Iman Santoso dan Rumah Sakit Mitra Manakarra

Kabupaten Mamuju Tahun 2021

II. METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini merupakan suatu penelitian dengan pendekatan kuantitatif

yang menggunakan desain Quasi eksperiment pre dan post-test Two groups.

Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien Post op di Rumah

sakit Bhayangkara Hoegeng Imam Santoso dan Rumah Sakit Mitra Manakarra

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik non

probability sampling dengan pendekatan consecutive sampling.

III.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil dan pembahasan data mengenai dengan judul efektivitas terapi music

Mandar terhadap nyeri post op di Rumah sakit Bhayangkara Hoengeng Imam

Santoso dan Rumah Sakit Mitra Manakarra Kabupaten mamuju. Yang

dilaksanakan pada tanggal 24 sampai 5 November 2021 di Rumah Sakit

Bhayangkara Hoengeng Iman Santoso dengan jumlah 38 responden.

Hasil penelitian ini akan menyajikan tentang gambaran lokasi penelitian,

data umum, dan data khusus. Data umum terdiri dari karakteristik responden

berdasarkan usia, karakteristik responden berdasarkan Usia, Jenis kelamin. Data


khusus terdiri dari perubahan rasa nyeri sebelum pemberian kelompok

intervensi terapi musik dan kelompok kontrol, perubahan rasa nyeri sesudah

pemberian kelompok intervensi terapi muik dan kelompok kontrol, di Rumah

Sakit Bhayangkara Hoegeng Imam Santoso dan Rumah Sakit Mitra Manakarra.

PEMBAHASAN

Pada bab ini membahas hasil penelitian yang meliputi interpretasi dan

diskusi berdasarkan literatur yang terkait dan hasil penelitian sebelumnya. Selain

itu juga menjelaskan tentang keterbatasan penelitian dan implikasi untuk

pelayanan dan penelitian keperawatan.

1. Interpretasi dan Diskusi Hasil

a. Umur

Hasil penelitian diperoleh data rata-rata umur responden pada

kelompok intervensi adalah 31 tahun dengan standar deviasi

4,946. Usia termuda pada kelompok intervensi 26 tahun

sedangkan usia tertua adalah 43 tahun. rata-rata usia pada

kelompok kontrol adalah 35 tahun dengan standar Deviasi 6,049

usia termuda pada kelompok kontrol adalah 27 tahun dan usia

tertua adalah 47 tahun. Nyeri pada umur 26 tahun akan semakin

meningkat di usia 43 tahun hubungan usia dengan intensitas nyeri

pasien post op berpola positif

Nyeri timbul akibat adanya rangsangan oleh zat-zat algesik

pada reseptor nyeri yang di jumpai pada lapisan superficial kulit


dan pada beberapa jaringan di dlam tubuh, seperti periosteum,

pemukaan sendi, otot rangka dan pulpa gigi. Zat-zat algesik yang

mengaktifkan reseptor nyeri adalah ion K, H,asam laktat,

serotonin, bradikinin, histamine dan prostaglodin.

Umur merupakan variable penting yang mempengaruhi

nyeri, khususnya pada anak-anak dan lansia. Perbedaan

perkembangan yang ditemukan diantara kelompok usia ini dapat

mempengaruhi seseorang bereaksi terhadap nyeri (Hariyanto,

2015). Orang dewasa akan mengalami perubahan neurofisiologis

dan mungkin mengalami penurunan ambang nyeri (Yeni, 2015).

b. Jenis kelamin

Hasil responden berdasarkan jenis kelamin terbanyak pada

kelompok intervensi adalah perempuan sebanyak 13 orang dengan

persentase (31,6%). dan pada kelompok kontrol jenis kelamin

terbanyak adalah laki-laki sebanyak 10 orang dengan persentase

(47,4%). Hubungan jenis kelamin pada Nyeri paska operasi Laki-

laki memiliki sensitive yang lebih renda (kurang mengekspresikan

nyeri yang dirasakan secara berlebihan) dibandingkan wanita atau

kurakan merasakan nyeri (Hawks, 2014; Smeltzer & Bare, 2012)

Nyeri berdasarkan jenis kelamin tentunya akan menimbulkan

respon tubuh oleh seti ap jenis kelamin. Respon tubuh terhadap

nyeri merupakan terjadinya reaksi endoktrin berupa mobilisasi


horman-horman katabolic dan terjadinya reaksi imunologik, yang

secara umum disebut sebagai respon stres oleh setiap jenis

kelamin. Rangsang nosiseptif meyebabkan respons hormonal

bifasik, artinya terjadi pelepasan katabolic seperti katekolamin,

kortisol, angiotensin II, ADH, ACTH, GH dan Glukagon,

sebaliknya katekolamin sekresi hormone. (BBCNewsHealth,)

2. Hasil analisa bivariat

a. Perbedaan nilai skala nyeri sebelum dan sesudah pada kelompok

intervensi

Berdasarkan hasil diperoleh rata-rata nilai pre test skala nyeri pada

kelompok intervensi adalah 6.32 dengan standar deviasi 1.416.

Pada pengukuran post test rata-rata nilai skala nyeri pada

kelompok intervensi adalah 1.293 dengan standar deviasi 1,293.

Hasil uji statistik pre test dan post test didapatkan nilai p = 0,000

maka dapat disimpulkan ada perbedaan antara sebelum dan

sesudah dilakukan pada kelompok intervensi.

Sebab Intervensi pemberian terapi music klasik mandar yang

dilakukan akan mengaktifkan gelombang di area otok. Intervensi

terapi musik ini dapat sampai ke otak melalui saraf dan

mengaktifkan gelombang beta di otak dengan sinyal 14-20

gelombang per detik akan di ubah menjadi gelombang alpha atau


sekitar 8-13 gelombang per detik, dan gelombang ini membuat

orang rileks. (K Massler,2012).

Ketika music mempunyai efek terapi diperdengarkan,

midbrain akan meningkatkan pengeluaran beta endirfin hormone

dan Gamma Amino Butyric (GABA) yang dapat mengeliminasi

neutransmitter rasa nyeri pada pusat persepsi dan interpretasi

sensorik somatic di otak sehingga mempunyai efek rasa nyeri yang

dirasakan pasien akan berkurang. Elemen-elemen yag terdapat

dalam music juga akan berperan aktif dalam penurunan persepsi

nyeri, elemen-elemen music tersebut akan meliputi melodi,

harmoni, timbre, lirik, ritme, dan tempo. Pemberian terapi music

terjadi pengalihan perhatian dapat menurunkan perspsi nyeri

dangan menstimulasi system kontrol desenden, yang

mengakibatkan lebih sedikit stimuli nyeri yang ditransmisikan ke

otak. Seseorang, yang kurang menyadari adanya nyeri, akan sedikit

terganggu oleh nyeri dan lebih toleransi terhadap nyeri (Smeltzer

et al., 2008). Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya telah

memperlihatkan teknik relaksasi efektif dalam menurunkan nyeri

post op. Sebuah penelitian oleh Good (2010) Membandingkan

efek Jaw relaxation, Musik dan kombinasi jaw relaxation dan

music.
b. Perbedaan nilai skala nyeri sebelum dan sesudah pada kelompok

kontrol

Berdasarkan tabel diatas, diperoleh rata-rata nilai pre test skala

nyeri sewaktu pada kelompok kontrol adalah 6.68 dengan standar

deviasi 1.157 Pada pengukuran post test rata-rata nilai skala nyeri

pada kelompok kontrol adalah 6.68 dengan standar deviasi 1.157.

Hasil uji statistik pre test dan post test didapatkan nilai p = 0,000

maka dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan yang berarti.

Tidak ada pemberian intervensi pada kelompok kontrol sehingga

tidak ada perubahan hasil pada kelompok kontrol, Dari hasil

penelitian Menunjukkan perbedaan selisih respon nyeri pasien post

opnantara kelompok kontrol, yang dibuktikan dengan nilai selisih

pada kelompok intervensi sebesar 2,65 dan nilai selisih pada

kelompok kontrol sebesar 1,59. Tubagus Erwin Nurdiansyah

(2015)

c. Perbedaan hasil selisih rata-rata nilai skala nyeri sebelum dan

sesudah pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol.

Berdasarkan data yang diperoleh rata-rata nilai skala nyeri sesudah

terapi music klasik mandar pada kelompok intervensi yaitu

dengan rata-rata 4.68 dengan standar deviasi 1.293. Sedangkan

rata-rata nilai skala nyeri pada kelompok kontrol yaitu 6.68

dengan standar deviasi 1,157. Hasil uji statistik uji T pada


kelompok intervensi dan kelompok kontrol setelah dilakukan pada

kelompok intervensi dan kelompok kontrol menunjukkan nilai p =

0.000 sehingga dapat disimpulkan adanya perbedaan antara kedua

kelompok. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak

Ha diterimah. Berdasarkan data yang diperoleh rata-rata nilai pre

test skala nyeri sewaktu pada kelompok kontrol adalah 6.68

dengan standar deviasi 1.157 Pada pengukuran post test rata-rata

nilai skala nyeri pada kelompok kontrol adalah 6.68 dengan

standar deviasi 1.157

Dari hasil penelitian dari Tubagus Erwin Nurdiansyah (2015).

Menunjukkan perbedaan selisih respon nyeri pasien post opnantara

kelompok kontrol, yang dibuktikan dengan nilai selisih pada

kelompok intervensi sebesar 2,65 dan nilai selisih pada kelompok

kontrol sebesar 1,59. Adapun factor confounding tidak memiliki

pengaruh terhadap respon nyeri yaitu pengalaman nyeri masa lalu

(p-value=0,387), jenis kelamin (p-value=0,068) dan budaya

bermusik (p-value= 0,599). Ani Astuti (2016). Berdasarkan hasil

analisis bivariat diketahui bahwa ada pengaruh terapi music

terhadap penurunan skala nyeri pada post op Penelitian ini

menunjukkan bahwa music klasik dapat digunakan pasien dapat

digunakan pasien post op apendisitis untuk penurunan tingkat

nyer.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Ada pengaruh pemberian terapi music klasik mandar terhadap

penurunan tingkat nyeri setelah melakukan pemberian intervensi

2. Didapatkan rata-rata skala nyeri sebelum dilakukan intervensi yang

nilai mean 6, 32 dan setelah dilakukan intervensi menurun menjadi

nilai mean 4, 68

3. Didapatkan skala nyeri sebelum pemberian kelompok kontrol

dengan mean 6, 68

4. Didapatkan skala nyeri setelah pemberian kelompok kontrol dengan

mean 6, 68

5. Ada perbedaan skala nyeri pada kelompok intervensi dan kelompok

kontrol dengan dimana kelompok intervensi lebih tinggi dari

kelompok kontrol
DAFTAR PUSTAKA

Adhar Arifuddin, Salmawati Lusia, Prasetyo (2017). Faktor resiko kejadian a Post op

dibagian rawat inap rumah sakit umum anutapura Palu.

Ani Astuti, Diah Merdekawati, (2016). Jurnal Ipteks Terapan.

Ari Kunto, (2012). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Bruscia (2014). A working definition of Musik Therapy (3rd Edition, 2014)

Black, J.M. & Hawk, J.H. (2014). Medical-surgical nuringclinical management for

positive outcomes. (7th Ed). St. Louis, Missouri:Elsevier Saunders

Calista, P. (2013). Karakteristik penderita post op Di Rumah SakitImmanuel Bndung

Periode 1 Januari 30 Juni 2013.

Gusti, (2014), Konsep dasar Ipa Aspek Biologi. Yogyakarta:

Indri, Ummami Vanesa, (2014). Hubungan antara Nyeru, kecemasan dan

Lingkungan dengan kualitas tidur pasien post op. Jurnal JOM PSIK, 2(1), 1-8

Judha, M., Sudarti, Fauziah, A . (2012). Teori Pengukuran Nyeri & Nyeri

Persalingan Yogyakarta: Nuha Medika

K. Mossler, (2012). Seni dalam Psikoterapi 39 (4) : 333-341 Lidyaysyah, Susanti, dan

rohmah. 2011. Efektivitas music klasik

Muttaqin 2012 Jakarta Direktorat pembinaan sekolah menengah kejuruan, Dependen


Pendidikan Nasional, 2012

Novita, P (2012) Pengaruh Terapi music Terhadap Nyeri Post Operasi

OpenReduction And Internal Fixation (ORIF) Di RSUD. DR H. Abdul Moeloek


Provinsi Lampung. Tesis Uniuversitas Indonesia Depok. http:lib.ui.ac.id/file?

file=digital/20328120-T30673%20-%20Pengaruhterapi.pdf. Di unduh tanggal 20

desember 2015

Nugroho, T. (2011). Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah Dan Penyakit

Dalam Yogyakarta : YBP-SP

Natalina. (2013), Terapi Musik (Bidang Keperawatan). Jakarta: Mitra Wacana

Media.Nurseha. Danny, (2012), Pengaruh Penambahan plasticizer Sarbitol untuk

Pembuatan Bioplastik dari peti kulit Singkong. Program Studi Kimia Fakultas Sains

dan Tegnologi Universitas Islam Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Natoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan Jakarta : Rineka Cipta.

Potter, P A & Parry, AG. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan :

Konsep,Proses, dan Praktek Edisi 4 Volume 2. EGC : Jakarta

Smeltzer & Bare. (2008), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &

Suddarth editor, Suzzane C. Smeltzer, Brenda G. Bare; alih Bahasa, Agung Waluyo,

dkk. Jakarta: EGC

Stuart, G W. (2017), Buku saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta. EGC.

Sugiono, (2014). Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.

World Health Organization (WHO). 2016. Asthma fact shets. Diunduh dari

http;//www.who.int/mediacentre/factsheets/fs307/en/16 November 2016.

Anda mungkin juga menyukai